Anda di halaman 1dari 3

Hutan merupakan paru-paru dunia.

Kekayaan alam yang ada didalam hutan sangat besar


manfaatnya bagi hajat hidup semua orang di dunia. Bicara mengenai hutan, ada banyak
permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia yangada kaitannya dengan hutan beserta isinya.
Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalahillegal logging, perburuan satwa dan
tanaman langka, serta yang baru-baru ini terjadi adalah kebakaran hutan yang terjadi di
Pekanbaru, Riau.Ada dua penyebab kebakaran hutan, yang pertama adalah ada orang yang dengan
sengaja membakar hutan untuk kepentingan pribadi maupun golongan. Atau faktor kedua yaitu
faktor alam, karena gesekan antara ranting-ranting yangtelah kering. Apabila kebakaran hutan
terjadi karena tanpa disengaja atau karena faktor alamnya sendiri, maka kita tidak bisa
menyalahkan siapapun atas kebakaran hutan tersebut. Tetapi, apabila kebakaran hutan terjadi
karena adanya oknum-oknum yang sengaja membakar hutan, maka kita patut dan harus mengusut
kasus tersebut.Kebakaran hutan yang terjadi di Pekanbaru, Riau, disebabkan karena adanya
pengalihan lahan dari hutan gambut menjadi lahan kelapa sawit oleh beberapa perusahaan asing
termasuk perusahaan dari Malaysia diantaranya. Pengalihan lahan tersebut menjadikan kawasan
hutan di Riau yang dahulunya tergenang air menjadi sangat kering, ditambah lagi dengan iklim
dan cuaca yang sangat panas menjadikan hutan sangat mudah terbakar. Disini dapat kita ketahui
bahwa kebakaran hutan tidak sepenuhnyakesalahan petani kecil penggarap lahan yang sering
diisukan, namun kesalahan lebih ditujukan kepada oknum-oknum yang ada didalam perusahaanperusahaan tersebut serta pemerintah.Kenapa pemerintah disalahkan? Karena jelas, pemerintah lah
yang memberikan izin pembukaan lahan untuk perusahaan. Perusahaantersebut membuka lahan
dengan cara membakarhutan, dimana cara tersebut tergolong murah dantanpa harus membeli
pupuk lagi. Dahulu sebelumadanya kegiatan pembukaan lahan, hutan di Indonesia khususnya di
Riau, jarang sekali terjadi kebakaran seperti saat ini. Dikabarkan ada 13 perusahaan asing yang
ada dibalik kejadian ini, termasuk 4 perusahaan milik Malaysia.Pemerintah juga tidak sepenuhnya
salah atas kejadian tersebut. Kenapa? Karena sebenarnya pemerintah telah mewanti-wantipada
pihak perusahaan perusahaan tersebut agar menjagalahan dengan baik dan agar menggunakan
lahan tersebut secara hati-hati. Lalu, siapa yang semestinya bertanggungjawab? Dari uraian
tersebut jelas tersirat bahwa yang patut bertanggungjawab adalah pemerintah dan perusahaanperusahaan asing tersebut.Pemerintah seharusnya tidak begitu saja dengan mudah memberikan
izin pembukaan bahkan pengalihan kawasan hutan yang jelas-jelas, telah merusak ekosistem yang
ada didalam hutan tersebut. Pemerintah seharusnya sudah tahu, bahwa semakin berkurangnya
kawasan hutan di Indonesia diakibatkan karena adanya pembukaandan pengalihan kawasan hutan
tersebut. Pemerintah seharusnya berpikir tentang kesejahteraan rakyat yang disekitar hutan dan
yang otomatis mencari nafkah dengan memanfaatkan hasil hutan tersebut. Bukan
hanyamemikirkan besarnya pajak yang akan diterima oleh pemerintah dari perusahaan-perusahaan
yang diberi izin tersebut.Toh,nanti uang pajak tersebut tidak juga diguanakan untuk
mensejahterakan rakyat,kan?Tetapi untuk mensejahterakan para pejabat teras. Itu sangat tidak adil
bagi warga sekitar kawasan hutan. Dimana mata pencahariaan mereka telah diambil, mereka juga
tidak dipekerjakan dalam perusahaan tersebut. Mungkin ada yang dipekerjakan tapi tidak semua,
dan hanya sebagian kecil serta belum mencakup semua warga sekitar perusahaan
tersebut.Perusahaan juga harus bertanggungjawab atas kejadian kebakaran hutan tersebut. Mereka
pihak perusahaan perusahaan jangan hanya mau untungnya saja, murah biayanya dan cepat
prosesnya. Tetapi juga harus mempertimbangkanakibat-akibat yang nanti akan ditimbulkan.
Pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang ada dibalik kebakaran hutan tersebut harus

