Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sediaan farmasi tidak hanya sediaan padat, semi padat, dan
cair, tetapi terdapat juga sediaan galenik dan sediaan steril, dimana pada
sediaan steril ini terdiri dari obat tetes mata, salep mata, tetes mulut, tetes
telinga, tetes hidung, injeksi dan infus. Ini semua merupakan sediaansediaan yang termasuk dalam sediaan steril. Pada sediaan steril, sediaan
yang agak rumit pembuatannya adalah injeksi. Pembuatan sediaan harus
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan
bahan asing.
Injeksi ini sendiri didefinisikan sebagai sediaan steril untuk
kegunaan parenteral yang dibuat dengan melarutkan, mengemulsi atau
mensuspensikan sejumlah obat kedalam sejumlah pelarut atau dengan
menggunakan bahan atau zat yang isotonis, maksudnya mempunyai
tekanan osmosis yang sama dengan darah dan cairan tubuh yang lain.
Menggunakan air yaitu Aqua Pro Injeksi sabagai zat pembawa.
Penggunaan injeksi dapat diberikan kepada penderita suatu penyakit,
bila pasien tidak dapat menelan obat atau obat tidak dapat diserap dari
mukosa saluran cerna.
Sediaan injeksi ini tidak semuanya harus jernih, dapat pula
berwarna tergantung pada obatnya, tetapi bila obatnya tidak berwarna,
maka cairan harus jernih, selain itu pula harus aman, yaitu tidak

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis. Isohidris dimaksudkan


agar bila diinjeksikan kedalam tubuh, tidak terasa sakit dan
penyerapannya dapat optimal. Selain itu harus steril, yaitu bebas dari
mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak baik dalam
bentuk vegetatif.
Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi
melalui berbagai cara, baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan
yang dapat mengubah kekuatan, mutu dan kemurniaan, diluar
persyaratan resmi dalam kondisi basa pada waktu penanganan,
pengangkutan, penyimpanan, penjual dan penggunaan. Injeksi yang
sediaannya sudah keruh dan wadahnya telah rusak jangan digunakan
lagi, karena kemungkinan besar cairannya telah terkontaminasi dengan
mikroorganisme, sedangkan injeksi ini merupakan salah satu sediaan
obat dalam bidang farmasi. Maka seorang farmasis wajib mengetahui
bagaimana cara pembuatan dan cara pemakaian.
Pada praktikum ini akan dibuat sediaan ampul ibuprofen yang
berkhasiat sebagaia antipiretik, analgetik, dan antiinflamasi NSAID
(Non Steroid Anti Inflamasi Drug). Ibuprofen dibuat dalam bentuk
sediaan ampul karena pemberian secara oral dapat memberikan efek
gastrointestinum, peristiwa trombit, pendarahan, efek ginjal, reaksi
anafilaktoid dan bronkopasme. Selain itu, ibuprofen yang diberikan
secara intravena lebih efektif meredakan demam dan rasa nyeri pada

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

pasien dewasa. Oleh karena itu, prkatikum ini dilakukan untuk


mengetahui cara pembuatan ampul ibuprofen.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1

Untuk meracik dan membuat sediaan steril, khususnya pada

percobaan ini adalah injeksi ampul ibuprofen.


Untuk mengetahui khasiat dan penggunaan ampul ibuprofen.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

BAB II
FORMULA
A. Formula yang disetujui
R/ Ibuprofen

400 mg

Na CMC

0,05 %

Gliserin

20 %

Na2 EDTA

0,01 %

API

ad

4 mL

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

B. Kelengkapan Formula
Dr. Anggi
SIP. 789/IDI/2003
Jln. Mekar jaya No. 13 Kendari
Telp. 03735464883
No : 2
Kendari, 27 Oktober 2015
R/ Ibuprofen

400 mg

Na CMC

0,05 %

Gliserin

20 %

Na2 EDTA

0,01 %

API

Pro
Umur
Alamat

ad

4 mL

: Asri
: Dewasa
: Jl. Manggis

Ket:
R/ (Recipe) : Ambillah
Pro (Pronum) : Untuk
C. Alasan Penggunaan Bahan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

