Obat Infeksi
Kelompok 1
Anggota Kelompok
Andini GBR
Avi
Rahmadiah
Clara
Jikesya
Hana
Rosanna
Khansa
Chavarina
Khusnul
Khotimah
Ratna S
Sekar Alinda
Nasution
Lidya
Kartika M.S
OUTLINE
1. Definisi, identifikasi patogen, pemilihan terapi
2. 2. Konfirmasi terjadinya infeksi
3. Jenis2 infeksi:
a. Infeksi cacing
b. infeksi protozoa
c. infeksi jamur
d. infeksi bakteri
3. tahap infeksi
4. monitoring respon terapeutik, kegagalan terapi
DEFINISI INFEKSI
Lidya Kartika M.S
(1306396901)
IDENTIFIKASI PATOGEN
Lidya Kartika M.S
(1306396901)
Sampling
Pewarnaan
Gram
Pewarnaan
Asam
Kultur Darah
Dilakukan terhadap
pasien dengan
gangguan akut atau
demam. Jaringan
atau cairan tertentu
juga dapat diambil
sesuai kebutuhan
seperti : cairan
tulang belakang
pada kejadian
meningitis, atau
cairan di lutut
untuk keluhan
arthritis
Kultur darah
dapat
Pengambilan
kultur dari
jaringan atau
cairan steril
juga pada
jaringan kulit b
harus berhatihati. Umumnya,
pemulihan
bakteri di
temukan di kulit
dalam kuantitas
yang banyak
KONFIRMASI TERJADINYA
INFEKSI
Sekar Alinda Nasution (1306411953)
Adanya demam
Suhu tubuh lebih
dari seharusnya
(37derajat)
Dapat terjadi
karena adanya
infeksi
Namun, dapat
juga disebabkan
karena banyak
hal, oleh karena
itu demam tidak
berarti terjadi
infeksi
Infeksi Helminths
Infeksi oleh helminthes atau cacing parasit menyerang > 2juta
orang di dunia. Prevalensi besar di wilayah tropis.
Cacing yang pathogen untuk manusia Metozoa
diklasifikasikan dalam roundworms (nematodes) dan 2 jenis
flatworms, flukes (trematodes) and tapeworms (cestodes).
Nematodes: Ascaris lumbricoides, Toxocara canis
Trematodes: Fasciola hepatica, Schistosoma haematobium
Cestodes: Taenia saginata, Taenia solium
Infeksi Protozoa
Hana Rosanna
1306405465
Protozoa
Klasifikasi baru Protozoa berdasarkan pengamatan mikroskop cahaya dan elektron serta
metode perpindahan. (Contoh: spesies Giardia lamblia yang mirip bakteri, mengalami evolusi
transisi diantara mikroorganisme prokariot dan eukariot)
Protozoa dapat mengalami transmisi dari satu inang ke inang lain. Klasifikasi :
1. Enteric transmission - Balantidium, Giardia, Entamoeba, Cryptosporidium, Toxoplasma,
Cyclospora, Microsporidia
2. Sexual transmission - Trichomonas
3. Arthropod transmission - Babesia, Plasmodium, Leishmania, Trypanosoma
4. Other modes of transmission - Naegleria, Acanthamoeba, Toxoplasma
Ryan, Kenneth J, C. George Ray, and John C Sherris. Sherris Medical Microbiology 6th edition. New
York: McGraw-Hill, 2014. Print.
Mode of Transmission
Symptoms
Giardia lamblia
Dientamoeba fragilis
Cryptosporidium parvum
Isospora belli
Fecal-oral
Same as in Cryptosporidium
Cyclospora cayetanensis
Same as in Cryptosporidium
Same as in Cryptosporidium
Colitis, diarrhea
Fecal-oral
Amebas
Entamoeba histolytica
Spore-forming (Coccidia)
Ciliates
Balantidium coli
Other
Blastocystis hominis
Patofisiologi
Protozoa dapat memicu respon humoral yang menyebabkan
kompleks antigen-antibodi mengaktifkan Hageman blood
coagulation factor (Factor XII), sehingga terjadi aktivasi koagulasi,
fibrinolisis, kinin dan sistem komplemen. Reaksi hipersensitivitas
spontan inilah yang diduga bertanggungjawab terhadap berbagai
gejala klinis pada infeksi African Trypanosomiasis, yaitu
hiperviskositas darah, edema, dan hipotensi.
