PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Energi merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan
manusia. Sebagian besar kebutuhan energi masih dipasok dari sumber alam yang
tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara yang cepat atau
lambat pasti akan habis ketersediaannya. Berbagai upaya terus dilakukan untuk
mencari dan mengembangkan sumber energi alternatif yang terbarukan. Salah
satunya adalah biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin
diesel yang diproduksi dengan reaksi transesterifikasi dan esterifikasi minyak
tumbuhan atau lemak hewan dengan alkohol rantai pendek seperti metanol dengan
bantuan katalis yang bersifat asam atau basa. Sebagai negara yang kaya akan
sumber daya alam hayati, Indonesia memiliki banyak sumber minyak nabati yang
dapat digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan biodiesel.
Bahan bakar nabati (BBN) bioetanol dan biodiesel merupakan dua
kandidat kuat pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai
bahan bakar mesin Otto dan Diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan
pengembangan dan implementasi dua macam bahan bakar tersebut, bukan hanya
untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa. Namun, juga sebagai
salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.
Saat ini pengembangan bahan bakar nabati untuk menggantikan bahan
bakar fosil terus dilakukan. Biofuel akan menggantikan premium, solar, maupun
kerosin atau minyak tanah. Pemerintah menargetkan antara tahun 2009-2010
komposisi biofuel dan bahan bakar fosil mencapai 15 persen berbanding 85
persen. Kebutuhan nasional untuk bahan bakar nabati sedikitnya 18 miliar liter per
tahun. Akan tetapi, keterbatasan bahan baku menjadi kendala utama karena harus
berbagi dengan berbagai industri lain. Biodiesel adalah sebuah alternatif untuk
bahan bakar diesel berbasis minyak bumi yang terbuat dari sumber daya
terbarukan seperti minyak nabati, lemak hewan, atau alga. Biodisel juga memiliki
sifat pembakaran yang sangat mirip dengan diesel petroleum. Biodisel adalah
1
salah satu kandidat yang mungkin untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai
sumber energi utama dunia transportasi, karena merupakan bahan bakar
terbarukan yang dapat menggantikan solar pada mesin saat ini dan dapat diangkut
dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.
Biodiesel terdiri dari asam lemak rantai panjang dengan alkohol terikat
yang sering berasal dari minyak nabati. Hal ini dihasilkan melalui reaksi minyak
nabati dengan alkohol metil atau etil alkohol dengan adanya katalis. Lemak
hewani merupakan sumber potensial yang dpat digunakansebagai bahan baku
biodisel. Umumnya katalis yang digunakan adalah kalium hidroksida (KOH) atau
sodium hidroksida (NaOH). Suatu proses kimia yang disebut transesterifikasi
dapat menghasilkan biodiesel dan gliserin. Dalam ilmu kimia, biodiesel disebut
sebagai ester metil, jika alkohol yang digunakan adalah metanol. Jika etanol yang
digunakan maka disebut ester etil. Mereka adalah serupa dan saat ini, ester metil
lebih murah karena biaya yang lebih rendah untuk metanol. Biodiesel dapat
digunakan dalam bentuk murni, atau dicampur dalam jumlah dengan bahan bakar
solar untuk digunakan pada mesin pengapian kompresi.
1.2. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengaruh rasio reaktan terhadap konversi minyak menjadi
metil ester.
2) Untuk mengetahui pengaruh dari temperatur reaksi terhadap pembentukan
metil ester.
3) Untuk mengetahui pengaruh dari waktu reaksi terhadap pembentukan metil
ester.
4) Untuk mengetahui prinsip dan cara kerja proses pembuatan metil ester.
1.3. Permasalahan
1) Bagaimana cara pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar alternatif?
2) Apa yang menjadi pertimbangan agar suatu bahan bakar dapat digunakan?
3) Mengapa timbul pemikiran untuk membuat sebuah alternative bahan bakar?
4) Apa faktor yang mempengaruhi proses transesterifikasi?
5) Bagaimana pengaruh katalis Natrium Hidroksida (NaOH) pada proses
pembuatan biodisel?
