Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

UNIT 7
MERANGKAI DAN MENGUJI OP-AMP

Nama
NIM
Hari
Waktu

: Furqon Aji Yudhistira


: 14/368850/TK/42594
: Jumat, 15 Mei 2015
: 13.00

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
A. PENDAHULUAN
1. Tujuan Praktikum
Pada Praktikum unit VII ini terdapat beberapa tujuan yang akan dicapai oleh
praktikan, yaitu sebagai berikut :
a. Praktikan dapat menggunakan dan merangkaikan operational amplifier pada suatu
rangkaian elektronik.
b. Praktikan dapat mengenal jenis-jenis rangkaian operational amplifier yang ada dan
cara kerja rangkaian operational amplifier tersebut.
c. Praktikan dapat mempelajari karakteristik ideal operational amplifier.

d. Praktikan dapat melakukan analisa rangkaian yang melibatkan operational


amplifier dengan menggunakan karakteristik operational amplifier ideal.
e. Praktikan dapat mengaplikasikan berbagai jenis operational amplifier untuk
menghasilkan tegangan output yang diinginkan
2. Landasan Teori
Operational Amplifier atau di singkat op-amp merupakan salah satu komponen
analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi
op-amp yang paling sering dipakai antara lain adalah rangkaian inverter, non-inverter,
integrator dan differensiator. Pada pokok bahasan kali ini akan dipaparkan beberapa
aplikasi op-amp yang paling dasar, yaitu rangkaian penguat inverting, non-inverting
differensiator dan integrator.
a. Pengertian Dasar Op-Amp
Operational Amplifier atau di singkat op-amp merupakan salah satu
komponen analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian
elektronika. Aplikasi op-amp yang paling sering dipakai antara lain adalah
rangkaian inverter, non-inverter, integrator dan differensiator. Pada pokok bahasan
kali ini akan dipaparkan beberapa aplikasi op-amp yang paling dasar, yaitu
rangkaian penguat inverting, non-inverting differensiator dan integrator.
Pada Op-Amp memiliki 2 rangkaian feedback (umpan balik) yaitu
feedback negatif dan feedback positif dimana Feedback negatif pada op-amp
memegang peranan penting. Secara umum, umpanbalik positif akan menghasilkan
osilasi sedangkan umpanbalik negatif menghasilkan penguatan yang dapat terukur.
Operational amplifier mempunyai banyak kegunaan, diantaranya adalah
untuk menghasilkan nilai tegangan output yang berubah, baik besarnya maupun
polaritasnya, sebagai rangkaian osilator, sebagai filter atau penyaring sinyal
tegangan tertentu, dan lain-lain. Operational amplifier terdiri dari beberapa
tingkatan differential amplifier sehingga mampu menghasilkan nilai gain yang
tinggi. Op Amp disimbolkan sebagai bentuk segitiga yang rangkaian dasarnya
terdiri dari dua port input dan satu port output.

Rangkaian penyusun op amp secara umum dapat dimodelkan sebagai


rangkaian berikut. Op Amp ideal dianggap mempunyai impedansi input tak
terhingga (open circuit) sehingga arus yang masuk ke terminal input dianggap nol
dan impedansi output nol (short circuit) sehingga dianggap tidak ada penurunan
tegangan.

Jenis-jenis Op-Amp

1) Single-Ended Input
Pada Op Amp tipe ini, salah satu terminal input dihubungkan dengan
sumber tegangan, sedangkan terminal yang lain dihubungkan dengan ground.
Polaritas output bergantung pada terminal mana sumber dihubungkan.

Single-Ended Input Op-Amp

2) Double-Ended (Differensial) Input


Pada Op Amp tipe ini, kedua terminal input dihubungkan dengan
sumber tegangan, dengan suatu selisih atau beda nilai tegangan.

Double-Ended Input Op-Amp


3) Double-Ended Output
Sebuah op amp juga bisa terdiri dari dua buah terminal output, yang
mempunyai polaritas yang berlawanan.

