Oleh :
Kelompok
: 1 / Selasa Siang
NIM: 21030115120013
RAMADHAN FARIS H
NIM: 21030115130119
NIM: 21030115130113
LAPORAN RESMI
PRATIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
Materi :
ARGENTOMETRI dan GRAVIMETRI
Oleh :
Kelompok
: 1 / Selasa Siang
NIM: 21030115120013
RAMADHAN FARIS H
NIM: 21030115130119
NIM: 21030115130113
Materi Pratikum
2.
Kelompok
: 1/Selasa Siang
3.
Anggota
1. Nama Lengkap
NIM
: 21030115120013
Jurusan
: S1 Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik
: Universitas Diponegoro
2. Nama Lengkap
NIM
: 21030115130113
Jurusan
: S1Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik
: Universitas Diponegoro
3. Nama Lengkap
NIM
: 21030115130119
Jurusan
: S1 Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik
: Universitas Diponegoro
Tanggal
Udin Mabruro
NIM: 21030112140037
ii
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik, dan Hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan resmi Pratikum Dasar Teknik Kimia 1 dengan lancar dan
sesuai dengan harapan kami.
Penyusunan Laporan Resmi Pratikum Dasar Teknik Kimia 1 ditujukan
sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas Pratikum Dasar Teknik Kimia 1 yang
sedang kami lakukan pada semester ini.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada :
1. Orang tua kami,
2. Bapak Widayat selaku Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia 1,
3. Bapak M. Rustam dan Ibu Dini I. selaku Laboran,
4. Asisten Latif Alfian Zuhri sebagai Koordinator asisten LDTK 1,
5. Asisten Udin Mabruro sebagai asisten laporan pratikum ArgentoGravimetri kami,
6. Segenap asisten Laboratorium Dasar Teknik Kimia 1 yang telah
membantu dan membimbing kami dalam setiap pratikum,
7. Teman-teman rekan kerja yang telah membantu, baik dalam segi waktu
maupun motivasi.
Laporan resmi ini merupakan laporan resmi terbaik yang saat ini bisa kami
ajukan, namun kami menyadari pasti ada kekurangan yang perlu kami perbaiki.
Maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Penyusun
iii
iv
INTISARI
Pengendapan merupakan metode yang sangat penting dalam pemisahan
suatu sampel menjadi komponen-komponennya. Proses yang di libatkan adalah
proses dimana zat yang akan di pisahkan digunakan untuk membentuk suatu
endapan padat. Analisa dengan prinsip pengendapan banyak di gunakan dalam
metode Argento Gravimetri. Tujuan praktikum ini adalah menganalisa kadar Cldalam sampel dengan metode Mohr dan Fajans. Manfaatnya mahasiswa dapat
menganalisa kadar Cl- dalam sampel dengan metode Mohr dan Fajans.
Argento berasal dari bahasa latin Argentum yang berarti perak.
Argentometri merupakan analisa kuantitatif volumetri untuk menentukan kadar
halogen dalam sampel dengan menggunakan larutan standar AgNO3 pada suasana
tertentu. Metode Argentometri disebut juga metode pengendapan TAT ditentukan
oleh terbentuknya larutan berwarna atau kekeruhan pertama. Dalam Argentometri
ada tiga metode Mohr, Fajans, dan Volhard.
Metodologi praktikum ini menggunakan alat yang umumnya digunakan
dalam titrasi dan bahan yang digunakan adalah sampel, AgNO3, indikator dan
larutan primer NaCl. Prosedur kerja yang pertama adalah standarisasi AgNO3
dengan NaCl 0,05N. Kemudian yang kedua adalah penetapan kadar Cl- dengan
metode Mohr.Kemudian yang ketiga adalah penetapan kadar Cl- dengan metode
Fajans. Perbedaan kedua metode ini adalah indicator yang digunakan dan pada
metode Fajans di panas kan terlebih dahulu.
