Disusun Oleh :
dr. Abdul Hakim Rambe
Pendamping :
dr. Hedi Mulyadora
PORTOFOLIO
Kasus 1
Topik: Luka Bakar Derajat II A
Tanggal (Kasus) : 04 Desember 2015
Presenter : dr. Abdul Hakim Rambe
Tanggal Presentasi : 23 Februari 2016
Pendamping : dr. Hedi Mulyadora
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Bayunglencir
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Neonatus
Deskripsi : Laki-Laki 34 tahun, luka bakar derajat IIA
Tujuan : Tatalaksana luka bakar derajat IIA
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Pustaka
Cara membahas
Diskusi
Presentasi dan
Email
Pos
diskusi
Data
Pasien:
BMJ
2004;328:13668
4. Forjuoh SN. 2006. Burns in low- and middle-income countries: a review of
available literature on descriptive epidemiology, risk factors, treatment, and
prevention. 32:52937
5. Van Niekerk H, Rode H, Laflamme L. 2004. Incidence and patterns of
childhood injuries in the Western Cape, South Africa. 30:3417
6. Bishara A, at all. 2014. Best Practice Guidelines: Effective Skin and Woung
Management of Non-Complex Burns. Wound International.
7. Clarke J. Burns. 1999. Br Med Bull. 55:88594
8. Hettiaratchy S, Dziewulski P. 2004. ABC of burns. Pathophysiology and types
of burns. BMJ;328:14279
9. Minimus DA. 2007. A critical evaluation of the Lund and Browder chart.
Wounds UK;3:58-68
10. Wallace AB. 1951. The exposure treatment of burns. Lancet;1: 5014
11. American Burn Association. 2001. Practice guidelines for burn care.
www.Ameriburn.org
12. National Burn Care Review. 2001. National burn injury referral guidelines.
In: Standards and strategy for burn care. London: NBCR:689
13. British Burn Association. 2008. Emergency management of severe burns
course manual, UK version. Wythenshawe Hospital, Manchester.
14. Alsbjrn B, Gilbert P, Hartmann B, Kazmierski M, Monstrey S, Palao R, et al.
o Leher
o Thorak
: Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok(-)
krepitasi (-), penggunaan otot bantu nafas (-)
Paru
5
Inspeksi : Statis simetris kanan dan kiri, dinamis kanan = kiri, tidak
ada yang tertinggal
Palpasi : Stemfremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi: Vesikuler (+) normal kanan = kiri, ronkhi (-) kedua
paru, wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba linea axilaris anterior sinistra ICS VI
Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan linea parasternalis dextra,
batas kiri linea axilaris anterior sinistra ICSVI
Auskultasi :HR 79 x/menit, reguler, Bunyi Jantung I dan II normal,
Murmur (-), Gallop (-)
o Abdomen
Inspeksi : datar, scar (-)
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,lien tidak teraba.
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
o Genital (Tidak diperiksa)
o Ekstremitas
- Regio antebrachii posterior dextra: luka bakar dengan luas 4,5%, warna
kemerahan, permukaan luka basah/
berair, bula (+), nyeri (+)
- Regio brachii et antebrachii anterior sinistra: luka bakar dengan luas
4,5%, warna kemerahan,
permukaan luka basah/berair,
bula (+), nyeri (+)
- Regio tibialis anterior et posterior dextra: luka bakar dengan luas
9%, warna kemerahan,
permukaan luka basah/berair,
bula (+), nyeri (+)
- Regio tibialis anterior et posterior sinistra:luka bakar dengan luas
9%, warna kemerahan,
permukaan luka basah/berair,
bula (+), nyeri (+)
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan darah rutin
Hemoglobin : 14 g/dl (dbn)
Eritrosit : 5,0 juta sel (dbn)
Hematokrit : 39 % (dbn)
Leukosit : 8600/ mm3 (dbn)
3
Trombosit : 220.000 /mm (dbn).
