Anda di halaman 1dari 44

BAB I

UJI KERUGIAN GESEK ALIRAN FLUIDA


DALAM SISTEM PERPIPAAN
1. TUJUAN PENGUJIAN
Untuk mengetahui besarnya aliran kerugian gesekan dari pada aliran fluida
dalam system perpipaan ( Instalasi pipa ) ; akibat tekanan gesek yang timbul
pada pipa karena adanya viskositas fluida dan dan kekasaran permukaan dari
bahan pipa.
2. DASAR TEORI
2.1. Laju Aliran Volumetrik .
Laju aliran sebagai fungsi penurunan tekanan ( Fully Developed Flow ) ,
dan gredesi tekanan P/x konstan , adalah :
Q =

r 4 P
8 x
R4

maka :
Q =

8 L

; dimana

P
x

= P2 P1 = P
L
L

D4 P
=

128

(2.1 )

2.2 Kecepatan Rata - rata


V

=Q = 4 Q( 2.2a )
A D 2

Atau
V

= D2 P....( 2.2b )
32 L

2.3. Angka Reynold untuk aliran di dalam pipa


Re

= V D atau Re

= V D..( 2.3 )

2.4. Faktor Gesek


2.4.1. Faktor Gesek untuk aliran laminer
fLaminer = 64( 2.4a )
Re
Dari Rumus diatas tampak bahwa pada aliran laminer , factor gesek
tidak tergantung pada kekasaran pipa .
2.4.2. Faktor gesek untuk aliran Turbulen
fTurbulen = 0,3164 ...(.2.4b )
Re 0,25
Factor gesek dapat didefinisikan juga sebagai fungsi angka Reynold
dan kekasaran relatif bahan pipa.
f = ( Re , e )
D
Diagram untuk mencari harga factor gesek dari Re dan e/D adalah ,
Sbb

3. ALAT UJI DAN KELENGKAPAN


Alat uji dan kelengkapan yang dipergunakan didalam melakukan
percobaan adalah sebagai berikut :
3.1. Sistem perpipaan ( Instalasi pipa gesek )
Intalasi pipa gesek tebuat dari pipa tembaga yang terdiri dari 4 pipa lurus
dengan diameter yang berbeda - beda dengan jarak ukur jarak tekanan
tertentu . system perpipaan ini dilengkapi dengan sambungan sambungan
pipa ( Fitting ) dan ( Valve ) . ( Lihat gambar instalasi pipa gesek )

Keterangan Gambar :
1.

Pompa sentrifugal

2.

Rotameter

3.

Tempat

alat

ukur

pressure gauge
4.

Tabung transparan

5.

Venturi meter

6.

Alat ukut manometer


Hg

7.

Resorvoir

8.

Globe Valve

9.

Gate Valve

3.2. Pompa
Pompa yang digunakan didalam mendukung pelaksanaan percobaan disini
adalah 1 ( satu ) unit pompa dengan kapasitas maksimum 6 m3 / jam
3.3. Motor Listrik
Motor listrik digunakan untuk menggerakkan pompa . spesifikasi dari
motor listrk adalah Sbb :
- Daya

: 1,5 Kw

- Kecepatan ( putaran )

: 2900 rpm

- Voltage

: 220 V / 380 V

3.4. Rotameter
Rotameter berfungsi untuk menunjukkan kapasitas atau debit air yang
dibutuhkan pada saat pengujian.
3.5. Manometer
manometer berfungsi untuk mengukur perbedaan tekanan air yang terjadi
pada Venturi . jenis manometer yang dipakai disini adalah mnometer Hg .
3.6. Pressure Gauge ( Penggukur tekanan )
Pengunaan pressure Gauge disini adalah untuk mengukur tekanan yang
terjadi pada masing masing pipa uji .
3.7. Termometer

Fungsi Termometer disini adalah untuk mengukur suhu air pada saat
melakukan percobaan . dengan diketahuinya suhu air, maka density
( massa jenis ) dan viskositas air dapat diketahui . jenis termometer yang
dipakai disini adalah termometer air raksa biasa .

4.

PROSEDUR / LANGKAH PENGUJIAN .


Langkah ke-1:
Resorvoir diisi air sampai batas ketinggian pemukaan air tertentu sesuai
dengan yang diinginkan . sebelum pompa dihidupkan , semua globe valve
dalam keadaan terbuka kecuali gate valve pada pipa discharge dari pompa
dalam keadaan tertutup . hal ini bertujuan untuk mencegah / menghindari
terjadinya penekanan tiba - tiba dari laju aliran pada saat pompa mulai
dihidupkan , sehingga dapat merusak instalasi .
Langkah ke-2:
Hidupkan pompa, kemudian secara berlahan lahan gate valve dibuka
hingga laju aliran stabil. laju aliran dapat diamati pada pipa kaca, disini
akan dapat terlihat apakah masih terdapat / terjadi gelembung udara pada
alirannya jika sudah tidak terjadi gelembung gelembung udara, maka
globe valve pada pipa yang lain dalam keadaan terbuka sebelum dilakukan
pengamatan pada pengukuran ditiap tiap tempat yang telah ditetapkan.
Langkah ke-3:
Setelah aliran air bebas gelembung udara, laju aliran yang dipompakan
diatur dengan memutar gate valve sesuai dengan jumlah atau kapasitas
laju aliran yang ditentukan. ( lihat pada Rotameter )
Langkah ke-4:
Amati hasil pengukuran pada pressure gauge ditiap - tiap tempat yang
telah ditetapkan, untuk mengetahui perbedaan tekanan ( pressure drop )
pada pipa yang diukur .
Misalkan : kita melakukan pengamatan pada pipa pertama, maka kita
harus menutup aliran yang menuju pipa ke 2, ketiga & keempat. gate

valve dibuka secara berlahan lahan sambil mengamati Rotameter dan


pressure gauge dengan jarak yang sudah yang sudah ditetapkan.
Langkah ke-5:
Buka gate valve secara bertahap, hingga batas maximal. berapa laju aliran
maximum yang hanya diperlukan untuk pipa lurus sepanjang jarak tap
yang sudah ditetapkan, serta berapa tekanan maximum yang terjadi di
sepanjang pipa lurus tersebut.
Langkah ke-6:
Lakukan pecobaan yang sama pada pipa kedua , pipa ketiga dan pipa
keempat.
5. DATA HASIL PENGUJIAN

Keterangan Gambar :
1. Pompa sentrifugal
2. Rotameter
3. Tempat alat ukur pressure gauge
4. Tabung transparan

5. Venturi meter
6. Alat ukut manometer Hg
7. Resorvoir
8. Globe Valve

9. Gate Valve
NO Bukaan
Kran
1.
2.
3.

1,5
2
2,5

Keterangan :

