Oleh:
Nama
NRP
Kelompok
No. Meja
Asisten
Tanggal Percobaan
: Rival Gustian DP
: 123020235
:J
: 3 (Tiga)
: Sefty Muliawati
: 20 November 2014
I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan, (3) Prinsip Percobaan.
1.1
dikenal dapat mencegah timbulnya kanker, mutu serat makanan dalam kacangkacangan juga tidak kalah. Bahkan kacang-kacangan mempunyai keistimewaan
lain, yaitu berharga murah, berprotein tinggi, kandungan lemaknya pada
umumnya baik untuk kesehatan dan mengandung berbagai mineral dalam jumlah
yang cukup banyak (Koswara, 2007).
Kacang-kacangan sebagai bahan pangan sumber energi dan protein sudah
lama dimanfaatkan penduduk Asia, Afrika, Amerika Latin, dan negara lainnya.
Kacang-kacangan termasuk dalam kelas Leguminosae, yaitu merupakan tanaman
dikotiledon (memiliki dua keping biji) yang kaya akan zat gizi sebagai cadangan
makanan bagi embrio selama germinasi (proses berkecambah).
Protein kacang-kacangan umumnya kaya akan lisin, leusin, dan isoleusin,
tapi terbatas dalam hal kandungan metionin, dan sistin. Hal ini menyebabkan
kacang-kacangan sering dikombinasikan dengan serealia. Sebab, serealia kaya
akan metionin dan sistin, tapi miskin lisin (Ikrawan, 2005).
Selain itu, kacang-kacangan juga merupakan sumber lemak, vitamin,
mineral, dan serat pangan (dietary fiber). Kadar serat dalam kacang-kacangan
mempunyai peran yang sangat penting akhir-akhir ini, yaitu untuk mencegah
berbagai penyakit degeneratif.
Selain senyawa-senyawa yang berguna, ternyata kacang-kacangan juga
mengandung antigizi. Beberapa senyawa antigizi terpenting yang terdapat dalam
kacang-kacangan adalah antitripsin, hemaglutinin atau lektin, oligosakarida, dan
asam fitat. Salah satu upaya untuk menginaktifkan zat-zat antigizi tersebut adalah
dengan membuat kacang-kacangan berkecambah menjadi taoge. (Ikrawan, 2005).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan pengenalan struktur dan sifat fisik serealia dan
kacang-kacangan adalah untuk mengetahui perbedaan macam-macam serealia dan
kacang-kacangan.
Tujuan dari percobaan daya serap air adalah untuk mengetahui besarnya
daya serap pada sampel
Tujuan dari Rasio Pengembangan adalah untuk mengetahui rata-rata
pengembangan pada serealia.
Tujuan percobaan penentuan daya serap air pada tepung adalah untuk
menentukan dan mengetahui besarnya daya serap air yang terdapat pada tepung
terigu.
Tujuan dari percobaan uji gluten terigu adalah untuk mengetahui jumlah
gluten yang terkandung di dalam tepung terigu dimana gluten tersebut merupakan
protein yang tidak larut dalam air.
Tujuan dari percobaan uji bleaching adalah untuk mengetahui proses
pembuatan tepung terigu apakah menggunakan proses bleaching atau tidak.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan pengenalan struktur dan sifat fisik serealia dan
kacang-kacangan adalah berdasarkan pada pengamatan struktur dan sifat fisik
serealia dan kacang-kacangan yang berbeda-beda. Pengamatan ini berdasarkan
terhadap warna, bentuk, ukuran, berat, densitas kamba, struktur fisik, daya serap,
dan rasio pengembangan.
Prinsip dari percobaan pengamatan dayas erap air adalah berdasarkan
kemampuan beras menyerap air.
Prinsip dari percobaan pengembangan rasio pengembangan adalah
berdasarkan perbandingan bahan setelah dan sebelum dimasak.
II METODOLOGI PERCOBAAN
Bab ini menguraikan mengenai: (1) Bahan-bahan yang digunakan, (2) Alatalat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan.
2.1 Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengenalan struktur dan sifat
fisik serealia dan kacang-kacangan adalah kacang hijau.
Bahan yang digunakan pada percobaan perhitungan daya serap air dan
rasio pengembangan adalah beras ketan hitam.
Bahan yang digunakan dalam percobaan daya serap air tepung terigu
adalah tepung terigu Segitiga Biru dan air.
