TINJAUAN PUSTAKA
1. Lansia
1.1 Defenisi Lansia
1.2 Batasan-Batasan Lansia
1.3 Teori-Teori Penuaan
1.4 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia
2. Penyakit Kronis
2.1 Defenisi Penyakit Kronis
2.2 Kategori Penyakit Kronis
2.3 Implikasi Penyakit Kronis
2.4 Fase-Fase Penyakit Kronis
2.5 Jenis-Jenis Penyakit Kronis
3. Koping
3.1 Defenisi Koping
3.2 Strategi Koping
1. Lansia
dimana
seseoran g
telah
tahun, dan usia lanjut usia (old) antara 75-90 tahun, serta usia
sangat tua (very old) di
atas 90 tahun (Nugroho, 2008).
Menurut Depkes
kelompok yaitu
RI
batasan
pertengahan
umur
usia
persiapan usia lanjut yang
lansia
lanjut
terbagi
dalam
empat
(virilitas)
yaitu
masa
13
Tahun
1998
tentang
genetika
perkembangan
Heryanto, 2005).
1.3.1 Kelompok teori stokastik
Pada kelompok ini proses tua dianggap sebagai akibat dari
kumpulan dampak
negatif lingkungan.
kelompok ini adalah:
Adapun
teori
yang
termasuk
dalam
kematian
(Kosasih,
2005).
2. Teori Kesalahan Berantai (Error Catasthrophe Theory).
Orgel (1963) mengemukakan teori kesalahan pembentukan
protein sel yang
mengandung materi genetik. Jika kesalahan tersebut terusmenerus diturunkan dari
generasi ke generasi, maka lumlah molekul abnormal akan se
makin banyak. Menurut
disebabkan
oleh
kesalahan-kesalahan
kehidupan,
dimana
terjadi
akan
fungsi
namun
sel.
Walaupun
kemampuan
menimbulkan
ini
bencana
memilin
(cross-link).
Akibatnya
dan
akhirnya
bahwa
bila
terjadi
proses
optimal.
Semakin
pertemuan
lama
antara
Denckla
(1974)
mengungkapkan
dipengaruhi oleh aksi
hipotalamus-hipofisis-adrenal.
maka terjadi penurunan
bahwa
Dengan
proses
bertambahnya
tua
usia,
dan
mengatur
diri
(self
sepanjang
perjalanan
hidup
dari
pengalaman
bahwa
dengan
limfosit
kejadian
penyakit
autoimun.
ditemukan Brocklehurst (1978)
adalah bertambahnya
lanjut usia (Kosasih,
prevalensi
T,
Salah
resistensi
satu
autoantibodi
terhadap
bukti
yang
pada
orang
proses
tua
berdasarkan
bahwa
kemampuan
untuk
menjalankan
fungsi
normal
dan
adalah
organel
yang
teori
menghasilkan
radikal
bebas
energi
dikatakan
yang
dapat
merusak
dari
ATP
proses
mitokondria
ini, maka
energi dari sel lain, maka kerja sel juga terganggu bahkan
gagal. Bila sel gagal
menghasilkan energi otomatis organ yang dibentuknya ikut
terganggu dan gagal
sehingga berakhir dengan kematian (Kosasih, Setiabudhi, dan
Heryanto, 2005).
7. Teori Telomerase
Dasar teori ini didapat oleh grup ilmuwan dari Geron Corporation
di Menlo
Park, California. Telomer
yang terdapat di ujung
adalah
rangkaian
asam
nukleat
ujung
berkurang,
telomer
melambat
sudah
dan
1. Sel
Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya,
berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler,
menurunnya proporsi
protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya
mekanisme
perbaikan
sel,
beratnya berkurang 5-10%
serta
otak
menjadi atrofi,
(Nugroho, 2008).
2. Sistem persarafan
Terjadi penurunan berat
menurun hubungan
otak
sebesar
10-20%,
cepatnya
indra,
serta
kurang
sensitifnya
pada
telinga
dalam
dalam
terutama
nada-nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti katakata, otosklerosis akibat
atrofi membran timpani, serta biasanya pendengaran bertambah
menurun pada lanjut
usia yang mengalami ketegangan jiwa/ stres (Nugroho, 2008).
3. Sistem penglihatan
Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea
lebih terbentuk
sferis (bola), kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak,
meningkatnya ambang,
pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat dan s usah melihat
dan
jumlahnya
kekuatan
otot
berkurang,
pernafasan
7. Sistem gastrointestinal
Terjadi kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi
yang buruk
dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun, hilangnya
sensitivitas saraf pengecap
di lidah terhadap rasa manis,
esofagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung
biasanya timbul konstipasi,
asin,
menurun,
asam,
atau
peristaltik
lemah
pahit,
dan
laki-laki,
meskipun
adanya
penurunan
kehidupan seksual dapat
testis
secara
masih
dapat
berangsur-angsur,
semua
produksi
zat,
hormon,
mencakup
produksi aldosteron,
keriput
akibat
kehilangan
jaringan
kuku
lebih
lambat,
kuku
j ari
penyakit
tidak
kronis
bertahap-tahap,
dapat
adalah
disembuhkan.
penyakit
yang
individu
diharuskan
dan
termasuk
beradaptasi
biasanya
mereka
dalam
dan
tidak
kategori
ini
jelas
individu
kehidupannya
yang
termasuk
dalam
kategori
ini
dari
menangani
masalah -masalah
proses
yang
dilema
etis
bagi
individu,
tenaga
kesehatan
dapat
apa
yang
akan
dihadapi
oleh
2001).
