Candidiasin Oral
Candidiasin Oral
TINJAUAN PUSTAKA
C.tropicalis,
C.parapsilosis,
C.krusei,
C.kefyr,
C.
glabrata,
dan
baik usia muda, usia tua dan pada penderita defisiensi imun seperti AIDS.15 Pada
pasien HIV/AIDS, Kandida albikan ditemukan paling banyak yaitu sebesar 95%.3
2.1.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi
Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi jamur yang umumnya disebabkan
oleh jamur Kandida albikan. Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis oral terdiri
atas faktor lokal dan sistemik.3
Beberapa faktor lokal tersebut seperti penggunaan gigi tiruan, xerostomia, dan
kebiasaan merokok. Penggunaan gigi tiruan dapat memberikan lingkungan yang
kondusif bagi pertumbuhan jamur Kandida yaitu lingkungan dengan pH yang rendah,
sedikit oksigen, dan keadaan anaerob.3 Faktor lokal seperti xerostomia juga dapat
menimbulkan kandidiasis oral. Xerostomia merupakan suatu kondisi dimana mulut
terasa kering. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya produksi saliva,
penggunaan obat-obatan (obat antihipertensi), terapi radiasi dan kemoterapi.17,18
Adanya kebiasaan merokok dapat menyebabkan iritasi kronis dan panas yang
mengakibatkan perubahan vaskularisasi dan sekresi kelenjar liur.19 Seperti yang
diketahui, di dalam saliva terdapat komponen anti Kandida seperti lisozim, histatin,
laktoferin, dan calprotectin,20 sehingga apabila produksi saliva berkurang seperti pada
keadaan xerostomia dan perokok, maka Kandida dapat mudah berkembang.
Selain faktor lokal, beberapa faktor sistemik seperti penyakit defisiensi imun
(HIV/AIDS), kemoterapi, radioterapi, dan penggunaan obat antibiotik dan steroid
juga dapat menyebabkan timbulnya kandidiasis oral.6,18 Pada penderita HIV/AIDS
terjadi defisiensi imun yang mengakibatkan infeksi oportunistik seperti kandidiasis
oral mudah terjadi.3 Di samping itu, terapi radiasi daerah kepala dan leher
mengakibatkan kerusakan dan gangguan fungsi kelenjar saliva mayor dan minor
sehingga memudahkan terjadinya xerostomia. Prevalensi xerostomia setelah terapi
radiasi dijumpai melebihi 90%. Pengobatan kemoterapi juga dapat berdampak pada
berkurangnya aliran saliva.17,18 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keadaan
xerostomia yang dapat timbul akibat radioterapi dan kemoterapi bisa memudahkan
perkembangan jamur Kandida. Penggunaan obat antibiotik dan steroid juga
dihubungkan dengan terjadinya kandidiasis oral.6
Adapun mekanisme infeksi Kandida Albikan pada sel inang sangat
kompleks. Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenesis dan proses infeksi
adalah adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa (morfogenesis) dan produksi
enzim hidrolitik ekstraseluler. Adhesi merupakan proses melekatnya sel Kandida
albikan ke sel inang. Perubahan bentuk dari ragi ke hifa berhubungan dengan
patogenitas dan proses penyerangan Kandida terhadap sel inang yang diikuti
pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu cara spesies Kandida untuk
mempertahankan diri dari obat antifungi. Ada keyakinan bahwa bentuk hifa adalah
invasif dan patogen, sedangkan bentuk ragi tidak bersifat patogen. Produksi enzim
hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyl proteinase juga sering dihubungkan dengan
patogenitas Kandida albikan.15,21
2.1.3 Klasifikasi dan Gambaran Klinis
Secara umum, kandidiasis oral dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok,
yaitu:
permukaan yang berwarna merah.4,22 Kandidiasis ini terdiri atas sel epitel
deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur dan umumnya dijumpai pada mukosa labial,
mukosa bukal, palatum keras, palatum lunak, lidah, jaringan periodontal dan
orofaring.2,3 Thrush dijumpai sebesar 5% pada bayi bayu lahir dan 10% pada orang
tua yang kondisi tubuhnya lemah.23 Keberadaan kandidiasis pseudomembranosus ini