1.4.
Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Bahan Bakar Minyak
Karakteristik bahan bakar minyak yang akan dipakai pada suatu
penggunaan tertentu untuk mesin atau peralatan lainnya perlu diketahui terlebih
dahulu, agar hasil pembakaran dapat tercapai secara optimal. Secara umum,
karakteristik bahan bakar minyak khususnya minyak solar yang perlu diketahui
adalah sebagai berikut :
1) Berat Jenis (Specific Gravity)
Berat jenis adalah suatu angka yang menyatakan perbandingan berat
bahan bakar minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan
temperatur yang sama. Bahan bakar minyak umumnya mempunyai specific
gravity antara 0,74 0,96, dengan kata lain bahan bakar minyak lebih ringan dari
pada air.
2) Viskositas
Viskositas adalah suatu angka yang menyatakan besarnya hambatan dari
suatu bahan cair untuk mengalir, atau ukuran besarnya tahanan geser dari bahan
cair. Makin tinggi viskositas minyak, akan makin kental dan makin sulit mengalir,
begitu juga sebaliknya. Viskositas bahan bakar minyak sangat penting artinya,
terutama bagi mesin mesin diesel maupun ketel uap, karena viskositas minyak
sangat bekaitan dengan suplai konsumsi bahan bakar kedalam ruang bakar dan
juga sangat berpengaruh terhadap kesempurnaan proses pengkabutan bahan bakar
malalui injektor.
3) Titik Tuang
Titik tuang adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari
bahan bakar minyak sehingga minyak tersebut masih dapat mengalir karena gaya
gravitasi. Titik tuang ini diperlukan sehubungan dengan adanya persyaratan
praktis dari prosedur penimbunan dan pemakaian dari bahan bakar minyak. Hal
ini dikarenakan bahan bakar minyak seringkali sulit untuk dipompa apabila
suhunya telah dibawah titik tuangnya.
4
4)Titik nyala
Titik nyala adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari
bahan bakar minyak dimana akan timbul penyalaan api sesaat, apabila pada
permukaan minyak tersebut didekatkan pada nyala api. Titik nyala diperlukan
sehubungan dengan pertimbangan mengenai keamanan dari penimbunan minyak
dan pengangkutan bahan bakar minyak terhadap bahaya kebakaran.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di
Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil
saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin
banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan
kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar. Penggunaan
methanol murni sebagai bahan bakar, mempunyai kesulitan dalam penyimpanan,
pengisian bahan bakar, dan modifikasi mesin bis. Gas alam atau CNG mempunyai
kesulitan juga dalam penyimpanan karena berbentuk gas yang mudah terbakar,
dan bisa meledak sehingga memerlukan tenaga terdidik dalam menanganinya.
Biodiesel mempunyai kelebihan kurang mudah menyala dibanding solar,
lebih mudah dalam penyimpanannya, dan dapat dicampur dengan solar.
Penggunaan minyak goreng langsung mempunyai kelebihan lebih murah namun
mempunyai kekurangan pada kekentalan, dan mengganggu ketersediaan untuk
konsumsi masyarakat. Penggunaan biodiesel yang maksimal hanya dapat
diperoleh jika mempergunakan 100% biodiesel tanpa mencampur dengan minyak
solar. Kelebihan biodiesel dibanding minyak diesel atau solar yaitu cetane number
lebih tinggi sehingga pembakaran lebih sempurna, memiliki sifat pelumasan
terhadap piston mesin, merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena
menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (free sulphur, smoke number rendah)
yang sesuai dengan isu-isu global, merupakan senyawa yang biodegradable
(dapat terurai dengan cepat), merupakan renewable energy karena terbuat dari
bahan alam yang dapat diperbarui, serta bahan bakunya tersedia di daerah-daerah.
Biodiesel dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti pelindung
kayu termasuk interior rumah yang terbuat dari kayu. Sebagai pelumas dan
pelindung korosi pada peralatan rumah tangga, pertanian yang terbuat dari logam.
