Anda di halaman 1dari 28

GAGAL GINJAL TERMINAL

Oleh
Dodo Saputera Damian
Pembimbing
Dr. Agus Yuwono, Sp.PD

Pengelolaan penyakit ginjal secara tepat dan


efektif dapat diterapkan bila berlandaskan
pada diagnosis yang benar, oleh karena pada
kebanyakan penyakit ginjal tidak banyak
keluhan atau kelainan yang spesifik, tidak
semua penyakit ginjal dapat ditegakkan
diagnosisnya dengan sederhana, sehingga
seringkali
diperlukan
anamnesis
dan
pemeriksaan yang mendalam. Seperti juga
penyakit yang lain, pemeriksaan fisis yang
teliti dan pemilihan maupun interpretasi
pemeriksaan laboratorium yang tepat sangat
membantu
penegakan
diagnosis
dan
pengelolaannya.

Jumlah penderita penyakit ginjal meningkat terus.


Berdasarkan data di Amerika Serikat, terdapat 1200
penderita per satu juta penduduk. Di Australia, 500
penderita per satu juta penduduk. Di Indonesia
sendiri belum ada data yang pasti tentang jumlah
pasien penyakit ginjal, namun menurut rahardjo
(1996) penderita gagal ginjal kronis yang menjadi
gagal
ginjal
terminal
terus
meningkat
dan
pertumbuhannya sekitar 10 % pertahunnya. Laporan
sidabutar, di Indonesia jumlah dialisis meningkat
secara pasti tiap tahunnya, dari sebanyak 389 kali
pada tahun 1980 menjadi 4487 di Jakarta. Di Bandung
angka ini meningkat dari 115 kali pada tahun 1984
menjadi 7223 pada tahun 1989. Di Medan angka
meningkat dari 100 kali pada tahun 1982 menjadi
1100 pada tahun 1990

Gagal ginjal terminal merupakan keadaan dimana


ginjal sudah tidak dapat menjalankan fungsinya
lagi. Keadaan seperti ini sudah tidak dapat
dikoreksi lagi selain menggunakan metode dialisis
atau transpalantasi. Metode dialisis maupun
transplantasi merupakan cara bertahan hidup bagi
penderita gagal ginjal terminal, namun dalam
pelaksanaannya cukup sulit karena dihadapkan
oleh berbagai faktor seperti finansial maupun
ketersediaan donor ginjal yang cocok.
Berikut akan disampaikan sebuah laporan kasus
gagal ginjal terminal di Rumah Sakit Ulin
Banjarmasin.

LAPORAN KASUS
Identitas
Nama
: Tn. SI
Umur
: 46 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Jl Teluk Tiram
MRS
: 27 Pebruari 2009
No. RMK
: 70 76 55

LAPORAN KASUS
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal
27 Pebruari 2009.
1. Keluhan utama : Menggigil
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien menggigil
tanpa demam, dan sudah satu hari ini pasien BAB berwarna
hitam sperti petis dan BAK tidak ada beberapa hari terakhir.
Sebelumnya saat BAK terasa nyeri pada pinggang, dan
disertai rasa mual dan muntah serta nyeri ulu hati juga
dirasakan oleh penderita. Pasien menyangkal adanya
bepergian keluar kota pada waktu terakhir dan
mengkonsumsi obat penghilang nyeri pada waktu yang
lama. Pasien ada riwayat dirawat di RS dengan diagnosa
sakit ginjal dan sudah disarankan untuk melakukan
hemodialisa sejak 6 bulan yang lalu. Namun pasien menolak
dengan alasan biaya.

