Anda di halaman 1dari 21

Lampiran 10

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner and
Suddarths, 2002).
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati. (Amin Huda, 2013)

2. Klasifikasi DM
a. DM tipe I (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Yaitu diabetes yang tergantung insulin dimana sel pankreas yang
memproduksi insulin yang dalam keadaan normal dihancurkan oleh suatu
proses autoimun, sehingga glukosa yang harusnya ditangkap oleh sel untuk
dimetabolisme tidak dapat masuk karena tidak ada insulin. Dapat terjadi pada
semua usia, bila terjadi pada anak-anak sering disebut dengan istilah juvenille
diabetes, pada DM tipe ini BB biasanya turun, klien telah mengalami tanda
dan gejala yang berhubungan dengan insulinopenia (kekurangan insulin)
sebelum usia 30 tahun. Biasanya pada pemeriksaan urine akan didapat hasil

Lampiran 10
keton positif, tergantung pada terapi insulin untuk dapat tetap hidup, karena
bila tidak klien akan sangat berisiko untuk terjadinya ketoasidosis.
b. DM tipe II (NIDDM/Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Pankreas kurang mampu mensintesa dan melepaskan insulin. Jumlah sekresi
insulin mencukupi tetapi jumlah yang disekresi tidak seimbang dengan
jumlah yang dibutuhkan, situasi ini menyebabkan produksi insulin menurun.
Biasanya diagnosa ditemukan pada klien usia lebih dari 30 tahun, kadang
dengan obesitas. Pada kasus DM tipe ini umumnya tidak terjadi ketoasidosis.
Walaupun tidak tergantung pada tambahan insulin dari luar, namun klien
mungkin memerlukannya untuk mempertahankan kadar gula darah yang
adekuat. Pada kasus ini biasanya terjadi resistensi terhadap kerja insulin
normal, karena interaksi insulin dengan reseptor insulin pada sel kurang
efektif, sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
c. DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindroma lainnya.
Didapat pada orang dengan kadar gula darah post prandial lebih dari nilai
normal. Nilainya berkisar lebih dari atau sama dengan 140 mg/dl dan kurang
dari 200 mg/dl, namun pada golongan ini biasanya belum didiagnosa sebagai
DM, hanya saja pada pasien ini dianggap sebagai golongan dengan resiko
tinggi terhadap diabetes.
d. Gestational DM
Merupakan intoleransi glukosa yang mulai timbul/diketahui sewaktu pasien
hamil, karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai pengaruh
metaboliknya

terhadap

toleransi

glukosa.

Pasien

yang

mempunyai

predisposisi diabetes mungkin akan memperlihatkan intoleransi glukosa atau


manifestasi klinis diabetes pada kehamilan.

Lampiran 10
3. Etiologi
a. Diabetes Melitus tipe I
Ditandai oleh penghancuran sel-sel pankreas (autoimun sel) dengan
kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan (infeksi
virus), yang memungkinkan turut menimbulkan destruksi sel .
b. Diabetes Melitus tipe II
Disebabkan karena resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada DM
tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktorfaktor resiko tertentu yang berhubungan dengan DM tipe II:
-

Faktor usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65


tahun).

Obesitas

Keturunan

Kurang aktivitas

Lampiran 10
4. Pathway
v

Ketidakseimbangan
produksi insulin

Kerusakan sel beta

Faktor genetik
Infeksi virus
Pengrusakan
imunologik

Gula dalam darah tidak


dapat dibawa masuk

Hiperglikemia

Batas melebihi ambang


ginjal

Glukosuria

Diuresis osmotik

Poliuri

Retensi urine

Viskositas darah
meningkat

Syok hiperglikemik

Anabolisme protein
menurun

Koma diabetik
Aliran darah lambat

Kerusakan pada
antibodi

Iskemik jaringan
Kekebalan tubuh
menurun
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer

Resiko infeksi

Neuropati sensori
perifer

Lampiran 10
Kehilangan elektrolit
dalam sel

Dehidrasi

Kehilangan kalori
Nekrosis luka

Klien tidak merasa


sakit

Gangrene

Kerusakan integritas
kulit

Sel kekurangan bahan


untuk metabolisme

Resiko syok

Merangsang
Hipothalamus

Proten dan lemak


dibakar

BB menurun
Pusat lapar dan haus
Kelemahan
Polidipsia
Polifagia

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Katabolisme lemak

Pemecahan protein

Asam lemak

Keton

Ketoasidosis

Kelemahan

Lampiran 10
5. Tanda dan Gejala
Polipagia
Poliuria
Polidipsi
Kelemahan/kelelahan tubuh
Berat badan menurun/meningkat
Luka sulit sembuh
Rasa kesemutan/baal
UTI
Gatal-gatal
Keputihan
Diare/konstipasi
Pandangan kabur
Hiperglikemia/ hipoglikemia
Mual, muntah
Nyeri abdomen.

6. Test Diagnostik
a. GDS: Untuk mengetahui kadar gula darah sewaktu
b. NPP (Nuchter post pondrial)
Gula darah yang diperiksa dua kali yaitu sebelum makan dan dua jam setelah
makan dengan tujuan menegakkan diagnosa dan ditunjukkan kepada klien
yang sama sekali belum diketahui adanya penyakit DM.

Lampiran 10
c. KH (Kurva Harian)
Gula darah diperiksa sebanyak tiga kali yakni sebelum makan, jam 11.00 dan
jam 16.00 yang dilakukan secara periodik yang bertujuan untuk mengevaluasi
terapi diabetikum.
d. Urine Test
Untuk mengetahui kadar gula darah dan aseton.
e. Mikroalbuminuria Test
Untuk mengetahui/mendeteksi dini adanya neprophaty, seperti adanya protein
dalam urine.
f. AGD untuk mengetahui adanya acidosis metabolik

7. Penatalaksanaan
a. Diet
Komposisi diet: karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%, tinggi
serat, hindari alkohol. Ditujukan memberikan semua unsur makanan esensial
misalnya vitamin dan mineral, mempertahankan BB yang sesuai, memenuhi
kebutuhan energi, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang
aman/praktis dan menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
b. Aktivitas dan latihan
Latihan dilakukan 3-5x seminggu selama 30-60 menit.
Fungsi latihan:
-

Meningkatkan glukosa oleh otot yang aktif.

Menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko


kardiovaskuler.

Lampiran 10
-

Mencegah komplikasi

Menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan mempertahankan


kesegaran tubuh.

Mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL kolesterol


dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida.

Syarat latihan :
-

Dilakukan setelah pemasukan karbohidrat 1-2 jam.

Disesuaikan dengan kadar gula darah, tidak dilakukan bila kadar gula
darah > 250 mg/dl.

Pedoman untuk latihan :


-

Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindung kaki yang
lainnya.

Hindari latihan dalam udara yang sangat panas/dingin.

Periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.

Hindari latihan saat pengendalian metabolik buruk.

c. Terapi farmakologik
-

Insulin untuk DM tipe I.

Obat antidiabetik oral untuk DM tipe II.

Fungsinya:
-

Mengatur transpor glukosa dalam sel

Menghambat perubahan glikogen, lemak dan protein dalam glukosa.

Memicu sekresi insulin.

d. Monitoring
Melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara teratur dan menjaga kadar
HAIC < 7,0% yang merupakan indikator kontrol hiperglikemi yang baik.

Lampiran 10
Bagi pasien yang menggunakan insulin dianjurkan paling sedikit 3x sehari
sebelum makan. Sedangkan untuk pasien yang tidak menggunakan insulin
dianjurkan minimal 2-3x seminggu. Alat di kalibrasi setiap 6-12 bulan sekali.
e. Penyuluhan
Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan, merubah perilaku, dan
memperbaiki kualitas hidup.
-

Patofisiologi sederhana yaitu : definisi penyakit, batas-batas kadar


glukosa yang normal, efek terapi insulin dan latihan, efek makanan dan
stres yang mencakup keadaan sakit dan infeksi dan dasar pendekatan
terapi.