2.4 Fase-Fase Penyakit Kronis
Menurut Smeltzer & Bare (2001) ada sembilan fase dalam
penyakit kronis,
yaitu:
1. Fase pretrajectory
Individu beresiko terhadap penyakit kronis karena faktor -faktor
genetik atau
perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap
penyakit kronis.
2. Fase trajectory
Adanya gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis.
Fase ini sering
tidak jelas karena sedang dievaluasi dan pemeriksaan diagnostik
sedang dilakukan.
3. Fase stabil
Terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit terkontrol.
4. Fase tidak stabil
Adanya ketidakstabilan
gejala-gejala dari
dari
penyakit
kronis,
kekambuhan
penyakit-penyakit.
5. Fase akut
Ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat
pulih atau
komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk
menanganinya.
6. Fase krisis
Ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang
membutuhkan
pengobatan atau perawatan kedaruratan.
7. Fase pulih
Pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan
yang dibebani
oleh penyakit kronis.
8. Fase penurunan
Terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang dan disertai
dengan
peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi
gejala -gejala.
9. Fase kematian
Ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat fungsi tubuh
dan penghentian
hubungan individual.
2.5 Jenis-Jenis Penyakit Kronis
1. Hipertensi
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di
mana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka
systolic (bagian atas) dan
pemeriksaan tensi darah
angka
bawah
tekanan
alat
(diastolic)
darah
digital
pada
baik
yang
lainnya.
Nilai
menurun
saat
tidur
dan
yang
terus
menerus
dan
beberapa
obat
hormon,
tekanan
darah
tinggi
dikar enakan
terkontrol dan
mengakibatkan
umum
meningkat
saat
banyak
letih,
kencing
lesu,
badan,
(poliuria),
penurunan
kesemutan,
berat
gatal,
kelainan
genetik,
penyakit
mempunyai
sifat-sifat
khas
berupa
menyerang
wanita
paska
disebabkan
oleh
Cushing's
disease,
hyperthyroidism,
hypogonadism, kelainan
penyakit
yang
hyperparathyroidism,
karena
kekurangan
membantu
mengatur
untuk
menderita osteoporosis
kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini
daripada wanita kulit
hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan
kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan
kecepatan hancurnya
merupakan
akibat
dari
ketidakseimbangan diantara
terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia
diatas 70 tahun dan 2
kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali mend erita
osteoporosis senilis
dan postmenopausal. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan
jenis osteoporosis
yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak
-anak dan dewasa muda
yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar
vitamin yang normal dan
tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Kepadatan tulang
berkurang
secara
perlahan
osteoporosis senilis), sehingga
(terutama
tidak
pada
penderita
menimbulkan
tulang
sangat
gejala.
berkurang
kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan
bentuk.
4. Asam Urat
purin
dan
ginjal.
Dalam
maka
asam
urat
in
akan
sendi. Pada saat kadar asam urat tinggi, akan timbul rasa nyeri
yang hebat terutama
pada daerah persendian.
penyakit asam urat . Tetapi
Setiap
orang
pria,
menopause.
dapat
terkena
sedangkan
Kadar
asam
pada
urat
ini
dikarenakan
perempuan
muncul
sebagai
serangan
keradangan
sendi
Sendi
yang
terjangkit
kurang
terdapat
lebih
dari
100
pada
pembungkus
sendi.
Akibat
sendi. Peradangan
sinovium
arthritis
yaitu terjadi
dilakukan
individu
dalam
dikutip
dari McGrath,
1970)
koping
dari
persepsi,
penampilan,
pikologis
yang
dilakukan
seseorang
mengontrol
atau
merubah
menimbulkan
berfokus
pada
emosi
yang
mengatur respon emosional
stres.
melibatkan
Dan
usaha
yang
untuk
oleh
individu
sebagai
penerimaan
koping
berfokus
pada
masalah
situasi
yang
dihadapi,
koping
yang
berfokus
pada
kedua
jalan
yaitu
dengan
dengan
melakukan
menarik
diri,
tindakan
terhadap
destruktif
yaitu
perlakuan
individu
orang
lain,
mencoba
mencari
jangka
pendek
merupakan
cara
yang
panjang, seperti
menggunakan
penyakit
yaitu
mencoba
merasa
membandingkan
dengan
adanya
fikiran
yang
berpusat
ini
lega
orang
karena
yang
merasa
diperhatikan
Gottlib, 1983).
Menggunakan sumber
pemuka agama
spiritual,
seperti
berdoa,
menemui
spiritual
komponen
adanya
hubungan
kerja
memungkinkan seseorang
atau
dengan
mendekatkan
dukungan
hubungan
spiritual
sosial
yang
bereaksi
perasaan,
dengan
merupakan
tenang
tanpa