Anda di halaman 1dari 33

KASUS HARIAN BAGIAN/SMF KULIT DAN KELAMIN

RSUD SANJIWANI GIANYAR


(20 MARET 2015 s.d 11 MEI 2015)
DOKTER MUDA

: Ni Komang Ardiyanti, S.Ked

NIM

: 157008018
KASUS 1

Identitas pasien
Nama

: NMLF

Umur

: 6 tahun

Alamat

: Br. Bukit, Dusun Bukit Gianyar

No. RM

: 52.49.79

Tanggal pemeriksaan : 22-04-2015

Anamnesis (S)
Pasien datang dengan keluhan ada benjolan pada leher sejak 2 bulan yang lalu.
Benjolan tersebut awalnya kecil namun semakin lama semakin membesar. Benjolan
tersebut dirasakan nyeri, namun tidak ada gatal. Sejak 2 minggu yang lalu, pada bagian
mulut juga muncul benjolan-benjolan kecil.
Riwayat pengobatan (+): ke puskesmas dan diberikan salep (nama obat dilupakan)
Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-), alergi obat (-), alergi makanan (+)
Riwayat keluarga: keluhan serupa (-), riwayat atopi (-)
Status Dermatologis (O)
Regio: colli anterior dan mandibular.
Effloresensi: tampak papul multiple berwarna putih, ukurannya milier hingga
lentikuler, bentuk bulat, pada bagian tengahnya terdapat lekukan, susunan diskret.
Diagnosis (A)
Moluskum Kontagiosum
Penatalaksanaan (P)
Enucleasi moluskum
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
Moluskum Kontagiosum adalah tumor jinak kulit yang disebabkan virus moluscum
contageousum.
S

: Penyakit ini sering dijumpai pada anak-anak. Keluhan utama pasien biasanya
adalah terdapat benjolan pada bagian tubuh.

: Papul miliar, kadang-kadang lentikular dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk
kubah yang kemudian tengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak
ke luar massa yang berwarna putih seoerti nasi. Lokalisasi biasanya di daerah
muka, badan, dan ekstremitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan
genitalia eksterna.

: Moluskum Kontagiosum

: Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan


moluskum. Tindakan yang dapat dilakukan adalah enukleasi. Dapat dipakai alat
seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret. Pada orang dewasa dilakukan
terapi terhadap pasangan seksualnya.

KASUS 2
Identitas pasien
Nama

: By. NWJ

Umur

: 24 hari

Alamat

: Pasdalem

No. RM

: 52.22.07

Tanggal pemeriksaan : 23-04-2015

Anamnesis (S)

Pasien diantar ibunya, mengeluh bahwa ada bintik-bintik merah pada wajah dan leher
anaknya sejak 1 minggu yang lalu. Bintik-bintik merah diakui berisi cairan berwarna
kuning. Selain itu bintik-bintik muncul pada kaki dan tangan namun jumlahnya tidak
banyak. Bayi dikatakan rewel. Bayi minum ASI ekslusif. Ada riwayat jaundice dan
sempat di fototerapi di RS. Ibu pasien mengatakan, bayi diberikan minyak telon dan
parfum.
Riwayat alergi (-), rhinitis alergi (-), asma (-)
Riwayat pengobatan keluhan saat ini : ke dokter spesialis anak dan diberikan obat
futaderm cream dan lantacyd.
Riwayat keluarga: keluhan serupa (-), riwayat atopi (-)
Status Dermatologis (O)
Pada regio facialis, coli, ekstremitas atas dan bawah tampak papulo-vesikel diatas kulit
eritema, ukuran miliar sampai lentikular, bentuk bulat, konfluens, terdapat krusta.
Diagnosis (A)
Dermatitis Atopi Infantil
Penatalaksanaan (P)
Desolex-N cream 20 gr (2 dd ue)
Ryvel drop (2 dd gtt II)
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
Dermatitis atopik merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak.
S

: Keluhan utama pada pasien adalah muncul bintik-bintik merah, bayi menjadi
rewel.

: Lesi mulai di muka (dahi, pipi) berupa eritema, papulo-vesikel yang halus, karena
gatal digosok lalu pecah menjadi krusta. Lesi kemudian menyebar ke tempat lain
yaitu ke scalp, leher, pergelangan tangan, lengan, dan tungkai. Rasa gatal yang
timbul sangat mengganggu sehingga anak gelisah, susah tidur, dan sering

menangis. Diagnosis DA dapat ditegakkan bila 3 kriteria mayor dan 3 kriteria


minor Hanifin dan Rajka dapat dipenuhi.