Pada praktikum ini kami menggunakan dua sampel. Keduanya di uji dengan
metode Mohr dan Fajans. Pada metode Mohr terbentuk endapan Perak Kromat yang
berwarna merah bata. Pada metode Fajans terbentuk endapan Flouresein yang
berwarna merah jambu. Data yang kami dapatkan lebih besar dari dari kadar asli.
Data yang kami dapatkan dari percobaan ini adalah kadar Cl- dalam sampel
I yang di temukan 1533,6 ppm dan kadar asli 1100 ppm. Kadar Cl- dalam sampel II
yang kami temukan 1547,1 ppm dan kadar asli 994 ppm. Faktor yang mempengaruhi
percobaan adalah Ksp. Dalam melakukan percobaan ini sebaiknya dilakukan
dengan hati-hati dan teliti. Kebersihan alat dan penambahan titran di lakukan
secara perlahan dan mempertahankan pH netral.
2-
(2.1)
(2.2)
Ksp AgCl
= 1,0 x 10-10
[Ag+]
= [Cl-]
[Ag+]2
= 1,0 x 10-10
[Ag+]
= 1,0 x 10-5
= 2 x 10-12
[Ag+]2 [CrO42-]
= 2 x 10-12
[Ag+]2 [10-2]
= 2 x 10-12
[Ag+]2
= 2 x 10-10
[Ag+]
= 1,4 x 10-5
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa banyaknya ion perak yang
dibutuhkan untuk mengendapkan ion kromat lebih besar dari yang
dibutuhkan untuk mengendapkan ion klorida. Jadi pada saat TAT terjadi, ion
klorida praktis telah mengendap semua, sehingga perak kromat baru
mengendap setelah semua ion klorida mengendap membentuk perak klorida.
Hal-hal yang diperhatikan dalam penggunaan metode Mohr:
1. Baik untuk menentukan ion klorida dan bromida tetapi tidak cocok
untuk ion iodida dan tiosianida.
2. Titrasi dalam suasana netral atau sedikit alkalis, pH 7 10,5.
3. Tidak cocok untuk titrasi larutan yang berwarna, seperti CuCl2
(biru), CaCl2 (perak), NiCl (hijau) karena akan menyulitkan
pengamatan saat TAT.
4. Tidak bisa untuk garam-garam Cl dan Br yang terhidrolisakarena
terbentuk endapan yang tak diharapkan. Misal garam Cl atau Br
dengan kation Al, Fe, Bi, Sn, Sb, dan Mg.
dan Ba2+
karena
b. Metode Fajans
Dalam metode ini digunakan indikator adsorpsi. Bila suatu senyawa
organik yang berwarna diadsorpsi pada permukaan suatu endapan, dapat
terjadi modifikasi struktur organiknya, dan warna itu dapat sangat berubah
dan dapat menjadi lebih tua. Gejala ini dapat digunakan untuk mendeteksi
titik akhir titrasi pengendapan garam perak.
Mekanisme bekerjanya indikator semacam itu berbeda dari mekanisme
apapun yang telah dibahas sejauh ini. Fajans menemukan fakta bahwa
fluoresein dan beberapa fluoresein tersubstitusi dapat bertindak sebagai
indikator untuk titrasi perak. Bila perak nitrat ditambahkan ke dalam suatu
larutan natrium klorida, partikel perak klorida yang sangat halus itu
cenderung memegangi pada permukaannya (mengadsorpsi) sejumlah ion
klorida berlebihan yang ada dalam larutan itu. Ion-ion klorida ini dikatakan
membentuk lapisan teradsorpsi primer dan dengan demikian menyebabkan
partikel koloidal perak klorida itu bermuatan negatif. Partikel negatif ini
kemudian cenderung menarik ion-ion positif dari dalam larutan untuk
membentuk lapisan adsorpsi sekunder yang terikat lebih longgar.
Apabila klorida berlebih:
(AgCl) . Cl-
M+
X-
merupakan
asam
organik
lemah
yang
dapat
FI-
Agregat yang dihasilkan akan berwarna merah muda, dan warna itu
cukup kuat untuk digunakan sebagai indikator visual. Gambar 2.1
menunjukkan struktur molekul indikator fluoresin. Gambar 2.2 menunjukkan
peristiwa yang terjadi pada saat titrasi metode Fajans.
c. Metode Volhard
Metode ini menggunakan prinsip back to titration, yaitu pada sampel
halogenida ditambah suatu larutan standar AgNO3 secara berlebih, kemudian
sisa AgNO3 dititrasi kembali dengan larutan standar NH4CNS. Indikator yang
dipakai adalah Ferri Amonium Sulfat. Dalam prosesnya larutan harus bersifat
asam dengan tujuan untuk mencegah hidrolisa garam ferri menjadi ferri
hidroksida yang warnanya mengganggu pengamatan TAT. Suasana asam
dapat dibuat dengan menambahkan HNO3 pekat. Tetapi penggunaan
HNO3tidak terlalu pekat karena dapat menyebabkan NH4CNS teroksidasi
menjadi NO dan CO2.
3NH4CNS + 13HNO3 16NO + 3CO2 + 3NH4HSO4 + 5H2O
(2.3)
(2.4)
(2.5)
(2.6)
Perak klorida lebih mudah larut daripada perak tiosianat, dan klorida itu
cenderung melarut kembali menurut reaksi.
AgCl + CNS- AgCNS + Cl-
(2.7)
yangdapatbereaksidenganAg+
(2.8)
2. AgNO3
a. Sifat Fisika
BJ= 4,35 g/cc; BM= 169,87; n= 1,744; TL= 212C; TD= 440C.
Larutan tidak berwarna.
Kelarutan dalam 100 bagian air panas= 95,2.
Kelarutan dalam 100 bagian air dingin= 22,2.
b. Sifat Kimia
Dengan H2SO4bereaksi membentuk cincin coklat.
Reaksi: AgNO3 + H2SO4(p) AgHSO4 + HNO3
(2.9)
(2.10)
(2.11)
3. NH4CNS
a. Sifat Fisika
BM= 76,122 ; n= 1,685; TL= 149.5C; TD= 170C.
Larutan tak berwarna.
Kelarutan dalam 100 bagian air pada 0C = 128.
Kelarutan dalam 100 bagian air pada 20C = 163.
b. Sifat Kimia
Dengan CuSO4 bereaksi membentuk endapan Cu(CNS)2.
Reaksi: 2CNS- + Cu2+ Cu(CNS)2
(2.12)
(2.13)
(2.14)
(2.15)
(2.16)
(2.17)
(2.18)
b. AgNO3
c. K2CrO4
3.1.2. Alat
1. Buret, Statif, dan Klem
2. Corong
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Beaker Glass 250 ml
5. Gelas Ukur 10 ml
6. Kompor Listrik
7. Termometer
8. Pipet Volume 10 ml
9. Pipet Tetes
Fungsi :
- Statif sebagai peyangga
- Klem sebagai penjepit buret
- Buret sebagai tempat titran
Fungsi :
Untuk memanaskan larutan
Fungsi :
Untuk mengukur volume larutan
(3.1)
N NaCl
(3.3)
(3.4)
No
Jenis
VAgNO3
Sampel I Mohr
12 mL
1533.7 ppm
1100 ppm
Sampel II Mohr
12.5 mL
1597.5 ppm
994 ppm
Sampel I Fajans
12 mL
1533.6 ppm
1100 ppm
Sampel II Fajans
11.7 mL
1469.7 ppm
994 ppm
Ditemukan
Kadar Asli
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisa sampel I dengan metode Mohr
= 0.05 M
5.1. Kesimpulan
1. Pada sampel I kadar Cl- yang ditemukan adalah 1533.6 dan kadar asli adalah
1100 ppm.
2. Pada sampel II kadar Cl- yang ditemukan adalah 1533.6 dan kadar asli adalah
994 ppm.
3. Faktor yang memengaruhi praktikum ini adalah Ksp dan konsentrasi larutan.
5.2. Saran
1. Titrasi sebaiknya dilakukan pada suasana netral atau alkalis (pH 7-10,5).
2. Lakukan proses pengocokan untuk mempermudah pengamatan pencapaian
TAT.
