ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS
2. Klasifikasi DM
a. DM tipe I (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Yaitu diabetes yang tergantung insulin dimana sel pankreas yang
memproduksi insulin yang dalam keadaan normal dihancurkan oleh suatu
proses autoimun, sehingga glukosa yang harusnya ditangkap oleh sel untuk
dimetabolisme tidak dapat masuk karena tidak ada insulin. Dapat terjadi pada
semua usia, bila terjadi pada anak-anak sering disebut dengan istilah juvenille
diabetes, pada DM tipe ini BB biasanya turun, klien telah mengalami tanda
dan gejala yang berhubungan dengan insulinopenia (kekurangan insulin)
sebelum usia 30 tahun. Biasanya pada pemeriksaan urine akan didapat hasil
Lampiran 10
keton positif, tergantung pada terapi insulin untuk dapat tetap hidup, karena
bila tidak klien akan sangat berisiko untuk terjadinya ketoasidosis.
b. DM tipe II (NIDDM/Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Pankreas kurang mampu mensintesa dan melepaskan insulin. Jumlah sekresi
insulin mencukupi tetapi jumlah yang disekresi tidak seimbang dengan
jumlah yang dibutuhkan, situasi ini menyebabkan produksi insulin menurun.
Biasanya diagnosa ditemukan pada klien usia lebih dari 30 tahun, kadang
dengan obesitas. Pada kasus DM tipe ini umumnya tidak terjadi ketoasidosis.
Walaupun tidak tergantung pada tambahan insulin dari luar, namun klien
mungkin memerlukannya untuk mempertahankan kadar gula darah yang
adekuat. Pada kasus ini biasanya terjadi resistensi terhadap kerja insulin
normal, karena interaksi insulin dengan reseptor insulin pada sel kurang
efektif, sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
c. DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindroma lainnya.
Didapat pada orang dengan kadar gula darah post prandial lebih dari nilai
normal. Nilainya berkisar lebih dari atau sama dengan 140 mg/dl dan kurang
dari 200 mg/dl, namun pada golongan ini biasanya belum didiagnosa sebagai
DM, hanya saja pada pasien ini dianggap sebagai golongan dengan resiko
tinggi terhadap diabetes.
d. Gestational DM
Merupakan intoleransi glukosa yang mulai timbul/diketahui sewaktu pasien
hamil, karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai pengaruh
metaboliknya
terhadap
toleransi
glukosa.
Pasien
yang
mempunyai
Lampiran 10
3. Etiologi
a. Diabetes Melitus tipe I
Ditandai oleh penghancuran sel-sel pankreas (autoimun sel) dengan
kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan (infeksi
virus), yang memungkinkan turut menimbulkan destruksi sel .
b. Diabetes Melitus tipe II
Disebabkan karena resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada DM
tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktorfaktor resiko tertentu yang berhubungan dengan DM tipe II:
-
Obesitas
Keturunan
Kurang aktivitas
Lampiran 10
4. Pathway
v
Ketidakseimbangan
produksi insulin
Faktor genetik
Infeksi virus
Pengrusakan
imunologik
Hiperglikemia
Glukosuria
Diuresis osmotik
Poliuri
Retensi urine
Viskositas darah
meningkat
Syok hiperglikemik
Anabolisme protein
menurun
Koma diabetik
Aliran darah lambat
Kerusakan pada
antibodi
Iskemik jaringan
Kekebalan tubuh
menurun
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
Resiko infeksi
Neuropati sensori
perifer
Lampiran 10
Kehilangan elektrolit
dalam sel
Dehidrasi
Kehilangan kalori
Nekrosis luka
Gangrene
Kerusakan integritas
kulit
Resiko syok
Merangsang
Hipothalamus
BB menurun
Pusat lapar dan haus
Kelemahan
Polidipsia
Polifagia
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Katabolisme lemak
Pemecahan protein
Asam lemak
Keton
Ketoasidosis
Kelemahan
Lampiran 10
5. Tanda dan Gejala
Polipagia
Poliuria
Polidipsi
Kelemahan/kelelahan tubuh
Berat badan menurun/meningkat
Luka sulit sembuh
Rasa kesemutan/baal
UTI
Gatal-gatal
Keputihan
Diare/konstipasi
Pandangan kabur
Hiperglikemia/ hipoglikemia
Mual, muntah
Nyeri abdomen.
6. Test Diagnostik
a. GDS: Untuk mengetahui kadar gula darah sewaktu
b. NPP (Nuchter post pondrial)
Gula darah yang diperiksa dua kali yaitu sebelum makan dan dua jam setelah
makan dengan tujuan menegakkan diagnosa dan ditunjukkan kepada klien
yang sama sekali belum diketahui adanya penyakit DM.