1. Alasan penggunaan bahan aktif


Ibuprofen digunakan sebagai bahan aktif sebab obat pertama dari
kelompok propionate ini adalah NSAID (Sebab efek sampingnya relatif
ringan, daya analgesic, antiradang cukup baik) (Tan hoan tjan, 2007 ).
Sebuah tinjauan narasi dari 22 penelitian mendapatkan bahwa
dosis tunggal ibuprofen lebih efektif menurunkan demam dibandingkan
dosis tunggal PCT, dimana ibuprofen lebih efektif setelah 6 jam, pemberian
pada uji terbaru, efek antipiretik dari ibuprofen tampak lebih cepat dan
tahan lama disbanding PCT (Inke nadia dinyanti lubis, 2011 hal 6).
2. Alasan penggunaan bahan tambahan
a). Alasan penggunaan API
API di gunakan karena pelarut yang paling sering digunakan
pada pembuatan obat suntik secara besar-besaran adalah air untuk
suntik (water for injection VSP) (Ansel, 1989 : 406). Adapun Kelarutan
ondansetron dalam air yaitu sedikit larut dalam air (Martindal, 2009).
Steril water for injection ( air steril untuk injeksi ) adalah air
untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai
tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya
( Stefanus Lukas, 2006 : 53 ).
b). Na CMC
Menurut farmakope jepang edisi 14, 2006: ibuprofen
merupakan bahan yang praktis tidak larut dalai air , menurut stefanus
Lukas 2006 : jika zat aktif tidak larut dalam pembawa maka zat tersebut

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

dibuat suspensi untuk injeksi, salah satu bahan pengsuspensi yang


digunakan dalai sediaan injeksi adalah Na CMC dengan konsentrasi
0,05-0,75 %.
c). Gliserin
Ibuprofen merupakan zat aktif yang tidak larut dalam air
sehingga butuh bahan peningkat kelarutan yakni digunakan gliserin
20%.
d). Na2 EDTA
Na2 EDTA 0,01% digunakan sebagai agen pengkelat untuk
sediaan injeksi sebab sediaan yang dibuat dengan wadah gelap injeksi
biasa mengandung logam dan pengkelat digunakan untuk mencegah
reaksi katalik logam selama oksidasi.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian tentang ampul
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan emulsi atau suspesi
atau serbuk yang harus di larutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum di gunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dibuat dengan cara
melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam
sejumlah pelarut atau dengan mengisi sejumlah obat ke dalam wadah
dosis tunggal atau wadah dosis ganda (Anief, 1997).
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas
yang memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran
nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20. Kadang kadang juga hanya 25 atau
30 mL. Ampul adalah wadah takaran tinggi, oleh karena total jumlah
cairannya ditentukan dalam satu kali pemakaian untuk satu kali injeksi.
Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan
obat yang pekat terhadap cahaya dapat digunakan ampul yang terbuat dari
bahan gelas berwarna cokelat tua. Ampul tidak memerlukan zat pengawet.
Ampul dimaksudkan untuk penggunaan parental yang mana bila tutup
dibuka, tidak dapat ditutup kembali dengan jaminan sediaan tetap steril
(Syamsuni, 2006).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

Syarat-syarat untuk injeksi :


1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.
Pelarut dan bahan penolong harus dicoba pada hewan dulu, untuk
meyakinkan keamanan dan pemakaian bagi manusia.
2. Harus jernih, tidak ada pertikel padat, kecuali yang berbentuk
suspensi.
3. Tidak berwarna, kecuali bila obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isohidris, agar tidak terasa sakit dan penyerapan
obatnya dapat optimal. Isohidris artinya mempunyai pH yang sama
dengan darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu pH = 7,4.
5. Sedapat mungkin isotonis, agar tidak terasa sakit. Isotonis artinya
mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan darah dan cairan
tubuh lain. Tekanan osmosis cairan-cairan tubuh seperti darah, air
mata, cairan lumbai, sama dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9
%. Isotonis perlu diperhatikan pada penyuntikan :
a. Subkutan karena dapat menimbulkan rasa sakit, nekrose (sel
jaringan rusak)
b. Intra Lumbai, dapat menimbulkan hemolisa (pecahnya sel butirbutir darah merah)
c. Infus, dapat menimbulkan hemolisa (pacahnya sel butir-butir darah
merah)
Zat tambahan yang dipakai untuk membuat larutan isotonis,
adalah Natrii Klorida, Glukosa, Kalii nitras, Natrii Nitras, dan
sebagainya.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