Biodiesel dapat pula dicampur dengan bensin untuk mesin 2 langkah sebagai
bahan bakar dan pelumasan. Biodiesel tidak dapat menggantikan minyak tanah
untuk keperluan kompor dan lampu minyak karena sifat tidak bisa merambat
keatas. Untuk keperluan lampu petromax dengan terang yang sama, biodiesel
dapat dipergunakan hingga 8 jam dan kurang memerlukan pemompaan. Biodiesel
juga dipergunakan untuk membersihkan noda crayon pada baju dengan lebih baik
dibanding deterjen.
2.2.
2.2.1.
Esterifikasi
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
sangat berlebih dan air produk samping reaksi harus dihilangkan dari fasa
reaksi, yaitu fasa minyak.
Melalui kombinasi-kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan
metode penghilangan air, konversi sempurna asam-asam lemak ke ester
metilnya dapat dituntaskan dalam waktu 1 sampai beberapa jam. Reaksi
esterifikasi dari asam lemak menjadi metil ester adalah
RCOOH
Asam Lemak
CH3OH
Metanol
RCOOH3
Metil Ester
H2O
(1)
Air
(2)
dimana :
T = Suhu absolut ( C)
R = Konstanta gas umum (cal/gmol K)
E = Tenaga aktivasi (cal/gmol)
A = Faktor tumbukan (t-1)
k = Konstanta kecepatan reaksi (t-1)
10
11
12
transesterifikasi
menggunakan
metanol
superkritik
dengan
Alkoholisis
Alkoholisis trigliserida dengan alkohol fraksi ringan seperti methanol
merupakan reaksi seimbang dan kalor reaksinya seimbang dan kalor reaksinya
kecil. Untuk menggeser reaksi ke kanan biasanya menggunakan alkohol
berlebihan. Dalam penelitian ini, methanol diberikan berlebihan dibanding
gliserida maka reaksi yang terjadi bisa dianggap reaksi searah. Trigliserida
terdapat dalam minyak, setelah dialkoholisis akan diperoleh gliserol dan ester.
Untuk mempercepat reaksi dapat digunakan katalisator berupa asam, basa,
atau penukar ion. Mekanisme reaksinya sebagai berikut :
RCOOCH2
CH2OH
RCOOCH + 3 CH3O
3 RCOOCH2 + CHOH
RCOOCH2
trigliserida
(3)
CH2OH
metanol
metil ester
gliserol
dimana R adalah gugus alkil. Proses alkoholisis dapat dijalankan secara batch
maupun sinambung, dimana pada proses batch menggunakan labu leher tiga
atau autoclave. Selain itu dalam autoclave, proses dapat berjalan pada suhu
tinggi dalam fase cair, sehingga akan bisa berlangsung lebih cepat. Proses
sinambung dilaksanakan dalam reaktor kolom tegak dengan alat pencampur
13
yang berupa pengaduk atau gas inert. Proses ini lebih sulit dikarenakan perlu
bahan baku yang lebih banyak dan waktu yang lebih panjang.
Untuk meningkatkan produk terdapat beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi antara lain :
1) Waktu reaksi, makin panjang waktu reaksi, maka kesempatan zat zat
bereakasi makin banyak, sehingga konversi semakin besar. Jika keseimbangan
reaksi telah tercapai bertambahnya waktu reaksi tidak akan memperbesar hasil.
2) Konsentrasi, kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan.
Makin tinggi konsentrasi reaktan, makin banyak kesempatan molekul untuk
saling bertumbukan sehingga semaki tinggi pula kecepatan reaksinya.
3) Katalisator, katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan cara
menurunkan energi aktivasi reaksi, namun tidak mempengaruhi letak
keseimbangan.
4) Suhu, semakin tinggi suhu, kecepatan reaksi makin meningkat. Pada
proses alkoholisis pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi dipengaruhi oleh
katalisator yang dipakai.
5) Pengadukan, agar reaksi berjalan denagn baik diperlukan pencampuran
sebaik-baiknya dengan cara pengadukan. Pencampuran yang baik dapat
menurunkan tahanan perpindahan massa.