Lampiran 10
c. KH (Kurva Harian)
Gula darah diperiksa sebanyak tiga kali yakni sebelum makan, jam 11.00 dan
jam 16.00 yang dilakukan secara periodik yang bertujuan untuk mengevaluasi
terapi diabetikum.
d. Urine Test
Untuk mengetahui kadar gula darah dan aseton.
e. Mikroalbuminuria Test
Untuk mengetahui/mendeteksi dini adanya neprophaty, seperti adanya protein
dalam urine.
f. AGD untuk mengetahui adanya acidosis metabolik
7. Penatalaksanaan
a. Diet
Komposisi diet: karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%, tinggi
serat, hindari alkohol. Ditujukan memberikan semua unsur makanan esensial
misalnya vitamin dan mineral, mempertahankan BB yang sesuai, memenuhi
kebutuhan energi, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang
aman/praktis dan menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
b. Aktivitas dan latihan
Latihan dilakukan 3-5x seminggu selama 30-60 menit.
Fungsi latihan:
-
Lampiran 10
-
Mencegah komplikasi
Syarat latihan :
-
Disesuaikan dengan kadar gula darah, tidak dilakukan bila kadar gula
darah > 250 mg/dl.
Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindung kaki yang
lainnya.
c. Terapi farmakologik
-
Fungsinya:
-
d. Monitoring
Melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara teratur dan menjaga kadar
HAIC < 7,0% yang merupakan indikator kontrol hiperglikemi yang baik.
Lampiran 10
Bagi pasien yang menggunakan insulin dianjurkan paling sedikit 3x sehari
sebelum makan. Sedangkan untuk pasien yang tidak menggunakan insulin
dianjurkan minimal 2-3x seminggu. Alat di kalibrasi setiap 6-12 bulan sekali.
e. Penyuluhan
Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan, merubah perilaku, dan
memperbaiki kualitas hidup.
-
Pengenalan,
penanganan
dan
pencegahan
komplikasi
akut
yaitu
8. Komplikasi
a.
Lampiran 10
Keadaan ini akibat pemberian insulin atau preparat yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit, atau karena aktivitas fisik yang
berat. Gejala hipoglikemia dapat terjadi mendadak dan tanpa diduga
sebelumnya. Tanda-tanda hipoglikemia, stadium parasimpatik : mual,
lapar, tensi menurun, stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit
bicara, kesulitan menghitung sederhana, stadium simpatik : keringat
dingin pada muka, terutama di hidung, bibir, atau tangan, berdebar-debar,
stadium gangguan otak berat : koma, dengan/tanpa kejang. Penanganan
hipoglikemia : stadium awal : pemberian gula murni + 30 gram (2 sendok
makan), atau sirop, permen dan makanan yang mengandung hidrat arang.
Stadium lanjut (koma) : berikan larutan glukosa 40% sebanyak 2 flacon,
melalui intravena setiap 10-20 menit hingga pasien sadar disertai
pemberian infus dextrose 10% 6 jam/kolf (20-21 tetes/menit). Bila belum
teratasi dapat diberikan antagosius insulin seperti: adrenalin, kortison
atau glukagon 1 mg intravena.
-
Lampiran 10
-
Makrovaskular
Terjadi
kerusakan
makrovaskular
di
arteri
besar.
Komplikasi
makrovaskular terjadi akibat penebalan membran basal pembuluhpembuluh besar. Penebalan makrovaskular menyebabkan iskemia dan
penurunan penyaluran O 2 dan zat-zat ke jaringan. Selain itu hemoglobin
terglikolisasi memiliki afinitas terhadap O 2 yang tinggi sehingga O 2
terikat lebih erat ke molekul hemoglobin yang menyebabkan ketersediaan
O2 untuk jaringan berkurang. Komplikasi makrovaskular timbul terutama
akibat
aterosklerosis
yang
menyebabkan
gangguan
aliran
darah,
Mikrovaskular
a) Nefropati
Bukti menunjukkan bahwa segera sesudah terjadi diabetes melitus,
khususnya bila kadar glukosa meningkat maka mekanisme filtrasi
ginjal mengalami stres yang menyebabkan kebocoran protein ke
dalam urine akibatnya tekanan dalam pembuluh darah ke ginjal
meningkat yang akhirnya kegagalan ginjal dapat terjadi.
Lampiran 10
b) Neuropati
1. Neuropati perifer
Sering mengenai bagian distal serabut saraf, khususnya saraf
ekstremitas bawah.
2. Neuropati otonom
Biasanya terjadi pada penderita yang telah mengalami penyakit
diabetes melitus selama kurang lebih 20 tahun. Organ-organ yang
terkena neuropati otonom : kardiovaskular (takikardi, hipotensi
ortostatik, dan infark) dan gastrointestinal (pengosongan lambung
ke duodenum menjadi terhambat sehingga terjadi mual, muntah,
makan sedikit susah kenyang).
c) Retinopati menyerang pembuluh-pembuluh darah retina sehingga
mengalami kebutaan.
Lampiran 10
Riwayat pengobatan.
Obesitas
BB turun
Polidipsi
Polifagi
Mual
Muntah
c. Pola eliminasi
-
Poliuria
Nokturia
Diare/konstipasi
UTI.
Kelemahan
Kelelahan
Kram.
Lampiran 10
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
-
Gatal
Baal
Kesemutan.
Masalah finansial.
Impoten
Infeksi vagina
Penurunan libido.
Depresi
Sensitif
Apatis.
Diet
Obat
Aktivitas.
Lampiran 10
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin.
3. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan hiperglikemia.
Lampiran 10
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa
Rencana Keperawatan
NOC
NIC
Fluid balance
Pertahankan catatan intake
Hydration
volume
cairan Nutritional Status :
dan output yang akurat
Monitor status hidrasi
berhubungan
Food
and
Fluid
(kelembaban
membran
dengan
osmotik
Intake
Kriteria Hasil:
mukosa, nadi adekuat,
diuresis.
Mempertahankan
tekanan darah ortostatik)
urine output sesuai
jika diperlukan
dengan usia dan BB, Monitor hasil lab yang
Keperawatan
1. Kekurangan
BJ urine normal
Tekanan darah, nadi,
suhu
tubuh
sesuai
dengan
retensi
cairan
(BUN,
Hmt,
dalam
osmolalitas urin, albumin,
batas normal
Tidak ada
tanda
elastisitas
tanda-
dehidrasi,
total protein)
Monitor vital sign setiap
15 menit 1 jam
turgor Kolaborasi
pemberian
cairan IV
Monitor status nutrisi
mukosa lembab, tidak Berikan cairan oral
Berikan
penggantian
ada rasa haus yang
berlebihan
untuk
cairan
berlebih
muncul memburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Lampiran 10
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu
Monitor intake dan urine
2. Perubahan
kurang
kebutuhan
nutrisi Nutritional
dari
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakcukupan
insulin.
Adequacy of nutrient
makanan
Nutritional Status : Kolaborasi dengan ahli
food and Fluid Intake
Weight Control
Kriteria hasil :
Adanya peningkatan
berat
badan
dengan tujuan
Berat badan
ideal
dimakan
tinggi
mengandung
serat
untuk
badan
Mampu
bagaimana
membuat
mengidentifikasi
catatan makanan harian.
kebutuhan nutrisi
Monitor
adanya
Tidak ada tanda-tanda
penurunan BB dan gula
malnutrisi
Menunjukkan
darah
Monitor
lingkungan
peningkatan
fungsi
selama makan
pengecapan
dari Jadwalkan
pengobatan
menelan
Tidak
terjadi
jam makan
berat Monitor turgor kulit
Monitor
kekeringan,
badan yang berarti
penurunan
rambut
kusam,
total
Lampiran 10
muntah
Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien
dan
keluarga
tentang
manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter
tentang
kebutuhan
suplemen
seperti
makanan
NGT/
TPN
sehingga intake
cairan
yang
dapat
adekuat
dipertahankan.
Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
Kelola
pemberan
anti
emetik
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV
line
Catat
adanya
edema,
hiperemik,
3. Kerusakan
Tissue
Integrity
hipertonikpapila
lidah
untuk
Lampiran 10
integritas
berhubungan
kulit
Skin
and
Membranes
Mucous
menggunakan
pakaian
yang longgar
: Hindari
Healing
kerutan
pada
tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar
bisa Mobilisasi
pasien
(ubah
dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
jam sekali
temperatur,
pigmentasi)
kemerahan
Oleskan
lotion
minyak/baby
Monitor
dalam
mencegah
terjadinya
sedera
berulang
Mampu
pada
aktivitas
dan
mobilisasi pasien
oil
Menunjukkan
pemahaman
atau
status
nutrisi
pasien
Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
melindungi
kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Kaji
lingkungan
peralatan
dan
yang
menyebabkan tekanan
Observasi luka : lokasi,
dimensi, kedalaman luka,
Lampiran 10
Menunjukkan
terjadinya
karakteristik,warna
cairan, granulasi, jaringan
proses
nekrotik,
penyembuhan luka
infeksi
tanda-tanda
lokal,
formasi
traktus
Ajarkan
pada
tentang
keluarga
luka
dan
perawatan luka
Kolaburasi
pemberian
ahli
gizi
diae
TKTP,
vitamin
Cegah
kontaminasi
feses
dan urin
Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
Berikan
posisi
yang
Lampiran 10
e. Jelaskan tentang pentingnya pemeriksaan mata secara berkala setiap 6-12
bulan.
f. Jelaskan tentang pentingnya pemeriksaan berkala foto dada setiap 1-2 tahun
atau kalau keluhan batuk kronik.
g. Jelaskan tentang pemeriksaan berkala EKG/uji latih jantung setiap tahun atau
kalau ada keluhan nyeri dada/cepat capek.
h. Jelaskan tentang pemeriksaan berkala urin untuk mendeteksi adanya protein
dalam urin.