LAPORAN KASUS
I.1 IDENTIFIKASI
Nama
: Tn. S
Umur
: 59 tahun
Jeniskelamin
: Laki-laki
Alamat
Status
: Kawin
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Kristen
MRS
: 23 November 2015
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
Riwayat Sosioekonomi
Kesan: Status ekonomi kurang.
I.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Keadaan umum
: tampak sakit
Keadaan sakit
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36,7 C
Berat badan
: 50 kg
Tinggi badan
: 160 cm
Keadaan spesifik
Kulit
Warna sawo matang, scar (-), ikterus pada kulit (-), sianosis (-), spider nevi (-) di
regio thorakalis, pucat pada telapak tangan dan kaki (+), eritema palmar (-),turgor:
cubitan kulit kembali cepat, pertumbuhan rambut normal.
KGB
Tidakadapembesaran KGB pada daerah axilla, leher, inguinal dan submandibula
serta tidak ada nyeri penekanan.
Kepala
Bentuk oval, normosefali, simetris, ekspresi sakit sedang, deformasi (-)
Mata
Eksophtalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra
pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, diameter 2 mm, reflek cahaya
normal, pergerakan mata ke segala arah baik. Edema subkonjugtiva (-).
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping hidung (-).
Telinga
Tophi (-), nyeri tekan processus mastoideus (-), pendengaran baik.
Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), hipertrofi
ginggiva (-),
gusi berdarah (-), stomatitis (-), rhagaden (-), faring tidak ada
kelainan.
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, JVP (5-2) cmH O, kaku kuduk (-).
2
Dada
Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), spider naevi (-).
Ginekomastia (-)
Paru-paru
I : Statis,dinamis simetris kanan sama dengan kiri, sela iga tidak melebar
P : Stemfremitus normal kanan=kiri
P : Sonor pada lapangan paru kanan dan kiri, batas paru hepar ICS 5,
peranjakan 1 sela iga
A: Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
I : ictus cordis tidak terlihat.
P : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra.
P : batas jantung atas ICS II, batas jantung kanan linea sternalis dextra
ICS V, batas jantung kiri linea mid klavikula sinistra ICS V
A : HR = 80x/menit, regular, murmur (-), gallop (-).
Perut
I : datar, venektasi (-), scar (-)
P : Lemas, hepar dan lien tidakteraba,nyeri tekan (+) epigastrium
P : undulasi (-), nyeri ketok (-), shifting dullness (-)
A : Bising Usus (+) Normal
Alat kelamin : edema skrotum (-)
Extremitas Atas
Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri sendi (-), edema (-), jaringan
parut (-), akral dingin (-), jari tabuh (-), turgor kembali cepat, clubbing finger (-),
eritem palmar (-), tremor (-), flapping tremor (-), telapaktanganpucat (+).
Extremitas Bawah
Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri sendi (-), nyeri otot tungkai
(-), edema pretibial (-),lebam (-), turgor kembali cepat, telapak kaki pucat (+).
I. 4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin ( tanggal 23 Nov 2015 )
Hb
Ht
LED
: 20 (sampai 15 mm/jam)
Leukosit
: 4.000 /l(5.000-10.000/l)
SDM
Diff count
: 2/0/0/58/20/20
Trombosit
Golongan darah
: O, Rh (+)
I. 5. RESUME
Seorang laki- laki, berusia 59 tahun, MRS tanggal 23 November 2015
dengan keluhan utama lemas sejak 3 hari SMRS. Sebelumnya lemas sudah
dirasakan lama, tetapi tidak mengganggu aktivitas pasien. Selain lemas, pasien
juga mengeluh nyeri ulu terus menerus, sakitnya terasa pedih dan bertambah nyeri
saat makan sesuatu,mual,namun pasien menyangkal adanya muntah.
Sejak 1 minggu SMRS, pasien mengatakan BAB warna hitam pekat
seperti aspal, banyaknya + satu gelas belimbing, dengan frekuensi 1 kali sehari,
konsistensi tidak cair, lendir (-), dan baunya seperti biasa, BAB dempul (-). Pasien
menyangkal adanya gangguan BAK.(-), nafsu makan biasa, mata kuning (-),
demam (-). Pasien lalu berobat ke RSUD Siti Aisyah Lubuklinggau dan dirawat
inap.