6) Perbandingan pereaksi. Reaksi alkoholisis pada umumnya memerlukan
alkohol yang berlebihan agar reaksi berjalan sempurna.
2.3.
14
skala komersial, tetapi studi kelayakan kerja telah dilakukan untuk sampai pada
nomor di atas. Khusus dibesarkan varietas sawit dapat menghasilkan cukup
15
menghasilkan minyak yang tinggi, dan memiliki manfaat tambahan bahwa sisa
makanan setelah minyak telah ditekan keluar dapat bertindak sebagai pestisida
efektif dan biodegradable. Penelitian - penelitian yang sedang berlangsung dalam
tujuannya untuk menemukan tanaman yang lebih cocok dan meningkatkan
produksi minyak. Menggunakan hasil saat ini, sejumlah besar tanah harus
dimasukkan ke dalam produksi untuk menghasilkan minyak cukup untuk
sepenuhnya menggantikan penggunaan bahan bakar fosil.
Di Amerika Serikat, minyak kedelai adalah minyak nabati utama yang
digunakan dalam memproduksi biodiesel, tetapi minyak dari tanaman seperti
kanola, bunga matahari, safflowers dan lain-lain dapat juga digunakan dalam
pembuatan biodiesel. Minyak ini mengandung berbagai proporsi asam lemak yang
mempengaruhi karakteristik mereka, terutama kemampuan untuk mengalir di
daerah beriklim dingin.
Biodiesel dapat digunakan dalam mesin diesel dengan sedikit modifikasi
atau tidak. Biodiesel merupakan solusi yang paling tepat untuk menggantikan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena
biodiesel merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel
petrol pada mesin dan dapat diangkut serta dijual dengan menggunakan
infrastruktur sekarang ini. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati,
sedangkan petroleum diesel adalah hidrokarbon. Biodiesel mempunyai sifat kimia
dan fisika yang serupa dengan petroleum diesel sehingga dapat digunakan
langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel.
Pencampuran 20 % biodiesel ke dalam petroleum diesel menghasilkan produk
bahan bakar tanpa mengubah sifat fisik secara nyata. Produk ini di Amerika
dikenal sebagai Diesel B-20 yang banyak digunakan untuk bahan bakar bus.
Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester yang diproduksi melalui
reaksi transesterifikasi antara trigliserida (minyak nabati, seperti minyak sawit,
minyak jarak dll) dengan metanol menjadi metil ester dan gliserol dengan bantuan
katalis basa. Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta
mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan
16
petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidro
karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda.
Energi yang dihasilkan oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan
petroleum diesel masing-masing yaitu 128.000 BTU dan 130.000 BTU, sehingga
engine torque dan tenaga kuda yang dihasilkan juga sama. Kandungan kalori
biodiesel hampir serupa dengan petroleum diesel. Namun, karena biodiesel
mengandung oksigen, maka flash point-nya lebih tinggi sehingga tidak mudah
terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada suhu
kamar, maka biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam penyimpanan
dan penggunaannya. Di samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur dan
senyawa benzen yang karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar
yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan petroleum
diesel. Penggunaan biodiesel juga dapat mengurangi emisi karbon monoksida,
hidrokarbon total, partikel, dan sulfur dioksida.
Kelebihan lain yang dapat kita pertimbangkan dari segi lingkungannya
yaitu, biodiesel memiliki tingkat toksisitasnya yang 10 kali lebih rendah
dibandingkan dengan garam dapur dan juga memiliki tingkat biodegradabiliti
sama dengan glukosa, sehingga sangat cocok digunakan di perairan untuk bahan
bakar kapal/motor. Biodiesel tidak menambah efek rumah kaca seperti halnya
petroleum diesel atau bahan bakar fosil karena karbon yang dihasilkan masih
dalam siklus karbon. Untuk penggunaan biodiesel pada dasarnya tidak perlu
modifikasi pada mesin diesel, bahkan biodiesel mempunyai efek pembersihan
terhadap tangki bahan bakar, injektor dan selang.
