PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk
sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam ini mendorong
bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara efisien.
Dalam pemanfaatannya tentu saja tentu saja menggunakan berbagai metode dan teknologi
sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dan juga dengan keuntungan yang besar, biaya
produksi yang seminim mungkin serta ramah lingkungan.
Pengolahan timah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi
kimia fisika. Pencucian maupun pemisahan pada timah merupakan proses yang melibatkan
reaksi reaksi kimia fisika. Oleh karena itu proses pemurnian timah tidak memperolah hasil
yang ekonomis perlu dikaji dan dipelajari dari segi kimia fisika.
Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, yaitu
diBangka mulai tahun 1711, di Singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak tahun 1852.Dengan
kekayaan cadangan yang melimpah, Indonesia merupakan salah satu negaraprodusen timah
terbesar di dunia.
Bijih timah di Indonesia pertama kali digali pada tahun 1709 di Sungai Olim,
Toboali,Pulau Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh penduduk dengan
carapendulangan dan mencangkul dengan sistem penggalian sumur Palembang atau
sistemkolong/parit. Bijih timah yang dihasilkan pada waktu itu dijual kepada
pedagangpedagangyang datang dari Portugis, Spanyol dan juga dari Belanda. Keadaan
iniberubah ketika Belanda datang ke Indonesia, pada saat mana penggalian timah mulailebih
digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian timah dilakukan secara besar-besarandibiayai oleh
para pengusaha Belanda yang tergabung dalam VOC yang kemudian memonopoli dan
mengawasi seluruh tambang di Pulau Bangka.
Secara historis pengusahaan pertambangan timah di Indonesia dibedakan dalam dua
masa pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960 dikenal dengan masa pengelolaan
Belanda, di mana Bangka, Belitung dan Singkep merupakan badan usaha yang terpisahdan
berdiri sendiri. Bangka dikelola oleh badan usaha milik Pemerintah Belanda sedangkan
Belitung dan Singkep oleh perusahaan swasta Belanda. Status kepemilikan usaha ini
memberikan ciri manajemen dan organisasi yang berbeda satu dengan yang lain. Ciri
perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku organisasi dalam arti luas, baik struktur maupun
budaya kerjanya.
Masa yang kedua adalah masa pengelolaan Negara Republik Indonesia. Status berdiri
sendiri dari ketiga wilayah tersebut masih terus berlangsung tetapi dalam bentuk Perusahaan
Negara (PN) berdasarkan Undang-undang No. 19 PRP tahun 1960, yaitu PN Tambang Timah
Bangka, PN Tambang Timah Belitung dan PN Tambang Timah Singkep.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
PENGERTIAN TIMAH
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Sn (stannum) dengan nomor ataom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan,
dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat,
ditemukan dalam banyak paduan , dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk
mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari cassiterite (SnO2) yang terbentuk sebagai
oksida yang kemudian dilebur untuk membentuk Sn murni.
Untuk memisahkan timah dari pengotor pengotornya maka bijih timah harus dilebur
dan ditambahkan senyawa senyawa lain seperti antrasite, dan limestone. Peleburan
dilakukan didalam burning chamber (tanur) hingga suhu 1350 0C selama 8-12 jam sehingga
dapat memisahkan timah dengan pengotor pengotornya seperti : Pb, As, Sb, Cu,Fe, Ni
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan
batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah,
serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan
koluvium.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebas di bumi akan tetapi diperoleh dari
senyawanya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral Cassiterite atau tinstone. Cassiterite
merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh
lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian dari pada cassiterite adalah
kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4)mmerupakan mineral komplek antara
besi-tembaga- timah- belerang dan Cylindrite (PbSn4FeSb2S4) merupakan mineral komplek.
a.
b.
c.
d.
e.
2.2
SIFAT DAN BENTUK TIMAH
2.2.1 Sifat Timah
Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai bilangan oksidasi +2 dan +4.
Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik.
Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan
terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat proses oksidasi lebih jauh. Timah
tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat,
basa, dan garam asam. Proses oksidasi dipercepat dengan meningkatnya kandungan oksigen
dalam larutan.
Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa disebut timah abuabu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan kovalen seperti diamond.
f.
g.
h.
i.
Sedangkan timah beta berwarna putih dan bersifat logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat
sebagai konduktor.
Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti asam asetat asam
oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat seperti NaOH dan KOH.
Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah (II) cenderung memiliki sifat
logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn dalam HCl pekat panas.
Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn (IV) klorida.
Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.
2.2.2 Bentuk Timah
Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika dipanaskan timah
abu-abu (timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada 13.2C menjadi timah putih (timah
beta) yang memiliki struktur tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2C, ia pelan
pelan berubah dari putih menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan ketidakmurnian
( impurities ) seperti alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan
antimony atau bismut. Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan
membentuk stannate salts dengan oksida.
2.3
KEBERADAAN TIMAH DI ALAM
2.3.1 Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO 2. Berbentuk kristal
dengan banyak permukaan mengkilap sehingga tampak seperti batu
perhiasan. Kristal tipis cassiterite tampak translusen. Cassiterrite adalah
sumber mineral untuk menghasilka logam timah yang utama dan biasanya
terdapat di Alam di Alluvial atau Aluvium.
2.3.2 Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus
kimianya adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral yang dipakai
untuk memproduksi timah. Stannite mengandung timah sekitar 28 %, besi 13
%, Tembaga 30 % dan belerang 30 %. Warna dari stannie yaitu biru hingga abuabu.
2.3.3 Cylindrite
Cylindrite adalah mineral sulfonat yang mengandung timah, timbal,
antimon, dan besi. Rumus mineral ini Pb2Sn4FeSb2S14. Bentuk dari senyawa ini
yaitu kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya berbentuk silinder atau tube
dimana bentuk nyatanya adalah gulungan dari lembaran kristal ini. Warna dari
Cylindrite adalah abu- abu metalik dengan spesifik gravity 5,4. Pertama kali
ditemukan di Bolivia pada tahun 1893.
Timah merupakan Unsur ke-49 yang paling banyak terdapat dikerak bumi dimana
unsur timah ini memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan seng 75 ppm, tembaga 50 pp,
14 ppm untuk timbal. Dimana unsur timah ini yang dalam bentuk senyawa cassiterite
banyak ditemukan dalam deposit alluvial /alluvium yaitu tanah atau sadimentyang tidak
berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat mengendap di dasar laut, sungai,
ataupun danau. Alluvium terdiri dari bermacam- macam mineral seperti pasir, tanh liat, dan
batuan batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari alluvial/ alluvium atau
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone. Cassiterite
merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh
lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah
kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara
tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks
dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan
bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke-49
yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika
dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite
banyak ditemukan dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak
berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut,
sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan
batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau
istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7
samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite sangat
rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana
sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan
Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan
Zimbabwe.
a.
b.
c.
d.
e.
2.4
SENYAWA TIMAH
Timah, Senyawaan yang terpenting adalah SnF2 dan SnCl2, yang diperoleh dengan pemanasan
Sn dengan hf dan hcl gas.
Fluoridanya cukup larut dalam air dan digunakan dalam pasta gigi yang mengandung fluorida.
Air menghidrolisis SnCl2 menjadi klorida yang bersifat basa, tetapi dari larutan asam encer
SnCl2.2H2O dapat terkristalisasi. Kedua halidanya larut dalam larutan yang mengandung ion
halida berlebihan, jadi:
SnF2 + F- = SnF3- pK1
SnCl2 + Cl- = SnCl3- pK1
Dalam larutan akua fluorida, SnF3- adalah spesies yang utama, tetapi ion-ion SnF+ dan
Sn2F5 dapat dideteksi.