Kriteria Mayor
Pruritus
Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
Dermatitis di fleksura pada dewasa
Dermatitis kronis atau residif
Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria Minor
Katarak subskapular anterior
oleh Orbita gelap

Xerosis
Infeksi kulit (khususnya
S.auereus dan HSV)
Dermatitis nonspesifik di tangan Muka pucat atau eritema
atau kaki
Iktiosis/hiperliniar
Gatal bila berkeringat
Palmaris/keratosis pilaris
Pitiriasis alba
Intolerans terhadap wol atau pelarut
lemak
Dermatitis di papilla mamae
Aksentuasi perifolikuler
White dermograpishm dan delayed Hipersensitif terhadap makanan
brach response
Keilitis
Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh
lingkungan dan emosi
Lipatan infraorbital Dennie-Morgan Tes kulit alergi tipe dadakan positif
Konjungtivitis berulang
Kadar IgE dalam serum meningkat
Keratokonus
Awitan pada usia dini
A

: Dermatitis Atopi Infantil

: Pengobatan topikal diberikan pelembab misalnya krim hidrofilik urea 10%,


kortikosteroid topikal yang diberikan kepada bayi adalah yang berpotensi rendah
misalnya hidrokortison 1%-2,5%, imunomodulator seperti takrolimus namun tidak
dianjurkan untuk anak usia kurang dari 2 tahun, dan antihistamin misalnya
doksepin krim 5%. Pengobatan sistemik diberikan kortikosteroid, antihistamin,
antibiotik, interferon, siklosporin 5 mg/kgBB. Terapi sinar dengan kombinasi UVA
dan UVB.
KASUS 3

Identitas pasien
Nama

: AAAM

Umur

: 79 tahun

Alamat

: Padang Tegal Tengah Ubud

No. RM

: 35.40.49

Tanggal pemeriksaan : 24-04-2015

Anamnesis (S)
Pasien mengeluh ada benjolan berisi air pada kaki kanannya sejak 3 hari yang lalu.
Pasien mengatakan nyeri dan terasa panas namun tidak gatal pada benjolan tersebut.
Pada kaki kiri ada bercak yang dirasakan gatal namun sudah diberikan pengobatan
namun tidak membaik. Riwayat pengobatan keluhan saat ini : mengunakan salep
hidrokortison

Riwayat asma (-), rhinitis alergi (-), penyakit sistemik : diabetes dan hipertensi
Riwayat keluarga: keluhan serupa (-), riwayat atopi (-)
Status Dermatologis (O)
Pada regio ekstremitas bawah dextra terdapat vesikel diatas kulit eritema, ukuran
miliar-lentikular, bentuk bulat, diskret. Pada region ekstremitas bawah sinistra terdapat
macula hipopigmentasi, ukuran miliar sampai lentikular, bentuk bulat, konfluens.
Diagnosis (A)
Dermatitis Kontak Iritan
Penatalaksanaan (P)
Inerson cream (2 dd ue)
CTM (1 x tab I)
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
Dermatitis kontak iritan (DKI) timbul akibat kontak kulit dengan bahan-bahan iritan.
Jumlah penderita DKI cukup banyak dan berhubungan dengan pekerjaan. Bahan iritan yang
sering menimbulkan DKI diantaranya deterjen, minyak pelumas, asam, bahan pelarut,
serbuk kayu, dan bahkan serangga.
S

: Keluhan pasien DKI diantaranya kulit perih, panas seperti terbakar, kemerahan,
bengkak, dan bintil-bintil berair.

: Kelainan kulit pada DKI seperti eritema, edema, vesikel sampai bula, dan bahkan
nekrosis.

: Dermatitis kontak iritan

: Pengobatan DKI yang paling penting ialah menghindari paparan ulang terhadap
bahan iritan yang dicurigai. Untuk mengurangi peradangan dapat diberikan
kortikosteroid seperti hidrokortison atau yang berpotensi lebih kuat.
KASUS 4

Identitas pasien

Nama

: IMM

Umur

: 42 tahun

Alamat

: Babakan, Gianyar

No. RM

: 45.65.42

Tanggal pemeriksaan : 25-02-2015

Anamnesis (S)
Pasien mengeluh muncul bercak-bercak putih pada hampir seluruh tubuh sejak 2 bulan
yang lalu. Keluhan terkadang disertai rasa gatal, nyeri (-). Kesan rasa tebal pada kulit
dan pada bercak-bercak putih disangkal pasien.
Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)
Riwayat alergi (-), rhinitis alergi (-), asma (-), dermatitis atopi (-), penyakit sistemik (-)
Riwayat pengobatan keluhan saat ini (-)

Riwayat keluarga: keluhan serupa (-), riwayat atopi (-)