Dari riwayat lain, didapatkan riwayat kebiasaan minum jamu-jamuan ada (
jamu temulawak ), 1 gelas sehari, setiap hari, selama 3 tahun terakhir.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit
sedang, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80 x/menit
reguler, pernafasan 20 x/menit. Didapatkan konjungtiva palpebral anemis (+/
+).Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal. Dari pemeriksaan abdomen
dalam batas normal. Didapatkan pucat pada kedua telapaktangan dan kaki.
Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan darah rutin : Hb 3,3 gr/dl, Ht
9,9 vol%. LED 20 mm/jam, SDP 4.000 /l, SDM 1,1 juta/mm, diff count
2/0/0/58/20/20, trombosit 237.000 /mm3, golongan darah O, Rh (+).
Diagnosis Kerja
Melena e.c gastritis erosive + anemia e.c. perdarahan
Diagnosis Banding
Melena e.c. gastritis erosive + anemia e.c. perdarahan
Melena e.c Pecahnya varises gaster e.c Sirosis hepatis + anemia e.c. defisiensi Fe
Penatalaksanaan
-
Tirah baring
Diet lambung
Rencana pemeriksaan
-
Endoskopi
USG Abdomen
Biopsi hepar
Prognosis
-
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Tekanan darah
100/60 mmHg
Nadi
80 x/menit
Pernafasan
16x/menit
Suhu
37oC
BB
50 kg
Kepala
Leher
Thorax:
Ginekomastia (-/-)
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Eksterimitas
e.cperdarahan
- IVFD RL gtt 20 tpm
erosive
Transfusi WB 250 cc
anemia
Tanggal
S
O: Kesadaran
24 November 2015
Lemas, mual, BAB hitam (+)
Compos mentis
Tekanan darah
100/70 mmHg
Nadi
80 x/menit
Pernafasan
20x/menit
Suhu
36,7oC
BB
50 kg
Kepala
Leher
Thorax:
Ginekomastia (-/-)
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Eksterimitas
e.cperdarahan
- IVFD RL gtt 20 tpm
Tanggal
S
erosive
Inj.Asamtranexamat 3x500mg iv
Diet lambung
25 November 2015
Nyeri ulu hati (+), BAB hitam (+)
anemia
O: Kesadaran
Compos mentis
Tekanan darah
110/70 mmHg
Nadi
78 x/menit
Pernafasan
22x/menit
Suhu
36,7oC
BB
50 kg
Kepala
Leher
Thorax:
Ginekomastia (-/-)
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Eksterimitas
e.cperdarahan
- IVFD RL gtt 20 tpm
erosive
Diet lambung
Rencanacek DR
anemia
Tanggal
S
O: Kesadaran
26 November 2015
Nyeri ulu hati (+), BAB hitam (+) berkurang
Compos mentis
Tekanan darah
120/70 mmHg
Nadi
80 x/menit
Pernafasan
20x/menit
Suhu
36,7oC
BB
50 kg
Kepala
Leher
Thorax:
Ginekomastia (-/-)
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Eksterimitas
Hasil Laboratorium
2,16
juta/mm,
diff
count
Melena
e.cperdarahan
- IVFD RL gtt 20 tpm
Tanggal
e.c.
gastritis
erosive
Diet lambung
27 November 2015
anemia
S
O: Kesadaran
Tekanan darah
110/80 mmHg
Nadi
82 x/menit
Pernafasan
22x/menit
Suhu
36,5oC
BB
50 kg
Kepala
Leher
Thorax:
Ginekomastia (-/-)
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Eksterimitas
Melena
e.c.
