1
1 Sri Mulyani, Tasawuf Nusantara, Kencana, Jakarta, 2006, hal, 1.
kesesuaian dengan islam atau kontinuitas, ketimbang perubahan dalam
kepercayaan dan peraktik kegamaan lokal.2
g. Hamka (1908-1981 M)
3
Abdullah, perkembangan ilmu tasawuf, hal. 35.
Syafi’I Ar-raini. Tahun kelahiranya tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi
kemungkinan besar menjelang akhi abad ke 16. Ia mengikuti keluarganya
dalam hal pendidikanya. Pendidikan pertamanya diperoleh di Ranir dan
kemudian dilanjutkan ke Hadhramaut. Sewaktu masih dinegri asalnya ia
sudah menguasai banyak ilmu agama. Diantara guru yang banyak
mempengaruhinya adalah Abu Nafs Sayyid imam bin Abdullah bin
Syban,seorang guru tarekhat rifa’iyah keturunan Hadhramaut Gajarat, India.
4
Abdul Rauf As-Sinkili adalah seorang ulama besar dan ufti besar
kerajaan Aceh pada abad ke 17 [1606-1637 M]. Nama Lengkapnya Adalah
4
Ahmad Daudi, Allah dan manusia dalam konsepsi Syekh Nurddin Ar-Raini, Rajawali, Jakarta,
1983, hal. 36.
Syekh Abdul Rauf bin Pansuri. Sejarah mencatat bahwa ia merupakan murid
dari dua ulama sufi yang menetap di Makah dan Madinah itu. Ia sempat
menerima ba’iat syathariah, di samping ilmu-ilmu yang lain, termasuk sekte
dan bidang diruang lingkup ilmu pengetahuan yang ada hubungan
denganya.
5
Abdullah perkembangan ilmu tasawuf hal. 50.
− Di antara karya-karya Asinkili adalah:
6
Lihat Abd Rahim Yunus, posisi taswuf dalam kekuasaan di sultanan Buton pada Abad ke-
19, INIS, Jakarta, 1995, hlm.64.
Abd Ashamad lama belajar di Makah dan Madinah dari ulama-ulama
sufi, diantaranya Syekh Muhamad As-Samman. Menurut Yusuf Hlindi,
sebagai mana di kuttif khatib Quzwain bahwa Al-Palimbani menuntut ilmu
bersama-sama dengan Muhmad Arsyad Al-Banjari, Abd Hawab Bugis dari
Sulawesi Selatan, dan Abd Rahman Masri dari Jakarta. Mereka menjadi
“empat serangkai” yang sama-sama belajar tarekat di Madinah kepada
Syekh Muhamad As-Samman.7
1. Hidayat As-Salikin.
7
Quzwain, Syekh Abd Shamad, hal. 181.
2. Sair As-Salikin (keduanya berbahasa melayu) yang masing-masing
secara berurutan merupakan terjemaah dari bidayat Al-Hidayat dan
Lubab Ihya Ulum Ad-Din karangan Al-aGozali.
Syekh Yusuf Al-Makasari adalah seorang tokoh sufi agung yang berasal
dari Sulawesi. Ia dilahirkan pada tanggal 8 syawal 1036 H. atau bersamaan
dengan 3 juli 1629 M. yang berarti tidak berapa lama setelah kedatangan
tiga orang penyebar islam ke Sulawesi yaitu Datuk RI bandang dan kawan-
kawanya dari minang kabau. Dalam salasatu karanganya, ia menulis ujung
namanya dengan bahasa Arab “Al-Makasari”,yaitu nama kota di Sulawesi
Selatan (ujung padang).8 Naluri fitrah pribadi Syekh Yusuf sejak kecil telah
menampakan diri cinta akan pengetahuan keisalaman. Dalam tempo relative
singkat, ia telah tamat mempelajari Al-Quran 30 juz. Setelah lancar benar
tentang Al-Quran dan mungkin termasuk seorang penghapal. Ia mempelajari
pengetahuan-pengetahuan lain, seperti Ilmu Nahu, Ilmu Sharaf, Ilmu Bayan,
Maani, Badi’, Balagah, dan Mantiq. Ia pun belajar pula Ilmu Fiqih, Ilmu
8
Abdullah, perkembangan ilmu tasauf, hal. 60.
Ushuluddin dan Ilmu Tasawuf. ilmu yang terakhir ini tampaknya lebih serasi
pada pribadinya.9
9
Ibid, hal. 61.
wilayah Kecamatan Tirtayasa, kabupaten Serang propinsi Jawabarat
Indonesia. Sebelum melakukan perjalanan ke Mekah, ia sempat berguru
pada ayahnya sendiri, Kyai H. Umar, seorang penghulu dari Tanara. Ia pun
sempat belajar kepada Kyai H. Sahal, seorang ulama terkenal di Banten saat
itu.
Pada tahun 1930, Hamka bukan hanya pergi ke pulau Jawa, melainkan
juga ke Mekkah, Sulawesi selatan dan Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
11
Lihat Yunan Yusuf, Corak pemikiran kalam Tafsir Al-Azhar, pustaka panjimas, Jakarta,
1990.
Al-Qura’an sebagai peta perjalanan agar manusia tidak salah arah (sesat)
dalam menempuh perjalananya.
Kami berharaf agar para maha siswa khususnya, umumnya dari semua
pembaca, dapat memberikan keritik dan saran-saranya untuk kami jadikan
sebagai batu loncatan, kesempunaan makalah-makalah kami di kemudian
hari.
PENDAHULUAN
Tasawuf seiring kita temui dalam kazanah dunia islam, dan melalui
perkembanganya tasawuf kini telah masuk ke Indonesia, sejarah merupakan
hal yang tidak dapat kita hapuskan. Ilmu tasuf yang pada intinya sebagai
usaha menyingkap tabir yang membatasi manusia dengan Allah S.W.T. dan
juga sebagai usaha untuk melacak cahaya dari kegelapan dunia ini, dengan
system yang tersusun melalui ratihan ruhaniah atau rioadlotun nafs. .
Di susun oleh:
BANDUNG
2009 M/ 1431 H