Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ANTROPOLOGI

CAMPAK

Disusun oleh:
SYAFIRA INDAH SIREGAR

AKPER RSP TNI AU


Jl. Merpati No.2 Halim Perdana Kusuma-Jakarta Timur
No.Telp (021) 80884040 Fax. (021)80884040
www.akper-ruspau.ac.id

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami sampaikan kehadiran ALLAH SWT, karena dengan rahmat
dan ridhonya kami mendapat hidayah sehingga kami telah dapat Menyelesaikan makalah
ANTROPOLOGI ini yang disusun berdasarkan materi yang telah ditentukan; Materi yang kami
tulis dalam makalah ini memang masih minim , karena kami berharap mahasiswa dapat
mengadakan pengembangan diri untuk mencari lagi materi materi yang belum lengkap. Kami
bertujuan dengan makalah ini dapat membantu kita untuk belajar mandiri dan juga membuat
mahasiswa lebih aktive dan giat dalam belajar.
Demikian makalah ini kami susun dan kami berharap bermanfaat dan dapat
mendapingi kita dalam proses belajar, dan kami juga mengucapkan terima kasih banyak atas
dukungan dari teman teman dan dosen.

Jakarta, 23 mei 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun adanya
vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini menyerang 50 juta
orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Insiden terbanyak berhubungan
dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun
masih mengenai beberapa negara maju seperti Amerika Serikat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui serum darah pada 21 responden sebagai
kasus dan 21 responden sebagai responden control. Didapatkan hasil kadar protein serum
dengan nilai normal dan protein serum lebih. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi pada 42
responden tersebut baik.Keadaan ini dapat terjadi karena 80% responden berusia 6-14 tahun,
yaitu masa sekolah. Anak usia sekolah memiliki pola makan yang selalu ingin mencoba jenis
makanan baru, pemberian makanan dalam bentuk junk food baik di rumah maupun di sekolah.
Makanan tersebut banyak mengandung gula, garam, lemak dan kolesterol, dan kebutuhan tinggi
kalori pada anak memicu tingginya kadar albumin serum ( Muscari, M,2001 ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan gejala
klinis campak. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi anak tidak cukup mampu untuk
melawan infeksi virus. Pertahanan tubuh terhadap infeksi virus memerlukan pertahanan
yang bersifat spesifik, sedangkan protein serum merupakan pertahan tubuh yang bersifat
non spesifik. Kekebalan terhadap infeksi virus didasarkan pada pembentukan respon imun
terhadap antigen khusus yang terletak pada permukaan partikel virus atau sel yang
terinfeksi oleh virus. Virus akan menimbulkan respon jaringan yang berbeda dari respon
terhadap bakteri pathogen. Pada infeksi virus akan terjadi infiltrasi sel berinti satu dan
limfosit. Protein yang disandikan oleh virus, biasanya protein kapsid, merupakan sasaran dari
respon imun. Sel yang terinveksi oleh virus dapat menjadi lisis oleh limfosit T sitotoksik
yang mengenali polipeptida-poipeptida virus pada permukaan sel. Imunitas humoral akan

melindungi inang terhadap infeksi ulang oleh virus yang sama (Jawetz, Melnick, Aldelbergs,
2001).
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih
masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah lima
tahun ( balita ) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Campak telah banyak diteliti,
namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat
pada waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.

Apa pengertian campak?

2.

Bagaimana masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak?

3.

Bagaimana cara penularan dan pencegahan penyakit campak?

4.

Bagaimana penanggulangan serta pengobatan penyakit campak?

1.3 TUJUAN
1.

Untuk mengetahui pengertian campak.

2.

Untuk mengetahui masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak.

3.

Agar kita mengetahui cara penularan dan pencegahan penyakit campak.

4.

Agar kita mengetahui penanggulangan serta pengobatan penyakit campak.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENYAKIT CAMPAK
Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin danmeasles dalam
bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam bahasa Jawa) atau kerumut (dalam
bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola(nama ilmiah) merupakan suatu infeksi virus yang
sangat menular, yang di tandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitas (peradangan selaput
ikat mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam kulit)
Ada beberapa pengertian tentang campak menurut beberapa ahli, yaitu :
a.

Campak atau morbili adalah penyakit virus akut , menular yang di tandai dengan 3 stadium
yaitu stadium prodromal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang di
manifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2,
th 1991. FKUI ).

b.