gastritis
erosive
e.cperdarahan
- IVFD RL gtt 20 tpm
Diet lambung
Rencanacek DR
anemia
Tanggal
S
O: Kesadaran
28 November 2015
Nyeri ulu hati (+), BAB hitam (-)
Compos mentis
Tekanan darah
110/80 mmHg
Nadi
82 x/menit
Pernafasan
22x/menit
Suhu
36,5oC
BB
50 kg
Kepala
Leher
Thorax:
Ginekomastia (-/-)
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Eksterimitas
Hasil laboratorium
3,26
juta/mm,
diff
count
Melena
e.cperdarahan
- IVFD RL gtt 20 tpm
Tanggal
S
e.c.
gastritis
erosive
Diet lambung
anemia
29 November 2015
Nyeri ulu hati (+)berkurang, BAB hitam (-)
O: Kesadaran
Compos mentis
Tekanan darah
110/80 mmHg
Nadi
80 x/menit
Pernafasan
20x/menit
Suhu
36,5oC
BB
50 kg
Kepala
Leher
Thorax:
Ginekomastia (-/-)
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Eksterimitas
Melena
e.c.
gastritis
erosive
e.cperdarahan
- IVFD RL gtt 20 tpm
Diet lambung
anemia
Tanggal
S
O: Kesadaran
30 November 2015
Nyeri ulu hati (-), BAB hitam (-)
Compos mentis
Tekanan darah
110/80 mmHg
Nadi
82 x/menit
Pernafasan
22x/menit
Suhu
36,6oC
BB
50 kg
Kepala
Leher
Thorax:
Ginekomastia (-/-)
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Eksterimitas
Melena
e.c.
gastritis
erosive
anemia
e.cperdarahan
Pasien diizinkan pulang dengan KU
yang membaik.
Dengan obat pulang, sukralfat syr 4x2C,
lansoprazole 1x30mg, dan edukasi.
BAB II
ANALISA KASUS
Tn. S/laki-laki/59 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan lemas
sejak 3 hari SMRS. Berdasarkan data anamnesis bahwa pasien mengeluhkan nyeri
ulu hati hati terus menerus, sakitnya terasa pedih dan bertambah nyeri saat makan
sesuatu. Pasien juga mengeluh BAB kehitaman pekat seperti aspal
sejak 1
minggu yang lalu dan riwayat mengkonsumsi jamu- jamuan, 1 gelas sehari, setiap
hari, sejak 3 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva
anemis, pucat pada telapak tangan dan kaki dan terdapat nyeri tekan epigastrium.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hemoglobin (Hb) 3,3 g/dl, Hematokrit
(Ht) 9,9%, leukosit 4.000/ l.
Diagnosis pada kasus ini sesuai dengan pengertian melena. Melena yaitu
keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal (ter), yang menunjukkan
perdarahan SCBA serta dicernanya darah pada usus halus. Dimana penyebab
kelainan diatas dapat berasal dari kelainan esofagus, kelainan lambung, dan
kelainan duodenum.
Pada kasus ini mengarah pada kelainan di lambung yaitu adanya gastritis
erosif atas dasar riwayat kebiasaan pasien meminum jamu- jamuan sejak 3 tahun
yang lalu sampai sekarang. Dimana penyebab dari gastritis erosif yang terbanyak
adalah akibat obat-obatan atau jamu- jamuan yang mengiritasi mukosa lambung
atau obat yang merangsang timbulnya tukak (ulcerogenic drugs). Misalnya obatobat golongan salisilat seperti aspirin, ibuprofen, dan lainnya. Obat-obatan lain
yang juga dapat menimbulkan hematemesis melena yaitu : golongan
kortikosteroid, butazolidin, reserpin, spironolakton dan lain-lain.
Gastritis erosif hemoragika merupakan urutan kedua penyebab perdarahan
saluran cerna atas. Pada endoskopi tampak erosi di angulus, antrum yang multipel,
sebagian tampak bekas perdarahan atau masih terlihat perdarahan aktif di tempat
erosi. Tampilan di sekitar erosi umumnya hiperemis, tidak terlihat varises di
esophagus dan fundus lambung. Sifat melena masif dan timbul setelah berulang
kali minum jamu- jamuan tersebut, disertai nyeri dan pedih di ulu hati.