beranibertanggungjawab dan harus segera mencari solusi atas kejadian tersebut. Jangan hanya
melempar batu sembunyi tangan. Tetapi, juga harus bisa memberi solusi atas kerugian yang
ditimbulkan.Contoh Kasus Etika Bisnis nan Pernah Terjadi di IndonesiaEtika bisnis saat ini telah
banyak dilanggar oleh para pelaku bisnis. Demi mendapatkan laba nan sebesar-besarnya, pelaku
bisnis kerap menghalakan segala cara. Inilah nan menyebabkan timbul kasus-kasus etika bisnisnan
terkadang malah urusannya dapat sampai ke meja hijau.Secara sederhana, etika bisnis dapat
diartikansebagai prinsip-prinsip moral dalam melaksanakan kegiatan bisnis. Etika dalam berbisnis
ini ialah hal penting. Sebagaimana pentingnya etika dalam pergaulan/bermasyarakat.Tanpa etika
bisnis nan baik maka seorang pelaku bisnis akan berlaku seenaknya, dan hal itu akan merugikan
pihak lain. Etika bisnis juga berfungsi sebagai penjaga batasan bagi pelaku bisnis nan lain, buat
saling menghargaipelaku bisnis nan lain.Dalam era pasar bebas seperti saat ini, setiappelaku bisnis
diberi kebebasan seluas-luasnya buat membangun dan mengembangan bisnis ekonominya. Setiap
pelaku bisnis diberi kesempatan nan sama sehingga persaingan nan tak sehat kerap terjadi.Di
sinilah etika dalam berbisnis itu kerap dilanggar. Masalahnya seperti menemukan penemuan baru,
cara memperoleh modal, penentuan harga, pembajakan tenaga profesional, dan sebagainya nan
kerap menjadi penyebabnya.Untuk mengenal lebih jauh apakah sebenarnya etika bisnis itu, maka
etika bisnis bisa dilihat dari berbagai aspek pelanggaran nan sering terjadi. Aspek pelanggaran
tersebut antara lain: Pelanggaran dilihat dari segi transparansiSebuah Yayasan penyelenggara
pendidikan taraf SMP, pada musim ajaran awal menetapkan aturan sekitar 100 ribu rupiah.
Nominal sebesar itu harus dikeluarkan setiap siswa baru. Namun pengeluaran seperti ini tidak
pernah disebutkan sebelumnya. Akibatnya, mereka nan telah dinyatakan masuk ke sekolah
tersebut harus mengeluarkan uang sebesar seratus ribu rupiah.Selain itu tidak ada juga klarifikasi
nan resmi tentang penggunaan uang tersebut. Namun setelah didesak oleh berbagai pihak, barulah
pihak yayasan memberitahukan penggunaan uang tersebut. Dalam hal ini pihak Yayasan B bisa
dikatakan telah melanggar prinsip transparansi. Pelanggaran dilihat dari segi hukumPerusahaan
A dinyatakan pailit sehingga perusahaan kemudian mengambil keputusan buat melakukan PHK
terhadap para karyawannya tanpa pesangon sama sekali. Hal ini termasuk pelanggaran sinkron
dengan UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam hal ini perusahaan A bisa dikatakan
telah melanggar prinsip kepatuhan terhadap hukum. Pelanggaran dilihat dari segi
akuntabilitasSebut saja sebuah forum pendidikan partikelirC melalui pihak pengurus
mengumumkan kepada seluruh karyawan dan staf bahwa siapa nan mendaftar PNS maka otomatis
dianggap mengundurkan diri. Salah seorang karyawan, sebut saja X tak mengindahkan peraturan
tersebut.Alasannya pengumuman itu dikeluarkan oleh pihak pengurus bukan pengelola, sementara
ia diangkat sebagai staf di forum tersebut oleh pengelola. Adapun dari pihak pengelola tak ada
pengumuman atau pun pernyataan resmi nan disampaikan sehubungan dengan hal tersebut.Karena
sikap X tersebut akhirnya ia pun dikeluarkan dan dianggap telah mengundurkan diri. Maka dalam
hal ini pihak forum pendidikan C bisa dikatakan telah melanggar prinsip akuntabilitas. Yaitu tak
adanya kejelasan tugas dan tanggung jawab antara pengurus dengan pengelola. Pelanggaran
dilihat dari segi prinsip kewajaranSebut saja PT. H ialah sebuah perusahaan pengembang nan
membuka cabang di daerahS. Semua tanah kavling nan dipasarkan telah laku terjual dan kini
pembeli sedang dalam termin membangun di tanah masing-masing setelah mengantongi izin
membangun nan dikeluarkan perusahaan tersebut.Namun dalam kenyataannya, ada tiga orang
pembeli belum dapat melakukan pembangunan sebab izin mereka belum juga dikeluarkan. Usut
punya usut, ternyata PT. H sengaja menahan surat izin membangun ketiga pembeli tersebut