Halida larutan dalam pelarut donor seperti aseton, piridin, atau DMSO, menghasilkan adduct
peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
Ion Sn2+ yang sangat peka terhadap udara, terjadi dalam larutan asam perklorat, yang dapat
diperoleh dengan reaksi Cu(ClO4)2 + Sn Hg Cu + Sn2+ + 2 ClO4-.
2.5
REAKSI-REAKSI TIMAH
Timah putih adalah timah yang mudah dibentuk. ada suhu 13,2C, secara perlahan,
timah putih berubah menjadi tepung yang bewarna abu-abu yang disebut timah abu-abu. Bila
timah putih yang dipanaskan akan menjadi sangat rapuh yang disebut timah rapuh. Timah
putih dipakai sebagai pelapis kaleng agar mengkilap dan tahan korosi. Timah juga dipakai
sebagai logam campuran dalam perunggu (tembaga dan timah) dan sebagai logam solder
(campuran timah dengan timbal). Timah lebih mudah teroksidasi dibandingkan besi, sehingga
tidak dapat dipakai sebagai pelindung besi.
Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. Logam ini dapat teroksidasi oleh
asam yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H2
Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam timah teroksidasi, menjadi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O.
Reaksi timah dengan Cl2 menghasilkan SnCl2.
Sn + Cl2 SnCl2
Logam Sn larut dalam basa membentuk ion stannit, Sn(OH)42Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2 (Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam bahan pasta
gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai fungisida, yaitu zat pembasmi fungi (jamur).
2.6
1.
2.
3.
4.
6.
7.
8.
9.
Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena
kapasitas dari alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.
5. Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan
memanaskan pipa besi yang ada di tengah tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api
yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
Klasifikasi
Bijih-bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses-proses pemisahan/klasifikasi lanjutan
yakni:
klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening
klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.
klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.
Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking table , air table
dan multi gravity separator (untuk pengolahan terak/tailing).
Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi
seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih
timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula mula bijih diayak dengan vibrator listrik
berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus
berupa cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut
kemudian diolah pada air table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan
proses smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan. Mineral mineral
tersebut lalu dipisahkan dengan high tension separator pemisahan berdasarkan sifat
konduktor nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain:
Cassiterite dan Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime.
Lalu masing masing dipisahkan kembali berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic
separation sehingga dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.
Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu
proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi
material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan
efisien.
Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
a) Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
b) Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian 24 jam dalam tanur guna menghindari
kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada
tiap tanur terdapat bagian bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point
temperature recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint
temperature recorder dan combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam
mfurnace atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster
yang selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku bijih
timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi
proses reduksi dengan suhu 1100 15000 C. unsure unsure pengotor akan teroksidasi
menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair.
Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun adapula yang
ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan gas gas lainnya. Setelah
peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping.
10.
a)
b)
c)
11.
a.
b.
c. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan permukaan
timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan
timah cair.
d. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata
sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.
e. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.
2.7
KEGUNAAN TIMAH
Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk
solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu
(5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah ditemukan. Masalah
lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi kegunaan timah. Hasil dari riset yang
sedang dilakukan di Internatioanal Tin Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai
industri, banyak pasar baru untuk timah sedang dikembangkan.
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan
sangat kuat untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan tanpa
belerang yang digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu diantara
yang lainnya). Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada kawat dan kabel
tembaga dan pembuatan bentuk-bentuk timah tempa.
BAB III
DATA
3.1 PROSES EKSTRAKSI TIMAH
3.1.1 Penambangan Timah
berat jenis yang lebih berat mengalir ke bawah, sedangkan tailingnya yang masih
mengandung Sn dengan kadar rendah dan mineral ikutannya seperti quarsa, zirkon, rutile,
monazite, xinotime, topas, pirit, siderit, turmaline dan karat besi akan ditampung dan
kemudian dialirkan ke Trapesium Jig Yuba. Bijih timah yang dialirkan kebawah pada jig harz
akan masuk ke dalam kompartemen A, B, C, D.
3.
Trapesium Jig Yuba
Proses disini sama dengan proses pada jig harz. Pada umumnya kandungan Sn yang terdapat
disini sangatlah rendah. Hasil dari proses ini akan diteruskan ke rotary dryer, sedangkan
tailingnya akan ditempatkan pada Settling Pond.
4.
Rotary dryer
Setelah itu bijih timah dengan kadar tinggi (>70%) maupun hasil dari Trapesium Jig Yuba
akan dikeringkan pada rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi
(diameter 12 inch) yang ada di tengah tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api
yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar. Sehingga dengan berputarnya alat
ini maka bijih timah yang basah akan menempel pada besi panas tersebut dan kemudian akan
mengalami pengeringan.
5.
Screening
Feed yang berkadar rendah setelah mengalami pengeringan pada rotary screen akan
diteruskan ke round screen, disini bijih Sn akan diklasifikasikan berdasarkan ukuran butirnya,
proses ini dilakukan untuk mendapatkan material feed dengan ukuran seragam sehingga
dapat diteruskan ke High Tension Separator.
6.
High Tension Separator (HTS)
Pada HTS material masukan akan diklasifikasikan menurut sifat electricitinya (konduktor,
non konduktor, dan middling ). Muatan listrik akan diberikan kepada partikel nonkonduktor
dan tidak diteruskan ke ground. Mineral konduktor setelah menerima muatan akan
meneruskan ke ground sehingga kehinglangan muatan. Terjadi perbedaan lintasan tempuh
antara mineral konduktor dan non konduktor.
7.
Magnetic Separator
Berfungsi untuk memisahkan material magnetik dan non magnetik. Cara kerja alat ini adalah
dengan mengukur densitas fluks magnet atau induksi magnet yang dihasilkan oleh material.
Hasil keluaran dari proses ini adalah cassiterite dengan kadar 60% Sn. Setelah proses ini,
dilanjutkan ke air table.
8.
Air tabl
Feed yang bersifat middling setelah melewati HTS akan diolah di air table. Alat ini bekerja
seperti alat shaking table dimana terjadi pemisahan mineral berdasarkan berat jenisnya
dengan menggunakan getaran dan tekanan udara.
9.
Rotary Screening
Tailing akhir yang memiliki kadar Sn 2-4% Sn pada settling pond akan kembali diolah,
tailing pertama akan dimasukkan ke dalam rotary screening.
3.1.3 Peleburan Timah
Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam Timah. Untuk
mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan proses
pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang
disebut crystallizer.
Reaksi reduksi bijih timah menjadi timah bebas adalah sebagai berikut SnO2 + CO = SnO2 +
CO2 SnO + CO2 = Sn + CO2
Dari reaksi tersebut masih terdapat SnO2 yang tidak terseduksi oleh C yang lalu akan
bereaksi dengan Sn dan SiO2 untuk menghasilkan terak (slag) stannous silicate.
Reaksi yang terjadi :
SnO2 + Sn + 2SiO2 = 2 SnOSiO2 Untuk menghasilkan Sn, terak ini dapat direduksi
oleh C, reaksinya adalah sbb : 2SnOSiO2 + 2 C = 2 Sn + 2 SiO2 + 2 CO2
Proses Peleburan Terak
Terak hasil proses peleburan I akan dilebur ulang untuk mendapatkan hardhead dan
terak II. Bahan baku peleburan terak I yang mengandung 20 30% Sn, batu kapur dan
antrasit .
Peleburan tahap I (peleburan bijih) menghasilkan crude tin dan terak
Peleburan tahap II (peleburan terak) menghasilkan hardhead dan terak II
3.1.4 Pemurnian
Pemurnian pada Timah ada 3 cara yaitu:
1.
Pyrorefining
meliputi
Pemurnian pengotor F
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan serbuk gergaji diaduk 30 menit, Fe akan
2.
menit.