3. Hindari kontak langsung dengan matahari karena dapat meningkatkan
temperatur.
4. Larutan jangan terlalu encer agar perubahan warna dapat mudah diamati.
5. Sebaiknya standarisasi dilakukan lebih dari sekali.
Anonim.
(2014).
Diakses
Oktober
2015
dari
http://share.its.ac.id/pluginflie.php/1410/modresource/content/1/PERCO
BAAN_ARGENTOMETRI_OK.doc.
Effendi, Dedi Sholeh. (2012). Jurnal Kandungan Klor Tanaman Kelapa Sawit
Berdasarkan Jenis Tanah Dan Penggunaan Pupuk. Diakses23 Agustus
2014 dari http://perkebunan.litbang.deptan.go.id.
Perry, R. H. And C. H. Dikton. (1985). Chemical Engineering Handbook 6th edition.
New York: McGraw Hill Book Co. Inc.
Rahmanastiti, Nabila. (2013). Laporan Resmi Argento dan Gravimetri. Diakses dari
https://www.scribd.com/doc/222639472/Laporan-Resmi-Argentometridan-Gravimetri-Nabila-Rahmanastiti#scribd pada
26 September 2015
pukul 13.02.
Underwood, A. I. And Day R. A. (1983). Analisa Kimia Kuantitatif 5th edition.
Diterjemahkan oleh R. Soendoro. Jakarta: Erlangga.
Vogel, A. I. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro. Diterjemahkan
oleh Ir. Sutiono dan Dr. A. Hadyono Pudjaatmadja. Jakarta : Penerbit P.
T. Kalman Media Pustaka.
Wasi,
Abdul.
(2013).
Argento
dan
Gravimetri.
Diakses
dari
INTISARI
Pengendapan merupakanmetode yang sangat berharga dalam pemisahan
sampel menjadi komponen-komponennya. Proses yang dilibatkan adalah proses
dimana zat yang di pisahkan digunakan untuk membentuk suatu endapan padat.
Analisa pengendapan banyak digunakan dalam metode Argento Gravimetri.
Tujuannya adalah menentukan kadar Ba2+ dalam sampel. Manfaatnya adalah
mahasiswa dapat mengetahui kadar Ba2+ dalam sampel dengan Gravimetri.
Gravimetri adalah suatu metode pengukuran berat dengan memisahkan
analit dengan semua komponennya sehingga dapat ditentukan kadar suatu zat.
Gravimetri dapat di lakukan terhadap zat organik seperti penentuan kadar
kolesterol. Walaupun Gravimetri sudah di gantikan dari segi rutinnya dengan
instrumental. Namun Gravimetri sebenarnya lebih cepat dan teliti dari pada
instrument yang perlu di kaltbrosi. Dalam Gravimetri ada teori kopresipitasi dan
post presipitasi. Kemudian ada juga sifat fisika dan kimia reagen.
Metodologi praktikum ini menggunakan alat yang umumnya digunakan.
Bahan yang digunakan adalah sampel, H2SO4 sangat encer, aquadest, H2SO4 0,1 N.
Prosedur kerja adalah kertas saring Whatman di timbang. Sampel di ambil 10 ml
dan di tambah H2SO4 0,1 N. endapan BaSO4 putih disaring kemudian di cuci dengan
H2SO4 sangat encer dan ulangi sampai tidak ada endapan lagi. Endapan di
keringkan dengan suhu 1000C1100C. Setelah kering di dinginkan di desikator dan di
timbang.
Pada metode ini kami menggunkan satu sampel. Pertama kami menimbang
kertas saring. Kemudian menjalankan semua prosedur yang ada. Kemudian
dihasilkan endapan Barium Sulfat. Lalu kertas berisi endapan di oven hingga kering.
Setelah itu kertas saring di dinginkan lalu di timbang.
Data yang kami dapatkan dari percobaan ini adalah kadar Ba2+ yang kita
temukan 2939,91 ppm. Kadar asli Ba2+ 3100 ppm. W2 yang ditemukan 1230 mg dan
W2 yang asli adalah 1232,7 mg. Dalam praktikum ini sebaiknya di lakukan dengan
hati-hati dalam pemanasan agar tidak gosong. Kebersihan alat harus di jaga.