Double Ended Output


b. Op-amp ideal
Op-amp pada dasarnya adalah sebuah differential amplifier (penguat
diferensial) yang memiliki dua masukan. Input (masukan) op-amp ada yang
dinamakan input inverting dan non-inverting. Op-amp ideal memiliki open loop
gain (penguatan loop terbuka) yang tak terhingga besarnya. Seperti misalnya opamp LM741 yang sering digunakan oleh banyak praktisi elektronika, memiliki
karakteristik tipikal open loop gain sebesar 104 ~ 105. Penguatan yang sebesar ini
membuat op-amp menjadi tidak stabil, dan penguatannya menjadi tidak terukur
(infinite). Disinilah peran rangkaian negative feedback (umpanbalik negatif)
diperlukan, sehingga op-amp dapat dirangkai menjadi aplikasi dengan nilai
penguatan yang terukur (finite).
Impedasi input op-amp ideal mestinya adalah tak terhingga, sehingga
mestinya arus input pada tiap masukannya adalah 0. Sebagai perbandingan praktis,
op-amp LM741 memiliki impedansi input Zin = 106 Ohm. Nilai impedansi ini

masih relatif sangat besar sehingga arus input op-amp LM741 mestinya sangat
kecil.
Ada dua aturan penting dalam melakukan analisa rangkaian op-amp
berdasarkan karakteristik op-amp ideal. Aturan ini dalam beberapa literatur
dinamakan golden rule, yaitu :
1) Perbedaan tegangan antara input v+ dan v- adalah nol
(v+ v- = 0 atau v+ = v-)
2) Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0)
Inilah dua aturan penting op-amp ideal yang digunakan untuk menganalisa
rangkaian op-amp.
c. Karakteristrik Dasar Op-Amp
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pada dasarnya Op-amp
adalah sebuah differential amplifier (penguat diferensial), yang mana memiliki 2
input masukan yaitu input inverting (V-) dan input non-inverting(V+), Rangkaian
dasar dari penguat diferensial dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1 : Penguat Diferensial


Pada rangkaian diatas, dapat diketahui tegangan output (Vout) adalah Vout
= A(v1-v2) dengan A adalah penguatan dari penguat diferensial ini. Titik input v1
dikatakan sebagai input non-iverting, sebab tegangan vout satu phase dengan v1.
Sedangkan sebaliknya titik v2 dikatakan input inverting sebab berlawanan phasa
dengan tengangan vout.
1) Diagram Blok Op-amp
Op-amp di dalamnya terdiri dari beberapa bagian, yang pertama adalah
penguat diferensial, lalu ada tahap penguatan (gain), selanjutnya ada rangkaian
penggeser level (level shifter) dan kemudian penguat akhir yang biasanya
dibuat dengan penguat push-pull kelas B. Gambar-2(a) berikut menunjukkan
diagram dari op-amp yang terdiri dari beberapa bagian tersebut.

Gambar 2 (a) : Diagram Blok Op-Amp

Gambar 2 (b) :Diagram Schematic Simbol Op-Amp


Simbol op-amp adalah seperti pada gambar 2 (b) dengan 2 input, noninverting

(+)

dan

input

inverting

(-).

Umumnya

op-amp

bekerja

dengan dual supply (+Vcc dan Vee) namun banyak juga op-amp dibuat
dengan single supply (Vcc ground). Simbol rangkaian di dalam op-amp pada
gambar 2 (b) adalah parameter umum dari sebuah op-amp. Rin adalah resitansi
input yang nilai idealnya infinit (tak terhingga). Rout adalah resistansi output
dan besar resistansi idealnya 0 (nol). Sedangkan AOL adalah nilai penguatan
open loop dan nilai idealnya tak terhingga.
Saat ini banyak terdapat tipe-tipe op-amp dengan karakterisktik yang
spesifik. Op-amp standard type 741 dalam kemasan IC DIP 8 pin. Untuk tipe
yang sama, tiap pabrikan mengeluarkan seri IC dengan insial atau nama yang
berbeda. Misalnya dikenal MC1741 dari motorola, LM741 buatan National
Semiconductor, SN741 dari Texas Instrument dan lain sebagainya. Tergantung
dari teknologi pembuatan dan desain IC-nya, karakteristik satu op-amp dapat
berbeda dengan op-amp lain.
2) Aplikasi sirkuit
Terdapat banyak sekali penggunaan dari penguat operasional dalam
berbagai jenis sirkuit listrik.Di bawah ini dipaparkan beberapa penggunaan
umum dari penguat operasional dalam contoh sirkuit:
a) KOM PAR ATOR (PEMBA ND I N G)