Pipa I
D = 8 mm
L = 123 cm
P1
P2
0,8
0,5
1,1
0,55
1,2
0,56

Pipa II
D = 15,5 mm
L = 126 cm
P1
P2
0,36 0,1
0,44 0,15
0,5
0,17

= Penurunan tekanan

= Diameter dalam air

= Jarak Tap ( panjang yang diukur tekanannya )

6. PERHITUNGAN DATA
Temperatur air saat percobaan = 27 C, maka dari tabel sifat fisik air didapat:
Density ():
= 996,54 kg/m2
viskositas kinematik ():
= 0,8598 x 10-6m2/sec
viskositas dinamik () :
= 8, 568 x 10-4 kg/ms
catatan konversi satuan
1kg / cm 2

= 0,96778 atm
= 9,8 N / cm 2 = 9,806 x 104 N / m2

Pipa I

diketahui:

D = 8 mm

= 0,008 m

L = 123 cm = 1,23 m
Bukaan 1,5

P1 = 0,8 kg / cm2 P2 = 0,5 kg / cm2


7

a . Laju Volume aliran air dalam pipa ( Q )


Q

= . D4 . = 3,14 ( 0,008 m)4 . ( 0,3 x 9,806 x 104 ) N / m2


128 . . L
128 ( 8,568 . 10 4) kg / ms . ( 1,23 ) m
= 2,8 . 10 3 m3 / s

b . Kecepatan rata rata aliran ( V )


V=Q = 4Q
A . D2

= 4 ( 2,8 . 10 3 m3 / s )
3,14 . ( 0,008 m )2

= 55,73 m /s
c . Angka Renold ( Re )
Re

= V . D= ( 55,73 m / s ) . ( 0,008 m )

( 0,8598 . 10 6 m 2 / s )
= 5,2 . 10 5 > 2300 aliran turbulen

d . Faktor gesek ( f )
Untuk aliran turbulen
f

= 0,3164
(Re )0,25

0,3164
(5,2 . 10 5)0,25

= 0,012

e . Harga kekasaran Pipa Gesek ( e )


e/D

= 0,000001

e = 0,000001 . D
= 0,000001 ( 0,008 m )
= 8 x 10-9 m

f . Kerugian gesek pada pipa ( hl )


P1 + V12 + gz1 = P1 + V2 2 + gz2 + h1

z
P1 P2 = hl

maka :

hl

= (0,3 . 10 4) kg / m 2 = 3,01 mka


996,54 kg / m3

Dengan cara yang sama, maka didapat hasil perhitungan pipa gesek untuk
bukaan katup 2 dan 2,5 hasilnya dapat dilihat sebagai berikut:
Bukaan

Q
(m 3 / s )

( kg / cm 2 )

V
( m/s )

Re

h1
( mka )

1,5
2
2,5

2,8 .10-3
5,1 .10-3
5,9 .10-3

0,3
0,55
0,64

55,73
101,51
117,43

5,2 . 105
9,5 . 105
10,9 . 105

0,012
0,010
0,009

3,01
5,52
6,42

Pipa II

diketahui:

D = 15,5 mm = 0,0155 m
L = 126 cm = 1,26 m

Bukaan 1,5

P1 = 0,36 kg / cm2

P2 = 0,1 kg / cm2

a . Laju Volume aliran air dalam pipa ( Q )


Q = . D4 .
128 . . L

= 3,14 ( 0,0155 m )4 . ( 0,26 x 9,806 x 104 ) N / m2


128 ( 8,568 . 10 4) kg / ms . ( 1,26 ) m
= 3,3 . 10 2 m3 / s

b . Kecepatan rata rata aliran ( V )


V=Q =4Q
A . D2

= 4 (3,34. 10 2 m3 / s )
3,14 . ( 0,0155 m )2

= 177,09 m /s
c . Angka Renold ( Re )
Re

= V . D= (177,09 m / s ) . ( 0,0155 m )

( 0,8598 . 10 6 m 2 / s )
= 3,2. 10 6 > 2300 aliaran turbulen

d . Faktor gesek ( f )
Untuk aliran turbulen
f

= 0,3164
(Re )0,25

0,3164
( 3,2. 10 6 )0,25

= 0,007

e . Harga kekasaran Pipa Gesek ( e )


e/D

= 0,000001

e = 0,000001 . D
= 0,000001 ( 0,0155 m )
= 1,55 x 10-8 m

f . Kerugian gesek pada pipa ( hl )


P1 + V12 + gz1 = P1 + V2 2 + gz2 + h1

z
P1 P2 = hl

hl 1

maka :
= ( 0,26 . 10 4) kg / m 2
996,54 kg / m2

= 2,6 mka

Dengan cara yang sama, maka didapat hasil perhitungan pipa gesek untuk
bukaan katup 2 dan 2,5 hasilnya dapat dilihat sebagai berikut:
Bukaan

Q
(m 3 / s )

( kg / cm 2 )

V
( m/s )

Re

h1
( mka )

1,5
2
2,5

3,3 .10-2
3,7 .10-2
4,2 .10-2

0,26
0,29
0,33

177,09
198,56
225,38

3,19 . 106
3,58 . 106
4,05 . 106

0,007
0,0069
0,0067

2,6
2,9
3,3

10

GRAFIK HASIL PERHITUNGAN


Pengaruh Debit Aliran Terhadap Angka Reynold
Pada Diameter Pipa 8 mm

5
Angka Reynold (Re) x 10

12
10,9
10

9,5

8
6

5,2

4
2
0
0

5
-3

Debit Aliran (Q) x 10 m /s

Pengaruh Debit Aliran Terhadap Angka Reynold Pada


Diameter Pipa 15,5 mm

Angka Reynold (Re) x 106

4,5
4,05

4
3,58

3,5

3,19

3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0

Debit Aliran (Q) x 10-2 m 3/s

11

Pengaruh Debit Aliran Terhadap Faktor Gesek Pada


Diameter Pipa 8 mm
0,014

Faktor Gesek (f)

0,012

0,012

0,01

0,01
0,009

0,008
0,006
0,004
0,002
0
0

5
-3

Debit Aliran (Q) x 10 m /s

Pengaruh Debit Aliran Terhadap Faktor Gesek Pada


Diameter Pipa 15,5 mm
0,00705

Faktor Gesek (f)

0,007

0,007

0,00695
0,0069

0,0069

0,00685
0,0068
0,00675
0,0067

0,0067

0,00665
0

4
-2

Debit Aliran (Q) x 10 m /s

12

Pengaruh Debit Aliran Terhadap Head Loss Pada


Diameter Pipa 8 mm
7
6,42

Head Loss (hl) mka

6
5,52
5
4
3

3,01

2
1
0
0

5
-3

Debit Aliran (Q) x 10 m /s

Pengaruh Debit Aliran Terhadap Head Loss Pada


Diameter Pipa 15,5 mm
3,5

3,3

Head Loss (hl) mka

2,9
2,6

2,5
2
1,5
1
0,5
0
0

4
-2

Debit Aliran (Q) x 10 m /s

13

KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dengan meningkatknya Debit Aliran (Q) maka akan meningkatkan Angka
Reynold (Re) dan Head Loss (hl).
2. Pada Debit Aliran (Q) yang semakin meningkat maka terjadi penurunan faktor
gesek (f).
3. Dengan semakin besarnya diameter pipa akan maka meningkatkan Angka
Reynold (Re) dan Head Loss (hl).
4. Terjadi penurunan Faktor Gesek (f) pada diameter pipa yang semakin
meningkat.

14

BAB II
UJI POMPA CENTRIPUGAL
1. Tujuan Pengujian
Tujuan pengujian popa centripugal adalah untuk mengetahui besarnya laju
aliran volume ( debit ) aliran fluida yang dihasilkan oleh pompa, dengan
metode pengukuran yang mengunakan V Notch Weir dan Rectanguler Weir.
dengan diketahui debit pompa

( Q ) maka pompa dapat pula diketahui

variabel variabel yang lain dari pompa tersebut, yaitu Head Pompa ( H ),
Daya Hidrolik ( WHP ) , Daya pompa ( N ), Effisiensi Pompa ( p ), dan
NPSH pompa .
Disamping itu, dapat pula diperoleh karakteristik kerja dari pompa, seperti
misalnya :
H

=f(Q)

WHP = f ( Q )
N

=f(Q)

=f(Q)

2. Dasar Teori
2.1. Aliran Internal ( dalam saluran tertutup / pipa )

Vo

Gambar 2.1. Aliran pada kawasan masuk pipa


Kecepatan rata rata aliran :
V=1
A

Luas

U .dA

15

Ini tentunya harus sama dengan Uo


V = Uo = Konstan
Panjang entrance length ( L ) aliran laminer adalah fungsi dari angka
Reynold :
L = 0,06
D

V D , dimana Re = V D atau

Re = V D

Untuk aliran laminar dalam pipa berarti Re < 2300 , maka entrance
length ( L ) kita dapatkan :
L

= 0,06 . Re . D

= 0,06 . ( 2300 ) . D

=138 D .( 2,1 )

Untuk aliran turbulen, karena tumbuhnya lapisan batas lebih cepat maka
entrance legth akan menjadi lebih pendek , yaitu kira - kira 25 40
kali diameter pipa .
2.2. Aliran Eksternal ( Aliran Dalam saluran terbuka )
a. Rectagular Weir

Gambar 2.2.Aliran melalui rectangular Weir


Disini berlaku persamaan Bernoulli

P1 + V1 2 + z1 = P2 + V2 2 + z2
2g
2g
H + 0 + 0 = V12 + H V + 0
2g

16

Dapat V = 2gy.( 2.2 )


Kapasitas discharge menjadi
Qt

V . L . dy

V dA =
o
H

2g L y

0,5

dy

/ 2g L H

=2 3

Dimana

: Qt

3/2

( 2.3 )

= Kapasitas Discharge Teoritis

= Lebar saluran weir

= gravitasi = 9,8 m /sec2

Eksperimen menunjukkan bahwa eksponen H adalah benar , tetapi


koefisiennya terlalu besar . kontruksi dan kerugian - kerugian lainnya
mengurangi kerugian teoritis, sehingga kapasitas nyata :
Q = 62 % Qt ....( 2.4 )
Jadi

:Q

= 3,33 LH3/2

Satuan English( 2.5a )

= 1,84 LH3/2

Satuan S.I....( 2.5b )

b. V Notch Weir

1/2L

y
H

dy

/2 /2

x
H-y

Gambar 2.2b celah dari V notch weir


Dengan menggunakan metode yang sama seperti pada rectangular Weir ,
didapat :
17

V = 2gy

( dari persamaan 2.2 )

Kapasitas discharge teoritis

Qt =

:
H

V. dA =

V . x. dy.( 2.6 )
0

Dengan mengunakan segutiga sebangun, kita dapatkan hubungan x dan y


sebagai berikut:
X = L ..( 2.7 )
Hy H
Maka

: x = L( H y )
H

Di subsitusikan pada V , kita dapatkan

Qt

2g L/ H V

0,5

( H y ) dy

Qt

= 4/15

2g L/H . H

5/2

.....( 2.8 )

Dengan merubah L/H dalam bentuk sudut

dari V Notch, didapat

L =tan Q.( 2.9)


2H
2
Sehingga :
Qt

Dimana

= Q
15

2g

tan Q . H 5/2....( 2.10 )


2

: Q = besar sudut V- notch = 90

Eksponen pada persamaan diatas benar, tetapi kerugiannya harus dikurangi


kira kira 42 %. karena kontruksinya telah kita abaikan maka kapasitasnya
nyata :

18

= 58 % Qt...( 2.11 )

Secara pendekatan untuk 90 V notch weir , kita dapatkan

= 2,50 H2,5

Satuan English..( 2.12a )

= 1,38 H2,5

Satuan S.I......( 2.12b)

2.3. Head Pompa dihitung dengan Rumus

= Pdr Psr + Vdr2- Vsr2 + Hs + Hd + Hls + Hld ( mka )

2.g
Keterangan :

Hp

Hp

= Head pompa

Hs

= Tinggi isap statis

Hd

= Tinggi tekanan Statis

Pdr

= Tekanan Disharge reservoir

Psr

= Tekanan suction resetvoir

Vdr

= Kecepatan aliran fluida pada discharge resevoir

Vsr

= Kecepatan aliran fluida pada suction reservoir

= Berat jenis

= Percepatan gravitasi bumi

ls = Head loss pada pipa suction


ld = Head loss pada pipa discharge
2.3.1. Angka Reynold aliran fluida didalam pipa isap
a. Pada pipa isap

: Re

= Vs . Ds

b. Pada pipa tekan : Re

= Vd . Dd

2.3.2. Kecepatan rata rata aliran didalam pipa


a. Pada pipa isap

: Re

= 4.Q
. Ds2

b. Pada pipa tekan : Re

= 4.Q
. Dd2
19

2.3.3. Kecepatan pada Reservoir


a. Pada suction reservoir
Vsr = Kecepatan turunan permukaan fluida di dalam reservoir.
Karena luas permukaan fluida pada reservoir jauh lebih besar
dari pada luas penampang pipa isap, maka kecepatan
turunannya permukaan fluida di dalam reservoir sangat kecil .
sehingga Vsr = 0
b. Pada discharge reservoir
Vdr = Kecepatan fluida keluar dari ujung pipa disharge karena
diameter ujung pipa disharge sama dengan diameter pipa
discharge , maka

Vdr = Vd

2.3.4. Tekanan pada Reservoir


a. Pada Sustion Reservoir
Psr = Tekanan pada suction reservoir adalah sebesar tekanan atmosfer,
Psr = P atm ( karena reservoir terbuka ke udara )
b. Pada disharge reservoir
Pdr = Tekanan pada discaharge reservoir
Bila pipa discharge masuk ( tenggelam ) ke permukaan fluida
dalam reservoir, dimana reservoir terbuka ke udara, maka Pdr
= tekanan di permukaan fluida pada reservoir = Patm
Bila pipa discharge di atas permukaan fluida dalam reservoir
dan masih mempunyai tekanan yang lebih besar dari maka Pdr
harus di ukur atau di hitung dengan persamaan :
Pdr = ( Pd + Patm ) Hd -

2.3.5. Tekanan pada pipa


a. pada pipa isap

20

Vd 2
2g

- hl

Ps = Tekanan yang di ukur dengan pressure gauge pada inlet isap


pompa

( Lubang masukkan pompa )

b. Pada pipa tekan


Pd = Tekanan yang di ukur dengan pressure gauge pada outlet isap
pompa

( Lubang masukkan pompa )

2.3.6. Tinggi tekanan statis ( Statis Head )


a. Pada pipa isap
Hs = Tinggi statis pada pipa isap
= Jarak Vertikal dari permukaan air pada reservoir, sampai ke poros
pipa
b. Pada pipa tekan
Hd = Tinggi statis pada pipa tekan
= Jarak Vertikal dan poros pompa sampai ke lubang pengeluaran
fluida

( discharge reservoir )

Hd = Hd zz1= Hd 10 cm
2.3.7. Kerugian Gesek pada instalasi pompa ( hl )
hl = hls + hld
a. pada pipa isap
hls = hls1 + hld2
Dimana

Hls 1 = Kerugian gesek karena panjang pipa isap ( mayor losses )


Hls 2 = Kerugian gesek karena sambunagan dan Valve serta entrance
2.4. Daya Hidroulik Pompa ( WHP )
Daya hidroulik pada pompa dalah daya yang dimiliki oleh fuida atau
daya yang dilakukan oleh pompa untuk memindahkan zat cair dari suatu
tempat ketempat yang lain pada ketinggian ( H ) tertentu .
WHP = . Q . H ( hp )
75
21

Dimana :
WHp

= Water Horse power = Daya Hidroulik pompa

= Laju Volume ( debit ) aliran dalri pompa ( hp )

= Head pompa ( mka )

= Berat jenis cairan kg / m 3

2.5. Daya motor ( Nmtr )


Nmtr = E . I . Cos
Dimana :
E

= Tegangan a ( Voltage ) Listrik ( Volt )

= Kuat arus ( Ampere )

Cas

= Faktor konversi dari daya listrik ke daya mekanik motor

2.6. Daya mekanik motor ( Nmek )


Nmek = mek . Nmtr
Di mana :
mek = Effisiensi mekanik, kerena adanya kerugian mekanik pada poros
motor akibat gesekan dengan bantalan, packing dan sebagainya .
mek

= 0,97 ( Untuk pompa centrifugal )

2.7. Effisiensi Pompa


Effisiensi pompa adalah perbandingan antara daya yang dimiliki fluida
terhadap daya mekanik .
= WHP x 100 %
N mek
2.8. NPSH ( Net positive Suction Head )
Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi, maka harus
dipenuhi persyaratan

NPSH ( Head Isap Positive Netto ) yang diperlukan lebih besar dari
pada NPSH sisi isap pompa ( ekivalen dengan tekanan mutlak pada sisi
isap pompa dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair dari tempat

22

terbuka ( dengan atmosfer pada permukaan zat cair ), maka besarnya


NPSH yang diperlukan dapat ditulis sebagai berikut

NPSH = Pa + Pv - Hs - hls

Dimana

Pa = 10,333 m

Keterangan :
Hsv

= NPSH yang diperlukan

( mka )

Pa

= Tekanan atmosfer

( mka )

Pv

= Tekan Uap jenuh

( mka )

= Berat zat cair persatuan volume ( Kgf / m3 )


Hs

= Head isap pipa statis (m), (hs) (+) jika pompa terletak diatas
permukaan zat cair yang di isapkakan dan (-) jika di bawah

Hls

= kerugian head pipa isap

Contoh

Pada temperatur air 25 C di dapat

Tekanan Uap jenuh ( Pv ) = 3351 N / m2 = 0,360 mka


3. PERANGKAT SISTEM PENGUJIAN
3.1. Mesin Uji pompa centrifugal
Mesin Uji pompa centrifugal terdiri dari
-

pompa dan instalasi pipanya ( Pipa Gate valve dan elbow 90 )

Bak ( reservoir ) atas dan bawah

Saluran pengukur debit : V- Notch Weir dan rectangular Weir

Sedangkan pompa yang di pakai adalah 1 unit pompa centrifugal merk DAP
sengan spesifikasi sebagai berikut :
Model

: Aqua 175 A, pompa susun dangkal (non otomatis )

Kapasitas maximum

: 100 lt / min

Total Head

: 22,5 m
23

Putaran

: 2850 rpm

Diameter dischange

: 1 inch

Diameter suction

: 1 inch

Voltage

: 220 Volt

Daya motor

: 175 watt

3.2. Alat ukur yang di pakai


Alat ukur yang dipakai untuk pengujian ini adalah
a. Mistar ukur
Terpasang pada bak, dipergunakan untuk mengukur ketinggian air
bak ( Reservoir )
b. Head Tachometer
Di pakai untuk mengukur putaran poros electromotor penggerak
pompa , dipergunakan pada saat poros berputar.
c. Volt meter
untuk mengukur perubahan voltage ( tegangan ) listrik saat pompa di
operasikan .
d. Amper meter
Untuk mengukur perubahab arus listrik pada saat pompa di
operasikan
e. Regulator Voltage Listrik
Untuk menaikkan dan menurunan tegangan listrk (pengujian
dilakukan dengan tegangan listrk yang berbeda beda )
4. LANGKAH LANGKAH PERCOBAAN
4.1. Persiapan sebelum pengujian
a. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan, terutama instalasi
pengujian pompa
b. Membersikan peralatan pengujian
c. Mengisi bak air secukupnya
d. Memeriksa ada tidaknya kebocoran pada sambungan instalasi

24

e. Memeriksa alat pengatur regulator voltage listrik, gate valve, dan alat
penunjukan manometer, voltmeter, ampermeter dan tachometer .
f. Switch harus pada posisi off dan gate valve pada pipa dischange harus
tertutup rapat.
g. Switch di ON kan
h. Gate valve di buka sedikitdemi sedikit sehingga gelembung - gelembung
udara habis
i. Pengujian dapat di mulai
4.2. saat pengujian
a.

Putaran poros pompa di coba pada 2 macam putaran, yaitu 1500


rpm; 1800 rpm

b.

Untuk tiap - tiap putaran tertentu, gate valve dibuka sedikit demi
sedikit, hingga ketinggian air dalam bak (reservoir )atas dfan bawah
dapat ditunjukkan oleh indicator ketinggian permukaan air (lihat pada
skala mistar ukur ) kecepatan putaran poros diatas masing masing
dengan katup ( gate valve ) :0 ; 1; 1,5 ; 2 ; 2,5 bukaan katup kemudian
di catat :
o

Besarnya voltage listrik dalam volt

Besarnya arus listrik dalam ampere

Tinggi permukaan air pada sisi tekan ( hd ) dalam cm

Tinggi permukaan air pada sisi isap ( hs ) dalam cm

Head statis discharge ( Hd ) dalam cm , diman Hd = hd +hs

Head statis suction ( Hs ) dalam cm , di mana Hs = hd + zs

Tekanan discharge ( Pd ) dalam kg / cm 2

4.3. Selesai pengujian


setelah pengujian selesai , mesin dimatikan dengan urutan sbb:
a. gate valve di tutup
b. Switch di of kan
c. Fluida di buang
d. Alat alat dikembalikan

25

Keterangan: Zd

= 27,8 cm

Zs

= 9 cm

ZZ1 = 10 cm
Hs ( Tinggi isap statis )

= hs Zs

Hd ( Tinggi tekanan statis ) = hd Zd


hs dan hd : diperoleh dari pengujian
hs

: Tinggi permukaan air pada sisi isap

hd

: Tinggi permukaan air pada sisi tekan

Gambar : Instalasi Alat Uji Pompa Centrifugal

26

Data hasil pengujian


Rpm

2450

Bukaan
katup
0
1
1,5
2
2,5

Voltage
(V)
95
109
118
121
124

Ampere
(A)
0,2
0,3
0,3
0,4
0,5

hd
( cm )
0
1,8
2,6
3,3
3,8

hs
( cm )
18,9
15,8
14,9
13,3
12,9

Hd
( cm )
27,8
29,6
30,4
31,1
31,6

Hs
( cm )
9,9
6,8
5,9
4,3
3,9

Pd
( kg / cm 2 )
1
0,7
0,6
0,5
0,4

Perhitungan pada putaran 2450


a. kapasitas teoritis
Qt = 8/15 2 g tan /2 . H5/2

Dimana = 90

H = hd

Qt 0 = 8/15 2. 9,8

tan 90/2 . ( 0

x 0,01 )5/2 = 0

Qt 1 = 8/15 2. 9,8

tan 90/2 . ( 1,8

x 0,01 )5/2 = 1,026 . 10 4 m3 / s

Qt 1,5 = 8/15 2. 9,8

tan 90/2 . ( 2,6

x 0,01 )5/2 = 2,572 . 10 4 m3 / s

Qt 2 = 8/15 2. 9,8

tan 90/2 . ( 3,3

x 0,01 )5/2 = 4,669 . 10 4 m3 / s

Qt 2,5 = 8/15 2. 9,8

tan 90/2 . ( 3,8

x 0,01 )5/2 = 6,643 . 10 4 m3 / s

b. kapasitas nyata untuk 90 V- noth weir :


Q = 1,28 . H 2,5
Q 0 = 1,28 . ( 0,02 ) 2,5

=0

Q 1 = 1,28 . ( 1,8 x 0,01 ) 2,5

= 2,48 . 10 4 m3 / s

Q 1,5 = 1,28 . ( 2,6 x 0,01 ) 2,5

= 3,58 . 10 4 m3 / s

Q 2 = 1,28 . ( 3,3 x 0,01 ) 2,5

= 4,55 . 10 4 m3 / s

Q 2,5 = 1,28 . ( 3,8 x 0,01 ) 2,5

= 5,22 . 10 4 m3 / s

c. Kecepatan rata rata aliran didalam pipa


Ds = Dd = 1 in = 0,025
Vs

4.Q
. Ds2

Vs 1 = 4 . 2,48 .10 4
3,14 . ( 0,025 )2
Vs 1,5 = 4 . 3,58 .10 4

=0

= 0,50 m / s
= 0,73 m / s
27

3,14 . ( 0,025 )2
= 4 . 4,55 .10 4
3,14 . ( 0,025 )2

Vs 2

Vs 2,5 = 4 . 5,22 .10 4


3,14 . ( 0,025 )2

= 0,92 m / s
= 1,06 m / s

d. Head Losses
pada pipa suction :
bukaan Katub = 0

Ds = 0,025 m ; ls = 0,5 m ; air = 999 kg / m 3


air = 1.10 2 N . s / m 3

RE = . Vs . Ds = 999 . ( 0 ) . ( 0,025 ) = 0 < 2300

( 1 . 10 3 )
f

= 64
= 64 = 0
RE 0,25 0 0,25

hl 1 = f . ls . Vs 2 =0 . 0,5 . 02
=0
Ds 2g
0,025 2. (9,8 )
hl 2 = ( Kent + f le/ Delb ) Vs 2 = 0
2.g
hls

= hls1 + hls2 = 0

hls = 0
bukaan Katub = 1

Ds = 0,025 m ; ls = 0,5 m ; air = 999 kg / m 3


air = 1.10 2 N . s / m 3

RE = . Vs . Ds = 999 . ( 0,50). ( 0,025 ) = 1248,7 < 2300 (laminer)

( 1 . 10 2 )
f

= 64
= 64
= 0,051
0,25
0,25
RE
1248,7

hl 1 = f . ls . Vs 2 =0,051 . 0,5
. (0,50)2 = 0,013
Ds 2g
0,025
2. (9,8 )
28

hl 2 = ( Kent + f le/ Delb ) Vs = (0,5 + 0,051 . 30 ) . 0,0512 = 0,00026


2.g
2.9,8
hls

= hls1 + hls2 = 0,013 + 0,00026

hls = 0,01326
bukaan Katub = 1,5

Ds = 0,025 m ; ls = 0,5 m ; air = 999 kg / m 3


air = 1.10 2 N . s / m 3

RE = . Vs . Ds = 999 . ( 0,73). ( 0,025 ) = 1823,1 < 2300 ( laminer )

( 1 . 10 2 )
f

= 64
= 64
= 0,035
RE 0,25 1823,1 0,25

hl 1 = f . ls . Vs 2 =0,035 . 0,5
. (0,73)2 = 0,038
Ds 2g
0,025
2. (9,8 )
hl 2 = ( Kent + f le/ Delb ) Vs = (0,5 + 0,035 . 30 ) . 0,0352 = 0,000096
2.g
2. 9,8
hls

= hls1 + hls2 = 0,038 + 0,000096 = 0,038

hls = 0,038096
bukaan Katub = 2

Ds = 0,025 m ; ls = 0,5 m ; air = 999 kg / m 3


air = 1.10 2 N . s / m 3

RE = . Vs . Ds = 999 . ( 0,92). ( 0,025 ) = 2297,7 < 2300 ( laminer )

( 1 . 10 2 )
f

= 64
= 64
= 0,027
0,25
0,25
RE
2297,7

hl 1 = f . ls . Vs 2 =0,027 . 0,5
. (0,92 )2 = 0,046
Ds 2g
0,025
2. (9,8 )
29

hl 2 = ( Kent + f le/ Delb ) Vs = (0,5 + 0,027 . 30 ) . 0,0272 = 0,000048


2.g
2.9,8

hls

= hls1 + hls2 = 0,027 + 0,000048 = 0,046048

hls = 0,046048
bukaan Katub = 2,5

Ds = 0,025 m ; ls = 0,5 m ; air = 999 kg / m 3


air = 1.10 2 N . s / m 3

RE = . Vs . Ds = 999 . ( 1,06). ( 0,025 ) = 2647,3 > 2300 ( laminer )

( 1 . 10 2 )
f

= 0,3164
RE 0,25

0,3164
1823,1 0,25

= 0,011

hl 1 = f . ls . Vs 2 =0,011 . 0,5
. (1,06)2 = 0,012
Ds 2g
0,025
2. (9,8 )
hl 2 = ( Kent + f le/ Delb ) Vs = (0,5 + 0,011 . 30 ) . 0,0112 = 0,000049
2.g
2. 9,8
hls

= hls1 + hls2 = 0,012 + 0,000049 = 0,0120049

hls = 0,0120049
pada pipa Dischange :
bukaan Katub = 0 ;Dd =Ds= 1inci = 0,025 ; ld = 0,5 m ; air = 999 kg/m 3
Vd = Vs air = 1.10 2 N . s / m 3
RE = . Vd . Dd = 999 . ( 0 ) . ( 0,025 ) = 0 < 2300

( 1 . 10 3 )
f

= 64
= 64 = 0
0,25
RE
0 0,25
30

hl 1 = f . ld . Vd 2 =0 . 0,5 . 02
=0
Dd 2g
0,025 2. (9,8 )
hl 2 = ( f. le + 2. f / Delb + Kext) Vd 2 = 0
D gv
2.g
hld

= hld1 + hld2 = 0

hld = 0
bukaan Katub = 1 ; Dd =Ds= 1inci = 0,025 ; ld = 0,5 m ; air = 999 kg/m 3
Vd = 0,50 air = 1.10 2 N . s / m 3
RE = . Vd . Dd = 999 . ( 0,50 ) . ( 0,025 ) = 1248,7 < 2300 ( Laminer )

( 1 . 10 3 )
f

= 64
= 64
= 0,051
RE 0,25 1248,7 0,25

hl 1 = f . ld . Vd 2 =0,051 . 0,5
. 0,512 = 0,013
Dd 2g
0,025 2. (9,8 )
hl 2 = ( f. le + 2. f / Delb + Kext) Vd 2
D gv
2.g
= ( 0,051. 8 + 2 . 0,051. 30 + 1) 0,502 = 0,20
2.9,8
hld 1

= hld1 + hld2 = 0,013 + 0,20 = 0,213 mka

hld

= 0,213 mka

bukaan Katub = 1,5 ; Dd =Ds= 1inci = 0,025; ld = 0,5 m; air = 999 kg/m3
Vd = 0,73 air = 1.10 2 N . s / m 3
RE = . Vd . Dd = 999 . ( 0,73 ) . ( 0,025 ) = 1823,1 < 2300 ( Laminer )

( 1 . 10 3 )

31

= 64
= 64
= 0,035
RE 0,25 1823,1 0,25

hl 1 = f . ld . Vd 2 =0,035 . 0,5 . 0,732


Dd 2g
0,025 2. (9,8 )

= 0,038

hl 2 = ( f. le + 2. f / Delb + Kext) Vd 2
D gv
2.g
= ( 0,035.8 + 2.0,035. 30+ 1) 0,732 = 0,29
2.9,8
hld

= hld1 + hld2 = 0,038 + 0,29 = 0,328 mka

hld

= 0,328 mka

bukaan Katub = 2 ; Dd =Ds= 1inci = 0,025 ; ld = 0,5 m ; air = 999 kg/m3


Vd = 0,92 air = 1.10 2 N . s / m 3
RE = . Vd . Dd = 999 . ( 0,92 ) . ( 0,025 ) = 2297,7 < 2300 ( Laminer )

( 1 . 10 3 )
f

= 64
= 64
= 0,027
RE 0,25 2297,7 0,25

hl 1 = f . ld . Vd 2 =0,027 . 0,5 . 0,922


Dd 2g
0,025 2. (9,8 )

= 0,046

hl 2 = ( f. le + 2. f / Delb + Kext) Vd 2
D gv
2.g
= ( 0,027.8 + 2.0,027+30+ 1) 0,922 = 0359
2.9,8
hld

= hld1 + hld2 = 0,046 + 0,0359 = 0,465 mka

hld

= 0,465 mka

bukaan Katub = 2,5; Dd =Ds= 1inci = 0,025 ; ld = 0,5 m; air = 999 kg/m3
Vd = 1,06 air = 1.10 2 N . s / m 3
RE = . Vd . Dd = 999 . ( 1,06 ) . ( 0,025 ) = 2647,8 < 2300 (Turbulen )

( 1 . 10 3 )