6. Harus steril, suatu bahan adalah steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak baik dalam
bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
7. Bebas pirogen, ini harus diperhatikan terutama pada pemberian
banyak. Labih dari 15 mL cairan yang mengandung pirogen dapat
menimbulkan demam. Pirogen adalah senyawa kompleks polisakarida
dimana mengandung radikal yang ada unsur N, P selama radikal
masih terikat, selama itu masih dapat menimbulkan demam. Pirogen
adalah termostabil.
Keuntungan dan kerugian sediaan infus
Keuntungan sediaan injeksi yaitu :
1. Aksi fisiologis cepat.
2. Pasien tidak kooperatif, tidak sabar, mual muntah, dan shock.
3. Adsorbsinya cepat disbanding sediaan oral.
4. Beberapa obat tidak stabil, aktif jika dibuat dalam bentuk oral.
5. Beberapa obat jika dibuat dalam bentuk sediaan oral akan dirusak
oleh saluran pencernaan.
6. Untuk efek lokal seperti anestesi, operasi gigi.
Kerugian sediaan injeksi yaitu :
1. Mahal.
2. Membutukan bantuan dari orang terlatih (dokter, perawat).
3. Menimbulkan rasa sakit jika disuntikkan.
4. Dapat mengkontaminasi sdiaan jika dibuka (Syamsuni, 2006).
Komposisi sediaan injeksi yaitu :
1. Zat aktif.
2. Zat tambahan.
a. Pengawet.
b. Pengisotonis.
c. Pendapar/ buffer.
d. Antioksidan.
3. Zat pembawa/ pelarut, terdiri dari :
a. Zat pembawa air, contohnya : A.P.I, NaCl P.I
b. Zat pembawa bukan air : alkohol, gliserol, propylenglikol, dan
polietilenglikol (Syamsuni, 2006).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

B. Uraian Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propianat yang diperkenalkan
pertama kali dibanyak Negara. Obat ini bersifat analgetik dengan daya
anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Obat ini diindikasikan sebagai
analgetik, antipiretik dan antiinflamasi NSAID dengan dosis injeksi
untuk dewasa 400 mg/4 mL tiap 4-6 jam dan 800 mg/mL tiap 8-12
jam.Kontra indikasi dari obat ini yaitu tukak peptik, pasien yang
mengalami gejala asma, rhinitis atau urtikariajika menggunakan aspirin
atau OAINS lain dan Hamil trimester 3. Efek sampingnya yaitu muntah,
diare, konstipasi, nyeri abdomen, atau rasa panas terbakar sementara
pada lambung, ruam kulit, bronkospasme atau trombositopenia. pH
ibuprofen yaitu 3,5 5,0 . Stabilitasnya pada suhu kamar (25 30 oC)
terlindung dari cahaya.
C. Uraian Bahan Tambahan
1. Aqua Pro Injeksi ( FI Edisi III halaman 87)
Nama resmi

: AQUA PRO INJEKSI

Sinonim

: air untuk injeksi

Pemerian

keasaaman,

tembaga,
zat
pada
Penyimpanan

kabasaan,

ammonium,

besi,

timbal, kalsium klorida, nitrat nifat,


teroksidasi memenuhi syarat yang tertera
aqua destillata.

: dalam wadah tertutup kedap, jika dalam wadah


tertutup rapat berlemak harus digunakan dalam
waktu 3 hari setelah pembuatan.

K/P

: Sebagai pelarut untuk injeksi.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

2.

DIPLOMA - III

Na CMC (FI Edisi III hal 401)


Nama resmi
: NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Sinonim
: Natrium karboksimetilselulosa
Pemerian
: Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning
gading, tidak berbau atau hamper tidak berbau ,
Kelarutan

higroskopik.
: Mudah mendispersi dalm air, membentuk

suspensi

koloidal, tidak larut dalm etanol

(95%) P dan

dalam eter P dan dalam pelarut

organik lain.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
K/P
: Seabagai pensuspensi.
3. Gliserin (FI Edisi III hal 271-273)
Nama resmi
: GLYCEROLUM
Sinonim
: Gliserol, Gliserin
Pemerian
: Cairan seperti sirop, jernih tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang
Kelarutan

20o.
: Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalai klorofrom P, dalam eter P dan

dalam minyak lemak.


Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
K/P
: Penambah kelarutan.
4. Na2 EDTA (FI Edisi III hal 71)
Nama resmi
: AETHYLENDIAMINUM
Sinonim
: Etilendiamina
Pemerian
: Cairan jernih tidak berwarna atau agak kuning, bau
mirip
Kelarutan
Penyimpanan

amoniak
: Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P.
: Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

K/P

: Sebagai pengkhelat.