Komparator.
Merupakan salah satu aplikasi yang memanfaatkan batas simpal
terbuka (bahasa Inggris: open-loop gain) penguat operasional yang sangat
besar. Ada jenis penguat operasional khusus yang memang difungsikan
semata-mata untuk penggunaan ini dan agak berbeda dari penguat
operasional lainnya dan umum disebut juga dengankomparator (bahasa
Inggris: comparator).
Komparator membandingkan dua tegangan listrik dan mengubah
keluarannya untuk menunjukkan tegangan mana yang lebih tinggi.

di mana
di antara

adalah tegangan catu daya dan penguat operasional beroperasi


dan

.)

b) PEN GU AT PEMBA LI K

Sebuah penguat pembalik menggunakan umpan balik negatif untuk


membalik dan menguatkan sebuah tegangan. Resistor Rf melewatkan
sebagian sinyal keluaran kembali ke masukan. Karena keluaran taksefase
sebesar 180, maka nilai keluaran tersebut secara efektif mengurangi besar
masukan. Ini mengurangi bati keseluruhan dari penguat dan disebut dengan
umpan balik negatif.

Di mana,
(1)

(karena

adalah bumi

maya (bahasa

Inggris:virtual

ground)
(2) Sebuah resistor dengan nilai

ditempatkan di antara masukan non-pembalik dan bumi. Walaupun


tidak dibutuhkan, hal ini mengurangi galat karena arus bias masukan.

(3) Bati dari penguat ditentukan dari rasio antara Rf dan Rin, yaitu:

Tanda negatif menunjukkan bahwa keluaran adalah pembalikan


dari masukan. Contohnya jika Rf adalah 10.000 dan Rin adalah 1.000
, maka nilai bati adalah -10.000 / 1.000, yaitu -10.
C) P ENG U AT N ON -P EM BA LIK

Penguat non-pembalik.
Rumus penguatan penguat non-pembalik adalah sebagai berikut:

atau dengan kata lain:

Dengan demikian, penguat non-pembalik memiliki bati minimum


bernilai 1. Karena tegangan sinyal masukan terhubung langsung dengan
masukan
bernilai

pada

penguat
.

operasional

maka

impedansi

masukan

d) PEN GU AT D I FER EN S IA L

Penguat

diferensial

digunakan

untuk

mencari selisih dari

duategangan yang

telah

dikalikan dengan konstanta tertentu

ditentukan

oleh

nilai resistansi yaitu

dan

. Penguat jenis ini berbeda dengan diferensiator. Rumus

sebesar

yang

untuk

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Sedangkan untuk

dan

maka bati diferensial adalah:

e) PEN GU AT PEN JU MLA H

Penguat penjumlah menjumlahkan beberapa tegangan masukan,


dengan persamaan sebagai berikut:

(1) Saat

(2) Saat

, dan

saling bebas maka:

, maka:

(3) Keluaran adalah terbalik.


(4) Impedansi masukan dari masukan ke-n adalah

(di mana

adalah bumi maya)


f) IN TEGR ATOR

Penguat ini mengintegrasikan tegangan masukan terhadap waktu,


dengan persamaan:

di mana adalah waktu dan


adalah tegangan keluaran pada
.
Sebuah integrator dapat juga dipandang sebagai tapis pelewattinggidan dapat digunakan untuk rangkaian tapis aktif.
g) DI FER EN SI ATOR

