Anda di halaman 1dari 1

Penyakit Sindroma Ovarium Polikistik

agian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia

endahuluan
enyakit sindroma ovarium polikistik ( PSOP)
adalah kelainan endokrin yang paling sering
terjadi pada wan ita usia reproduksi. Kelainan
ini terjadi pada 4-7 % dari anita usia reproduksi '.
Meskipun PSOP diketahui sebagai kelainan pada organ produksi,
Diagnosa PSOP secara tepat sangat penting kana PSOP ternyata juga
meningkatkan resiko terhadap _nyakit metabo/ik dan kardiovaskuler.
Hal ini karena PSOP dalah suatu kelainan akibat dari resistensi
insulin yang enyebabkan efek pada berbagai macam organ dan
mungkin enyebabkan perubahan pada serum lipid ( penurunan kadar
DL, peningkatan kadar trigeliserida ), anovulasi, gangguan rinolisis,
perdarahan abnormal uterus dan infertilitas. Pada 19ka panjang
pasien PSOP dapat mender ita diabetes melistipe 2, hipertensi,
kanker endometrium dan penyakit karovaskuler' 2
Kontrasepsi oral, progestin, anti androgen, dan obat inksi ovulasi
masih tetap merupakan standar terapi. Meskipun at ini obat obatan
yang mensensitisasi insulin menunjukan 'anfaatnya baik secara
tunggal maupun secara kombinasi ngan obat standar yang ada dalam
pengobatan PSOP .2
Diagnosis dini yang tepat, terapi dan pengamatan jangka njang
serta penapisan terhadap penyakit diabetes melitus n kardiovaskuler
sangat diperlukan untuk memperbaiki ngsi reproduksi dan
menurunkan resiko terhadap kelainan
tabolik dan kardiovasku/er pada pasien PSOP. 2
finisi
Definis terakhir membutuhkan 3 kriteria , pertama adanya lainan
siklus ovulasi dapat berupa oligo-ovulasi (lama sik>35 hari atau < 8siklus Itahun ) sampai anovulasi dengan jala
amenorea. Dengan melakukan anamnesa siklus menuasi yang baik
sudah cukup untuk menegakan diagnosa OP. Selain itu pemeriksaan
kadar progesterone pada fase idluteal < 4 nglml, pengukuran suhu
basal, hasi/ negatif ngan alat tes penilai ovu/asi yang sederhana, dan
biopsi dometrium dengan hasi/ fase proliferatif juga menunjukkan
adaan anovu/asi. Kedua adanya tanda kelebihan androgen ik secara
klinis berupa hirsutisme, jerawat, kebotakan,

acanthosis nigricans maupun laboratorium. PSOP dapat didefinisikan


sebagai anovulasi hiperandrogen kronis setelah sebab lain dari
anovulasi dan hyperandrogenism disingkirkan terlebih dahulu, seperti
hiperprolaktinemia, hipotiroidisme hiperplasia adrenal kongenital,
sindroma Cuhsing's dan tumor lain yang menghasilkan androgen. 3
Ketiga adanya gambaran polikistik dengan pemeriksaan USG,
meskipun saat ini di Amerika Utara kebanyakan ahli endokrinologi dan
reproduksi tidak membutuhkan pemeriksaan radioJogi atau
pembedahan untuk menegakan diagnosa PSOP. Hal ini karena
penampakan dari ovarium polikistik diyakini sebagai tanda bukan
sebagai suatu penyakit4. Adanya gambaran ovarium polikistik terdapat
pada 6-25% dari populasi normal,s dan sekitar 67-86% dari pasien
PSOP 3

Patofisiologi
Kelainan yang mendasari pad a PSOP masih belum diketahui, tapi
mulai tumbuh kesepakatan bahwa kunci dari permasalahan adalah pada
resistensi insulin, kelebihan androgen dan gangguan pada
gonadotropin. Bukti terakhir menunjukan bahwa kelainan mendasar
salah satunya adalah resistensi insulin, dimana hiperinsulinemia
menstimu/asi produksi androgen ovarium yang berlebihan.6
Mekanisme molekuler terjadinya resistensi insulin belum jelas,
meskipun kecurigaan adanya defek pada insulin reseptor masih terus
diteliti. Penelitian terakhir meneliti alur cascade yang terjadi setelah
ikatan antara reseptor dengan insulin, beberapa penelitian
memfokuskan pada molekul yang berperan pada metabolisme glukosa
dan steroidogenesis, seperti Phospoglycan D-chiro-inositol atau
mekanisme lain yang melibatkan Fosforilisasi yang salah pada insulin
reseptor. 2 Pada pasien dengan PSOP rasio androstenedione terhadap
estradiol tinggi memberi kesan adanya defek pada aromatisasi dan
penelitian terakhir mendapatkan adanya mutasi gen P450 aromatase
sebagai penyebab dari sindroma ini6.
Gangguan kerja dari insulin akan menyebabkan peningkatan kadar
insulin yang akan menurunkan sintesa dari 2 protein penting yang
dihasilkan hati : Insulin-like growth factor -binding protein I ( IGFBPI) dan sex-hormone-binding globulin ( SHBG). Insulin -like growth
factor-binding protein

Anda mungkin juga menyukai