BAB IV
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
1. Autoklaf
2. Batang pengaduk
3. Gelas kimia 50 mL
4. Gelas ukur 50 mL
5. Labu ukur 50 mL
6. Pinset
7. Sendok tanduk
8. Timbangan digital
b. Bahan yang digunakan
1.Aluminium Foil
2.Aquadest
3.Aqua Pro Injeksi
4.Botol ampul
5.Gliserin
6.Ibuprofen
7.Kertas perkamen
8.NA2EDTA
9.Na CMC
10. Spoit 5 cc, 10 cc
B. Perhitungan
1. Perhitungan kelebihan volume untuk ampul
n v 2 ) +6
V1= (
(54,3) + 6 = 27,5 mL
2. Ibuprofen = 400 mg 1 ampul = 400 mg = 0,4 g
0,4 27,5
=2,75 g
=
4
3. Gliserin 20%
=

20
4=0,8 g
100

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

DIPLOMA - III

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

=
4. Na CMC 0,05%

0,8 27,5
=5,5 g
4

0,05
4=0,02 g
100

0,02 27,5
=0,0137 g
4

5. Na2EDTA 0,01%

DIPLOMA - III

0,01
4=0,0004 g
100

0,0004 27,5
=0,0027 g
4

6. API
= 27,5 (2,75 + 5,5 + 0,0137 + 0,0027)
= 27,5 8,2664
= 19,2336 mL

C. Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dilakukan sterilisasi alat dan ditimbang bahan sesuai perhitungan
3. Dibuat massa Na CMC dalam mortir dengan cara
mendespersikannya dengan dikembangkan dalam api hangat
4. Digerus ibuprofen dalam mortir bersama gliserin hingga homogen
lalu ditambahkan sedikit demi sedikit Na2EDTA ad homogen
(campuran 1)
5. Ditambahkan campuran 1 dalam massa CMC aduk ad homogeny
6. Dicukupkan dengan API ad 4 mL, sediaan dimasukkan dalai ampul
steril .
7. Ditutup ampul dengan cara dilas
8. Disterilkan pada autoclaf pada suhu 121oC selama 15 menit dengan
posisi terbalik.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

9. Diberi brosur, etiket dan kemasan.

BAB V
PEMBAHASAN
Dalam percobaan kali ini yaitu pembuatan injeksi ampul ibuprofen.
Dimana telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa ampul adalah wadah
berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung runcing (leher)
dan bidang dasar datar. Ampul adalah salah satu dari sediaan steril yang
umumnya digunakan pada dosis tunggal dan tidak menggunakan pengawet.
Dari pembuatan ampul ini diperlukan ketelitian agar sediaan terhindar
dari mikroba dan benda-benda asing lainnya. Ketelitian ini sangat diharapkan
karena sediaan injeksi ampul ini tidak menggunakan pengawet dan digunakan
untuk satu kali pemakaian. Sama halnya dengan pembuatan sediaan-sediaan
steril lainya hal pertama yang dilakukan dalam pembuatan ampul ini adalah
proses pensterilan alat-alat dan bahan yang digunakan ke dalam autoklaf dan di
dalam oven. Alat-alat yang disterilkan dalam autoklaf adalah gelas kimia, batang
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

pengaduk, wadah ampul, gelas ukur pada suhu 121C selama 15 menit. Sedang
alat yang disterilkan dalam oven yaitu gelas arloji dan cawan karena alat
tersebut tidak tahan pecah pada proses pemanasan yang bertekanan.
Pada percobaan ini dibuat injeksi ampul ibuprofen. Alasan pembuatan
ibuprofen dalam bentuk injeksi ampul karena pemberian secara oral dapat
memberikan efek gastrointestinum, peristiwa trombit, pendarahan, efek ginjal,
reaksi anafilaktoid dan bronkopasme. Menurut Kalbe Medical Portal tahun
2012, ibuprofen yang diberikan secara intravena lebih efektif meredakan demam
dan rasa nyeri pada pasien dewasa. Studi sebelumnya juga memperlihatkan
bahwa ibuprofen IV efektif sebagai pendamping morfin dalam penanganan
nyeri dalam derajat sedang berat pasca operasi. Alasan penggunaan zat aktif
karena ibuprofen merupakan derivat asam propianat yang diperkenalkan
pertama kali dibanyak Negara. Obat ini bersifat analgetik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Obat ini diindikasikan sebagai analgetik,
antipiretik dan antiinflamasi NSAID dengan dosis injeksi untuk dewasa 400
mg/4 mL tiap 4-6 jam dan 800 mg/mL tiap 8-12 jam. pH ibuprofen yaitu 3,5
5,0 . Stabilitasnya pada suhu kamar (25 30oC) terlindung dari cahaya.
Bahan tambahan yang digunakan yaitu Natrium karboksimetilselulosa
(Na.CMC) sebagai bahan pensuspensi karena zat aktif yang digunakan memiliki
kelarutan yang praktis tidak larut dalam air . Zat aktif yang tidak larut dalam air
dibuat dalam suspensi injeksi salah satu bahan pengsuspensi yang digunakan
dalam sediaan injeksi adalah Na CMC dengan konsentrasi 0,05-0,75 %.
(Stefanus, 2006) . Gliserin digunakan sebagai peningkat kelarutan dengan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