Mendiferensiasikan sinyal hasil pembalikan terhadap waktu dengan


persamaan:

di mana
dan
adalah fungsi dari waktu.
Pada dasarnya diferensiator dapat juga dibangun dari integrator
dengan cara mengganti kapasitor dengan induktor, namun tidak dilakukan
karena harga induktor yang mahal dan bentuknya yang besar. Diferensiator

dapat juga dilihat sebagai tapis pelewat-rendahdan dapat digunakan sebagai


tapis aktif.
d. Multimeter
Multimeter adalah alat pengukur besaran listrik, seperti : arus, tegangan
(baik AC maupun DC), dan hambatan. Multimeter sering disebut AVO meter
(Ampere Volt Ohm) karena dirancang untuk mengukur tiga besaran tersebut
sehingga multimeter adalah gabungan antara amperemeter, voltameter, dan
ohmmeter. Prinsip kerja amperemeter, voltameter, dan ohmmeter dalam
multimeter sama dengan prinsip kerjanya ketika ketiga pengukur tersbut tidak
menjadi satu.
Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter
analog (menggunakan jarum putar) dan AVO meter digital (menggunakan tampilan
digital). Pada AVO meter analog, hasil yang ditampilkan menggunakan pergerakan
jarum untuk menunjukkan skala, sedangkan pada AVO meter digital, hasil
pengukuran dapat terbaca langsung berupa angka-angka.
1) Amperemeter
a) Prinsip Kerja
Bagian

terpenting

dari

amperemeter

adalah

galvanometer.

Galvanometer bekerja menggunakan prinsip gaya antara medan magnet


dan kumparan berarus. Galvanometer dapat digunakan langsung untuk
mengukur kuat arus searah yang kecil. Semakin besar arus yang melewati
kumparan semakin besar simpangan pada galvanometer. Amperemeter
terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor yang
mempunyai hambatan rendah dengan tujuan menaikan batas ukur
amperemeter. Prinsip kerja amperemeter didasarkan pada prinsip gaya
magnetik (Gaya Lorentz). Ketika arus mengalir melalui kumparan yang
dilingkupi oleh medan magnet, maka akan timbul Gaya Lorentz yang
menggerakan jarum penunjuk. Apabila arus yang melewati kumparan
besar, maka gaya yang timbul juga akan membesar sedemikian sehingga
penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih besar. Demikian
sebaliknya, ketika kuat arus tidak ada maka jarum penunjuk akan
dikembalikan ke posisi semula oleh pegas. Resistansi internal amperemeter
didesain sekecil mungkin (idealnya resistansinya nol) supaya pengukuran
arus sangat akurat.
b) Cara Penggunaan

Amperemeter maka harus dipasang seri dengan cara memutuskan


penghantar agar arus dapat mengalir melewati amperemeter dan karena
besar arus yang melewati rangkaian seri adalah sama. Jika amperemeter
dihubungkan secara paralel, maka amperemeter tersebut tidak akan
mengukur arus dengan benar bahkan menyebabkan kerusakan. Meskipun
amperemeter

telah

dirangkai

dengan

hambatan

mendekati

nol,

amperemeter tetap mempunyai resistansi, sehingga ketika dihubungkan


paralel, arus akan terbagi (satu ke hambatan dan satu lagi ke amperemeter)
sehingga hasil yang diperoleh tidak akurat. Selain itu, amperemeter dapat
rusak karena arus yang mengalir pada amperemeter sangat besar (untuk
amperemeter yang hampir ideal, arus yang mengalir mendekati tak hingga
karena

R 0 , maka

I=

V V
= ) jauh lebih besar dibandingkan
R 0

dengan kapasitas amperemeter tersebut.