Biodiesel mempunyai beberapa keunggulan diantaranya adalah mudah
digunakan, limbahnya bersifat ramah lingkungan (biodegradable), tidak beracun,
bebas dari logam berat sulfur dan senyawa aromatik serta mempunyai nilai flash
point (titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum diesel sehingga lebih aman jika
disimpan dan digunakan. Secara teknis biodiesel yang berasal dari minyak nabati
dikenal sebagai VOME (Vegetable Oil Metil Ester) dan merupakan sumberdaya
yang dapat diperbaharui karena umumnya dapat diekstrak dari berbagai hasil
produk pertanian seperti minyak kacang kedelai, minyak kelapa, minyak bunga
17
Produksi di seluruh dunia minyak nabati dan lemak hewan tidak cukup untuk
menggantikan penggunaan bahan bakar fosil cair. Beberapa kelompok
lingkungan, terutama NRDC (Natural Resources Defense Council), objek dengan
jumlah besar pertanian dan di atas hasil-pemupukan, penggunaan pestisida, dan
konversi lahan yang akan dibutuhkan untuk menghasilkan minyak nabati
tambahan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.
Alat
1) Heating mantle
2) Magnetic stirrer
3) Labu leher tiga
4) Termometer
5) Condensor
6) Pipet hisap
7) Pompa
8) Ember
3.2.
Bahan
1) Minyak Jelantah
2) Minyak Goreng
3) Metanol
4) NaOH
3.3.
3.3.1.
1) Bahan baku dicairkan terlebih dahulu, apabila bahan baku berwujud padat
hingga mencapai ukuran 100 ml.
2) Setelah minyak berbentuk liquid, minyak dimasukkan kedalam labu leher
tiga yang telah dilengkapi dengan termometer, pemanas, dan kondenser.
Kemudian dipanaskan sampai suhu mencapai 70C. Reaksi ini berlangsung
secara batch.
3) Metanol dan katalis dicampurkan dalam jumlah tertentu kedalam minyak
yang telah dipanaskan sebelumnya.
4) Campuran tersebut direaksikan selama satu jam.
5) Setelah 1 jam minyak tersebut diangkat dan didinginkan.
16
3.3.2.
17
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1.
Data Pengamatan
Volume Minyak Jelantah
= 200 ml
Volume Metanol
= 100 ml
Volume HCl
= 4 ml
= 24,3 gr
= 23,1 gr
18
= 25,3 gr
= 14,9 gr
Volume Piknometer
= 10 ml
Massa Metanol
=
= 0,94 gr/ml
Densitas HCl
=
= 1,04 gr/ml
Volume HCl
=
= 4 ml
Molaritas HCl
=
= 36,5
BM Minyak Jelantah
= 284 gr/mol
BM HCl
= 36,5 gr/mol
BM Metanol
= 32 gr/mol
= 298 gr/mol
BM Air
= 18 gr/mol
Reaksi Esterifikasi
C17H35COOH + CH3OH
C17H35COOCH3 + H2O
19
Asam Stearat
Katalis
4.2.
Metanol
Metil Stearat
Air
: HCl
Pengolahan Data
Untuk reaksi esterifikasi diperoleh data sebagai berikut:
=
= 0,66197 mol
Mol Metanol Mula-Mula
=
= 2,56250 mol
C17H35COOH + CH3OH
m 0,66197mol
2,56250mol
0,66197mol
0,66197mol
-
C17H35COOCH3 + H2O
0,66197mol
1,90053mol
0,66197mol
0,66197mol
0,66197mol
= 2,56250mol 0,66197mol
= 1,90053mol
Massa Metanol Sisa
Mol Air
Massa Air
No
1.
2.
3.
4.
Total
Material
Minyak Jelantah
Metanol
Metil Ester (Metil
Stearat)
Air
Input (gram)
188
82
-
Output (gram)
60,81696
197,26706
270
11,91546
269,99948
21
Massa Air
= 0,16845 mol
Mol Minyak Jelantah Mula-Mula
=
= 0,661971 mol
Mol Metanol Mula-Mula
=
= 2,5625 mol
C17H35COOH + CH3OH
C17H35COOCH3 + H2O
m 0,66197mol
2,56250 mol
0,16845 mol
0,16845 mol
0,16845 mol
0,16845 mol
0,49352 mol
2,39405 mol
0,16845 mol
0,16845 mol
22
No
1.
2.
3.
4.
Total
Material
Minyak Jelantah
Metanol
Metil Ester (Metil
Stearat)
Air
23
Input (gram)
188
82
-
Output (gram)
140,15968
76,6096
50,20
270
3,0321
273,03348
% Konversi Minyak
=
= 0,25446
= 25,446%
% Konversi Metanol
=
= 0,06573
= 6,573 %
24
BAB V
PEMBAHASAN
Proses pembuatan biodiesel umumnya dapat melalui satu tahap ataupun
dua tahap. Apabila reaktan yang digunakan adalah asam lemak dengan kandungan
free fatty acid yang kurang dari 5% maka cukup memalui satu tahap yaitu melalui
reaksi transesterifikasi. Pada rekasi transesterifikasi, yang terjadi adalah reaksi
antara asam lemak dan alkohol dengan bantuan katalis asam yang biasanya basa
kuat seperti natrium klorida menjadi meti ester dan gliserol. Akan tetapi, apabila
bahan baku yang digunakan adalah asam lemak yang kandungan free fatty acid
nya lebih dari 5% maka diperlukan dua tahap untuk membuat biodiesel yaitu
melalui
reaksi
esterifikasi
dan
kemudian
dilanjutkan
dengan
reaksi
methanol atau reaktan yang digunakan. Sehingga reaksi dapat bergeser ke kanan
dengan lebih cepat. Penggunaan alkohol yang terlalu sedikit atau kurang dari yang
dibutuhkan akan menyebabkan reaksi esterifikasi bergeser ke kiri.
Proses esterifikasi akan lebih efektif apabila pemanasan dilakukan selama
dua jam. Akan tetapi, karena keterbatasan waktu maka hanya direaksikan selama
satu jam. Terjadi perubahan warna pada minyak jelantah yang sebelumnya cokelat
kehitaman menjadi kuning. Selain itu juga terbentuk dua lapisan yaitu top product
berupa metil ester kasar, dan bottom product berupa air dan katalis asam sulfat
yang tidak ikut terkonversi. Metil ester yang terbentuk masih kasar atau belum
murni sehingga perlu dilanjutkan dengan reaksi tranesterifikasi untuk memperoleh
metil ester atau biodiesel. Hasil reaksi esterifikasi tersebut dipisahkan dengan
menggunakan corong pemisah.
27
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari praktikum reaksi esterifikasi yang telah dilakukan maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Reaksi esterifikasi menggunakan minyak jelantah dan metanol sebagai
reaktan membutuhkan bantuan katalis yaitu asam sulfat untuk menghasilkan
metil ester dan air dengan cara menurunkan energi aktivasi .
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi esterifikasi adalah jumlah katalis,
jenis katalis, lamanya proses pemanasan, pengadukan, dan excess metanol.
3) Esterifikasi bertujuan untuk menurunkan free fatty acid (FFA) sebelum
melalui reaksi transesterifikasi untuk mengahsilkan biodiesel yang baik.
4) Semakin tinggi temperatur dan semakin banyak excess metanol maka reaksi
esterifikasi akan semakin bergeser ke kiri.
5) Pengadukan dengan magnetic stirrer bertujuan untuk mendistribusikan panas
sehingga temperatur pada setiap titik pemanasan sama.
6.2. Saran
1) Pada proses pemanasan, sebaiknya suhu tetap dijaga pada temperature 70 0C
agar reaksi esterifikasi dapat berjalan sempurna.
2) Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan berada dalam kondisi bersih dan
praktikan teliti dalam pengukuran sehingga hasil pengukuran dapat akurat.
3) Sebaiknya selama praktikum menggunakan masker, karena metanol
merupakan senyawa yang mudah menguap dan bersifat racun.
28
LAMPIRAN
29