Warna
Densita
Ukuran
Strukt
Berat
dan
s dan Sifat Fisik Serealia danur
fisik
fisik
1. Pengamatan
Struktur
Kacang-kacangan
bentuk
kamba
Irisan
melinta
ng
Densitas kamba
Bahan ( kacang tanah)
Sampai volume 30 ml
Keluarkan
bahan
Timbang (g/ml)
Irisan
membuju
r
Gambar 1. Prosedur Percobaan Pengamatan Struktur dan Sifat Fisik Serealia dan
Kacang-kacangan
Prosedur percobaan pada pengamatan struktur dan fisik pertama-tama
amati warna dan bentuk catat tiap-tiap bahan dan gambar bentuknya secara utuh.
Sebutkan bagian-bagian yang terlihat. Lalu ukur panjang, lebar dan tebal masingmasing bahan menggunakan mikrometer atau jangka sorong. Lalu timbang
sebanyak 100 butir bahan dan nyatakan berat bahan dalam gra/100 butir lalu
masukkan bahan kedalam gelas ukur sampai volumenya mencapai 100 ml.
Usahakan pengisiannya sampai benar-benar padat. Keluarkan semua bahan dari
gelas kur dan timbang beratnya. Nyatakan densitas kamba bahan dalam g/ml. Lalu
buat irisan melintang dan membujur tiap-tiap bahan. Gambar struktur atau lapisan
yang terlihat dan berikan keterangan secukupnya.
2. Daya Serap Air
20
100 ml
ml
air
air
T = 80C
t = 20
21gr
beras
gram
beras
Penangas Air
A- B
Berat Total*
X 100%
1 gr beras
T = 20
Penangas air
Rasio Pengembangan =
ta2 - tb2
ta1 - tb1
x 100%
Tinggi Bahan
tb1 = Sebelum pemanasan
tb2 = Setelah pemanasan
Lakukan 1x pengukuran
6. Uji Bleaching
14-17
gr
tepung
beras
10 ml
petroleum
eter
Sampel
Kacang Hijau
Densitas Kamba
Ukuran
Fisik
Hasil pengamatan
0,744 g/ml
Panjang
0,52 mm
Lebar
0,38 mm
Irisan melintang
Irisan membujur
Berat utuh
1 gram
Berat awal
1 gram
1,4 gram
16,667 %
Sampel
ta1
6,45 cm
ta2
6,85 cm
tb1
0,9 cm
tb2
1,95 cm
% Rasio pengembangan
88,288%
Tepung terigu A
Volume air
21 ml
Berat terigu
25 gram
84 %
a. NaCl
b.
Air
Gluten basah
3,7 gram
Gluten kering
2,6 gram
Gluten basah
4,0 gram
Gluten kering
2,7 gram
Sampel
Hasil
Berdasarkan hasil daya serap air tepung terigu didapat hasil pengamatan
daya serap air tepung terigu A didapat volume air 21 ml, berat terigu 25 g, dan
daya serap air 84 %.
Berdasarkan hasil pengamtan uji gluten dapat disimpulkan bahwa sampel
tepung terigu protein tinggi dengan penambahan NaCl bahwa gluten basah
menghasilkan 3,7 gram dan gluten kering 2,6 gram. Dan pada penambahan air
bahwa gluten basah menghasilkan 4 gram dan gluten kering 2,7 gram.
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa hasil uji bleaching
adalah positif (+) karena supernatant berwarna tidak kuning. Dengan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa tepung terigu dan mengalami proses bleaching.
Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein yang saling
melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Komoditi ini juga
ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain selain protein, yaitu mineral,
vitamin B, karbohidrat kompleks dan serat makanan. Disamping diolah secara
tradisional
dengan
direbus,
dikukus,
dan
disayur,
sebenarnya
potensi
giling
merah
hijau
gude
tanah
Energi
366
352
333
366
350
316
381
525
7.6
7.3
9.0
9.8
17.1
20.7
40.0
27.9
1.0
0.9
1.0
7.3
1.8
1.0
16.7
42.7
78.9
76.2
77.2
69.1
70.7
58.0
24.9
0.4
0.8
0.3
2.2
5.7
4.6
3.2
2.4
0.6
1.0
1.0
2.4
3.1
4.6
5.3
2.4
59
68
22
30
94
146
222
316
(Kal)
Protein
(gram)
Lemak
(gram)
Hidrat
17.4
arang total
Serat
(gram)
Abu
(gram)
Kalsium
(mg)
Fosfor
258
257
150
538
315
445
682
456
0.8
4.2
1.3
2.3
4.9
4.7
10
5.7
641
235
31
30
0.26
0.34
0.10
0.12
0.40
0.3
0.52
0.44
0.26
0.34
0.10
0.12
0.40
0.3
0.52
0.44
11.9
14.6
11.8
11.5
7.4
16.1
12.7
9.6
100
100
100
100
100
100
100
100
(mg)
Besi (mg)
Karoten
total (mg)
Vitamin A
(SI)
Vitamin B
(mg)
Vitamin C
(mg)
Air (gram)
Bahan
dapat
dimakan
(%)
(Sumber : Muchtadi; 2010).