konsentrasi 20 % karena bahan aktif yang digunakan praktis tidak larut dalai air.
Dan ditambahkan Na2EDTA sebagai pengkhelat untuk mencegah terjadinya
reaksi katalisis logam. Pada sediaan ini tidak digunakan pengawet karena
sediaan yang dibuat adalah sediaan dosis tunggal untuk pemakaian sekali, tidak
ditambahkan bahan pengisotonis karena zat aktif yang digunakan tidak memiliki
nilai ekuivalen dengan NaCl 0,9 % dan tidak memiliki nilai PTB (penentuan
titik beku), dan tidak ditambahkan pendapar karena zat aktif yang digunakan
hanya dapat stabil pada pH 3,5 5,0 jika dipaksakan pHnya 7,4 dapat merusak
sediaan (tidak menimbulkan efek terapi).
Pada praktikum ini yang pertama kali dilakukan yaitu mensterilkan
semua alat dan bahan yang digunakan agar alat dan bahan yang kita gunakan
terbebas dari mikroorganisme, kemudian dilakukan penimbangan bahan sesuai
perhitungan, Lalu dibuat massa Na.CMC terlebih dahulu dengan melarutkannya
dengan API (Aqua Pro Injeksi) panas, kemudian dimasukkan campuran
ibuprofen, Na2EDTA yang telah digerus sedikit demi sedikit kedalam massa
Na.CMC diaduk hingga homogen. Setelah itu, dimasukkan ke dalam masingmasing wadah ampul, saatnya dilakukan evaluasi sediaan. Pada evaluasi ini
yang akan diperiksa adalah uji pH . Uji pH ini dilakukan dengan bantuan kertas
indikator pH dimana kertas tersebut dicelupkan ke dalam larutan kemudian
diamati pada warna apa larutan tersebut berada. Dari pengamatan warna tersebut
dapat diketahui pH ibuprofen yang dibuat adalah 6,0 dimana pH sediaan
berbeda dengan pH ibuprofen yang kita ketahui yaitu 3,5-5,0. Namun demikian
pH tersebut masih dapat digunakan dalam darah karena dalai tubuh kita sudah

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

ada larutan dapar yang dapat mempertahankan pH sediaan agar sama dengan pH
darah yaitu 7,4.
Setelah dilakukan evaluasi pH ibuprofen, maka kita lakukan penutupan
pada ampul yaitu dengan cara peleburan, semburan nyala api yang di arahkan
pada leher ampul yang terbuka. Dan ampul ditutup dengan membakar di satu
lokasi lehernya sambil di putar secara kontinyu dan relatif sering terbentuk celah
halus pada ujung leher yang tertutup yang tidak terlihat oleh mata sehingga
tidak selalu menjamin kekedapan dan dapat mengakibatkan kebocoran pada
sterilisasi akhir.
Setelah penutupan ampul, maka di lakukan sterilisasi akhir dimana
wadah ampul yang telah berisi di sterilkan dalam keadaan terbalik, dengan
maksud jika terjadi kebocoran dapat di ketahui dengan pasti.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Ibuprofen dibuat dalam bentuk sediaan ampul karena pemberian secara
oral dapat memberikan efek gastrointestinum, peristiwa trombit,
pendarahan, efek ginjal, reaksi anafilaktoid dan bronkopasme. Selain
itu, ibuprofen yang diberikan secara intravena lebih efektif meredakan
demam dan rasa nyeri pada pasien dewasa.
2. Ibuprofen merupakan obat analgetik, antipiretik dan antiinflamasi
NSAID
3. Pada pengujian pH diperoleh pH sediaan adalah 6,0.
B. Saran
Adapun saran yang dapat sampaikan dalam praktikum ampul
ini, diharapkan kepada praktikan untuk teliti karena ketelitian ini sangat
diharapkan karena sediaan injeksi ampul ini tidak menggunakan pengawet
dan digunakan untuk satu kali pemakaian.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

DIPLOMA - III

Pada formulasi sediaan ampul sebaiknya lebih memperhatikan


pemilihan bahan aktifnya dan bahan tambahan yang akan digunakan.

DAPTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI
Ansel, Howard C.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.
Jakarta:UI Press.
Lachman, Leon. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI
Press.
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril.Yogyakarta:C.V ANDI OFEST.
Tjay, Ran Hoan, 2007. Obat-obat Penting. Jakarta : PT Elex Media
komputinds.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

Anda mungkin juga menyukai