2) Voltameter
a) Prinsip Kerja
Prinsip kerja voltameter hampir sama dengan amperemeter karena
desainnya juga terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier.
Fungsi dari multiplier adalah menahan arus agar tegangan yang terjadi
pada galvanometer tidak melebihi kapasitas maksimumnya, sehingga
sebagian tegangan akan berkumpul pada multiplier sehingga kemampuan
voltameter untuk mengukur tegangan menjadi lebih besar. Hambatan dalam
voltameter harus besar sekali (idealnya tak hingga) supaya pengukuran
tegangan sangat akurat.
b) Cara Penggunaan
Voltameter harus dipasang paralel terhadap komponen untuk
mengukur beda potensialnya, artinya tidak perlu dilakukan pemutusan
penghantar seperti pada amperemeter karena tegangan dalam suatu
rangkaian yang disusun secara paralel adalah sama. Jika voltameter
dipasang secara seri, maka arus yang mengalir akan tertahan oleh hambatan
voltameter yang sangat besar sehingga menyebabkan rangkaian listrik tidak
berfungsi sama sekali sehingga arus yang mengalir pada voltmeter adalah
nol. Karena komponen
juga nol,

V =IR , ketika

I -nya nol, maka

V -nya

3) Ohmmeter
a) Prinsip Kerja
Ohmmeter dapat bekerja sesuai dengan fungsinya jika pada alat
tersebut

terdapat

sumber

tegangan.

Ohmmeter

juga

mempunyai

galvanometer sebagai pengukur arusnya, sehingga ketika ohmmeter


dihubungkan pada komponen yang akan diukur hambatannya, maka arus
dari sumber tegangan ohmmeter tersebut akan mengalir pada komponen
tersebut. Karena sumber tegangan ohmmeter tetap, maka yang diukur
adalah arus yang mengalir atau penurunan tegangan pada komponen. Nilai
hambatan yang muncul merupakan perbandingan antara tegangan dan arus
yang mengalir dalam resistor tersebut.
b) Cara Penggunaan
Ohmmeter harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan
supaya hasil yang diukur benar-benar akurat seperti pada kenyatannya. Hal
ini dikarenakan semakin lama digunakan, ketegangan fisik ohmmeter akan
menurun, sehingga akan kehilangan kemampuan untuk memberikan
pengukuran yang akurat. Hilangnya kemampuan ini tidak bisa dicegah,
tetapi kemampuan pengukuran bisa dipulihkan kembali dengan cara
kalibrasi.
Sebelum mengukur hambatan, sebuah rangkaian harus benar-benar
netral dari sumber tegangan maupun sumber arus, karena ohmmeter sudah
mempunyai sumber tegangan sendiri, sehingga tidak diperlukan sumber
tegangan lain untuk mencari hambatan suatu komponen. Selain itu, hasil
yang diperoleh jika rangkaian yang diukur teraliri arus selain dari sumber
tegangan ohmmeter adalah tidak akuratnya hasil pengukuran bahkan
menyebabkan

rusaknya

ohmmeter

itu

sendiri,

rangkaian,

dan

membahayakan pengguna karena dapat menyebabkan hubungan singkat


arus listrik. Setelah rangkaian benar-benar netral, hubungkan suatu probe
pada satu titik pado komponen dan hubungkan probe lain pada titik yang
lain untuk mengukur hambatan.
e. Resistor
Resistor adalah suatu konduktor yang mempunyai fungsi untuk memberikan
hambatan pada suatu rangkaian. Fungsi utamanya adalah membatasi aliran arus
listrik, sedangkan fungsi lain dari resistor adalah untuk membagi tegangan dan
arus yang melewati suatu komponen. Besarnya ukuran resistor pada dua titik yang

berbeda ditentukan dengan cara memberikan suatu beda potensial

di antara

titik yang berbeda, kemudian mengukur arus yang mengalir ( I ) ketika beda
potensial dikenakan. Besarnya hambatan yang dimiliki resistor ( R )merupakan
perbandingan antara tegangan yang diberikan dan arus yang mengalir pada resistor
tersebut. Secara matematis, dapat dituliskan sebagai berikut :
V
=R
I
Pada suatu resistor terdapat kode warna yang dapat menyatakan besar resistor
tersebut. Setiap warna mempunyai kode angka tertentu, yaitu :
Warna
Hitam