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala
utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri
limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).

c.

Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang
terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart, vol 3, 2001).

2.2 MASA INKUBASI DAN DIAGNOSIS PENYAKIT CAMPAK


2.2.1 Masa inkubasi
Masa tunas/ inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10 20 hari dan kemudian timbul
gejala-gejala yang di bagi dalam 3 stadium, yaitu :
1.

Stadium Kataral atau Prodromal


Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan mata merah. Pada
akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada mukosa pipi/daerah
mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu,
besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini menentukan
suatu diagnose pasti terhadap penyakit campak.

2.

Stadium Erupsi
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadan-kadang anak
kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul setelah 3 7 hari
demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di daerah belakang telinga, tengkuk,
kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan muka
bengkak

3.

Stadium Konvalensi atau penyembuhan


Erupsi (bercak-bercak)

berkurang,

meninggalkan

bekas

kecoklatan

yang

disebut hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas badan menurun sampai
normal bila tidak terjadi komplikasi.

2.2.2 Diagnosis penyakit campak


Diagnosis dapat di tegakkan dengan :
anamnese

(berdasarkan

riwayat

timbulnya

penyakit

seperti

adanya

kontak

dengan

penderita)yaitu :
1.Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi,mendadak) batuk
Pilek, harus dicurigai atau di diagnosis banding morbili (artinya kemungkinan penyakit lain yang
mirip campak, misal : germanmeasles,eksentema subitum,infeksi virus lain).
2. Mata merah, mukopurulen, menambah kecurigaan.
3. Dapat disertai diare dan muntah.
4. Dapat disertai gejala perdarahan (pada kasus yang berat) :
Epitaksis, petekie, ekimosis.
5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili
(1 atau 2 minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi
Campak.
Gejala klinis
Meliputi pemeriksaan fisik (physic diagnostic ) yaitu :
1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam ( biasanya tinggi ) dan
tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. Pada umumnya anak tampak lemah
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas ( akhir stadium kataral )
4. Pada stadium erupsi timbul ruam ( rash ) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya
mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka dan kemudian ke
seluruh tubuh.
Pemeriksaan laboratorium
Meliputi :
1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni, Dimana jumlah leukosit cenderung
menurun disertai limfositosis relative.

2. Pemeriksaan serologic dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior
test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya ras dan
puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
Biakan virus ( mahal )
Isolasi dan identifikasi virus : Swab nasofaring dan sampel darah yang diambil dari pasien 2-3
hari sebelum onset gejala sampai 1 hari setelah timbulnya ruam kulit (terutama selama masa
demam campak) merupakan sumber yang memadai untuk isolasi virus. selama stadium
prodromal, dapat terlihat sel raksasa berinti banyak pada hapusan mukosa hidung.
2.3 CARA PENULARAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK
2.3.1 Cara Penularan
Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup
Percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili atau
campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat
umum, di kendaraan atau dimana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4
hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari
sebelum gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3
tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita
campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap
campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang
lahirdari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
Bayi berumur lebih dari 1 tahun
Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

2.3.2 Cara Pencegahan Penyakit Campak


a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya factor predisposisi/ resiko
terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih
sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk
penyakit Campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya
pencegahan

primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti

penyuluhan mengenai

pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan penataan rumah yang baik.


b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko,
yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit Campak. Pada
pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
.
b.1. Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai Campak.
Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya,
kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai
materi yang perlu diberikan kepada pasien campak adalah definisi penyakit Campak, faktorfaktor yang berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya menekan campak,
pengelolaan Campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak

b.2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi
Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 15 bulan. Vaksin yang digunakan
adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan
secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak
dengan TBC yang tidak diobati, penderita leukemia. Vaksin Campak dapat diberikan sebagai
vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksinmeasles-mumps-rubella (MMR).

vaksin

monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak
usia 15 bulan.

Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada

temperature antara 2C - 8C atau 4C, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari.
Mudah rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam.
b .3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak
dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 2030 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya
komplikasi dengan

tindakan-tindakan seperti

tes

penyaringan

yang ditujukan untuk

pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatankegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang
telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah
penyakit. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak memegang
peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi.
Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan
tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.
10

Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien-pasien dengan dokter maupun
antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan
untuk

meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit

campak.