Penatalaksanaan pada kasus ini dibagi menjadi dua yaitu nonmedikamentosa dan medikamentosa. Penatalaksanaan non-medikamentosa antara
lain bed rest dan diet lambung. Dan penatalaksanaan medikamentosa antara lain
cairan infus Ringer Laktat (RL 20 tetes/menit, lanprazole 1x30 mg tablet,
sukralfat 4x2C, tranfusi PRC 5 kolp.
Diberikan juga Proton Pump Inhibitor (PPI) yaitu lansoprazole dimana
obat-obat golongan PPI mengurangi sekresi asam lambung dengan jalan
menghambat enzim H+, K+, Adenosine Triphosphatase (ATPase) (enzim ini
dikenal sebagai pompa proton) secara selektif dalam sel-sel parietal. Enzim
pompa proton bekerja memecah KH+ ATP yang kemudian akan menghasilkan
energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam dari kanalikuli sel parietal ke
dalam lumen lambung. Ikatan antara bentuk aktif obat dengan gugus sulfhidril
dari enzim ini yang menyebabkan terjadinya penghambatan terhadap kerja enzim.
Kemudian dilanjutkan dengan terhentinya produksi asam lambung.
Pemberian sukralfat pada kasus ini didasari mekanisme kerja sukralfat
atau aluminium sukrosa sulfat diperkirakan melibatkan ikatan selektif pada
jaringan ulkus yang nekrotik, dimana obat ini bekerja sebagai sawar terhadap
asam, pepsin, dan empedu. Obat ini mempunyai efek perlindungan terhadap
mukosa termasuk stimulasi prostaglandin mukosa. Selain itu, sukralfat dapat
langsung mengabsorpsi garam-garam empedu. Aktivitas ini nampaknya terletak
didalam seluruh kompleks molekul dan bukan hasil kerja ion aluminium saja.
Obat ini juga memerlukan pH asam untuk aktif sehingga tidak boleh diberikan
bersama antasid atau antagonis reseptor H2. Karena Hemoglobin (Hb) < 8 gr/dl
atau perdarahan masif maka pasien dapat diberikan transfusi.
Simpulan, telah ditegakkan diagnosis Melena e.c Gastritis erosif pada Tn.S
laki-laki 59 tahun atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, serta telah ditatalaksana dengan pemberian edukasi dan pengobatan.
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor
umur, kadar Hemoglobin (Hb), tekanan darah selama perawatan, dan lain-lain.
Banyak penelitian menunjukan bahwa angka kematian penderita dengan
perdarahansaluran cerna bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hemoglobin
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gaster
a. Anatomi gaster
Gaster merupakan bagian dari traktus gastrointestinal yang terletak antara
esofagus dan deudenum. Gaster terdici atas kardia, fundus, korpus dan
pilorus8. Korpus merupakan zona sempit selebar 2-3 cm, tempat muara
esofagus kedalam gaster, dengan lubang muaranya disebut ostium kardiakum.
Fundus adalah daerah mirip kubah yang menonjol ke kiri di atas muara
esofagus. Korpus merupakan daerah pusat yang luas. Pilorus merupakan
bagian distal yang menyempit, berakhir pada orifisium gastrodeudenal.
b. Histofisiologi gaster
Gaster merupakan organ yang berfungsi sebagai reservoir, alat untuk
mencema makanan secara mekanik dan kimiawi, mencampur makanan
sehingga menjadi homogen dan kental. Mukosa gaster di lapisi oleh epitel
kolumner simpleks dan terdapat sel goblet8,9, peralihan jenis sel yang sangat
nyata terdapat pada celah gastroesofageal, yaitu dari epitel skuamus simpleks
menjadi epitel kofumner kompleks9. Mukosa gaster terdapat sejumlah
foveola gastrika yang merupakan tempat bermuara nya kelenjar gaster.
Foveola ini di tutup oleh epitel kolumner.
B. Definisi dan Tipe Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/ lambung dan itis yang berarti inflamasi/ peradangan.