2.1.Analisa Gravimetri
Analisa gravimetri adalah suatu metode pengukuran berat dengan
memisahkan analit dari semua komponen lainnya sehingga dapat ditentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan faktor gravimetri. Suatu analisa gravimetri
biasanya berdasarkan reaksi:
aA + bB AaBb
Dengan ketentuan a adalah analit A bereaksi dengan b molekul B. Hasil
AaBb biasanya merupakan zat dengan kelarutan kecil sehingga dapat ditimbang
dalam bentuk itu setelah dikeringkan atau dibakar menjadi senyawa lain yang
susunannya diketahui dan kemudian ditimbang. Suatu pereaksi B berlebih
biasanya ditambahkan untuk menekan kelarutan endapan, contohnya pada
penentuan Ca2+.
Ca2++C2O42-CaC2O4
(2.1)
(2.2)
Zat yang ditimbang harus punya susunan tertentu dan harus murni.
25
(2.3)
(2.4)
3.1.2. Alat
1. Kertas saring Whatman
2. Pengaduk
3. Corong
4. Beaker glass 250 ml
5. Gelas ukur 10 ml
6. Pipet tetes
b) Gambar 3.11Pengaduk
Fungsi :
Fungsi :
Membantu memasukkan larutan ke
gelas, untuk menyaring cairan kimia
Kadar Ba2+
W1
W2
BM Ba
BM BaSO4
V sampel
(3.1)
1180 mg
W2
1230 mg
2939.91 ppm
Kadar Asli
3100 ppm
4.2. Pembahasan
5.1. Kesimpulan
1. Pada sampel kadar Ba2+ yang kami temukan adalah 2939.91 ppm dan kadar
asli 3100 ppm.
2. Pada sampel W2 yang ditemukan 1230 mg dan W2 asli adalah 1232.7 mg.
3. Faktor yang memengaruhi kadar Ba2+ adalah banyak sedikitnya BaSO4.
5.2. Saran
1. Dalam melakukan pemanasan, perhatikan kertas saring agar tidak hangus.
2. Sebaiknya pencucian endapan dilakukan berulang agar analit benarbenarterpisah dari komponen lainnya.
3. Lakukan penimbangan berulang hingga mendapatkan berat rata-rata.
4. Penambahan
H2SO4 hendaknya
dilakukan
berulang
sampai
tidak
timbulendapan lagi.
5. Lakukan penyaringan berulang sampai filtrat benar-benar bersih.
Abdul.
(2013).
Argento
dan
Gravimetri.
Diakses
dari
LAPORAN SEMENTARA
PRATIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
Materi
Argentometri dan Gravimetri
Oleh :
Kelompok
: 1 / Selasa Siang
NIM: 21030115120013
RAMADHAN FARIS H
NIM: 21030115130119
NIM: 21030115130113
TUJUAN PERCOBAAN
ARGENTROMETRI
a. Menganalisa kadar Cl- dengan metode Mohr.
b. Menganalisa kadar Cl- dengan metode Fajans.
GRAVIMETRI
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar Ba2+ dalam
sampel.
II.
PERCOBAAN
2.1 Bahan Yang Digunakan
ARGENTROMETRI
1. Larutan NaCl 0,05 N
2. Larutan AgNO3
3. Indikator K2CrO4 5%
4. Indikator Fluoresein
5. Sampel
GRAVIMETRI
1. H2SO4 0,1 N 10 ml
2. H2SO4 sangat encer8 ml
3. Aquadest 20 ml
4. Sampel
GRAVIMETRI
1. Kertas saring Whatman
2. Pengaduk
3. Corong
4. Beaker glass 250 ml
5. Gelas ukur 10 ml
6. Pipet tetes
(3.1)
N NaCl
(3.3)
Kadar Cl-
V AgNO3
N AgNO3
BM Cl
V sampel
(3.4)
Kadar Cl-
V AgNO3
N AgNO3
BM Cl
V sampel
yang
diambil
untuk
diendapkan
tergantung
konsentrasi sampel).