Mekanisme penyakit yang mirip juga diduga akan terjadi pada
infeksi protozoa yang melibatkan respon imun humoral yang kuat
seperti pada tabel berikut:
Patofisiologis : Autoimunitas
Bentuk penting dari patologis yang dimediasi antibodi adalah
autoimunitas. Autoantibodi dapat memiliki dua peran dalam
patologi penyakit parasit.
Pertama, antibodi dapat menyebabkan efek sitotoksik secara
langsung pada sel inang. Misalnya autoantibodi yang melapisi sel
darah merah dapat menyebabkan anemia hemolitik.
Kedua, autoantibodi dapat menjadi patogenik dengan penumpukan
kompleks antigen-antibodi dalam ginjal atau jaringan lain, yang
dapat berakhir pada glomerulonephritis atau bentuk
hipersensitivitas langsung lainnya.
Salah satu contoh infeksi protozoa dimana autoimunitas
memegang peranan penting dalam patogenesisnya adalah infeksi T
cruzi
Baron, Samuel. Medical Microbiology 4th edition. Galveston, Tex.: University of
Texas Medical Branch at Galveston, 1996. Print.
INFEKSI JAMUR
Khusnul Khotimah
1306377272
Infeksi Bakteri
Kinanti Khansa
1306480124
Infeksi Bakteri
Tahap Infeksi
Andini Gahayati B. R. 1306413460
MONITORING RESPON
TERAPETIK
Clara Jikesya 1306479766
KEGAGALAN TERAPI
Clara Jikesya 1306479766
KEGAGALAN TERAPI
Jenis Infeksi
Lainnya
Avi Rahmadiah
1306376995
Infeksi Akut
Infeksi yang ditandai dengan onset yang tiba-tiba, perkembangan
penyakit yang cepat, dan sering bersamaan dengan gejala yang berat
Infeksi Kronis
Infeksi yang ditandai dengan onset dan perkembangan penyakit yang
lambat
Infeksi Nosokomial
Atau Hospital Acquired Infection (HAI)
Infeksi yang diperoleh pasien selama dirawat di rumah sakit dan menunjukkan gejala infeksi
baru setelah 72 jam pasien berada di rumah sakit
Tingkat paling tinggi terjadi di unit perawatan khusus, ruang rawat bedah dan ortopedi serta
pelayanan obstetri
Biasanya terjadi jika penderita lemah atau jika barier alamiah terhadap invasi mikroba
terganggu.
Penularan infeksi nosokomial:
1) Infeksi silang (Cross Infection)
2) Infeksi sendiri (Self infection, Auto infection)
3) Infeksi lingkungan (Enverenmental infection)
Infeksi Oportunistik
Infeksi yang jarang terjadi pada orang sehat, tapi menyebabkan infeksi
pada individu yang sistem kekebalannya terganggu.
Cth: penderita HIV
Repo.knmu.edu.ua, (n.d.). [online] Available at:
http://repo.knmu.edu.ua/bitstream/123456789/2881/1/INFECTION%20AND
%20INFECTIOUS%20PROCESS.ppt [Accessed 12 Feb. 2016].
Science.kennesaw.edu, (n.d.). [online] Available at:
http://science.kennesaw.edu/~jhendrix/ahmicro/handouts/infection.ppt [Accessed 12 Feb.
2016].
Referensi
Davey, Patrick. 20006. At a Glance Medicine. Alih bahasa: Annisa
Racmalia. Jakarta: Erlangga.
David C. Dugdale, a. (2016). Secondary infections: MedlinePlus
Medical Encyclopedia. [online] Nlm.nih.gov. Available at:
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002300.htm
[Accessed 11 Feb. 2016].
Science.kennesaw.edu, (n.d.). [online] Available at:
http://science.kennesaw.edu/~jhendrix/ahmicro/handouts/infection.ppt
[Accessed 12 Feb. 2016].
REFERENSI
Budimulya U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. p. 89105.
Farmakologi dan Terapi. Ed.5 . 2007. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Verma S, Hefferman MP. Superficial Fungal Infection: Dermatophytosis,
Onichomycosis, Tinea Nigra, Piedra.In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B,
Paller A, Leffell O, editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed.
New York: McGraw-Hill.2008. p. 180721.