Densitas kamba merupakan perbandingan berat bahan dengan volume bahan
yang digunakan sehingga densitas kamba dalam bidang pangan sering
diaplikasikan dalam penentuan jumlah mesin, volume pengemasan, ruang bahan
yang akan digunakan.
Densitas kamba bahan yang diukur pada alat yang sama tidak akan sama,
hal yang mempengaruhi perbedaan ini adalah besar-kecilnya serealia dan kacang-
kacangan tersebut, semakin besar serealia dan kacang kacangan tersebut maka
densitas kamba yang didapat semakin kecil yang disebakan oleh banyak terdapat
ruang kosong didalam bahan saat diukur, dan semakin kecil ukuran serealia dan
kacang-kacangan maka densitas kamba semakin besar karena terdapat sedikit
ruang kosong dalam bahan saat pengukuran(Ade et al., 2009).
Densitas kamba mempengaruhi jumlah bahan yang bisa
dikonsumsi dan biaya produksi bahan tersebut. Densitas kamba
makanan
berbentuk
bubuk
berkisar
0,30-0,80
g/mL
(Wiranatakusumah, 1992).
Kekerasan suatu bahan serealia dan kacang-kacangan sangat berpengaruh
terhadap rasio pengembangan dan daya serap bahan terhadap air. Bahan yang
memiliki tekstur yang lembut seperti kacang tanah lebih banyak menyerap air
dibandingkan dengan kacang kedelai yang memilki tekstur yang keras. Banyak
dan sedikitnya bahan menyerap air saat dimasak mempengaruhi berat akhir bahan
setelah dimasak, bahan yang telah dimasak cendrung memiliki berat yang lebih
besar dibandingkan dengan bahan sebelum dimasak, hal ini terjadi akibat proses
pemasakan yang mengakibatkan bahan menyerap air. Proses pemasakan bahan
juga mempengaruhi rasio pengembangan bahan. Bahan yang banyak menyerap air
selain mengakibatkan pertambahan berat bahan juga mempengaruhi panjang,
lebar, dan tebal bahan. Bahan yang banyak menyerap air menyebabkan
pertambahan panjang, lebar dan tebal bahan yang lebih besar, sehingga bahan
yang lembut seperti kacang tanah, setelah proses pemanasan panjang, lebar dan
tebalnya bertambah, sedangkan kacang kedelai yang memiliki tekstur yang lebih
keras mengalami pertambahan panjang tetapi tidak sebesar dengan bahan yang
memilki tekstur yang lembut.
Daya serap air tepung perlu diketahui dalam penyusunan formula adonan.
Penambahan air pada pembuatan adonan roti disesuaikan dengan daya serap air
dari terigunya. Penetapan dayaa serap air terigu juga dapat digunakan untuk
menilai mutu tepung terigu. Daya serap air sekitar 60 % dianggap baik. Makin
rendah daya serap air terigu, makin rendah mutu terigu tersebut (Muchtadi, 2010).
Daya serap air ini berkaitan dengan kualitas bahan pada proses
pengolahannya. Misalnya pemilihan formula untuk pembuatan roti, air dalam
pembuatan roti berfungsi untuk menghasilkan adonan roti yang remah dan
berkualitas baik, karena air mengandung garam-garam yang berfungsi sebagai
penguat gluten dan membantu dalam pertumbuhan ragi dalam proses fermentasi
(Winarno, 1997).
Daya serap air tepung perlu diketahui dalam penyusunan formula adonan.
Penambahan air pada pembuatan adonan roti disesuaikan dengan daya serap air
dari terigunya. Penetapan daya serap air terigu juga dapat digunakan untuk
menilai mutu tepung terigu.