Riwayat sosial: pasien bekerja sebagai buruh bangunan. Kesehariannya dilakukan
sebagaimana aktivitasnya selama ini dan diakui tidak ada gangguan gerak.
Status Dermatologis (O)
Efloresensi: Pada regio antebrachii aspek dorsal dextra et sinistra, thorakalis anterior
dan posterior, serta regio cruris anterolateral dextra et sinistra tampak makula dan patch
hipopigmentasi, berbatas tegas, berukuran miliar hingga numular, anular hingga
geografika, monomorf, generalisata.
Pemeriksaan neurologis: pembesaran saraf (-), anestesi (-), nyeri tekan saraf (-)
Diagnosis (A)
Suspek Morbus Hansen mengarah pada tipe inderminate (hanya dijumpai lesi
makula dan patch hipopigmentasi, kelainan saraf (-))
Penatalaksanaan (P)
Pemeriksaan BTA ritz serum cuping telinga
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
Morbus Hansen/MH (sinonim: leprosy, kusta, lepra) adalah penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae (suatu bakteri tahan asam (BTA), obligat
intraseluler) dimana saraf perifer sebagai afinitas utama, lalu kulit, mukosa saluran napas
atas, atau organ lainnya, kecuali susunan saraf pusat. MH dibagi menjadi 2 kelas yang besar
yaitu pausibasilar dan multibasilar.
S

: Gejala yang muncul pada pasien tergantung dari saraf tepi yang terkena. Gejala
otonomik seperti lesi tampak kering dapat muncul akibat terganggunya inervasi ke
kelenjar keringat, gejala gangguan motorik seperti kelemahan otot pada
ekstremitas atas atau bawah, wajah, dan otot mata, serta gejala gangguan sensorik
seperti hipestesi dan anestesi. Kelainan kulit yang tampak pada umumnya dapat
berupa bercak putih atau merah dimana erupsi ini dapat dijadikan pertimbangan
untuk memperkirakan tipe MH pada pasien itu sendiri.

: Gambaran klinis MH dapat dilihat pada tabel berikut


Sifat

PB

MB

Lesi kulit

- 1 5 lesi

- Lebih dari 5 lesi

(makula datar, papul

- Hipopigmentasi/eritema

- Distribusi lebih simetris

yang meninggi, nodul)

- Distribusi tidak simetris

- Hilangnya sensasi kurang

- Hilangnya sensasi terasa


Kerusakan saraf

jelas
- Hanya satu cabang

jelas
- Banyak cabang saraf

(menyebabkan hilangnya
sensasi/ kelemahan otot
yang dipersarafi oleh
saraf yang terkena)
Gambaran lesi kulit lebih spesifik pada masing-masing tipe MH ialah:
Kelompok MH Multibasilar:
a.

Lepromatosa (LL): bentuk lesi dapat berupa makula, infiltrat difus, papul, atau
nodus. Jumlah lesi tidak terhitung, distribusi simetris, permukaan halus

b.

berkilat, batas tidak jelas, anastesi tidak ada sampai tidak jelas.
Borderline Lepromatosa (BL): bentuk lesi dapat berupa makula, plak, papul.
Jumlah lesi sukar dihitung, masih ada kulit sehat, distribusi hampir simetris,

c.

permukaan halus berkilat, batas agak jelas, anastesia tak jelas.


Mid Boderline (BB): bentuk lesi dapat berupa plak, dome-shaped, punchedout. Jumlah lesi dapat dihitung, kulit sehat ada, distribusi asimetris,
permukaan agak kasar, agak berkilat, batas agak jelas, anestesi lebih jelas.

Kelompok MH Pausibasilar
a. Tuberkuloid (TT): bentuk lesi dapat berupa makula yang dibatasi dengan
infiltrat, jumlah lesi satu atau beberapa, distribusi asimetris, permukaan kering
b.

bersisik, batas jelas, anestesia jelas.


Boderline tuberculoid (BT): bentuk lesi dapat berupa makula dibatasi infiltrat
atau infiltrat saja, jumlah lesi beberapa atau satu dengan lesi satelit, distribusi
asimetris, permukaan kering bersisik, batas jelas, anestesia jelas.

c.

Indeterminate (I): hanya makula, jumlah satu atau beberapa, distribusi variasi,
permukaan halus agak berkilat, batas dapat jelas atau tidak jelas, anestesia
tidak ada sampai tidak jelas.
Gejala-gejala kerusakan saraf tergantung dari saraf yang terkena. Saraf yang

umumnya diserang antara lain N.auricularis magnus, N.medianus, N,ulnaris, N.


poplitea lateralis, N. tibialis posterior, N, fasialis, dan N. trigeminus.
Dalam perjalanan penyakit kusta yang kronis, suatu reaksi dapat timbul
sebagai episode akut. Dikenal 2 tipe reaksi kusta yaitu reaksi reversal (tipe 1) dan
ENL (eritema nodusum leprosum atau tipe 2). Reaksi tipe 1 hanya dapat terjadi
pada MH tipe borderline (Li, BL, BB, BT, Ti) dimana umumnya sebagian atau
seluruh lesi bertambah aktif atau muncul lesi baru dalam waktu yang cukup
singkat, dapat pula terjadi neuritis yang mengakibatkan kerusakan saraf mendadak.
Lain hal dengan ENL yang timbul terutama pada MH tipe lepromatosa di sela
waktu pengobatan akibat penghancuran kuman kusta yang begitu banyak, ditandai
dengan nodus eritema dan nyeri pada lengan dan tungkai.
A