3. Ditambahkan H2SO4 0,1 N dan diaduk.
4. Endapan BaSO4 putih yang terbentuk disaring dengan kertas
saring Whatman yang diletakkan dalam corong. Filtrat
ditampung dalam beakerglass.
5. Endapan dicuci dengan H2SO4 sangat encer dan air cucian
dijadikan satu dengan filtrat untuk kemudian ditambahkan
H2SO4 0,1 N lagi.
6. Langkah 4 dan 5 diulangisampai penambahan H2SO4 tidak
menimbulkan endapan lagi.
7. Endapandikeringkandalam oven 100-110C.
8. Setelah kering, kertas saring bersama endapan didinginkan di
desikator, kemudian ditimbang.
Kadar Ba2+ dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.1.
Kadar Ba2+ =
(3.1)
W2
BM Ba
= 0,036 N
V AgNO3 (ml)
I Mohr (P)
12
1533,6
I Mohr (Y)
12
1533,6
I Fajans (P)
13
1661,4
I Fajans (Y)
12
1533,6
II Mohr (P)
12
1533,6
II Mohr (Y)
12
1533,6
II Fajans (P)
11
1405,8
II Fajans (Y)
12
1533,6
GRAVIMETRI
Kadar Ba2+=
Kadar Ba2+=
*(
)
(
+
)
=
= 2939,91 ppm
PRAKTIKAN
MENGETAHUI
ASISTEN
Udin Mabruro
LEMBAR PERHITUNGAN
ARGENTOMETRI
1. Standarisasi AgNO3
N AgNO3 =
N AgNO3 =
= 0,036 N
Sampel I Mohr
(P) Kadar Cl- =
= 1533,6 ppm
= 1533,6 ppm
Sampel II Mohr
(P) Kadar Cl- =
= 1661,4 ppm
= 1533,6 ppm
Sampel I Fajans
(P) Kadar Cl- =
(Y) Kadar Cl- =
= 1533,6 ppm
= 1533,6 ppm
Sampel II Fajans
(P) Kadar Cl- =
(Y) Kadar Cl- =
= 1405,8 ppm
= 1533,6 ppm
B-1
Kadar Ba2+=
*(
)
)
(
+
)
=
= 2939,91 ppm
B-2
C-1
C-2
C-3
Tabel 4.1.2. Penetapan kadar Cl- dengan metode Mohr dan Fajans.
NoMetodeKadar PraktisKadar Teoritis% Error
1. Mohr 449,67 ppm 700 ppm 35%
2. Fajans 414,17 ppm 700 ppm 40%
IV.2. Pembahasan.
IV.2.1. Alasan mengapa kadar sampel I lebih kecil dari kadar sebenarnya.
Pertama, karena temperatur. Kebanyakan peningkatan kelarutan sejalandengan peningkatan
temperatur. Partikel-partikel berukuran besar akan dihasilkansehingga penyaringan dapat
berlangsung lebih cepat dan kotoran terurai. Keduakarena faktor pH. Titrasi dilakukan
dengan kondisi larutan berada pada pH kisaran6.5 10 disebabkan adanya ion kromat
sehingga
kita
harus
menambahkan sejumlahion
perak
untuk
menghasilkan
IV.2.2. Alasan mengapa kadar sampel II lebih kecil dari kadar sebenarnya.
Pertama karena faktor temperatur. Kelarutan akan semakin meningkat seiringkenaikan
temperatur. Jadi dengan meningkatnya suhu maka pembentukan endapanakan berkurang
karena banyaknya endapan yang larut. Kedua karena faktor pH. PHdari media titrasi harus
dikontrol untuk menjamin sebuah konsentrasi ion dariindikator merupakan asam lemah atau
basa lemah.
Sumber
http://www.scribd.com/doc/222639472/Laporan-Resmi-Argentometri-dan-
C-4
Teoritis
% error
Sampel 1
1283.53 ppm
1183 ppm
6.532%
Sampel 2
614.755 ppm
562 ppm
11.194%
IV.2. Pembahasan
IV.2.1. Kadar Cl- praktis lebih besar dari kadar teoritis
Kadar Cl- yang ditemukan pada percobaan pada sampel 1 adalah1265.67 ppm dan pada
sampel 2 adalah 650.92 ppm. Sedangkan kadar asli pada sampel 1 adalah 1183 ppm
dan pada sampel 2 adalah 562 ppm. Hal nidikarenakan:
1. Larutan bersuasana asam, konsentrasi ion kromat akan berkurang karenaHCrO4akan
terionisasi
sedikit
sekali.
Lagipula
hidrogen
kromat
beradadalam
akan
mengendap
terlebih
dahulu.
Endapan
Ksp
C-5
= 0,05M
Konsentrasi diatas cukup tinggi sehingga tidak dapat digunakan alam praktek.
Ion kromat yang berwarna kuning menyulitkan pengamatan dari pembentukan
endapan berwarna, biasanya konsentrasi kromat yang digunakan sebesar 0,005-0,01
M. Hal ini yang mengakibatkan kebutuhanAgNO3 lebih banyak dari yang asli.(
Underwood, 227)
Sumber
:http://www.scribd.com/doc/226009980/Abdul-Wasi-Argentometri-Dan-
C-6
0.94 gram
1.01 gram
4126 ppm
13000 ppm
% error
68.26 %
IV.2. Pembahasan
IV.2.1. Kadar Ba2+ yang ditemukan lebih kecil dari sampel asli
Pada percobaan yang kami lakukan kadar Ba2+ adalah 4126 ppm,sedangakan kadar asli
adalah 13000 pm. Hal ini dikarenakan:
1. Kopresipitasi
Kopresipitasi adalah proses dimana zat- zat yang normalnya mudah larutdapat
diturunkan selama pengendapan zat yang diinginkan. Kopresipitasizat- zat asing
bersama barium sangatlah menonjol. Anion yang palingkuat terkopresipitasi adalah
nitrat dan klorat. Kation, terutama yangdivalent dan trivalent yang garam sulfatnya
sangat sedikit larutterkopresipitasikan dengan kuat, dengan besi (III) sebagai salah
satucontoh yang paling menonjol. Barium sulfat lazim disaring dengan kertassaring (
filter) dan dicuci dengan air panas. Kertas filter itu harus dibakardengan hati- hati
menggunakan udara yang melimpah. Sulfat itu agakmudah tereduksi oleh karbon
yang berasal dari kertas itu:
BaSO4 + 4C BaS + 4CO
Jika reduksi terjadi maka Ba2+ akan bereaksi dengan karbon dammembentuk
endapan. Karena endapan Ba2+ tidak murni, melainkan bercampur dengan karbon,
maka konsentrasi Ba2+ tidak dapat ditentukandengan pasti. Hal inilah yang
menyebabkan konsentrasi yang ditemukan pada Ba2+ kecil.( Underwood, 86)
2. Proses pembakaran
Pada saat pembakaran seluruh air akan menghilang atau elektrolit-elektrolit akan
menguap. Ketika kertas penyaring dipakai,endapan yangterbentuk dapat berkurang
karena adanya karbon. Endapan yang dapat berkurang karena adsorpsi kembali air
C-7
:http://www.scribd.com/doc/226009980/Abdul-Wasi-Argentometri-Dan-
C-8
DIPERIKSA
NO
1
TANGGAL
10-12-2015
11-12-2015
KETERANGAN
1. Bold dan format
nama anggota
2. Prakata
3. Daftar Isi
4. Summary
Argento
5. Tinjauan
Pustaka
Argentometri
(metode Mohr,
indikator, sifat
reagen)
6. Summary
Gravimetri
7. Pendahuluan
Gravimetri
(pembenaran
autocorrect)
8. Referensi
1. Font cover
2. Superscript,
subscript
3. Header
4. Bahan
5. Daftar Isi
6. Satuan
penulisan rumus
gravimetri
TANDA
TANGAN