Hal ini cukup bagus, karena makin banyak jumlah ml air yang dibutuhkan
untuk menyusun formula adonan maka makin bagus mutu tepung tersebut. Daya
serap air 56 % sudah dianggap baik. Makin sedikit jumlah air yang dibutuhkan
maka kualitas tepung makin rendah. Kadar air yang aman untuk penyimpanan
ditentukan berdasarkan pertimbangan ekonomis dan teknis. Pertimbangan teknis
yaitu tingkat kadar air yang setimbang dengan kondisi lingkungannya (suhu dan
kelembaban relatif) dan ambang batas aktivitas air yang aman terhadap
kemungkinan berbagai penyebab keruskan.
Gluten merupakan protein tidak larut dalam air yang hanya terdapat pada
tepung terigu. Gluten mempunyai peranan penting sehubungan dengan fungsi
terigu sebagai bahan dasar pembuatan roti. Adonan roti mempunyi sifat yang
liat/elastis dan licin pada permukaan. Gluten merupakan komponen tepung terigu
yang membentuk sifat tersebut (Muchtadi, 2010).
Gluten merupakan salah satu dari jenis protein globuler, yaitu protein
yangberbentuk bola. Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encer, juga
lebihmudah berubah di bawah pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam
danbasa. Protein ini mudah terdenaturasi, yaitu susunan molekulnya berubah yang
diikuti dengan perubahan sifat fisik dan fisiologiknya seperti yang dialami oleh
enzim dan hormon (Winarno, 1997).
Gluten merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan pembuatan roti
dan kue. Gluten terdiri dari 2/3 bagian air dan 1/3 bagian bahan kering. Dalam
keadaan kering gluten mengandung 75-85 % protein total dan mengandung 5-10
% lemak serta sejumlah kecil mineral.
Perbedaan protein gluten dengan protein lainnya ialah polaritas yang rendah
dari seluruh struktur asam amino-nya. Gluten dalam baked goods akan
menghasilkan kemampuan membentuk perekat, masa yang kohesif, lapisan film
dan jaringan tiga dimensi. Gluten dalam industry bakeri digunakan untuk
memperkuat adonan, penahan (retensi) gas, memperkuat struktur, dan penyerapan
air. Gluten juga digunakan untuk membantu formulasi, pengikat, pengisi, dan
untuk pembuatan tablet.
NaCl yang digunakan pada uji gluten berfungsi sebagai indikator
yangmempercepat terbentuknya gluten. NaCl bersifat ionin yang dapat
membentukglutenin. Air juga bersifat tidak ionin jadi terbentuknya gluten lambat
sehinggasetelah
ditambahkan
air
sampel
direndam
kedalam
air
untuk
memaksimalkanterbentuknya gluten.
Bahan makanan yang mengandung gluten yaitu ada pada gandum dan
jagung. Pada jagung jumlah glutennya sedikit. Tepung maizena terbuat dari pati
jagung,
tetapi
pada
tepung
maizena
tidak
terdapat
gluten.
Hal
ini
disebabkankarena pati itu dihasilkan dari suatu proses ekstraksi sehingga gluten
yang ada pada jagung tersebut terbuang bersama air, sementara tepung tidak
denganmelakukan proses ektraksi.
Gluten merupakan senyawa protein yang larut dalam air dan bersifat
elastis.Gluten terdiri dari dua komponen protein yaitu gladin dan glutein.
Keduakomponen ini berfungsi dalam membentuk suatu adonan yang elastis
danmengembang, biasanya dalam pembuatan roti. Gluten terbentuk karena
adanyaair dan protein, ptotein menarik air supaya gliadin dan glutein terbentuk
dengancepat. Sehingga bahan tersebut bersifat kenyal, elastis dan mengembang.
Apabila pati dipanaskan dalam air, pati tersebut akan mengalami perubahan
sampai suhu gelatinisasi tercapai. Pada suhu gelatinisasi ikatan-ikatan kimia dari
pati menjadi lemah dan butir-butir pati akan mengembang. Pada keadaan ini
granulanya akan pecah sehingga kekentalannya akan naik (Winarno, 1997).
Gluten basah mempunyai daya simpan terbatas karena sangat mudah
ditumbuhi mikroorganisme, tetapi gluten kering lebih tahan. Kemungkinan
menghasilkan gluten dengan kadar air sampai 5% dan protein 85% ada.