: Morbus Hansen

: Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan


diagnosis MH ialah pemeriksaan bakteriologis, histopatologis, dan serologis.
Hal yang dicari dalam pemeriksaan bakterioskopik ialah indeks bakteri dan indeks
morfologi. Indeks bakteri (IB) menunjukkan kepadatan BTA tanpa membedakan
solid dan nonsolid pada sebuah sediaan. Interpretasi IB ialah:
1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP
2+ bila 1-10 BTA dalam 10 LP
3+ bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
4+ bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
5+ bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
6+ bila >1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
Indeks morfologi merupakan persentase bentuk solid BTA dibandingkan jumlah
solid dan nonsolid. IM dihitung dengan formula berikut:

IM =

jumlah solid
x 100%
Jumlah solid+non solid

Pada pemeriksaan histopatologis, MH tipe tuberkuloid memperlihatkan


gambaran tuberkel dan kerusakan saraf yang lebih nyata, tidak ada BTA atau
hanya sedikit dan nonsolid. Pada MH tipe lepromatosa dapat dijumpai sel Virchow
(sel lepra) dengan banyak basil, kelim sunyi subepidermal (subepidermal clear
zone), ialah suatu daerah langsung di bawah epidermis yang jaringannya tidak
patologik. Pada MH tipe borderline terdapat campuran unsur-unsur tersebut.
Pemeriksaan serologis didasarkan atas terbentukknya antibodi pada tubuh
individu yang terserang M.leprae. Antibodi yang terbentuk dapat bersifat spesifik
yakni antibodi antiphenolic glycolipid-1 (PGL-1) dan antibodi antiprotein 16 kD
dan 35 kD.
Pengobatan
MDT untuk Pausibasiler:
- Rifampisin 600mg/bulan diminum dengan pengawasan
- DDS 100mg/hari
Kedua obat tersebut diberikan selama 6-9 bulan dan setelah itu dinyatakan RFT
(release from treatment). Selama pengobatan, pemeriksaan klinis harus dilakukan
tiap bulan dan pemeriksaan bakteriskopis sekali setelah 6 bulan pengobatan.
MDT untuk Multibasiler:
- Rifampisin 600mg/bulan dosis dalam pengawasan
- DDS 100 mg/hari
- Klofazimin/lamprene 300mg/bulan dalam pengawasan dilanjutkan dengan 50100 mg/hari setiap minggu.
Obat-obat tersebut diberikan selama 1-1,5 tahun dengan syarat bakteriskopis
negatif. Pengobatan dapat dilanjutkan apabila bakteriskopis masih positif.
Umumnya RFT dapat tercapai dalam waktu 2-3 tahun. Selama pengobatan,
pemeriksaan klinis harus dilakukan tiap bulan dan pemeriksaan bakteriskopis
minimal setiap 3 bulan.

KASUS 5
Identitas pasien
Nama

: AAAD

Umur

: 28 tahun

Alamat

: Br. Tengkulak Kaja, Gianyar

No. RM

: 46.10.08

Tanggal pemeriksaan : 27-04-2015

Anamnesis (S)

Pasien mengeluh gatal pada tangan kanan dan kirinya, awalnya gatal pada kedua siku
lalu muncul pada jari-jari tangan. Gatal sudah lama dirasakan, hilang timbul. Gatal
dirasakan timbul ketika pasien makan seafood.
Riwayat keluhan serupa sebelumnya (+)
Riwayat alergi (-), rhinitis alergi (-), asma (-),dermatitis atopi (-), penyakit sistemik (-)
Riwayat pengobatan keluhan saat ini : ke dokter dan diberikan salep
Riwayat keluarga: keluhan serupa (-), riwayat atopi (-)
Status Dermatologis (O)
Pada regio manus dan cubiti dextra dan sinistra tampak papul diatas kulit eritema,
bentuk bulat, batas tegas, soliter, tampak eritema dan ekskoriasi.
Diagnosis (A)
Dermatitis Kontak Alergi
Penatalaksanaan (P)
Interhistin (3 x tab I)
Inerson cream (2 dd ue)
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
Dermatitis kontak alergi (DKA) merupakan dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau
substansi yang menempel pada kulit, diperantarai oleh reaksi hipersensitivitas tipe IV.
Peningkatan insiden DKA dilaporkan berhubungan dengan kerja.
S

: Pada umumnya pasien mengeluh gatal pada suatu area tubuh dengan kelainan kulit
yang bervariasi disertai dengan perluasan ke area tubuh yang lain.

: Erupsi kulit pada dermatitis kontak alergi ialah polimorf tergantung fase, apakah
akut, subakut, atau kronis. Pada fase akut dapat dijumpai bercak eritematosa,
vesikel, papulovesikel, atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah dan menimbulkan
erosi dan ekskoriasi. Pada fase kronis, kulit tampak kering, skuama, likenifikasi.
Lokasi DKA paling sering ialah tangan. Lokasi lainnya ialah lengan, wajah, leher,
badan, tungkai, dan yang lainnya.