LAPORAN KASUS
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (+), Asma (-), DM (+)

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi (+), Asma (-), DM (+)

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Keadaan umum
: Tampak Sakit
Sedang
Status gizi : kurang
Kesadaran : Kompos mentis
GCS
: 4-5-6
2. Tanda Vital
:
Tensi : 160/100 mmHg
Nadi
: 98 x/menit
Suhu : 36,2 oC
Pernapasan : 24 x/menit

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan leher
Kepala : Bentuk normal
Mata: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), tidak
ada edema
palpebra, pupil isokor kanan kiri (3mm),
refleks cahaya (+/+).
Telinga: Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari
telinga.
Hidung: Bentuk normal, tidak tampak deviasi septum, tidak
ada
sekret, tidak ada epistaksis
Mulut: Bibir dan mukosa sedikit anemis, perdarahan gusi
tidak ada,
tidak ada trismus, tidak ada
pembesaran atau radang pada
tonsil, lidah tidak
ada kelainan.
Leher: Tidak ada kaku kuduk, tidak tampak pembesaran
kelenjar
getah bening dan tiroid, tidak ada
peningkatan JVP.

PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
Paru
Inspeksi:bentuk normal, gerakan simetris dan ICS tidak melebar.
Palpasi: fremitus raba (+/+) simetris, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi: sonor (+/+), tidak ada nyeri ketuk.
Auskultasi: vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing.
Jantung
Inspeksi
: Iktus kordis tidak tampak, voissure cardiac tidak
tampak
Palpasi: Tidak teraba thrill.
Perkusi: Batas jantung normal, ICS V LMK kiri dan ICS II LPS kanan.
Auskultasi: S1 dan S2 tunggal, bising jantung tidak ada.

PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi: Perut tampak datar
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Perkusi: Timpani (+),
Palpasi: Hepar, lien, dan massa tidak teraba. Nyeri ketok
pinggang (+)

Ekstremitas atas dan bawah :


Atas: Edema -/-,parese -/-, parestesi -/-, kulit kering.
Bawah: Pitting edema -/-, parese-/-, neuritis -/-, parestesi +/+,
kulit kering.

USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Kimia darah
Elektrolit Darah

Pemeriksaan Radiologis
USG Renal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium Patologi Klinik tanggal 27 Februrari 2009
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Hemoglobin

6,70

12.0 15.5

g/dL

Lekosit

8,9

4,000 10,500

/ul

Eritrosit

2.28

3.90 5.50

Juta/ul

Hematokrit

19

35 45

Vol%

Trombosit

116

150,000 450,000

/ul

RDW-CV

16.0

11.5 14.7

MCV

82.9

80.0 97.0

Fl

MCH

29.4

27.0 32.0

Pg

MCHC

35.4

32.0 38.0

Neutrofil %

0.1

50.0 70.0

Limfosit %

4.4

25.0 40.0

MXD %

5,9

4.0 11.0

Neutrofil #

6,33

2.50 7.00

Ribu/ul

Limfosit #

1,66

1.25 4.00

Ribu/ul

MXD #

0.53

Ribu/ul

164

< 200

mg/dL

Natrium

125

135-146

Mmol/l

Kalium

6.2

3,4-5,4

Mmol/l

Clorida

107

95-100

Mmol/l

Ureum

181

10 45

mg/dL

Kreatinin

14.7

0.5 1.7

mg/dL

HEMATOLOGI

MCV.MCH.MCHC

HITUNG JENIS

GULA DARAH
BSS
Elektrolit

GINJAL

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 28
Februari 2009

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

HEMATOLOGI
Hemoglobin

5,9

12.0 15.5

g/dL

Lekosit

10.5

4,000 10,500

/ul

Eritrosit

1.99

3.90 5.50

Juta/ul

Hematokrit

16

35 45

Vol%

Trombosit

102

150,000 450,000

/ul

RDW-CV

15,7

11.5 14.7

MCV

82,4

80.0 97.0

fl

MCH

29,6

27.0 32.0

pg

MCHC

36,0

32.0 38.0

Basofil %

0.2

0.0 1.0

Eosinofil %

3,3

1.0 3.0

Neutrofil %

69,8

50.0 70.0

Limfosit %

21,3

25.0 40.0

Monosit %

5,4

3.0 9.0

Basofil #

0.02

< 0.1

Ribu/ul

Eosinofil #

0.35

< 0.3

Ribu/ul

Neutrofil #

7,34

2.50 7.00

Ribu/ul

Limfosit #

2,24

1.25 4.00

Ribu/ul

Monosit #

0.57

0.30 1.00

Ribu/ul

10

0-16

U/L

Albumin

3,4

3,9-4,4

g/dl

SGOT

11

16-40

U/L

SGPT

13

8-45

U/l

MCV.MCH.MCHC

HITUNG JENIS

KIMIA
CK-MB
HATI

GINJAL
Ureum

226

10-45

Mg/dl

Creatinin

14,6

0,4-1,7

Mg/dl

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Metode

306

< 200

mg/dL

GOD-PAP

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Metode

Neg 0.013

<0.052

mIU/ml

GOD-PAP

GULA DARAH
BSS

Pemeriksaan
IMUNO-SEROLOGI
HbsAg (elisa)