3. Assessment :
Tuan J, Laki-laki berusia 34 tahun, sudah menikah, bekerja sebagai petani datang
dengan keluhan utama kulit kedua lengan dan kedua tungkai melepuh karena
terkena minyak panas. Saat os sedang mengangkat kuali berisi minyak panas, tiba6
tiba minyak panas tertumpah sehingga mengenai kedua lengan dan kedua tungkai.
Os merasa nyeri pada kedua lengan dan kedua tungkai, nyeri dirasakan bertambah
apabila terkena hembusan angin, sesak nafas tidak ada, merasa kedinginan tidak
ada, terbentur di kepala tidak ada, pingsan tidak ada
Dari kondisi tersebut, kita menilai bahwa pasien masih merasakan nyeri pada luka
bakar dan nyeri bertambah atau sensitif terhadap suhu. Dari gejala klinis ini, kita
menilai bahwa luka bakar yang dialami pasien meliputi epidermis dan lapisan atas
dari dermis (luka bakar derajat II). Gejala nyeri yang masih dirasakan
menunjukkan bahwa saraf-saraf perifer/superfisial tidak mengalami kerusakan.
Dengan rusaknya lapisan epidermis, maka saraf-saraf nyeri yang masih berfungsi
berhubungan langsung dengan dunia luar sehingga akan sangat sensitif oleh
rangsangan yang minimal. Oleh karena itu pasien merasakan nyeri semakin
bertambah apabila terkena hembusan angin.
Pasien menyangkal adanya tanda-tanda hipotermi (kedinginan atau menggigil),
dehidrasi, syok hipovolemik (sesak nafas), gangguan jalan nafas, dan trauma
tambahan seperti cedera kepala, dll.
Pada riwayat penyakit dahulu pasien menyangkal pernah mengalami penyakit
kencing manis, penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit
ginjal, penyakit alergi, dan menyangkal telah melakukan imunisasi tetanus.
Dari pemeriksaan fisik, kesadaran pasien masih baik yaitu compos mentis, tanda
tanda vital pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan status generalisata, tidak
terdapat tanda tanda hipotermi, dehidrasi, syok, gangguan jalan nafas yang
merupakan gejala kegawatdaruratan pada luka bakar
Pemeriksaan lokal pada lokasi luka yang ditemukan ialah warna luka kemerahan,
permukaan luka basah/berair, terdapat bula, nyeri, luka sangat sensitif pada udara
dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan. Luka kemerhahan menandakan
perfusi jaringa baik, dan jaringa sangat mungkin pulih kembali. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
4. Plan :
7
Farmakologi :
-
IVFD RL
Rumus Baxter = 4 x BB x luas luka bakar
= 4 x 55 x 27
= 5940 cc
8 jam I 2970 cc = 120 gtt/menit
16 jam II 2970 cc = 80 gtt/menit
Inj Ketorolac 2x 30 mg iv
Burnazin zalp di seluruh luka
Inj. Anti tetanus 1500 IU IM
Evaluasi urin output
Prognosis
Vitam : dubia ad bonam
Functionam : dubia ad bonam
Edukasi keluarga :
1.
2.
3.
sebentar.
Memberikan
penjelasan
kepada
keluarga
pasien
bahwa
pasien
TINJAUAN PUSTAKA
Luka Bakar
1.
Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan
api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas
(kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn).1
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk
2.
10
Luka bakar air panas terjadi akibat kontak dengan air panas.
Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya,
semakin besar kerusakan yang akan ditumbulkan. Luka bakar air
panas cenderung menyebabkan luka bakar superfisial dan
melibatkan area kulit yang luas. Luka bakar air panas sering terjadi
akibat menumpahkan minuman panas, cairan panas, dan berendam
di air panas atau shower panas. Sekitar 70% kasus terjadi pada
anak-anak, meskipun demikian orang dewasa juga sering
mengalami luka bakar air panas.6
11
yang terkena (seperti wajah, leher, tangan dan tungkai atas). Pakaian
yang terbakar dapat menyebabkan luka bakar yang lebih dalam. Luka
bakar listrik dapat juga mengganggu siklus jantung dan menyebakan
aritmia. Pemantauan jantung harus dipertimbangkan pada saat pasien
datang.6
2.3 Luka bakar kimia
Luka bakar yang berasal dari bahan-bahan korosif sering terjadi
pada kecelakaan industri, tetapi bahan korosif juga dihasilkan dari
produk-produk yang ditemukan di rumah. Luka bakar kimia disebabkan
oleh:
-
13
3.
Patofisiologi
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar
dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang
dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata,
penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda,
lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah
dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.2
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan
menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler.2,3
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang
terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%,
biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi
bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
14
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat,
tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.2
Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah
delapan jam.3 Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi
di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap,
atau uap panas yang terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat
menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,
stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon
monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin
tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas,
bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi
koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat
meninggal. Setelah 12 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan
mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini
di tandai dengan meningkatnya diuresis.3
Patofisiologi luka bakar adalah sebuah proses yang berkembang
dengan lambat, tidak seperti bentuk trauma yang lain. Apapun
mekanismenya, luka bakar menyebabkan sebuah respon lokal dan respon
sistemik (luka bakar komplek).7
3.1 Respon lokal
Respon lokal pada luka bakar terdiri dari inflamsi/peradangan,
regenerasi, dan perbaikan.6
Zona koagulasi/nekrosis
-
Zona stasis
-
15
Zona hiperemis
- Berada di pinggir luka
-
4.
17
The Lund and Browder chart adalah satu dari banyak metode
yang sering digunakan untuk menilai luas luka bakar. Metode in
memperhitungkan
variasi
luas
permukaan
tubuh
dengan
18
metode
yang
mudah
dilakukan
untuk
19
20
21
menjadi
dasar
regenerasi
sel,
sehingga
untuk
22
5.
Kriteria rujukan
dapat
mempersulit
penanganan,
memperpanjang
23
6.
Pertolongan pertama
Pertolongan pertama dan penanganan awal yang optimal pada
luka bakar dapat membatasi kerusakan jaringan dan kematian.
Manajemen kedaruratan efektif sampai 3 jam setelah terjadinya luka
bakar.
-
Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala
Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih
luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya
diberikan langsung pada luka bakar apapun.
6.2
Survei primer
24
Resusitasi cairan
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka
bakar, Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan,
akses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian
ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar
diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema
tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh.
Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah
25
perfusi
jaringan
tanpa
menimbulkan
edema.
dan
meninggikan
tekanan
osmosis
hingga
26
27
salep antibiotik
untuk
eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting )6,8
6.5
Kontrol nyeri
Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien
yang mengalami luka bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada
luka bakar yang mengenai jaringan epidermis akan menghasilkan rasa
sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak terdapatnya jaringan
epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung saraf bebas akan lebih
mudah tersensitasi oleh rangsangan.1,19
Pada luka bakar derajat II yang dirasakan paling nyeri,
sedangkan luka bakar derajat III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak
dirasakan nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi
peningkatan katekolamin yang mengakibatkan peningkatan denyut
28
terapi
farmakologi
dan
non
farmakologi.
Terapi
29
antibiotik
sistemik
untuk
profilaksis
tidak
ini
mempunyai
beberapa
keuntungan
dengan
30
Eskatromi
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat
menyebabkan iskemik distal yang progresif, terutama apabila
terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya pengerutan
keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada
jarijari tangan dan kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri, kemudian
kehilangan daya rasa sampai baal pada ujung-ujung distal. Juga
luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen dapat
menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan
dengan escharotomy. Dilakukan insisi memanjang yang membuka
keropeng sampai penjepitan bebas.6
31