DESKRIPI KASUS
Urip Tri Gunawan Jaksa Ketua tim penyelidikan kasus BLBL-BDNI terbukti secara
sah dan meyakinkan menerima uang 660 ribu dolar AS dari Artalyta Suryani dan melakukan
pemerasan sebesar Rp1 miliar terhadap mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) Glen Surya Yusuf.
Kejaksaan Agung membentuk tim untuk menyelidiki kasus BLBI (Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia). Dipilih 35 jaksa terbaik di tanah air yang sengaja direkrut ke jakarta, salah
satu dari ke-35 jaksa tersebut adalah Urip Tri Gunawan. Urip bahkan dipercaya menjadi
koordinator untuk menangani kasus BLBI terkait Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI),
milik Sjamsul Nursalim. Ke-35 jaksa terbaik yang dipercaya menangani kasus BLBI itu
diberi tenggat waktu selesainya penyelidikan pada 30 Oktober 2007. Tetapi, tenggat waktu
yang telah ditentukan tadi tidak bisa dipenuhi karena kesulitan memperoleh dokumen dan
bukti. Sehingga Kejagung memperpanjang penyelidikan selama dua bulan, yakni sampai 31
Desember 2007. Namun masih saja belum dapat terselesaikan, sehingga diperpanjang lagi
sampai 29 Februari 2008.
Dua hari menjelang pengumuman penghentian penyelidikan kasus BLBI Sjamsul
Nursalim (27 Februari 2008), Artalyta Suryani (ayin) dikabarkan sempat menemui Urip di
ruang kerjanya. Pada batas akhir 29 Februari 2008, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus
(JAMPidSus) Kemas Yahya Rahman dan Direktur Penyidikan pada Pidsus Muhammad
Salim, mengumumkan, penyelidikan tim jaksa (Urip dkk) tidak menemukan perbuatan
melawan hukum atau bukti-bukti yang menunjukkan adanya korupsi dalam kasus BLBI
terkait BDNI senilai 47,5 triliun, sehingga penyelidikan ini harus dihentikan. Jaksa
menganggap Sjamsul sudah membayar sesuai dengan kewajibannya, meski setelah dijual
negara hanya mendapat Rp 3,4 triliun.
Pada tanggal 2 Maret 2008, Urip Tri Gunawan mendatangi rumah Sjamsul Nursalim.
Tanpa disadari ternyata petugas KPK telah mengikuti Urip dari belakang. Petugas KPK mulai
mengawasi atau memata-matai jaksa Urip sejak tanggal 27 Februari 2008, tepat waktu Ayin
menemui Urip. Setelah Urip keluar dari rumah Sjamsul Nursalim, petugas KPK langsung
menggerebek mobil jaksa Urip. Di dalam mobil tersebut ditemukan barang bukti kardus
minuman ringan yang berisikan US$ 660.000 atau sekitar 6,1 Milyar. Jaksa Urip langsung
dibawa ke ruang pemeriksaan Kantor KPK dengan tangan terborgol. Setelah diperiksa lima
jam, jaksa Urip oleh KPK telah dijadikan sebagai tersangka penerima suap, kendati ia
membantah dan mengakuinya sebagai transaksi jual beli permata. Namun KPK berkeyakinan
telah punya bukti kuat bahwa hal itu adalah suap. Kemudian jaksa Urip ditahan KPK di
1
Penjara Brimob, Kelapa Dua, Depok. Di hari yang sama petugas KPK juga menangkap
Artalyta Suryani, setelah menjalani pemeriksaan, Artalyta langsung di tahan di rumah
tahanan wanita Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Pada tanggal 12 Maret 2008, Kapuspenkum Kejagung BD Nainggolan dalam jumpa
pers di gedung Puspenkum, Kejagung, mengungkap pemberhentian sementara Urip Tri
Gunawan dari statusnya sebagai jaksa dan pegawai negeri sipil (PNS) kejaksaan. Keputusan
Jaksa Agung Nomor Kep-VII-001/C/03/2008, ini diteken Jaksa Agung Hendarman Supandji
pada 6 Maret 2008. Pada tanggal 22 Desember 2008, Kejaksaan Agung akhirnya mengambil
sikap tegas terkait status oknum mantan jaksanya, Urip Tri Gunawan. Usai diberhentikan dari
jabatan jaksa, kini Urip dipecat dengan tidak hormat dari statusnya sebagai pegawai negeri
sipil. Demikian hasil kesimpulan akhir dari pemeriksaan yang dilakukan tim jaksa agung
muda pengawasan Kejagung. Hal ini merupakan sanksi terberat berdasarkan PP No 30/1980
tentang Disiplin PNS.