Hasil Pemeriksaan Radiologi tanggal 28 Pebruari 2009

No

Pemeriksaan

1 USG Abdomen

Hasil
Nephritis kronis bilateral
Liver, GB, Lien, Pankreas Normal

PENATALAKSANAAN
IVFD D5 10 tetes /menit
CaCO3 3 x 1 tab (IV)
Lasix 1 amp 1-0-0 injeksi
Asam Folat 2 x 1 tab
Ranitidine 2 x 1 amp
Herbresser CD 200 1-0-0
Nifedipine 2 x 10 mg

RESUME MEDIK
Seorang penderita dengan usia 46 tahun masuk pada tanggal 27
Pebruari 2009 di RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan menggigil,
Sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien menggigil tanpa
demam, dan sudah satu hari ini pasien BAB (Buang Air Besar) berwarna
hitam sperti petis dan BAK (Buang Air Kecil) tidak ada beberapa hari
terakhir. Sebelumnya saat BAK terasa nyeri pada pinggang, dan
disertai rasa mual dan muntah serta nyeri ulu hati juga dirasakan oleh
penderita. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya conjunctiva
anemis dan nyeri ketok pinggang. Pemeriksaan penunjang USG
abdomen menunjukkan adanya nephritis kronis dan pada pemeriksaan
penunjang ditemukan anemia dan kelainan fungsi ginjal.
TKK = (140-umur) x BB (kg)
72x kreatinin serum
Pada pasien ini didapatkan tes klirens kreatinin sebesar 4,91 sehingga
dikategorikan sebagai gagal ginjal terminal.

DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, maka dapat ditegakkan
diagnosis penyakit pasien ini adalah
Gagal ginjal terminal

FOLLOW UP
Tanggal Perawatan
27/2/
09

28/02/09

29/02/09

01/03/09

02/03/09

03/03/
07

Menggigil

BAB hitam

BAK

Nyeri ulu hati

<

Mual

Muntah

sesak

TD (mmHg)

160/1
00

140/80

110/70

120/80

130/80

210/1
00

Nadi (ppm)

96

84

76

80

92

86

RR

24
x/m

24x/m

24x/m

22x/m

24x/m

24

36,2

36,6

36,1

36,3

36,2

36,7

Pemeriksaan

Subjektif

Objektif

Assessment

Gagal Ginjal Terminal + Anemia e.c melena

Planning
IVFD D 5 (tetes/menit)

10

10

10

10

10

Lasix 1-0-0

Ranitidine 2 x 1 tab

As. Folat 2 x 1 tab

Herbresser CD 200 1-0-0

Nifedipine 2 x 10 mg

IVFD NS

10

Amdixal 1 x 5 mg

Valsartan 1 x 80 mg

Captopril 25 3x1

Dopamet 250 3x1

Actrapid 3 x 4 IU

HD 2x/minggu

PEMBAHASAN
Pada kasus ini penderita mengeluh adanya nyeri pada
pinggang yang telah dirasakan terutama pada saat
berkemih dengan keluhan urine yang keluar sedikit.
Selain itu timbul rasa mual muntah dan nafsu makan
yang menurun merupakan manifestasi dari uremia pada
traktus digestivus.(5,6) Dari anamnesis pasien sejak lama
mengidap Diabetes mellitus dan mengalami hipertensi
dengan kontrol yang tidak teratur. Hipertensi yang tidak
diperhatikkan memungkinkan untuk terjadinya proses
destruksi struktur ginjal secara kronis progresif yang
termanifestasi dalam penurunan laju filtrasi glomerolus
(LFG) dan diduga bahwa gagal ginjal terminal terjadi
melalui proses yang kronis (GGK). (6,7) Istilah kronik
memerlukan data riwayat penyakit penderita. Perlu
anamnesa yang cermat yang mengarah pada klinis dari
GGK tersebut yang meliputi berbagai organ.