Penggunaan gluten antara lain:
1. Sebagai tambahan pada roti untuk menambah kandungan protein.
2. Untuk pembuatan bahan perekat.
3. Untuk pembuatan hidrolisat protein nabati.
4. Dalam pembuatan monosodium glutamat (Buckle, 1986).
Terjadinya perubahan jumlah pada gluten basah ke gluten kering disebabkan
oleh pemanasan adonan pada suhu 1000C selama kurang lebih 1 jam sehinggga
menyebabkan kadar air yang terdapat dalam gluten basah menjadi berkurang atau
menguap karena adanya pemanasan di dalam oven (Buckle, 1986).
Untuk memperoleh tepung terigu yang berwarna putih sering dilakukan
bleaching. Proses bleaching berhubungan dengan oksidasi karoten, yaitu pigmen
yang terdapat pada terigu.
Bleaching pada hakekatnya adalah pemucatan atau pemutihan pigmen
karotenoid yang terdapat pada bahan makanan sehingga akan menghasilkan
senyawa yang tidak berwarna. Biasanya pemucatan terigu digunakan zat pemucat
yang bersifat oksidator. Ikatan rangkap dalam karotenoid akan teroksidasi,
sehingga pigmennya terdegradasi. Selain itu bahan pemucat ini mengoksidasi
gugus sulfihidril dalam gluten menjadi ikatan disulfida. Dengan adanya ikatan ini
akan terbentuk polimer protein yang panjang, lurus dan membentuk lapisan tipis
yang saling melekat, lapisan-lapisan itu dapat menahan gelembuhg udara, karena
itu adonan tepung akan lebih mengembang (Winarno,1997).
Pemucatan ini bertujuan untuk memperbaiki penampakan, disamping untuk
meningkatkan mutu tepung misalnya untuk meningkatkan daya kembang. Tepung
yang berwarna kekuningan bersifat kurang elastik. Pemakaian zat pemucat yang
berlebihan akan menghasilkan adonan yang pecah-pecah, butirannya tidak merata,
berwarna keabu-abuan dan volumenya menyusut (Winarno,1997).
Adapun sifat petroleum eter adalah cairan campuran hidrokarbon yang
mudah sekali terbakar dan biasanya digunakan sebagai pelarut nonpolar.
Petroleum eter terutama terdiri atas pentana, dan kadang-kadang digunakan
sebagai pengganti pentana karena dengan biaya lebih rendah. pada suhu 20 0C PE
memiliki densitas sebesar 0,64 g/ml (Vea, 2010).
Berdasarkan hasil daya serap air tepung terigu didapat hasil pengamatan
daya serap air tepung terigu A didapat volume air 21 ml, berat terigu 25 g, dan
daya serap air 84 %.
Berdasarkan hasil pengamtan uji gluten dapat disimpulkan bahwa sampel
tepung terigu protein tinggi dengan penambahan NaCl bahwa gluten basah
menghasilkan 3,7 gram dan gluten kering 2,6 gram. Dan pada penambahan air
bahwa gluten basah menghasilkan 4 gram dan gluten kering 2,7 gram.
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa hasil uji bleaching
adalah positif (+) karena supernatant berwarna tidak kuning. Dengan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa tepung terigu dan mengalami proses bleaching.
4.2. Saran
percobaan.
V DAFTAR PUSTAKA
Ade, B. I. O., B. A. Akinwande, I. F. Bolarinwa and A.O. Adebiyi.
2009.Evaluation of tigernut (Cyperus esculentus)-wheat composite flour
and bread. African Journal of Food Science. (2):087-091.
Vea, (2010), oksigenasu.blogspot.com, Petroleum Eter, Diakses : 22 November
2014
Buckle, K.A., (1986), Ilmu Pangan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Pratiwi, Hesti. (2013). 3 Kategori Tepung Terigu.Kompas.com.htm. Diakses : 22
November 2014
Muchtadi, (2010),Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan, IPB, Bogor.
Winarno, (1992). Pangan, Gizi, Teknologi, dan Konsumen. Gramedia, Jakarta.
Wirakartakusumah, A, 1992, Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan, IPB,
Bogor
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1) Daya Serap Air Beras Merah
% Daya Serap Air
=
AB
x 100 %
3)
ta1 - tb1
= 6,85 1,95 x 100 %
6,45 0,9
= 88,28 %
Daya Serap Air Tepung Terigu Protein Sedang
Daya serap air %
= ml air x 100 %
g terigu
= 21 x 100 %
25
= 84 %