dengan alasan ketiganya pernah mempunyai urusan pribadi dengan pemilik perusahaan, nan tak
ada hubungannya dengan transaksi jual beli nan sudah dilaksanakan.Dalam hal ini, pihak PT. H
bisa dikatakan telah melakukan pelanggaran etika bisnis dilihat dari segi prinsip kewajaran. Hal
itu dikategorikan melanggar sebab tak memenuhi hak pembeli (konsumen) nan telahmemenuhi
semua persyaratan dengan alasannan tak jelas/tidak wajar. Pelanggaran dilihat dari segi prinsip
pertanggungjawabanSebut saja perusahaan D nan bergerak di bidang penyediaan jasa TKI/TKW.
Dalam pengumumannya disebutkan bahwa perusahaan D berjanji akan mengirimkan para calon
TKI/TKW-nya ke negara tujuan setelah mereka menjalanitrainingselama tiga bulan. Dan, jika
nantinya mereka tak jadi diberangkatkan maka pihak perusahaan akan mengganti semua biaya nan
telah dikeluarkanoleh calon TKI/TKW tersebut.Sebutlah A kemudian tertarik dengan
pengumuman itu. Ia pun mengikuti persyaratan nan diminta termasuk mengeluarkan uang buat
biaya paspor dan visa. Namun kenyataannya, si A tak juga diberangkatkan meski
masatrainingtelah lama berlalu.Ketika dikonfirmasi, pihak perusahaan D menjawab dengan 1001
macam alasan. Dari kasus ini bisa dikatakan bahwa perusahaan D telah melanggar prinsip
pertanggungjawaban dengan tak memenuhi janjinya buat mengirimTKI/TKW nan telah memenuhi
syarat nan telah ditetapkan. Pelanggaran dilihat dari segi prinsip empatiSebut saja CV. X,
sebuah perusahaan pembiayaan nan menerima keterlambatan pembayaran dari salah seorang
nasabahnya. Nasabah ini meminta kebijaksanaan sebab keluarganya sedang ditimpa musibah
sehingga angsuran buat bulan ini dan bulan depan akan terlambat dibayarkan. Namun CV.X tak
memberikan respons apa pun terhadap permohonan tersebut.Setelah jatuh tempo, pihak CV. X
kemudian mendatangi nasabah tersebut dengan sikap nan tak simpati sambil mengancam akan
menarik kembali kendaraan nan sedang diangsur. Dalam hal ini, pihak CV. X bisa dikatakan telah
melakukan pelanggaran etika bisnis dilihat dari segi prinsip ikut merasakan sebab sama sekali
tidak dapat memahami kondisi nan sedang dialami oleh nasabahnya tersebut. Pelanggaran
dilihat dari segi prinsip kejujuranSebut saja PT. A ialah sebuah perusahaan pengembang nan telah
membuat kesepakatan dengan PT. B, sebuah perusahaan kontraktor buat membangun perumahan
di tanah milik PT. A. Dalam surat kesepakatan disebutkan dengan jelas spesifikasi bangunan nan
nantinya akan dibangun oleh PT. B.Namun dalam pelaksanaannya ternyata PT. Btak melakukan
pembangunan sebagaimana mestinya. Kecurangan itu baru terlihat beberapa waktu kemudian.
Rupanya PT. B menurunkan kualitas spesifikasi bangunan sehingga hasil nan dibuat tak sinkron
dengan kesepakatan. Dalam kasus seperti ini, pihak PT. B bisa dikatakan telah melakukan
pelanggaran etika bisnis dilihat dari segi prinsip kejujuran.Contoh Kasus Etika Bisnis nan Pernah
Terjadidi Indonesia1. PT. Freeport Indonesia: pembayaran upah para pekerja nan dituding tak
sinkron dengan kesepakatan perusahaan dan pekerja.2. Indonesian Port Corporation (PT
PelabuhanIndonesia II): pengalihan pekerjaan kepada Perusahaan Mitsui & Co. Jepang secara
sepihak tanpa pemberitahuan sebelumnya.3. PT. Megarsari Makmur (produsen HIT, obatanti
nyamuk): menggunakan zat kimia berbahaya dalam produknya.4. PT. Adhi Karya dan PT. Wijaya
Karya dengan subkontraktor sekitar 17 perusahaan: kasus korupsi pusat pelatihan dan sekolah
olahraga Hambalang.5. PT. Duta Graha dan anggota DPR RI: kasus suap proyek wisma atlet.[]

Anda mungkin juga menyukai