PEMBAHASAN
Dalam
penetapan
stadium
penyakit
didukung
oleh
hasil
pemeriksaan
laboratorium
yang
menentukan
LFG,
dimana pada pasien ini jatuh pada stadium
gagal ginjal terminal, dengan kriteria :
100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal
berkurang
76-26 ml/menit disebut insufisiensi ginjal
kronik
25-6 ml/menit
disebut gagal ginjal kronik
< 5 ml/menit disebut gagal ginjal terminal

PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesa umur pasien
46 tahun dan berat badan 55 kg dan
dari
pemeriksaan
kimia
darah
didapat Ureum 226 mg/dl
dan
kreatinin 14,6 mg/dl. Dari hasil hitung
TKK penderita dengan berat badan
55 kg dan umur 46 tahun didapatkan
hasil 4,91 ml/menit. Hasil tersebut
mendukung GG Terminal.

PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
diagnosa diperoleh adanya anemia dan hipoalbuminemia.
Dengan tidak adanya leukositosis diduga tidak ada infeksi
pada sistem urinarius pasien. Dan pemeriksaan ureum dan
kreatinin
dengan perbandingan mendekati 20 : 1
menunjang adanya proses gagal ginjal pada pasien ini.
TKK tidak dapat dijadikan patokan untuk mendiagnosa
penderita dengan tahap gagal ginjal kronik, karena pada
gagal ginjal akut pun didapatkan adanya angka TKK yang
sama. Perjalanan penyakit ini pun berbeda, GGA masih
dapat membaik seperti semula jika penyebabnya pre renal
atau post renal. Sedangkan GGK cenderung memburuk,
sehingga akhirnya penderita memerlukan hemodialisa
seumur hidup.

PEMBAHASAN
Anemia juga umum terjadi pada pasien gagal
ginjal
kronis,
umumnya
terjadi
sebagai
konsekuensi
penurunan
eritopoetin
dan
menurunnya usia fungsional dari sel darah
merah. Sehingga perlu diberikan substansi
eritropoesis dalam hal ini digunakan asam folat.
Keadaan anemia yang berlangsung lama akan
menjadi penyulit, dimana pasien cenderung sesak
sebagaimana yang dikeluhkan pasien pada kasus
ini dan akan terjadi proses hypertropi jantung
yang tentunya semakin mengganggu proses
hemodinamik tubuh.

PEMBAHASAN
Selain itu pada pasien ini didapatkan keluhan
menggigil,
kelemahan,
gangguan
sistem
pembekuan darah, anemia, mual muntah,
semakin meningkatnya glucosa darah dan
terjadinya penurunan suhu tubuh. Tanda dan
gejala tersebut terjadi berkaitan dengan keadaan
uremia pada pasien ini. Dari sekian banyak gejala
yang timbul efek metabolik dari uremia yang
menarik adalah terjadinya resistensi insulin, yang
memiliki
kontribusi
dalam
peningkatan
progresifitas penyakit vaskular sebagai penyebab
utama kematian pada pasien gagal ginjal.

PEMBAHASAN
Pada hari kelima perawatan pasien meninggal,
hal ini dapat terjadi akibat keadaan uremia
berat, selain berefek pada resistensi insulin,
keadaan hiperuremia dapat menyebabkan
stress oksidatif dan gangguan fungsi seluler
dimana
terjadinya
penurunan
aktivitas
sodium-potassium ATPase dan melalui sistem
yang kompleks akan melepaskan substansi
serupa digitalis yang menyabakan gannguan
jantung mendadak, selain akibat langsung dari
ketidakseimbangan elektrolit

PENUTUP
Telah
dilaporkan
sebuah
kasus
seorang pria dengan usia 46 tahun
didiagnosis menderita Gagal ginjal
terminal dengan anemia et causa
melena Setelah 5 hari perawatan,
penderita meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai