BRONCHOPNEUMONIA
A. DEFINISI
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer&Suzanne C, 2012)
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution) (Bennete, 2013). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada
paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh
penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paruyang disebabkan oleh
agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
B. ETIOLOGI
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap virus virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat mempunyai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas: reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari
organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikrobakteri, mikroplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2011) antara lain:
1. Bakteri: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiela.
2. Virus: Legionella Pneumoniae.
3. Jamur: Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al., 2011) :
1.
Faktor Infeksi
a. Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
b. Pada bayi :
1) Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
2) Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
3) Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium
tuberculosa, Bordetella pertusis.
c. Pada anak-anak :
2.
C. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan
bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia
mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis,
batuk produktuf, hidung kemerahan, saat bernfas menggunakan otot aksesorius dan bisa
timbul sianosis.
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi
konsolidasi (pengisisan rongga udara oleh eksudat).
Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemerikaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa tes darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgenogramtoraks
b. Laringoskopi/ bronkoskopi
Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia khususnya bronkopneumonia
ditemukan hal-hal sebagai berikut (Bennete, 2013):
a. Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal,
suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.
Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah retraksi
dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung;
orthopnea; dan pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang
bertambah negatif selama inspirasi melawan resistensi tinggi jalan nafas
menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada,
yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan
suprasternal. Kebalikannya, ruang interkostal yang melenting dapat terlihat
apabila tekanan intrapleura yang semakin positif. Retraksi lebih mudah terlihat
pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih lemah
dibandingkan anak yang lebih tua.
Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan
fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat
dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi
akibat head bobbing, yang dapat diamati dengan jelas ketika anak beristirahat
dengan kepala disangga tegal lurus dengan area suboksipital. Apabila tidak ada
tanda distres pernapasan yang lain pada head bobbing, adanya kerusakan sistem
saraf pusat dapat dicurigai.
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress
pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal
(contohnya pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase
hidung anterior dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan.
Selain itu dapat juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan
negatif faring selama inspirasi.
b. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran
fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi
paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
c. Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan
berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi
ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras
atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung
mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
1.
2.
3.
4.
Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
Berat ringan penyakit
Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak
harus
dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yang
dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok usia.
1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
a. ampicillin + aminoglikosid
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. amoksisillin + aminoglikosid
d. sefalosporin generasi ke-3
2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
a. beta laktam amoksisillin
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e. makrolid (eritromisin)
3. Anak usia sekolah (> 5 thn)
a. amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
b. tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka harus
dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai hari
ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata
dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman
penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti
empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).
G. DISCHARGE PLANNING
1. Berhenti merokok
2. Minum anyak air putih dan berhenti minum minuman beralkohol
3. Hindari iritan atau alergen yang dapat memperparah penyakit seperti asap rokok
4. Tingkatkan imunitas tubuh dengan makan makanan yang mengandung nutrisi
seimbang, berolahraga dan cukup istirahat serta mengurangi stres
5. Jika penyakit bertambah parah segera berkonsulasi dengan dokter
H. PATHWAY
Jamur, virus, bakteri,
protozoa
a.Penderita yg dirawat di rs
b.Penderita yg mengalami
supresi sistem pertahanan
tubuh
c. Kontaminasi peralatan RS
Saluran pernapasan
atas
Kuman
berlebih di
brokeolus
Proses
peradangan
Akumulasi di
bronkeolus
Penurunan
capilance
paru O2
Suplai
menurun
Hiperventilasi
dispneu
Retraksi
dada/nafas
cuping hidung
Infeksi saluran
pernafasan bawah
Infeksi saluran
percernaan
Peningkatan flora normal
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Edema paru
Eksporasi
meningkat
Peningkatan
metabolisme
Eksudat plasma
masuk alveoli
Gangguan difusi
dalam plasma
Iritan PMN eritosit
pecah
Pergeseran dinding
paru
Gangguan
pertukaran
Sumber:
Nurarif A H, Kusuma. 2013
gas
I. RENCANA KEPERAWATAN
Peningkatan
peristaltik usus
diar
e
Resiko ketidak
seimbangan
elektrolit
Peningkatan suhu
sebtikimia
Dilatasi pembuluh
darah
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Edema antra kapiler
dan alveoli
DX KEP
INTERVENSI
TUJUAN
TINDAKAN
1. Ketidakefektif NOC
NIC prioritas
1) Status pernapasan: pertukaran 1) Pengelolaan
jalan
napas:
an
bersihan
gas: SaO2 dalam batas normal,
fasilitas untuk kepatenan jalan
jalan napas
mudah bernapas, tidak ada
udara
2) Pengisapan
jalan
napas:
dispnea/sianosis/gelisah,
memindahkan sekresi jalan
temuan sinar X dada dalam
napas dengan memasukkan
rentang
yang
diharapkan,
sebuah kateter penghisap ke
pertukaran CO2 atau O2
dalam jalan napas oral dan atau
alveolar untuk memertahankan
trakea.
konsentrasi gas darah arteri.
AKTIVITAS:
2) Ventilasi: pergerakan udara
1) Kaji
dan
dokumentasikan
masuk dan keluar paru
keefektifan pemberian oksigen,
pengobatan
yang
diresepkan
status
hemodinamik
irama
jantung)
segera
dengan
benar
bahwa
merupakan
dilarang
merokok
kegiatan
yang
dalam
ruang
di
perawatan
8) Instruksikan kepada pasien dan
keluarga
perawatan
dalam
di
rencana
rumah
(misal
drainase
postural,
dalam
untuk
perubahan
pada
pasien
bagaimana
atau
cara
nebulizer
paru
lain
dan
sesuai
kebijakan institusi
15) Beritahu dokter ketika analisa
pergerakan
sekresi
17) Lakukan ambulasi tiap dua jam
jika pasien mampu
18) Informasikan kepada
sebelum
memulai
pasien
prosedur
untuk
menurunkan
viskositas sekret
2. Gangguan
pertukaran gas
NOC
NIC
1) Status Pernapasan: pertukaran 1) Pengelolaan
gas: Pertukaran CO2 atau O2 di
meningkatkan
asam-basa
komplikasi
Asam-Basa:
keseimbangan
dan
mencegah
akibat
dari
ketidakseimbangannya
Perpindahan udara masuk dan 2) Pengelolaan
jalan
napas:
napas
jam, AKTIVITAS KEPERAWATAN
1) Kaji bunyi paru, frekuensi
pasien
mempunyai
status
napas,kedalaman dan usaha
pernapasan: pertukaran gas tidak
napas serta produksi sputum
akan terganggu dibuktikan dengan:
2) Pantau saturasi O2 dengan
keperawatan
1)
selama
124
oksimeter nadi
3) Pantau hasil gas darah (misal
PaO2 yang rendah, PaCO2 yang
2)
respirasi)
4) Pantau kadar elektrolit
3)
PaO2, PaCO2, pH arteri dan
5) Pantau status mental
SaO2 dalam batas normal
6) Peningkatan
frekuensi
4)
keletihan
sianosis,
terutama
membran
mukosa
mulut
8) Identifikasi kebutuhan pasien
akan
insersi
jalan
napas
aktual/potensial
9) Auskultasi bunyi napas, tandai
area penurunan atau hilangnya
ventilasi
dan
adanya
bunyi
tambahan
10) Pantau status pernapasan dan
oksigenasi
PENDIDIKAN UNTUK PASIEN
DAN KELUARGA
11) Penggunaan alat bantu yang
diperlukan
(oksigen,
pengisap,spirometer)
12) Ajarkan teknik bernapas dan
relaksasi
13) Jelaskan
pada
pasien
dan
kebutuhan
akan
sesuai
dengan
perubahan
kondisi
pasien.
17) Laporkan perubahan sehubungan
dengan
pengkajian
data
natrium
untuk
bikarbonat)
mempertahankan
kesiembangan asam-basa
19) Siapkan pasien untuk ventilasi
mekanis
20) Berikan oksigen atau udara
yang
dilembabkan
sesuai
dengan keperluan
21) Berikan bronkodilator, aerosol,
nebulasi
AKTIVITAS LAIN
22) Jelaskan kepada pasien sebelum
memulai pelaksanaan prosedur
untuk menurunkan ansietas dan
meningkatkan rasa kendali
23) Beri jaminan kepada pasien
selama periode disstres atau
cemas
24) Lakukan higiene mulut secara
teratur
25) Lakukan
tindakan
untuk
potensial
sekret
dengan
darah
arteri,
pada
sumber
hiperoksigenasi
sebelum
melakukan
pengisapan.
b) Meyakinkan keefektifan pola
napas
dengan
megkaji
sinkronisasi
dan
kemungkinan
kebutuhan
sedasi.
c) Memertahankan
kepatenan
jalan
napas
dengan
selang
penempatan selang ET
IntervensiKeperawatan (NIC):
elektrolit
asam/basa
Hidrasi
Pengetahuan: cara perawatan
Respon Pengobatan
Kontrol resiko
Deteksi resiko
Status tanda-tanda vital
ketepatan
&
a) Manajemen elektrolit
b) Manajemen
elektrolit
hiperkalsemia
c) Manajemen
elektrolit
hiperkalemia
d) Manajemen
elektrolit
hipermagnesemia
e) Manajemen
elektrolit
hiperpospatemia
f)
Manajemen
elektrolit
hipernatremia
g) Manajemen
elektrolit
hipokalsemia
h) Manajemen
elektrolit
i)
hipokalemia
Manajemen
elektrolit
j)
hipomagnesemia
Manajemen
elektrolit
hipopospatemia
k) Manajemen
elektrolit
l)
m)
n)
o)
p)
hiponatremia
Monitor elektrolit
Terapi intravena (IV)
Manajemen syok
Pengawasan
Monitor tanda-tanda vital
DAFTAR PUSTAKA
Bennete
M.J.
2013.
Pediatric
Pneumonia.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Penerbit IDAI
Nurarif A H, Kusuma. 2013. Aplikasi ASKEP Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA.MedaAction PUBLISER: Jakarta
Smelzer, SuzannaC,2012. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah.Brunner &Suddart
edisi 8 volume 1,2,3.FGC.Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONCOPNEUMONIA
DI RUANG MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG
Untuk Memenuhi Modul Konsep Diri II Dan Rekreasi II
Disusun Oleh :
Fitri Chandra Dewi
22020111120018