Reaksi : Cu(Sn) + S(S) CuS(S)
Proses Pelelehan
Pada suhu 800oC wet dross(campuran timah dengan oksida logam pengotor) dilelehkan
dalam flame oven sehingga timah bebas akan leleh dan terpisah dengan dry dross.
Electrolytic Refining
Dilakukan untuk mendapatkan produk dengan kandungan Sn 99,99 %. Secara garis
besar, proses ini menggunakan konsep elektrolisis. Ingot timah dilebur ulang dan dicetak
membentuk anoda, sedangkan untuk katoda digunakan starter sheet atau starting cathode
Stainless Steel. Arus AC diubah ke DC dengan rectifier, larutan elektrolit yang digunakan
adalah H2SO4, H2SiF6, SnSO4 ditambahkan zat aditif gelatin dan eugenol untuk menghindari
endapan Sn berbentuk jarum jarum yang dapat memicu short circuit. Ion Sn dari anoda
3.
4.
Paduan
Paduan yang digunakan untuk mencapur dengan timah yaitu Tembaga. Paduan dari
Selain itu, terdapat juga paduan lain timah yang menghasilkan suatu logam paduan
yang disebut amalgam. Logam tersebut adalah hasil paduan dari timah dengan merkuri,
perak, seng, tembaga.
3.2
Plating
Logam timah banyak dipergunakan untuk melapisi logam lain seperti seng, timbale dan baja
dengan tujuan agar tahan terhadap korosi. Aplikasi ini banyak dipergunakan untuk melapisi
kaleng kemasan makanan dan pelapisan pipa yang terbuat dari logam.
Superkonduktor
Timah memiliki sifat konduktor dibawah suhu 3,72 K. Superkonduktor dari timah merupakan
superkonduktor pertama yang banyak diteliti oleh para ilmuwan contoh superkonduktor
sebagai biosida, sebagai pengawet kayu, sebagai stabilisator panas, dan lain sebagainya.
Pembuatan Senyawa Kimia Untuk Berbagai Keperluan
Logam timah juga dipakai untuk membuat berbagai maca senyawaan kimia. Salah satu
senyawa kimia yang sangat penting adalah SnO2 dimana dipakai untuk resistor dan
dielektrik, dan digunakan untuk membuat berbagai macam garam timah. Senyawa SnF2
merupakan aditif yang banyak ditambahkan pada pasta gigi. Senyaan timah, tembaga,
barium, kalsium dipakai untuk pembuatan kapasitor. Dan tentu saja senyawaan kimia juga
sering dipakai untuk pembuatan katalis.
3.3
NILAI EKONOMI
Pada bulan Agustus 2011, harga Timah di pasaran dunia sekitar 21.000 US $ per
metrik ton, atau apabila nilai 1 Dollar AS dikonversikan terhadap Rupiah menjadi Rp.
10000,- berarti harga per metrik tonnya sebesar Rp.210.000 000,- Apabila nilai 1 metrik ton
sama dengan 1000 kg, maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai ekonomi dari timah
adalah Rp. 210/gram. Bila dibandingkan dengan harga emas pada tanggal 20 November
2011 yang pergramnya adalah Rp. 502821-, jelas sangat jauh perbandingannya mengingat
logam ini memang bukan jenis logam- logam yang jarang ditemui, dan kelimpahannya
termasuk banyak di alam ini. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kegunaannya yang
bukan untuk perhiasan.
A.
B.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pengolahan timah ini pada dasarnya Proses peleburan timah menggunakan
reduktor gas CO, gas ini diperoleh dari hasil pembakaran C (fixed carbon) dalam antrasit
dengan reaksi sebagai berikut:
C(s) + O2(g)
CO2(g)
(1)
CO2(g) + C(s)
2 CO(g)
(2)
2C(s) + O2(g)
2 CO(g)
(3)
Pada temperatur operasi 1400C gas CO lebih stabil daripada gas CO2 sehingga reaksi
berjalan ke kanan dan diperoleh gas CO. Reaksi reduksi bijih timah menjadi timah bebas
adalah sebagai berikut:
SnO2(s) + CO(g)
SnO(s) + CO2(g)
(4)
SnO(s) + CO (g)
Sn(l) + CO2(g)
(5)
Dari reaksi tersebut, masih terdapat SnO2 yang tidak tereduksi oleh C(s) yang lalu
akan bereaksi dengan Sn(l) dan silika (SiO2) untuk menghasilkan terak (slag) stannous
silicate. Reaksi yang terjadi adalah:
SnO2(s) + Sn(l) + 2 SiO2(l)
2 SnOSiO2(sl)
(6)
Untuk menghasilkan Sn(l), terak ini dapat direduksi oleh C(s), reaksinya adalah
sebagai berikut:
2SnOSiO2(sl) + 2 C(s)
2 Sn(l) + 2 SiO2(sl) + 2 CO2(g)
(7)
Pada temperatur 1150oC 1250oC oksida - oksida pengotor yang terdapat di dalam
bijih timah sebagian tereduksi menjadi FeO. Reaksi sebagai berikut:
3FeO(s) + CO2(g)
Fe3O4(s) + CO(g)
(8)
Fe3O4(s) + CO(g)
3FeO(s) + CO2(g)
(9)
Lalu adanya penambahan fluks akan mendesak FeO dan SnO dari dalam slag karena
fluks/batu kapur akan terdekomposisi menjadi CaO dan CO2, dengan reaksi:
CaCO3
CaO + CO2
(10)
Yang dimulai pada temperatur 600C dan akan sempurna pada temperatur 9001000C. Kemudian, akan bereaksi mendesak FeO dan SnO dari slag 1 dengan reaksi sebagai
berikut :
SnO.SiO2 (slag) + CaO (s)
SnO (slag) + CaO.SiO2 (slag)
(11)
SnO (slag) + CO (g)
(12)
2FeO.SiO2 (slag) + CaO (s)
(13)
FeO (slag) + CO (g)
(14)
Pengurangan kadar Cu dan Ni, dilakukan dengan menambahkan sulfur ke dalam timah cair
sehingga akan terbentuk endapan CuS dan NiS. Analisa akhir juga tetap dilakukan untuk
pengecekan, jika ternyata terdapat kandungan impurities yang melebihi atau di ambang batas
standar yang ditetapkan maka dilakukan refiningulang sesuai dengan
kandungan impurities yang ingin dikurangi.
Pengurangan kadar Fe, dilakukan dengan cara mengubah temperatur ketel menjadi 300 400C sehingga akan terbentuk endapan FeSn di dasar ketel. Selain itu ditambahkan serbuk
gergaji yang akan berfungsi sebagai buffer interface untuk memisahkan endapan FeSn
dengan Sn cair.
BAB V
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dari paparan-paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Timah adalah salah satu unsur
logam utama yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari- hari kita. Begitu banyak aplikasinya
dalam kehidupan kita. Dan dengan jumlah yang cukup banyak di permukaan bumi
membuatnya menjadi salah satu bahan alternatif favorit dalam pembuatan berbagai macam
alat yang mendukung kehidupan sehari-hari kita. Bukan hanya dalam bentuk murni saja
timah dapat menjadi sesuatu yang berharga, namun campuran logam timah juga sangat
penting. Solder lunak, perunggu, logam babbit, logam bel, logam putih, campuran logam
bentukan dan perunggu fosfor adalah beberapa campuran logam yang mengandung timah.
Kemudian dalam pelapis dalam kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola
lampu, sampai pada penggunaan pada alat-alat olah raga.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
Washing atau Pencucian
a. Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
b. Pemisahan berdasarkan berat jenis
c. Pengolahan tailing
d. Proses Pengeringan
Klasifikasi timah
Pemisahan Mineral Ikutan
a. Proses pre-smelting
b. Proses Peleburan ( Smelting )
c. Proses Refining ( Pemurnian )
Pyrorefining
Eutectic Refining
Electrolitic Refining