Lima hari setelah pemberhentian sementara Urip dari jabatannya, tepatnya tanggal 17
Maret 2008 Jaksa Agung Hendarman Supandji mencopot Kemas Yahya Rahman dari jabatan
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus dan Muhammad Salim dari jabatan Direktur
Penyidikan pada Bagian Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung. Keputusan ini untuk
menjaga kredibilitas dalam penanganan perkara korupsi.
Majelis hakim yang diketuai oleh Teguh Hariyanto menyatakan Terdakwa Urip Tri
Gunawan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi, kata hakim
Teguh Hariyanto.Dalam putusannya, majelis hakim juga menjatuhkan denda Rp500 juta
subsidiair satu tahun kurungan.Urip dijerat dengan pasal 12 B dan 12 E UU nomor 31 tahun
1999 sebagaimana diubah dengan pasal 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Dalam pertimbangan hukumnya, majelis hakim berkeyakinan bahwa Urip dengan
sengaja membocorkan proses penyelidikan perkara Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI) yang kemungkinan menyeret pimpinan Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI),
Sjamsul Nursalim.Urip terbukti membocorkan proses penyelidikan kepada Artalyta Suryani,
pengusaha yang dikenal dekat dengan Sjamsul Nursalim.Terdakwa lindungi kepentingan
Sjamsul Nursalim untuk mendapatkan imbalan, kata hakim Andi Bachtiar.
Majelis hakim menegaskan, Urip telah dengan sengaja menyarankan kepada Artalyta
tentang cara-cara yang bisa ditempuh agar Sjamsul Nursalim tidak perlu menghadiri
panggilan pemeriksaan di Kejaksaan Agung. Pertimbangan hukum majelis hakim antara lain
didasarkan pada petunjuk hasil sadapan asli yang dilakukan terhadap pembicaraan Urip
2
dengan berbagai pihak melalui telepon. Majelis menyatakan Urip telah menghubungi jaksa
Hendro Dewanto untuk membantu mencarikan solusi kasus BLBI yang melibatkan Sjamsul
Nursalim. Hendro Dewanto adalah anggota tim jaksa BLBI yang berperan dalam
menganalisis hasil penyelelidikan kasus itu. Dalam pembicaraan yang terjadi pada 7
Desember 2007 itu, Urip berulang kali meminta tolong kepada Hendro.
Terdakwa berulang-ulang meminta Hendro Dewanto untuk mencarikan jalan keluar
kasus BLBI BDNI, kata hakim Teguh Haryanto. Urip juga terbukti menghubungi pegawai
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Adi untuk membantu meyakinkan sejumlah jaksa agar
perkara BLBI diselesaikan secara perdata.
Hakim juga membeberkan pembicaraan Urip dengan Artalyta pada tanggal 25
Februari 2008. Dalam pembicaraan itu, Artalyta menyatakan komitmennya untuk
menyediakan sesuatu dengan mengatakan,Pokoknya aku sudah ready, tinggal tunggu waktu
aja. Itu terkait dengan rencana pemberian uang 660 ribu dolar AS, kata hakim Teguh
menambahkan.
Majelis menyebutkan, Urip telah beberapa kali menjalin komunikasi dengan Artalyta
yang antara lain menyebutkan tentang sesuatu yang akan diberikan kepada Urip.
Kemudian, sesaat setelah penghentian kasus BLBI pada 29 Februari 2008, Urip juga
menghubungi Artalyta untuk memberi tahu bahwa penyelidikan kasus tersebut telah
dihentikan, seperti keinginan Artalyta.
Dalam pembicaraan itu, Artalyta menyatakan kesiapannya untuk memberikan uang
kepada Urip pada Minggu, 2 Maret 2008. Pada hari yang ditentukan itu, Urip ditangkap
karena menerima uang 660 ribu dolar AS. Majelis berkeyakinan, pemberian itu terkait dengan
penyelidikan kasus BLBI.Majelis juga menyatakan Urip bersalah karena memeras mantan
Kepala BPPN Glen Surya Yusuf sebesar Rp1 miliar. Pemerasan itu dilakukan melalui
perantaraan pengacara Glen, Reno Iskandarsyah.