Cara-cara terapi yaitu : pemberian insulin, dasar-dasar diet (kelompok


makanan dan jadwal), pemantauan kadar gula darah dan keton urine.

Pengenalan,

penanganan

dan

pencegahan

komplikasi

akut

yaitu

hipoglikemia dan hiperglikemia.


-

Informasi yang pragmatis yaitu dimana membeli dan menyiapkan insulin,


sempit, alat-alat untuk memantau kadar gula darah, kapan dan bagaimana
cara menghubungi dokter.

Perawatan yaitu : kaki, mata, higiene umum dan kebersihan kulit.

Pengendalian faktor resiko yaitu mengendalikan tekanan darah dan kadar


lemak.

8. Komplikasi
a.

Komplikasi jangka pendek


-

Hipoglikemia (kadar glukosa darah < 70 mg/dl)

Lampiran 10
Keadaan ini akibat pemberian insulin atau preparat yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit, atau karena aktivitas fisik yang
berat. Gejala hipoglikemia dapat terjadi mendadak dan tanpa diduga
sebelumnya. Tanda-tanda hipoglikemia, stadium parasimpatik : mual,
lapar, tensi menurun, stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit
bicara, kesulitan menghitung sederhana, stadium simpatik : keringat
dingin pada muka, terutama di hidung, bibir, atau tangan, berdebar-debar,
stadium gangguan otak berat : koma, dengan/tanpa kejang. Penanganan
hipoglikemia : stadium awal : pemberian gula murni + 30 gram (2 sendok
makan), atau sirop, permen dan makanan yang mengandung hidrat arang.
Stadium lanjut (koma) : berikan larutan glukosa 40% sebanyak 2 flacon,
melalui intravena setiap 10-20 menit hingga pasien sadar disertai
pemberian infus dextrose 10% 6 jam/kolf (20-21 tetes/menit). Bila belum
teratasi dapat diberikan antagosius insulin seperti: adrenalin, kortison
atau glukagon 1 mg intravena.
-

Diabetik Ketoasidosis (DKA)


Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup jumlah insulin.
Keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,
protein. Ada gambaran klinis yang penting dalam diabetik ketoasidosis
yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit, asidosis.
Penanganan diabetik ketoasidosis.
Kadar gula darah setiap jam, elektrolit setiap 6 jam selama 24 jam, AGD,
tekanan darah, nadi pernafasan, suhu setiap jam, keadaan hidrasi, balance
cairan, waspadai terhadap kemungkinan DIC, antibiotika yang adekuat,
oksigen bila PO 2 < 80 mmHg.

Lampiran 10
-

Sindrome Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)


Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolalitas, hiperglikemi
dengan disertai perubahan tingkat kesadaran. Keadaan ini paling terjadi
pada individu yang berusia 50-70 tahun karena peningkatan usia yang
khas pada penderita SHHNK, maka pemantauan ketat terhadap status
volume dan elektrolit diperlukan untuk mencegah gagal jantung kongestif
dan disritmia jantung.

b. Komplikasi jangka panjang


-

Makrovaskular
Terjadi

kerusakan

makrovaskular

di

arteri

besar.

Komplikasi

makrovaskular terjadi akibat penebalan membran basal pembuluhpembuluh besar. Penebalan makrovaskular menyebabkan iskemia dan
penurunan penyaluran O 2 dan zat-zat ke jaringan. Selain itu hemoglobin
terglikolisasi memiliki afinitas terhadap O 2 yang tinggi sehingga O 2
terikat lebih erat ke molekul hemoglobin yang menyebabkan ketersediaan
O2 untuk jaringan berkurang. Komplikasi makrovaskular timbul terutama
akibat

aterosklerosis

yang

menyebabkan

gangguan

aliran

darah,

timbulnya penyakit jangka panjang dan peningkatan mortalitas.


-

Mikrovaskular
a) Nefropati
Bukti menunjukkan bahwa segera sesudah terjadi diabetes melitus,
khususnya bila kadar glukosa meningkat maka mekanisme filtrasi
ginjal mengalami stres yang menyebabkan kebocoran protein ke
dalam urine akibatnya tekanan dalam pembuluh darah ke ginjal
meningkat yang akhirnya kegagalan ginjal dapat terjadi.