: Dermatitis Kontak Alergi

: Patch testing (uji tempel) merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat


dilakukan untuk mengetahui adanya suatu reaksi alergi. Hasil ujinya dapat
digunakan sebagai terapi kausatif yaitu dengan menghindari bahan atau alergen
yang terbukti memicu reaksi alergi saat uji tempel tersebut. Hal terpenting dalam
penanganan DKA ialah pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen
penyebab dan menekan kelainan kulit yang timbul.
Terapi medikamentosa berdasarkan fase:
- Fase akut: kompres dengan larutan garam fisiologis 2-3 hari
- Fase subakut: kortkosteroid topikal hidrokortison 1-2,5%
- Fase kronis: kortikosteroid topikal potensi tinggi, emolien
Lainnya: kortikosteroid sistemik prednisone 30 mg/hari, antihistamin

KASUS 6
Identitas pasien
Nama

: AAOS

Umur

: 55 tahun

Alamat

: Babakan, Gianyar

No. RM

: 52.57.69

Tanggal pemeriksaan : 29-04-2015

Anamnesis (S)
Pasien mengeluh gatal pada kedua punggung tangan dan lengan sejak 3 hari yang lalu.
Gatal dirasakan terus menerus, namun kadang-kadang memberat di malam hari.
Awalnya gatal di mulai dari punggung tangan lalu tidak lama kemudian muncul bintikbintik. Beberapa dari bintik-bintik tersebut diakui bergelembung seperti mengandung

air. Gatal yang dirasakan tersebut membuat pasien menggaruk-garuk punggung


tangannya hingga dikatakan sempat mengalami luka kecil. Ketika menggaruk, pasien
mengaku merasakan sensasi panas. Gatal dirasakan hilang jika pasien menaburkan
bedak salisil tetapi tidak berlangsung lama setelah itu gatal muncul kembali. Setelah di
tangan, gatal mulai dirasakan pada bagian punggung kaki dan pada bagian leher.
Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)
Riwayat alergi (-), rhinitis alergi (-), asma (-), dermatitis atopi (-), penyakit sistemik (-)
Riwayat pengobatan keluhan saat ini (-)
Riwayat keluarga: keluhan serupa (-), riwayat atopi (-)
Riwayat sosial: pasien bekerja sebagai pegawai koperasi. Kesehariannya dilakukan
lebih banyak di luar rumah, pasien ke tempat kerja menggunakan motor. Pasien biasa
menggunakan lotion dan pewangi pakaian.
Status Dermatologis (O)
Efloresensi: Pada region dorsum manus dan ekstremitas superior dextra et sinistra,
dorsum pedis, dan coli tampak papul di atas kulit eritematosa, batas tegas, bentuk
bulat, ukuran miliar, distribusi simetris, dan disekitarnya tampak beberapa vesikel dan
ekskoriasi.
Diagnosis (A)
Dermatitis Foto Kontak Alergi
Penatalaksanaan (P)
Metilprednisolon tab 3x4 mg
Inerson cream 2 dd ue
CTM tab 3xI
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
Dermatitis foto kontak alergi merupakan inflamasi pada kulit akibat adanya reaksi
hipersensitivitas tipe IV terhadap hapten (allergen) dengan keterlibatan sinar UV.
S

: Gejala yang dikeluhkan oleh pasien ialah gatal yang diikuti munculnya kelainankelainan pada kulit terutama pada area-area tubuh yang secara langsung terpapar

oleh sinar UV (cahaya matahari). Beberapa dari mereka mungkin menyadari


bahwa ada gangguan pada kulit mereka bila terpapar oleh cahaya matahari
O

: Erupsi kulit pada dermatitis foto kontak alergi ialah polimorf tergantung fase,
apakah akut, subakut, atau kronis. Erupsi tersebut dapat berupa eritema, vesikel,
papul, bula, atau likenifikasi. Distribusi dari erupsi kulit tersebut sangat krusial.
Sebagian besar individu akan mengeluhkan gejala dermatitis pada wajah dan leher.
Area lainnya meliputi area nasolabial dan retroaurikuler dan dapat juga pada area
tubuh lainnya yang terpapar langsung dengan cahaya UV.
Dermatitis foto kontak alergi memang tidak mudah dibedakan dengan dermatitis
kontak alergi, namun pola distribusi erupsi kulit dapat dijadikan pertimbangan
untuk menegakkan diagnosis

: Dermatitis Foto Kontak Alergi

: Photopatch testing merupakan pemeriksaan penunjang yang penting dikerjakan


untuk mengetahui adanya suatu reaksi fotoalergi. Hasil ujinya dapat digunakan
sebagai terapi kausatif yaitu dengan menghindari bahan atau alergen yang terbukti
memicu reaksi fotoalergi saat uji tempel tersebut. Untuk terapi simtomatis,
pemilihan obat disesuaikan dengan fase dermatitis. Kortkosteroid topikal
digunakan untuk mengurangi peradangan. Pada fase kronik dengan likenifikasi,
penanganan paling baik ialah dengan emolien. Untuk mengurangi rasa gatal dapat
digunakan dengan antipruritus topikal atau antihistamin oral atau topikal.

KASUS 7
Identitas pasien
Nama

: MM

Umur

: 56 tahun

Alamat

: Andong, Ubud

No. RM

: 52.60.64

Tanggal pemeriksaan : 30-04-2015

Anamnesis (S)
Pasien mengeluh ada benjolan pada dahi sejak 2 tahun yang lalu, semakin lama
semakin membesar, lalu muncul di bawah mata. Nyeri (-), gatal (-)
Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)
Riwayat alergi (-), rhinitis alergi (-), asma (-), penyakit sistemik (-)
Riwayat pengobatan keluhan saat ini (-)
Riwayat keluarga: keluhan serupa (-), riwayat atopi (-)

Status Dermatologis (O)


Pada regio facialis tampak vegetasi dengan permukaan tidak tidak rata, terdapat papul,
ukuran miliar.
Diagnosis (A)
Keratosis Seboroik
Penatalaksanaan (P)
Elektrokauter
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
Keratosis seboroik adalah tumor jinak kulit yang berasal dari proliferasi epidermis dan
keratin menumpuk diatas permukaan kulit sehingga memberikan gambaran yang
(menempel) sering dijumpai pada orang tua usia 40-50 tahun ke atas.
S

: Pasien biasanya datang dengan keluhan terdapat benjolan yang semakin


lama semakin membesar.

: Keratosis seboroik biasanya dimulai dengan lesi datar, berwarna coklat


muda sampai tua, berbatas tegas dengan permukaan licin seperti lilin atau
hiperkeratotik bias mengelupas berulang kali. Diameter lesi bervariasi
biasanya antara beberapa millimeter sampai 3 cm. lama kelamaan lesi akan
menebal, dan memberi gambaran yang khas yaitu menempel (stuck on) pada
permukaan kulit. Lesi yang telah berkembang penuh sering tampak
mengalami pigmentasi yang gelap dan tertutup skuama berminyak. Bentuk
klinis yang lain berupa nodul soliter berwarna coklat kehitaman dengan
tumpukan keratin. Bentuk seperti papel kecil bertangkai biasanya pada leher
dan daerah aksila. Predileksi pada daerah seroboika yaitu dada, punggung,
perut, wajah, dan leher.

: Keratosis Seboroik

: Kuretase, having, elektrodesikasi, eksisi, dermabrasi, bedah beku dengan


nitrogen selama 15-25 detik dan laser.

KASUS 8
Identitas pasien
Nama

: NGADL

Umur

: 20 tahun

Alamat

: Batubulan, Gianyar

No. RM

: 35.21.85

Tanggal pemeriksaan : 04-05-2015

Anamnesis (S)
Pasien mengeluh gatal pada tangan, kaki dan lutut sejak 4 hari yang lalu. Awalnya
muncul gatal setelah pasien meminum obat, muncul gatal pada bagian kaki. Gatal
dirasakan terus menerus . gatal juga muncul pada lipatan tubuh. Awalnya muncul bintik
merah lalu digaruk dan meyebar.
Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)
Riwayat alergi (-), rhinitis alergi (-), asma (-) penyakit sistemik (-)
Riwayat pengobatan keluhan saat ini (+) : diberikan salep
Riwayat keluarga: keluhan serupa (-), riwayat atopi (-)

Status Dermatologis (O)


Pada regio dorsum manus dan digiti, regio dorsum pedis dan digiti tampak urtika
dengan dasar eritema, ukuran miliar sampai nummular, soliter, konfluens
Diagnosis (A)
Urtikaria
Penatalaksanaan (P)
CTM (1 x tab I)
Inerson cream (2 dd ue)
Metil Prednisolon (2 x tab I)
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
Urtikaria adalah reaksi vascular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai
dengan edema setempat yang cepat timbul dan hilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan
kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo.
S

: Pasien biasanya mengeluh gatal, rasa tersengat atau tertusuk.

: Gejala klinis biasanya tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadangkadang bagian tengah tampak lebih pucat. Bentuknya dapat popular seperti pada
urtikaria akibat gigitan serangga, besarnya dapat lenticular, numular, sampai plakat.
Urtikaria akibat obat atau makanan umumnya timbul secara akut dan generalisata.

: Urtikaria

: Pengobatan dengan antihistamin pada urtikaria sangat bermanfaat. Secara klinis


dasar pengobatan pada urtikaria dipercayakan kepada efek antagonis terhadap
histamin pada reseptor H1, namun efektivitas tersebut acapkali berkaitan dengan
efek samping farmakologik, yaitu sedasi. Pemberian kortikosteroid sistemik
diperlukan pada urtikaria yang akut dan berat, tetapi tidak banyak manfaatnya pada
urtikaria kronik.

