Anda di halaman 1dari 2

Migrasi Penduduk Semakin Tinggi di Manggarai

Barat
Sabtu, 14 September 2013 | 8:30
Logo Sail Komodo 2013. [Yos Kelen] Logo Sail Komodo 2013. [Yos Kelen]
[MANGGARAI BARAT] Seperti ungkapan di mana ada gula di situ ada semut sepertinya
akan terjadi di Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Pascasail Komodo diperkirakan laju
pertumbuhan penduduk di Manggarai Barat meningkat akibat migrasi atau perpindahan
penduduk dari luar daerah tersebut.
Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula mengatakan, menjadi objek wisata dunia
membawa dampak positif maupun dampak buruk yang perlu antisipasi dari pemerintah
daerah (pemda) setempat. Dari 23.000 penduduk saat ini hampir sebagian adalah pendatang,
dan jumlahnya cenderung meningkat setiap tahun.
Dengan adanya event Sail Komodo yang menjadikan Manggarai Barat sebagai kawasan
ekonomi baru akan menarik lebih banyak orang untuk mencari nafkah di daerah hasil
pemekaran 2008 itu, sehingga diperkirakan jumlahnya terus bertambah. Sejak puluhan tahun
silam hingga saat ini para pendatang didominasi dari Pulau Jawa dan Sulawesi, dan sebagian
berwarga negara asing.
Ada yang datang dengan keluarga dan menetap di sini, ada pula yang datang sendiri hanya
sedangkan keluarganya tinggal di kampung halaman. Sebagian sudah membaur menjadi
penduduk asli, dan sebagian hanya untuk mencari nafkah dengan berdagang atau nelayan,
kata Agustinus, di sela-sela kegiatan kampanye program KB yang digelar Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dalam rangkaian event Sail Komodo, di
Manggarai Barat, NTT, Jumat (13/9).
Ia menjelaskan, penduduk Manggarai Barat pada tahun 2008 baru sekitar 10.000, tetapi
sekarang jumlahnya mencapai 23.000. Selain karena tingkat kelahiran yang masih tinggi,
migrasi juga menyumbang terhadap pertambahan penduduk ini. Agustinus mengatakan, di
samping menguntungkan bagi pengembangan objek wisata dan peningkatan ekonomi
masyarakat, migrasi secara besar-besaran juga berpotensi terjadinya kerentanan masyarakat
terhadap permasalahan sosial lainnya, misalnya modernisasi, kepadatan penduduk, dan
bahkan kriminalitas.
Di satu sisi bangga dengan pariwisata, tetapi di sisi lain harus mengakui dan menghadapi
risiko di antaranya perilaku moderninsasi. Tetapi kami optimis kami punya budaya sendiri,
yang diharapkan bisa membentengi generasi muda khususnya dari risiko-risiko tersebut,
kata Agustinus.
Ia mengatakan, budaya lokal yang sudah ditanamkan sejak dini kepada anak-anak di Pulau
Flores dan khususnya Manggarai Barat diharapkan bisa membentengi generasi muda dari
budaya luar yang negatif, seperti seks bebas, narkoba, dan HIV/AIDS. Salah satunya dengan

meningkatkan kesadaran dan kecintaan mereka terhadap kearifan lokal, seperti melibatkan
mereka secara aktif dalam ajang pagelaran budaya, diantaranya tari-tarian tradisional yang di
dalamnya mengandung pesan menghargai orang tua, menghargai tamu, dan menghargai diri
sendiri.
Khusus untuk mencegah penularan HIV/AIDS, pemda Manggarai Barat menyediakan
anggaran setiap tahunnya untuk sosialisasi terutama di tempat-tempat hiburan, hotel, dan
bahkan sekolah. Di samping itu, ada rapat koordinasi rutin antara tiga provinsi yaitu NTT,
NTB, dan Bali tentang HIV/AIDS.
Agustinus berpandangan, untuk mengendalikan penularan HIV/AIDS terutama dari faktor
risiko heteroseksual perlu adanya lokalisasi. Namun, di Pulau Flores, hal ini masih
bertentangan dengan budaya dan agama di daerah setempat yang didominasi umat Katolik
tersebut. Lokalisasi dimaksud agar layanan kesehatan kepada kelompok berisiko bisa
mengenai sasaran. Namun gereja dan kebiasaan mayarakat setempat belum menerima
lantaran dianggap melegalkan seks.
Di balik sisi buruknya, migrasi penduduk membawa dampak positif, di antaranya menularkan
minat kewirausahaan kepada penduduk asli sehingga meningkatkan pendapatan rumah
tangga. Juga mengisi keterbatasan kualitas sumber daya manusia yang ada di Manggarai
Barat.
Untuk mendukung perekonomian masyarakat yang umumnya bermatapencaharian nelayan
dan petani, pemda Manggarai Barat melakukan pemberdayaan seperti kerajinan tangan,
peternakan, dan koperasi dengan membentuk kelompok Usaha Kecil Menegah (UKM). [D13]

Anda mungkin juga menyukai