Lampiran 10
b) Neuropati
1. Neuropati perifer
Sering mengenai bagian distal serabut saraf, khususnya saraf
ekstremitas bawah.
2. Neuropati otonom
Biasanya terjadi pada penderita yang telah mengalami penyakit
diabetes melitus selama kurang lebih 20 tahun. Organ-organ yang
terkena neuropati otonom : kardiovaskular (takikardi, hipotensi
ortostatik, dan infark) dan gastrointestinal (pengosongan lambung
ke duodenum menjadi terhambat sehingga terjadi mual, muntah,
makan sedikit susah kenyang).
c) Retinopati menyerang pembuluh-pembuluh darah retina sehingga
mengalami kebutaan.

Lampiran 10

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-

Riwayat penyakit pasien dan keluarga

Riwayat pengobatan.

b. Pola nutrisi metabolik


-

Obesitas

BB turun

Polidipsi

Polifagi

Mual

Muntah

Luka sulit sembuh.

c. Pola eliminasi
-

Poliuria

Nokturia

Diare/konstipasi

UTI.

d. Pola aktivitas dan latihan


-

Kelemahan

Kelelahan

Kram.

e. Pola tidur dan istirahat


-

Terganggu karena nokturia.

Lampiran 10
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
-

Gatal

Baal

Kesemutan.

g. Pola persepsi dan konsep diri


-

Harga diri rendah karena penyakit

Masalah finansial.

h. Pola peran dan hubungan dengan sesama


-

Perubahan peran dalam keluarga/masyarakat.

i. Pola reproduksi seksual


-

Impoten

Infeksi vagina

Penurunan libido.

j. Pola mekanisme koping terhadap stress


-

Depresi

Sensitif

Apatis.

k. Pola nilai dan kepercayaan


-

Komitmen untuk merubah gaya hidup

Diet

Obat

Aktivitas.

Lampiran 10

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin.
3. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan hiperglikemia.

Lampiran 10
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa

Rencana Keperawatan

NOC
NIC
Fluid balance
Pertahankan catatan intake
Hydration
volume
cairan Nutritional Status :
dan output yang akurat
Monitor status hidrasi
berhubungan
Food
and
Fluid
(kelembaban
membran
dengan
osmotik
Intake
Kriteria Hasil:
mukosa, nadi adekuat,
diuresis.
Mempertahankan
tekanan darah ortostatik)
urine output sesuai
jika diperlukan
dengan usia dan BB, Monitor hasil lab yang

Keperawatan
1. Kekurangan

BJ urine normal
Tekanan darah, nadi,
suhu

tubuh

sesuai

dengan

retensi

cairan

(BUN,

Hmt,

dalam
osmolalitas urin, albumin,

batas normal
Tidak ada
tanda
elastisitas

tanda-

dehidrasi,

total protein)
Monitor vital sign setiap

15 menit 1 jam
turgor Kolaborasi
pemberian

kulit baik, membran

cairan IV
Monitor status nutrisi
mukosa lembab, tidak Berikan cairan oral
Berikan
penggantian
ada rasa haus yang
berlebihan

nasogatrik sesuai output


(50 100cc/jam)
Dorong keluarga

untuk

membantu pasien makan


Kolaborasi dokter jika
tanda

cairan

berlebih

muncul memburuk
Atur kemungkinan tranfusi

Lampiran 10
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu
Monitor intake dan urine
2. Perubahan
kurang
kebutuhan

nutrisi Nutritional
dari
tubuh

berhubungan
dengan
ketidakcukupan
insulin.