Dengan demikian gastritis adalah inflamasi atau peradangan pada mukosa
lambung (Price & Wilson, 2003; Setiawan, 2008; Bethesda, 2004). Inflamasi ini
mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon
terjadinya kelainan pada bagian tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi
ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas
mukosa (Wibowo, 2007).
Gastritis terbagi dua tipe yaitu gastritis akut dan gastritis kronis. Gastritis akut
merupakan kelainan klinis akut yang menyebabkan perubahan pada mukosa
lambung antara lain ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil (Wibowo, 2007),
mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan perdarahan (Price & Wilson,
2003). Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu gastritis stres akut, gastritis
erosive kronis, dan gastritis eosinofilik (Wibowo, 2007). Semua tipe gastritis akut
mempunyai gejala yang sama (Severence, 2001). Episode berulang gastritis akut
dapat menyebabkan gastritis kronik (Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2000).
Gastritis kronik merupakan gangguan pada lambung yang sering bersifat
multifaktor dengan perjalanan klinik bervariasi (Wibowo, 2007). Gastritis kronik
ditandai dengan atrofi progresif epitel kelenjar disertai hilangnya sel parietal dan
chief cell di lambung, dinding lambung menjadi tipis dan permukaan mukosa
menjadi rata (Price & Wilson, 2003). Gastritis kronik terdiri dari 2 tipe yaitu Tipe
A dan Tipe B. Gastritis tipe A disebut juga gastritis atrofik atau fundal karena
mengenai bagian fundus lambung dan terjadi atrofik pada epitel dinding lambung.
Gastritis Tipe A merupakan tipe gastritis kronik yang sering terjadi pada lansia.
Sedangkan gastritis kronik tipe B disebut juga gastritis antral karena mengenai
lambung bagian antrum (Price & Wilson, 2003). Gastritis kronik Tipe A dan Tipe
B mempunyai gejala yang sama (Severence, 2001). Faktor-faktor penyebab
gastritis akut dan gastritis kronik akan dijelaskan lebih lanjut.
C. Penyebab Gastritis
Wibowo (2007) menyebutkan bahwa penyebab gastritis tergantung dari jenis
gastritis yang terjadi. Gastritis akut terdiri dari gastritis stres akut, gastritis erosif
kronis, gastritis eosinofilik. (a) Gastritis stres akut, merupakan jenis Gastritis yang
paling berat yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi
secara tiba-tiba. (b) Gastritis erosif kronis, merupakan akibat dari zat iritan seperti
alkohol, kafein, endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi),
obat-obatan (terutama obat aspirin dan obat anti peradangan lain; penyakit Chrone
dan infeksi virus atau bakteri. (c) Gastritis esinofilik, terjadi akibat dari reaksi
magnesium
hidroksida).
Obat
gastritis
yang
mengandung
magnesium harus berhati hati atau bahkan tidak diperbolehkan dikonsumsi oleh
penderita gangguan ginjal karena akan meningkatkan kadar magnesium dalam
darah. Selain itu obat gastritis tertentu juga dapat berinteraksi dengan senyawa
logam lain yang terkandung pada makanan atau obat tertentu antara lain
antidepresan, antihistamin, isoniazid, penisilin, tetrasiklin, vitamin B 12 sehingga
antisipasinya adalah adanya jarak atau selang waktu minum obat 1- 2 jam (Ridho,
2009).
DAFTAR PUSTAKA
1. Richter JM, Isselbacher KJ, 1999. Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison.
Jakarta: EGC.
2. Davey P, 2006. Hematemesis & Melena: dalam At a Glance Medicine.
Jakarta:Erlangga.
3. Djumhana A, 2011. Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas. http//
pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/pendarahan_akut_saluran
_cerna_bagian_atas.pdf .
4. Mansjoer, Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid I, FKUI,
Jakarta.
5. Adi P, 2006. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas : Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: FKUI.
6. Ponijan AP, 2012. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. http//
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31735/4/Chapter%20II.pdf .
7. Hastings GE, 2005. Hematemesis & Melena. http://wichita.kumc.edu/
hastings/hematemesis.pdf.
8. Hadi S, 2002. Perdarahan Saluran Makan : dalam Gastroenterologi.