KASUS 9
Identitas pasien
Nama

: CTT

Umur

: 10 tahun

Alamat

: Br. Roban, Tulikup

No. RM

: 52.65.35

Tanggal pemeriksaan : 05-05-2015

Anamnesis (S)
Pasien diantar ibunya mengeluh muncul bintik-bintik pada bagian perut sejak 1 bulan
yang lalu. Pasien juga mengeluh gatal yang hilang timbul. Bintik-bintik awalnya
muncul berwarna merah namun lama kelamaan berubah warna menjadi kecoklatan.
Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-), riwayat pengobatan keluhan saat ini (-)
Riwayat alergi (-), rhinitis alergi (-), asma (-) penyakit sistemik (-)
Riwayat penyakit di keluarga: riwayat atopi (-)
Status Dermatologis (O)
Pada regio abdominal tampak papul ukuran milier, batas tegas, diskret, disertai
hiperpigmentasi, batas tegas, ukuran milier- lentikuler.

Diagnosis (A)
Dermatitis Kontak Alergi
Penatalaksanaan (P)
Metilprednisolon tab 3x4 mg
Inerson cream 2xI ue
Cetirizine tab 1x1/2
KIE: mengatasi masalah dan mengurangi stress
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
Dermatitis kontak alergi (DKA) merupakan dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau
substansi yang menempel pada kulit, diperantarai oleh reaksi hipersensitivitas tipe IV.
Peningkatan insiden DKA dilaporkan berhubungan dengan kerja.
S

: Pada umumnya pasien mengeluh gatal pada suatu area tubuh dengan kelainan kulit
yang bervariasi disertai dengan perluasan ke area tubuh yang lain.

: Erupsi kulit pada dermatitis kontak alergi ialah polimorf tergantung fase, apakah
akut, subakut, atau kronis. Pada fase akut dapat dijumpai bercak eritematosa,
vesikel, papulovesikel, atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah dan menimbulkan
erosi dan ekskoriasi. Pada fase kronis, kulit tampak kering, skuama, likenifikasi.
Lokasi DKA paling sering ialah tangan. Lokasi lainnya ialah lengan, wajah, leher,
badan, tungkai, dan yang lainnya.

: Dermatitis Kontak Alergi

: Patch testing (uji tempel) merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat


dilakukan untuk mengetahui adanya suatu reaksi alergi. Hasil ujinya dapat
digunakan sebagai terapi kausatif yaitu dengan menghindari bahan atau alergen
yang terbukti memicu reaksi alergi saat uji tempel tersebut. Hal terpenting dalam
penanganan DKA ialah pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen
penyebab dan menekan kelainan kulit yang timbul.
Terapi medikamentosa berdasarkan fase:

- Fase akut: kompres dengan larutan garam fisiologis 2-3 hari


- Fase subakut: kortkosteroid topikal hidrokortison 1-2,5%
- Fase kronis: kortikosteroid topikal potensi tinggi, emolien
Lainnya: kortikosteroid sistemik prednisone 30 mg/hari, antihistamin

KASUS 10
Identitas pasien
Nama

: IGNAW

Umur

: 13 tahun

Alamat

: Tebe Peliatan, Ubud

No. RM

: 52.67.69

Tanggal pemeriksaan : 07-05-2015

Anamnesis (S)
Pasien mengeluh terdapat benjolan seperti kutil pada bagian dagu sejak 2 bulan yang
lalu. Awalnya tumbuh satu benjolan berukuran kecil, lama kelamaan benjolan tersebut
semakin membesar. Dua minggu yang lalu muncul lagi benjolan kecil didekat benjolan
yang pertama dan lama kelamaan semakin membesar juga. Nyeri (+), gatal (-).
Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)
Riwayat alergi (-), rhinitis alergi (-), asma (-), penyakit sistemik (-)
Riwayat pengobatan keluhan saat ini (-)
Riwayat keluarga: atopi (-), riwayat keluhan serupa (-)

Status Dermatologis (O)


- Pada regio mentalis tampak vegetasi dengan permukaan kasar berwarna abu-abu,
tidak bertangkai, batas tegas, ukuran lentikuler, diskret.
Diagnosis (A)
Veruka Vulgaris
Penatalaksanaan (P)
Elektrokauter
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
S

: Terdapat kutil, predileksi tertutama ekstremitas bagian ekstensor, walaupun


demikian, penyebarannya dapat ke bagian lain tubuh termasuk mukosa mulut dan
hidung. Sering asimtomatik. Pada beberapa kasus juga dapat dirasakan gatal,
berdarah saat digores, nyeri saat disentuh.

: Kutil bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular atau berkonfluensi


membentuk plakat permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul
autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena kobner).

: Veruka Vulgaris

: Bahan kaustik, bedah beku, bedah scalpel, bedah listrik, bedah laser.