output setiap 8 jam


status: Kaji
adanya
alergi

Adequacy of nutrient
makanan
Nutritional Status : Kolaborasi dengan ahli
food and Fluid Intake
Weight Control
Kriteria hasil :
Adanya peningkatan
berat

badan

gizi untuk menentukan


jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien


sesuai Yakinkan
diet
yang

dengan tujuan
Berat badan

ideal

dimakan
tinggi

mengandung
serat

untuk

sesuai dengan tinggi


mencegah konstipasi
Ajarkan
pasien

badan
Mampu

bagaimana

membuat

mengidentifikasi
catatan makanan harian.
kebutuhan nutrisi
Monitor
adanya
Tidak ada tanda-tanda
penurunan BB dan gula
malnutrisi
Menunjukkan
darah
Monitor
lingkungan
peningkatan
fungsi
selama makan
pengecapan
dari Jadwalkan
pengobatan
menelan
Tidak

terjadi

dan tindakan tidak selama

jam makan
berat Monitor turgor kulit
Monitor
kekeringan,
badan yang berarti
penurunan

rambut

kusam,

total

protein, Hb dan kadar Ht


Monitor
mual
dan

Lampiran 10
muntah
Monitor

pucat,

kemerahan,

dan

kekeringan

jaringan

konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien
dan

keluarga

tentang

manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter
tentang

kebutuhan

suplemen
seperti

makanan
NGT/

TPN

sehingga intake

cairan

yang

dapat

adekuat

dipertahankan.
Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
Kelola

pemberan

anti

emetik
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV
line
Catat

adanya

edema,

hiperemik,

3. Kerusakan

Tissue

Integrity

hipertonikpapila

lidah

dan cavitas oval


: Anjurkan pasien

untuk

Lampiran 10
integritas
berhubungan

kulit

Skin

and

Membranes

dengan penurunan Wound


sirkulasi

Mucous

menggunakan

pakaian

yang longgar
: Hindari

Healing

primer dan sekunder


Kriteria hasil:

kerutan

pada

tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar

Integritas kulit yang


baik

tetap bersih dan kering

bisa Mobilisasi

pasien

(ubah

dipertahankan

posisi pasien) setiap dua

(sensasi, elastisitas,

jam sekali

temperatur,

hidrasi, Monitor kulit akan adanya

pigmentasi)

kemerahan

Tidak ada luka/lesi pada


kulit

Oleskan

lotion

minyak/baby

Perfusi jaringan baik

Monitor
dalam

mencegah

terjadinya

sedera

berulang
Mampu

pada

aktivitas

dan

mobilisasi pasien

proses perbaikan kulit Monitor


dan

oil

derah yang tertekan

Menunjukkan
pemahaman

atau

status

nutrisi

pasien
Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat

melindungi

kulit

dan

mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

Kaji

lingkungan

peralatan

dan
yang

menyebabkan tekanan
Observasi luka : lokasi,
dimensi, kedalaman luka,

Lampiran 10
Menunjukkan
terjadinya

karakteristik,warna
cairan, granulasi, jaringan

proses

nekrotik,

penyembuhan luka

infeksi

tanda-tanda
lokal,

formasi

traktus
Ajarkan

pada

tentang

keluarga

luka

dan

perawatan luka
Kolaburasi
pemberian

ahli

gizi

diae

TKTP,

vitamin
Cegah

kontaminasi

feses

dan urin
Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
Berikan

posisi

yang

mengurangi tekanan pada


luka
4. Perencanaan Pulang
a. Jelaskan tentang pentingnya kontrol gula darah, penggunaan terapi secara
teratur, diet, olah raga, perawatan kaki dan kulit.
b. Jelaskan tentang kadar gula darah normal.
c. Jelaskan tanda hipoglikemia dan hipoglikemia.
d. Jelaskan tentang support system yang dapat digunakan.

Lampiran 10
e. Jelaskan tentang pentingnya pemeriksaan mata secara berkala setiap 6-12
bulan.
f. Jelaskan tentang pentingnya pemeriksaan berkala foto dada setiap 1-2 tahun
atau kalau keluhan batuk kronik.
g. Jelaskan tentang pemeriksaan berkala EKG/uji latih jantung setiap tahun atau
kalau ada keluhan nyeri dada/cepat capek.
h. Jelaskan tentang pemeriksaan berkala urin untuk mendeteksi adanya protein
dalam urin.

Anda mungkin juga menyukai