Dalam

penyuluhan ini hal yang dilakukan adalah :


1. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik
2. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
3. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan hidup dengan
komplikasi kronik.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga sangat
diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama ilmu.
2.4 PENANGGGULANGAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT CAMPAK
2.4.1 Penanggulangan Campak
Pada sidang CDC/ PAHO / WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit Campak
dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu/reservoir campak hanya pada manusia serta
tersedia vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85% dan
dirperkirakan eradikasi dapat dicapai 10 15 tahun setelah eliminasi.
World Health Organisation (WHO) mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya
eradikasi (pemberantasan) penyakit Campak dengan tekanan strategi yang berbeda-beda pada
setiap tahap yaitu :
a.

Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :
1. Tahap Pengendalian Campak
Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak rutin dan
upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbitas campak yang tinggi. Daerah ini masih
merupakan daerah endemis campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan kematian,
dengan pola epidemiologi kasus Campak menunjukkan 2 puncak setiap tahun.
11

2.

Tahap Pencegahan KLB


Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi 80% dan merata,terjadi penurunan tajam
kasus dan kematian, insidens campak telah bergeser kepada umur yang lebih tua, dengan
interval KLB antara 4-8 tahun.

b. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi 95% dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi
rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus campak sudah sangat jarang dan KLB hampir
tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan
diberikan imunisasi campak.
c. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak ditemukan.
Pada

siding The

World

Health

Assambley

(WHA) tahun

1998,

menetapkan

kesepakatan Eradikasi Polio (ERAPO), Eliminasi Tetanus Noenatorum (ETN) dan Reduksi
Campak (RECAM). Kemudian padaTechnical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka
Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap
reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai reduksi Campak
tersebut adalah :
a. Imunisasi rutin pada bayi 9 11 bulan (UCI Desa 80)
b. Imunisasi tambahan (suplemen)
c. Surveilans (surveilan rutin, system kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa).
d. Penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa Setiap kejadian luar biasa harus diselidiki
dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi pengobatan simtomatis pada kasus,
pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi,
perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat,
sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.
e. Pemeriksaan laboratorium

12

2.4.2 Pengobatan Penyakit Campak


Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan.Sehingga pengobatannya bersifat
symptomatic, yaitu memperbaiki keadaan umum atau untuk mengurangi gejalanya saja dalam
hal ini :
anak memerlukan istirahat di tempat tidur
kompres dengan air hangat bila demam tinggi namun dapat diberikan antipiretik bila suhu
tinggi parasetamol 7,5-10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50-100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum
600 mg/hari.
Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu

narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan.

Mukolitik bila perlu.vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat
bermanfaat. Pemberian vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Vitamin A dosis tinggi
( menurut rekomendasi WHO dan UNICEF)

Usia 6 bln-1 thn :100.000 unit dosis tunggal p.o


Umur > 1 thn : 200.000 unit dosis tunggal p.o
Dosis tersebut diulangi pada hari ke-2 dan 4 minggu kemudian bila telah didapat tanda
defisiensi vitamin A. Apabila terdapat malnutrisi maka pemberian vitamin A ditambah dengan
1500 IU tiap hari.

Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi (cukup cairan dan kalori)

13

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan
penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh
virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet.
Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium
konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan isolasi
penderita. Serta pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun
1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan
pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian
yang tajam, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang
3.2 SARAN
Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita perlu mendapatkan
asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih baik. Selalu menjaga
kebersihan

dengan

selalu

mencuci

tangan

anak

sebelum

makan.

Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter
menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak
lain atau orang lain yang sedang demam dan jika sudah terkena penyakit ini sebaiknya
secepatnya berobat dan jika dalam kondisi yang lebih akut sebaiknya perlu dirujuk ke rumah
sakit.
Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak karena anak atau balita
yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk terkena penyakit
campak dibanding dengan anak atau balita yang mendapat imunisasi.

14

DAFTAR PUSTAKA
Ade,2010,Penyakit Campak Gejala dan Pengobatannya,http:// penyakit-campak-gejala-dan.html
di akses tanggal 7 Desember 2012
Adhien,2012,Penyakit Campak, http://adhienbinongko.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakitcampak.html di akses tanggal 7 Desember 2012

15

Anda mungkin juga menyukai