32

= 0,3164 = 0,3164
= 0,011
RE 0,25 2647,8 0,25

hl 1 = f . ld . Vd 2 =0,011 . 0,5 . 1,182


= 0,012
Dd 2g
0,025 2. (9,8 )
hl 2 = ( f. le + 2. f / Delb + Kext) Vd 2
D gv
g
= ( 0,011.8 + 2.0,012+30 + 1) 1,18 = 1,86
2.9,8
hld
= hld1 + hld2 = 0,012 + 0,544 = 0,556 mka
hld

= 0,556 mka

e. Head Pompa
Hp = P dr P sr + V dr 2 V sr 2 + Hs + Hd + hl
air
2.g
Dimana : P sr = P atm P dr = P sr

V dr = Vd
hl = hls + hld

P dr = P atm V sr = 0
Bukaan Katup 0
Vdr = 0

Hs = 0,99 m ; Hd = 0,278 m hl = 0 + 0 = 0

Hp 0 = 0 2 + 0,99 + 0,278 + 0 = 1,268 mka


2 . (9,8)

Bukaan Katup 1
Vdr = 0,50 m/s ;Hs = 0,068 m ; Hd = 0,296 m ; hl = 0,01326+ 0,213 = 0,226
Hp 1 = 0,50 2
2 . (9,8)

+ 0,68 + 0,296 + 0,226 = 0,602 mka

Bukaan Katup 1,5

33

V dr = 0,73 m/ s Hs = 0,059 m ; Hd = 0,304 m hl = 0,038+ 0,0325 = 0,363


Hp 1,5 = 0,73 2 + 0,059 + 0,304 + 0,363 = 0,753
2 . (9,8)
Bukaan Katup 2
V dr = 0,92 m/s; Hs = 0,043 m ; Hd = 0,311 m ; hl = 0,046 + 0,405 = 0,451
Hp 2 = 0,92 2 + 0,043 + 0,311 + 0,451 = 0,848 mka
2 . (9,8)
Bukaan Katup 2,5
Vdr = 1,06 m/ s ; Hs = 0,039 m ; Hd = 0,316 m ; hl = 0,012 + 0,556 = 0,558
Hp 2,5 = 1,06 2 + 0,039+ 0,316 + 0,868 mka
2 . (9,8)
f. Daya Hidrolik Pompa
WHP = . Q . H ( Hp )
75
Dimana : Q

= Kapasitas aliran dari pompa ( m / jam )

= Head pompa

( mka )3

= Berat jenis cairan

( kg / m )

Bukaan katup 0

Q = 0;

H = 0,398 mka

WHP = 999 . ( 0,5 ) . 0,398


75
Bukaan katup 1

=0

Q = 2,48 . 10 4 m 3 / s ;

WHP = 999 . 2,48 . 10-4 . 0,602


75

34

H = 0,602 mka

= 1,98 . 10 3 Hp

Bukaan katup 1,5

Q = 3,58 . 10 4 m 3 / s ;

WHP = 999 . 3,58 . 10-4 . 0,753


75
Bukaan katup 2

= 3,5 . 10 3 Hp

Q = 4,55 . 10 4 m 3 / s ;

WHP = 999 . 4,55 . 10-4 . 0,848


75

Bukaan katup 2,5

H = 0,753 mka

H = 0,848 mka
5,1 . 10 3 Hp

Q = 5,22 . 10 4 m 3 / s ;

WHP = 999 . 5,22 . 10-4 . 0,98


75

H = 0,98

mka

= 6,8 . 10 3 Hp

g. Daya motor ( N mtr )


N mtr = E . I . cos

Dimana: E

= Tegangan listrik
I

Bukaan katup 0
N mtr = 95 . 0,2 . 0,81
746

E = 95 V ;
= 0,0206

Bukaan katup 1
N mtr = 109 . 0,3 . 0,81
746
Bukaan katup 1,5
N mtr = 118 . 0,3 . 0,81
746
Bukaan katup 2
N mtr = 121 . 0,4 . 0,81
746
Bukaan katup 2,5

I = 0,4 A

Hp

E = 124 V ;
35

I = 0,3 A

Hp

E = 121 V ;
= 0,052

I = 0,3 A

Hp

E = 118 V ;
= 0,052

I = 0,2 A

Hp

E = 109 V ;
= 0,035

= Kuat arus (amper)

I = 0,5 A

N mtr = 124 . 0,5 . 0,81


746

= 0,067

h. daya mekanik
N mek = mek . N mtr mek = 0,97
Bukaan katup 0
N mek = 0,97. 0,020 = 0,0194

Hp

Bukaan katup 1
N mek = 0,97. 0,035 = 0,0339

Hp

Bukaan katup 1,5


N mek = 0,97. 0,038 = 0,0504

Hp

Bukaan katup 2
N mek = 0,97. 0,052 = 0,0534

Hp

Bukaan katup 2,5


N mek = 0,97. 0,067 = 0,0649

Hp

i. Effisinsi pompa
p

= WHP . 100 %
N mek

Bukaan katup 0
p

0 . 100 %
0,0194

=0%

Bukaan katup 1
p

= 1,98 . 10 -3 . 100 % = 3,05 %


0,0339

36

Hp

Bukaan katup 1,5


p

= 3,5 . 10 -3 . 100 % = 9,51 %


0,0368

Bukaan katup 2
p

= 5,1.10 -3 . 100 % = 10,2 %


0,0504

Bukaan katup 2,5


p

= 6,8 . 10 -3 . 100 % = 11,4 %


0,0649

Data hasil pengujian untuk putaran 2550 rpm:


Rpm

2550

Bukaan
katup

(V)

( A)

Hs
( cm )

hd
( cm )

Hd
( cm )

Hs
( cm )

Pd
( kg / cm 2 )

0
1
1,5
2
2,5

104
125
131
140
142

0,2
0,5
0,6
0,7
0,8

0
2,8
3,5
3,8
4,21

18,9
14,8
13,2
12,1
11,5

27,8
30,6
31,3
31,6
32

9,9
5,4
4,2
3,1
2,5

0,8
0,7
0,6
0,6
0,4

Dengan cara yang sama untuk perhitungan pada putaran mesin 2550 rpm maka
didapat hasil hasil perhitungan sebagai berikut:
Rpm

2450

2550

Bukaan
katub

0
1
1,2
2
2,5
0
1
1,2
2
2,5

Kapasitas
Nyata
(Q)
( m3 / sec )
0
0,248
0,358
0,455
0,522
0
0,386
0,483
0,522
0,579

Daya
Mekanik
( N mek )
( hp )
0,0194
0,0339
0,0504
0,0534
0,0649
0,0213
0,0649
0,0824
0,1028
0,1193

Daya
Motor
( N mtr )
( hp )
0,020
0,035
0,052
0,052
0,067
0,022
0,067
0,085
0,106
0,123