KASUS 11
Identitas pasien
Nama

: KAS

Umur

: 9 tahun

Alamat

: Br. Roban, Tulikup

No. RM

: 51.93.91

Tanggal pemeriksaan : 07-05-2015

Anamnesis (S)
Pasien mengeluh ada benjolan pada punggung tangan kiri sejak 2 bulan yang lalu.
Awalnya benjolan tersebut kecil tapi lama kelamaan menjadi besar, benjolan tersebut
sempat dikeluarkan menggunakan jarum dan keluar nanah. Nyeri (+), keluar darah.
Awal sebelum muncul benjolan terdapat luka.
Riwayat alergi (-), rhinitis alergi (-), asma (-), penyakit sistemik (-)
Riwayat pengobatan keluhan saat ini (+) : ke puskesmas diberikan obat
Riwayat keluarga: keluhan serupa (-), riwayat atopi (-)

Status Dermatologis (O)


Pada regio dorsum manus sinistra tampak nodul, batas tegas, ukuran numular, soliter,
disertai skuama dan ekskoriasi.
Diagnosis (A)
Granuloma Piogenikum
Penatalaksanaan (P)
Gentamycin cream 2x1 ue
Amoksisilin tab 3x250mg
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
Granuloma Piogenikum adalah tumor vaskular yang sering terjadi pada bayi, anak-anak dan
dewasa muda. Granuloma piogenikum merupakan tumor vaskular yang timbul akibat iritasi
yang konstan, trauma eksternal atau karena pengaruh hormonal.
S

: Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan yang membesar yang disertai rasa
nyeri dan keluar darah.

: Gambaran klinis berupa tumor vascular berwarna merah cerah sampai merah
keunguan, tidak disertai pulsasi, permukaan lesi awal berwarna merah cerah, tipis
dengan epidermis utuh kemudian lesi menjadi lebih gelap, sering erosi dan
terbentuk krusta serta mudah berdarah. Permukaan dapat licin atau berlobus.
Ukuran lesi mungkin beberapa millimeter sampai 2 cm.

: Granuloma Piogenikum

: Penatalaksanaan dapat berupa bedah eksisi, bedah laser dan elektrodesikasi.


Sebelum dilakukan penatalaksanaan sebaiknya diberikan antibiotik untuk
mencegah infeksi.

KASUS 12
Identitas pasien
Nama

: WP

Umur

: 64 tahun

Alamat

: Tegal Tugu, Gianyar

No. RM

: 51.91.10

Tanggal pemeriksaan : 11-05-2015

Anamnesis (S)
Pasien mengeluh wajah kiri bengkak sejak 4 hari yang lalu. Awalnya sebelum bengkak
muncul bintik-bintik berisi air lalu bintik-bintiknya pecah, mengeluarkan nanah dan
setelah itu mengering. Pasien merasakan nyeri, kadang disertai gatal. Sebelum
bengkak, pasien sempat minum obat asam mefenamat dan antibiotik karena mengeluh
sakit gigi dan nyeri pada sendi kaki. Setelah itu tiba-tiba pasien merasakan bengkak
pada wajah kiri. Obat sudah di stop 3 hari yang lalu namun keluhan tidak membaik.
Demam (+).
Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-), riwayat varicella (tidak diketahui), riwayat
pengobatan keluhan saat ini (-)
Riwayat pengobatan keluhan sekarang (+) : acyclovir salep dan tab sejak 1 hari yang
lalu
Riwayat alergi (-), rhinitis alergi (-), asma (-), penyakit sistemik (-)
Riwayat keluarga: keluhan serupa (-), riwayat atopi (-)
Status Dermatologis (O)
- Pada regio facialis sinistra tampak krusta diatas kulit eritema, batas tidak tegas,
ukuran milier-lentikuler, bentuk tidak teratur, diskret, disertai vesikel berkelompok,
Diagnosis (A)
Herpes Zoster
Penatalaksanaan (P)
Acyclovir tab 400 mg (5x2)
CTM (3x1)
Ibuprofen (2x1)
Gentamycin cream (2 dd ue)
Dasar Diagnosis dan Penatalaksanaan
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah

infeksi primer.
S

: Sebelum timbul gejala kulit biasanya terdapat gejala prodromal baik sistemik
(demam, pusing, malese) maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot-tulang, gatal,
pegal, dsb) disertai timbul bintik-bintik berisi cairan.

: Setelah muncul gejala prodromal, timbul eritema yang dalam waktu singkat
menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan
edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna
abu-abu), dapat menjadi pustule dan krusta. Lokalisasi penyakit ini adalah
unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Hiperestesi
pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas.

: Herpes Zoster

: Pengobatan dengan obat antiviral (asiklovir, valasiklovir, famsiklovir, dan


pensiklovir). Dosis asiklovir yang dianjurkan adalah 5x800 mg sehari dan
biasanya diberikan selama 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3x1000 mg sehari.
Pengobatan simtomatik seperti pemberian analgesik dan antihistamin. Pemberian
antibiotik topikal diperlukan setelah vesikel pecah untuk mencegah infeksi
sekunder.

Anda mungkin juga menyukai