Majelis berkeyakinan, Urip menyatakan bahwa ada kemungkinan Glen menjadi
tersangka dalam kasus BLBI. Hal itu bisa disiasati jika Glen mau berkoordinasi dan
menyerahkan sejumlah uang. Akhirnya Glen menyerahkan Rp1 miliar kepada terdakwa
melalui Reno Iskandarsyah. Tuntutan pidana jaksa Urip yang telah terbukti melakukan lebih
dari satu tindak pidana, yaitu: Pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung (MA) menghukum Urip
Tri Gunawan dengan hukuman 20 tahun penjara dan denda Rp 500 juta. Putusan itu
menguatkan putusan Pengadilan Tinggi Tindak Pidana Korupsi. Majelis hakim kasasi yang
terdiri dari Artidjo Alkostar, MS Lumme, Hamrat Hamid, dan Leo Hutagalung juga meminta
uang suap dari Artalyta Suryani sebesar US$ 660 ribu yang diterima Urip harus dirampas
3
untuk negara. Majelis hakim juga menjatuhkan denda Rp 500 juta subsider delapan bulan
penjara. Putusan tingkat banding itu menguatkan putusan pengadilan tingkat pertama. Majelis
hakim Pengadilan Tinggi Tindak Pidana Korupsi hanya melakukan perbaikan pada hukuman
pengganti denda, menjadi delapan bulan kurungan, dari sebelumnya satu tahun kurungan.
Urip dijerat dengan pasal 12 B dan E dan pasal 26 A UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana
diubah dengan UU 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2. PEMBAHASAN / ANALISIS KASUS
Dalam kasus tersebut diatas oleh Teori Realitas Sosial Kejahatan dari Richard Quinney
dibahas menggunakan 6 (enam) preposisi teori :
a. (Definisi Kejahatan) : Kejahatan adalah suatu definisi tingkah laku manusia yang
diciptakan oleh agen-agen penguasa dalam suatu masyarakat yang terorganisasi
secara politik. Tindakan yang dilakukan oleh Jaksa Urip Tri Gunawan merupakan
kejahatan yang di definisikan sebagai kejahatan korupsi hal tersebut merupakan suatu
kejahatan yang definisinya dirumuskan dalam suatu undang-undang tentang tindak
pidana korupsi yang mana rancangan undang-undang ini dibahas terlebih dahulu
sebelum di sah-kan bersama oleh Presiden dan DPR, yang mana rancangan undangundang itu dapat berasal dari DPR, Presiden atau DPD yang merupakan agen-agen
penguasa dalam suatu masyarakat yang terorganisir secara politik.
b. (Perumusan definisi penjahat) : Definisi penjahat menggambarkan tingkah laku
yang konflik dengan kepentingan kelompok masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk membuat kebijakan publik Jaksa Uri Tri Gunawan di definisikan
sebagai koruptor atau penjahat yang melakukan tindak pidana korupsi seperti yang
tercantum dalam undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi yang menurut
undang-undang tersebut dirumuskan, dijabarkan dan dijelaskan sebagai pelaku yang
mempunyai konflik dengan penguasa atau negara yakni secara melawan hukum
penguasa melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, karena
dianggap merugikan penguasa yang memiliki kekuasaan untuk membuat undangundang (kebijakan publik) maka dirumuskanlah undang-undang yang mengatur
pemberantasan kejahatan (korupsi) yang dilakukan oleh penjahat (koruptor) tersebut.
moralitasnya. Hal itu tercermin dalam perilaku dan kehidupannya, kemudian dalam dia
bertindak dalam profesinya. Dan yang terpenting dia bisa berbuat terbaik bagi bangsanya.
Jaksa bukan sebagai pelengkap dalam proses penegakan hukum. Dia harus bertanggung
jawab sebagai organ yang harus menegakkan hukum dan bagaimana supremasi hukum
berjalan dengan baik.
Publik (masyarakat) sudah sangat ingin optimis dan berharap atas janji/sumpah ketka
di angkat menjadi jaksa/penegak hukum, akan menegakkan keadilan termasuk memberantas
korupsi Yang pasti sudah merupakan yang harus di dukung oleh kepercayan masyrakat
dengan melihat etika yang di tunjukkan aparat penegak hukum di negeri ini.
Jadi, wajar dan pantas Seorang Jaksa Urip Tri gunawan di berhentikan dan di hukum
sebagai pelanggar etika penegak hukum, sesuai dengan ketentuan hukum, Jaksa
diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya dengan alasan : terus menerus melalaikan
kewajiban dalam menjalankan tugas/pekerjaannya. (PASAL 13 AYAT 1 HURUF B
UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN
REPUBLIK INDONESIA).
Lebih dari sekadar dokumen.
Temukan segala yang ditawarkan Scribd, termasuk buku dan buku audio dari penerbit-penerbit terkemuka.
Batalkan kapan saja.