sering dihubungkan dengan penggunaan kortikosteroid, antibiotik, xerostomia, dan
pada pasien dengan sistem imun rendah seperti HIV/AIDS.2,3,13 Diagnosa banding
dari kandidiasis pseudomembranosus ini meliputi flek dari susu dan debris makanan
yang tertinggal menempel pada mukosa mulut, khususnya pada bayi yang masih
menyusui atau pada pasien lanjut usia dengan kondisi tubuh yang lemah akibat
penyakit.24
stomatitis ini berupa daerah eritema pada mukosa yang berkontak dengan permukaan
gigi tiruan.13 Gigi tiruan yang menutupi mukosa dari saliva menyebabkan daerah
tersebut mudah terinfeksi jamur.22
Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa yang terinflamasi di
bawah gigi tiruan rahang atas, denture stomatitis ini dapat diklasifikasikan atas tiga
yaitu :13, 23
Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yang terlokalisir
Tipe II : tampak eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan gigi tiruan
2.1.4 Diagnosa
Diagnosa yang tepat diperoleh dari pemeriksaan yang teliti. Diagnosa
kandidiasis oral yang dapat dilakukan meliputi anamnesa, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaaan penunjang seperti pemeriksaan sitologi eksfoliatif, metode kultur swab,
uji saliva, dan biopsi.22
Berdasarkan hasil anamnesa dapat diperoleh informasi mengenai keadaan
rongga mulut yang dialami pasien. Pasien yang menderita kandidiasis oral bisa
mempunyai keluhan terhadap keadaan rongga mulutnya, namun ada juga yang tidak
menyatakan adanya keluhan pada rongga mulutnya. Keluhan yang bisa terjadi pada
kandidiasis oral seperti adanya rasa tidak nyaman, rasa terbakar, rasa sakit, dan pedih
pada rongga mulut.4 Pemeriksaan klinis dilakukan dengan melihat gambaran klinis
lesi yang terdapat pada rongga mulut. Gambaran klinis kandidiasis oral yang terlihat
bisa berbeda-beda sesuai dengan tipe kandidiasis yang terjadi pada rongga mulut
pasien. Di samping itu, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan sitologi
eksfoliatif, kultur swab, uji saliva, dan biopsi sangat diperlukan dalam mendukung
diagnosa kandidiasis oral.22
2.1.5 Perawatan
Perawatan kandidiasis oral dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan
rongga mulut, pemberian obat-obatan antifungal, dan sebisa mungkin menghilangkan
faktor predisposisi penyebab kandidiasis oral.2,3,22
Kebersihan rongga mulut dapat dijaga dengan membersihkan daerah mukosa
bukal, menyikat gigi, lidah, dan membersihkan gigi tiruan bagi yang memakainya.
Gigi tiruan
berdasarkan efek kerjanya terhadap bakteri yaitu antibiotik spektrum luas yang
digunakan pada infeksi bakteri yang luas dan antibiotik spektrum sempit yang hanya
diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh beberapa bakteri. Di
samping itu, ada juga antibiotik yang bekerja membunuh bakteri aerob (bakteri yang
membutuhkan oksigen dalam hidupnya) dan bakteri anaerob (bakteri yang tidak
membutuhkan oksigen dalam hidupnya).7
2.2.1.2 Efek Samping
Di samping kegunaannya, obat antibiotik memilki efek samping yang luas
baik pada tubuh maupun rongga mulut. Efek samping yang umumnya dijumpai akibat
pemakaian obat antibiotik seperti diare, muntah, dan infeksi jamur pada mulut, sistem
pencernaan dan vagina. Adapun beberapa efek samping lain yang bisa terjadi seperti
pada penggunaan obat antibiotik sefalosporin dapat menyebabkan peningkatan enzim
hati, antibiotik tetrasiklin dapat menyebabkan sensitivitas terhadap cahaya matahari
dan diskolorasi gigi, dan antibiotik aminoglikosid dapat menimbulkan ketulian.
Penggunaan antibiotik penisilin dapat menimbulkan reaksi alergi berupa urtikaria
pada kulit. Di samping itu, obat antituberkulosis yang sering digunakan seperti
rifampisin, isoniazid dan pirazinamid memiliki efek hepatotoksik.7,27 Oleh karena
adanya efek-efek samping tersebut di atas, hendaklah kita lebih berhati-hati dalam
pemakaian obat antibiotik.