37

Efisiensi
Pompa
( p )
(%)
0
3,05
9,51
10,2
11,4
0
3,05
4,24
4,48
4,56

Head
Pompa
( HP )
( mka )
1,268
0,804
0,669
0,656
0,532
1,268
0,804
0,669
0,656
0,532

Daya Hidrolik
Pompa
( WHP )
( hp )
0
0,0198
0,0353
0,051
0,068
0
0,0413
0,0429
0,0457
0,0543

GRAFIK HASIL PERHITUNGAN


Grafik Hubungan Antara Debit Aliran dengan Head
Pompa Pada 2450 Rpm

Head Pompa (H) mka

1,4
1,268

1,2
1

0,804

0,8

0,669

0,6

0,656
0,532

0,4
0,2
0
0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

Debit Aliran (Q) m 3/s

Grafik Hubungan Antara Debit Aliran Dengan Head


Pompa Pada 2550 Rpm

Head Pompa (H) mka

1,4
1,268

1,2
1

0,804

0,8

0,669
0,656

0,6

0,532

0,4
0,2
0
0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

Debit Aliran (Q) m 3/s

38

0,6

0,7

Daya Hidroulik Pompa (WHP) Hp

Grafik Hubungan Antara Debit Aliran Dengan Daya


Hidroulik Pompa Pada 2450 Rpm
0,08
0,07

0,068

0,06
0,051

0,05
0,04

0,035

0,03
0,02

0,019

0,01
0

0
0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

Debit Aliran (Q) m /s

Daya Hidroulik Pompa (WHP) Hp

Grafik Hubungan Antara Debit Aliran Dengan Daya


Hidroulik Pompa Pada 2550 Rpm
0,06
0,0543
0,05
0,0457
0,0429

0,0413

0,04
0,03
0,02
0,01
0

0
0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

Debit Aliran (Q) m 3/s

39

0,6

0,7

Grafik Hubungan Antara Debit Aliran Dengan Daya


Motor Pada 2450 Rpm
0,08

Daya Motor (Nmtr ) Hp

0,07

0,067

0,06
0,05
0,04

0,052

0,053

0,4

0,5

0,035

0,03
0,02

0,02

0,01
0
0

0,1

0,2

0,3

0,6

Debit Aliran (Q) m /s

Grafik Hubungan Antara Debit Aliran Dengan Daya


Motor Pada 2550 Rpm
0,14
0,123

Daya Motor (Nmtr ) Hp

0,12

0,106

0,1

0,085

0,08
0,067

0,06
0,04
0,022

0,02
0
0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

Debit Aliran (Q) m 3/s

40

0,6

0,7

Grafik Hubungan Antara Debit Aliran Dengan


Efisiensi Pompa Pada 2550 Rpm

11,4

10

Efisiensi Pompa (

10,2

9,51

p)

12

8
6
4
3,05
2
0

0
0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

Debit Aliran (Q) m /s

Grafik Hubungan Antara Debit Aliran Dengan


Efisiensi Pompa Pada 2550 Rpm
5
4,48 4,56
4,24

Efisiensi Pompa (

p)

4,5
4
3,5
3,05

3
2,5
2
1,5
1
0,5
0

0
0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

Debit Aliran (Q) m 3/s

41

0,6

0,7

7. ANALISA DATA
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat dianalisa sebagai berikut:
1. Semakin besar Head Pompa maka akan menurunkan Kapasitas Aliran pompa
2. Kapasitas Aliran (Q) yang semakin besar maka akan menaikkan Daya Motor
(Nmtr) , Daya Hidroulik Pompa (WHP) dan Efisiensi Pompa (p).
8. KESIMPULAN
Hasil analisa di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Pembandingan hasil grafik hubungan antara Head Pompa dan Kapasitas Aliran
dari hasil praktikum dengan grafik data spesifikasi pompa, maka ditemukan
kesamaan karakteristik pompa yaitu semakin besar Head Pompa maka Kapasitas
Aliran semakin kecil. Akan tetapi grafik hasil praktikum digambarkan cenderung
linier, hal ini disebabkan adanya kesalahan-kesalahan pada waktu pengujian
antara lain: adanya kebocoran instalasi pipa, kebocoran pada reservoir, alat ukur
tachometer (pengukur kecepatan putaran pompa) yang tidak bisa konstan dan
pembacaan mistar ukur ketinggian air yang kurang akurat.

42

BAB III
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah kami lakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
Uji Kerugian Gesek Aliran Fluida Dalam Sistem Perpipaan :
1. Terjadinya penurunan tekanan akibat adanya kerugian gesek pada sistem
perpipaaan.
2. Pada debit aliran yang semakin besar maka semakin besar pula kerugian
gesek pada pipa.
Uji Pompa Sentrifugal :
1. Apabila Head pompa ( HP ) bertambah besar maka kapasitas yang
dihasilkan akan bertambah besar pula.
2. Apabila Water Horse Power ( WHP ) bertambah besar, maka kapasitas
pompa ( Q ) yang dihasilkan akan bertambah besar pula.
3. Apabila daya motor ( N mtr ) semakin besar maka kapasitas pompa ( Q )
yang dihasilkan akan bertambah besar pula.
4. Apabila daya mekanik ( N mek ) semakin besar maka kapasitas pompa
( Q ) yang dihasilkan akan bertambah besar pula.
5. Sehingga apabila ( HP ), ( WHP ), ( N mtr ), ( N mek ) bertambah besar
maka dengan sendirinya kapasitas pompa ( Q ) yang dihasilkan bertambah
besar pula, yang seiring bertambah besar pula efisiensi Pompa ( p ) yang
terjadi.

43

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang maha esa atas rahmat dan
karunianya dari hari ke hari yang lalu hingga saat ini sehingga kami bisa
menyelesaikan laporan pratikum mekanika fluida dengan baik .
Di dalam penyusuna laporan ini kami mengambil sumber- sumber /
panduan panduan dari buku buku yang berhubungan dengan mekanika fluida,
selain itu juga kami banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari dosen
pembimbing kami yaitu Bpk Harjo Saputro, ST, MT
Kami menyadari , didalam penyusunan laporan ini ada beberapa hal hal
yang kurang mendetail didalam penjabarannya, hal ini bukanlah kami sengaja
tetepi waktu yang sangat mendesak, selain itu kami juga menghadapi ujian akhir
semester .
Maka kami mengucapkan banyak- banyak terima kasih kepada Dosen
pembimbing dan rekan rekan kuliah yang membantu kami , dan kami mengharap
kiranya laporan ini dapat berguna bagi para pembaca .

Surabaya, 1 Februari 2014


Penyusun

44

Anda mungkin juga menyukai