2.2.1.3 Patogenesis Timbulnya Kandidiasis Oral
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, obat antibiotik mempunyai efek
samping pada rongga mulut berupa timbulnya kandidiasis oral. Mekanisme obat
antibiotik dalam menimbulkan kandidiasis oral adalah melalui aksi kerjanya dalam
mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dalam rongga mulut
manusia terdapat flora normal yaitu bakteri dan jamur dimana jamur yang dominan
ditemukan adalah jamur Kandida albikan.14 Pada keadaan normal, Kandida albikan
tidak berbahaya bagi kehidupan manusia dan hidup bersama dengan bakteri dalam
keadaan seimbang. Namun beberapa keadaan seperti penggunaan obat antibiotik
dapat menyebabkan ketidakseimbangan diantara flora normal tersebut.4,28 Obat
antibiotik walaupun sangat bermanfaat bagi pengobatan terhadap infeksi bakteri,
namun cara kerja obat tersebut penting untuk diperhatikan. Antibiotik bekerja dengan
membunuh bakteri yang ada pada seseorang, baik bakteri penyebab penyakit maupun
bakteri normal yang berguna bagi manusia, sementara jamur Kandida tidak dibunuh
oleh obat antibiotik. 28,29 Dengan tidak adanya lagi bakteri yang secara normal hidup
dalam keadaan seimbang dengan Kandida, maka Kandida dapat tumbuh subur dan
melakukan multiplikasi sehingga terjadilah pertumbuhan berlebihan dari Kandida
pada rongga mulut yang kita kenal dengan kandidiasis oral.29
Adapun bakteri normal yang berguna bagi manusia seperti Lactobacillus
acidophilus berperan dalam menjaga pertumbuhan jamur Kandida agar tetap
seimbang.29,30 Pada manusia, Lactobacillus acidophilus ditemukan pada sistem
pencernaan, mulut, dan vagina.30 Bakteri Lactobacillus dapat mengurangi perlekatan
Kandida albikan pada sel epitel inang. Lactobacillus juga melepaskan hidrogen
peroksida dan asam laktat yang dapat menghambat proliferasi dan invasi jamur
Kandida albikan. Substansi bakteriocin yang diproduksi Lactobacillus dapat
menekan pertumbuhan dan mengurangi jumlah jamur Kandida.31 Dengan adanya aksi
obat antibiotik dalam membunuh bakteri, maka Lactobacillus acidophilus juga akan
ikut hilang. Hal ini menyebabkan pertumbuhan jamur Kandida semakin meningkat
karena keberadaan bakteri yang hidup seimbang dengan Kandida dan dapat menekan
pertumbuhan abnormal jamur Kandida telah tereleminasi akibat pemakain obat
antibiotik.
2.2.2 Steroid
Seperti halnya obat antibiotik, steroid sebagai salah satu obat yang sekarang
banyak digunakan juga memiliki efek samping terhadap rongga mulut. Obat steroid
kadang juga dikenal dengan sebutan kortikosteroid. Berikut akan dijelaskan mengenai
indikasi, efek samping obat, dan patogenesis obat steroid dalam menimbulkan
kandidiasis oral.
2.2.2.1 Indikasi
Secara umum, penggunaan obat steroid diindikasikan dalam mengobati
berbagai penyakit seperti asma, rheumatoid arthritis, dan juga pada beberapa kondisi
lainnya.10,32
Penyakit asma merupakan suatu penyakit kronik pada sistem pernafasan paruparu manusia. Penyakit ini biasanya bersifat herediter, dan kadang lebih dari satu
orang dalam suatu keluarga bisa mengalami penyakit asma ini. Pada penyakit asma
terjadi inflamasi dan pembengkakan pada sistem pernafasan manusia.33 Penggunaan
steroid dalam mengobati penyakit ini adalah melalui aksi antiinflamasi obat ini yang
mampu mengurangi inflamasi dan pembengkakan yang terjadi pada pasien asma.
Steroid
bekerja
mengurangi
pembentukan
mediator
proinflamasi
seperti
prostaglandin, leukotrien, dan platelet activating factor (PAF) serta menekan semua
respon inflamasi termasuk pembengkakan dini, kemerahan, nyeri, panas, dan
gangguan fungsi.11,32
Rheumatoid arthritis merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan nyeri,
pembengkakan, kekakuan, dan disfungsi pada sendi. Arthritis ini dapat terjadi pada
semua sendi tubuh, terutama pada pergelangan tangan dan jari serta bersifat simetris,
misalnya bila arthritis terjadi pada tangan kiri, maka tangan kanan akan mengalami
hal yang sama.34 Penggunaan obat steroid dapat mengurangi gejala penyakit ini.
Penyakit lain seperti Addison juga memerlukan obat steroid dalam
pengobatannya. Penyakit Addison disebabkan oleh adanya kerusakan pada kelenjar
adrenal dan ketidakmampuannya dalam memproduksi hormon kortisol dan hormon
aldosteron. Kortisol yang tidak mampu diproduksi digantikan dengan kortikosteroid
sintetik seperti hidrokortison, prednison, atau deksametason, sedangkan kekurangan
aldosteron dibantu dengan steroid fludokortison.35
Selain itu, steroid juga banyak digunakan oleh para olahragawan dengan
tujuan untuk meningkatkan massa otot. Steroid jenis ini dikenal dengan sebutan
steroid anabolik androgenik. Penggunaan steroid ini oleh para atlit memperoleh
banyak perhatian. Sebagian besar atlit dan pelatihnya percaya bahwa steroid dapat
meningkatkan kekuatan dan agresivitas sehingga bermanfaat dalam meningkatkan
stamina seseorang.11
Dalam bidang kedokteran gigi, obat steroid umunya digunakan pada kasuskasus ulser di rongga mulut yang dilatarbelakangi oleh adanya reaksi hipersensitivitas
seperti liken planus dan recurrent apthous stomatitis. Hal ini dihubungkan dengan
kemampuan obat steroid sebagai antiinflamasi dan imunosupresan.27
2.2.2.2 Efek Samping
Obat steroid dapat menimbulkan efek-efek yang tidak diinginkan pemakainya.
Adapun beberapa efek samping tersebut seperti kerentanan seseorang terhadap
infeksi, obesitas, osteoporosis, terhambatnya pertumbuhan, katarak, dan terjadinya
sindrom Cushing (moon face, buffalo hump, dan peningkatan lingkaran perut).27,32,36
Pemberian obat steroid dapat menekan sistem imun sehingga seseorang
menjadi mudah terkena infeksi misalnya infeksi oleh jamur Kandida pada rongga
mulut.32 Obat steroid juga mampu meningkatkan selera makan pemakainya sehingga
menyebabkan pertambahan berat badan yang bila tidak dikontrol dapat menimbulkan
obesitas. Obesitas juga dapat dijumpai pada sindrom Cushing.32,36 Osteoporosis
merupakan salah satu efek samping yang dapat dijumpai akibat pemakaian jangka
panjang obat kortikosteroid, dimana obat ini mampu mengurangi kepadatan mineral
tulang, menghambat osteoblast dan mengganggu keseimbangan pembentukan dan
reabsorpsi tulang. Kortikosteroid juga mengurangi penyerapan kalsium dari usus dan
meningkatkan pengeluaran kasium melalui ginjal yang berakibat terjadinya
osteoporosis.32,36 Pertumbuhan yang terhambat dikaitkan dengan efek steroid dalam
menghambat pertumbuhan tulang dan hormon pertumbuhan.36 Penggunaan obat
steroid dalam jangka panjang juga dapat mengakibatkan terjadinya katarak, dimana
dilaporkan sebesar 75% pasien mengalami katarak setelah beberapa tahun
mengkonsumsi prednisolon sebanyak 15mg/hari, namun
mekanisme terjadinya
katarak akibat obat ini masih belum jelas diuraikan.32,36 Terjadinya sindrom Cushing
pada pengguna steroid ditandai dengan adanya moon face, buffalo hump, dan
peningkatan lingkaran perut.27,36 Hal ini terjadi karena efek steroid yang dapat
menyebabkan redistribusi cadangan karbohidrat dan lemak ke wajah (moon face) dan
perut (peningkatan lingkaran perut) sehingga pemakai obat ini akan terlihat gemuk
pada daerah tersebut.32,37 Distribusi lemak tubuh juga dapat dijumpai pada belakang
leher yang tampak membengkak (buffalo hump).27
2.2.2.3 Patogenesis Timbulnya Kandidiasis Oral
Obat steroid seperti yang telah dibahas sebelumnya, memiliki efek
imunosupresi. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan obat steroid dalam
menghambat fungsi makrofag. Efek terhadap makrofag tersebut menandai dan
membatasi kemampuannya untuk memfagosit dan membunuh mikroorganisme.
Aktivasi
Antibodi sebagai salah satu komponen penting dalam sistem imunitas manusia dapat
ditekan produksinya oleh pemakaian obat steroid terutama apabila digunakan dalam
dosis besar.11,27 Seperti yang kita ketahui, makrofag, limfosit T , limfosit B, dan juga
antibodi merupakan komponen penting yang berfungsi sebagai sistem pertahanan dan
imunitas tubuh manusia yang juga terdapat dalam rongga mulut.38,39 Namun,
komponen-komponen tersebut diatas dapat terganggu fungsinya akibat pemakaian
obat steroid yang mana obat ini dapat menekan sistem imunitas manusia. Dalam
keadaan imun yang lemah, maka infeksi akan mudah menyerang seseorang.