Angka
0

Faktor Pengali
0
10

Cokelat

10

Merah

10

Jingga

10

Kuning

10

Hijau

10

Biru

10

Nila/Ungu

Abu-abu

Putih

Toleransi

3
4
5

0,5

0,25

10

0,1

10

0,05

109

Emas

101

Perak

102

10

Polos

20

Resistor dapat mempunyai 4, 5, atau 6 warna. Cara pembacaan ketiga jenis


resistor itu sama, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1) Warna resistor dilihat dari kiri ke kanan.
2) Warna paling kanan merupakan nilai toleransi resistor. Toleransi resistor berarti
bahwa resistor tidak mempunyai nilai yang benar-benar tepat sesuai dengan
warna yang tertera pada resistor tersebut.
3) Warna kedua dari kanan merupakan factor pengali resistor.
4) Warna sisanya, merupakan indeks angka resistor tersebut. Untuk resistor 4
warna, 2 warna pertama menyatakan puluhan dan satuan. Untuk resistor 5
warna, 3 warna pertama menyatakan ratusan, puluhan, dan satuan. Untuk

resistor 6 warna, 4 warna pertama menyatakan ribuan, ratusan, puluhan, dan


satuan.
Sebagai contoh :
Suatu resistor mempunyai warna : Ungu Merah Jingga Kuning Emas. Nilai
resistansi resistor tersebut adalah

723 10 =7,23 M

0,3615 M ). Nilai resistor tersebut berada di rentang

dengan toleransi

7,23 M 0,3615

yaitu 6,8685 M R 7,5915 M .


Jika sekumpulan resistor disusun dalam suatu rangkaian secara seri, maka
besar arus yang melewati resistor tersebut adalah sama. Jika sekumpulan resistor
disusun dalam suatu rangkaian secara parallel, maka besar beda potensial masingmasing resistor adalah sama. Berdasarkan pernyataan tersebut kita dapat
menghitung besarnya resistansi gabungan yang terdapat dalam suatu rangkaian.
Untuk rangkaian seri :
V =I R 1+ I R2+ + IR n=I ( R1 + R2 ++ R n )
V
=R 1+ R 2+ + Rn=R seri
I
Untuk rangkaian paralel :
V V
V
1 1
1
I = + ++ =V
+ ++
R1 R2
Rn
R1 R 2
Rn

I
1 1
1
1
=
+ + +
=
V
R1 R2
R n R paralel

B. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat
a. Op Amp IC LM 741
b. Panel Ps 445
c. Osiloskop
d. Multimeter
e. AFG
f. Probe
g. Papan Rangkaian (Bread Board)
2. Alat
a. Resistor
4,7 K 47 K
10 K
1000 27 K
470
b. Kapasitor 10 nF
c. Kabel Jumper
C. ANALISA GAMBAR RANGKAIAN

100 K
1200

1M

Di bawah ini merupakan gambar dari Amplifier yang di gunakan. Amplifier ini
berseri IC LM 741. Pada bagian Vcc+ di hubungkan dengan sumber tegangan sebesar +15
Volt dan bagian Vcc- di hubungkan pada tegangan -15 Volt.
i nver t ing

inv ert in g

V cc +

V cc +

n on inve rt in g

non i nver t ing

Vc c-

Vc c-

out put

o utp ut

1. Merangkai dan Menguji Untai Penguat Tak Membalik (Non Inverting)


R2 47K

R1 4k7K

Pada pengujian rangkaian penguat tak membalik, Bagian terminal non


inverting pada amplifier di hubungkan dengan AFG dimana nantinya akan menjadi
tegangan input. Pada bagian Terminal inverting di hubungkan dengan R1 dan R2 yang
masing masing bernilai 4,7 KiloOhm dan 47 KiloOhm. Pada AFG, di atur keluaran
frekuensinya agar keluarannya menjadi 1000 Hz.
Untuk menghitung nilai voltage gain, kita akan menggunakan asumsi op amp
ideal agar analisanya lebih mudah. Sesuai dengan sifat op amp ideal, arus yang
mengalir ke dalam port input bernilai nol karena nilai impedansi input nya sangat
besar sehingga rangkaian dapat disederhanakan dengan bantuan konsep virtual ground
seperti pada gambar di bawah.

Rangkaian Equivalen Non inverting


Dari dua gambar di atas dapat disimpulkan untuk mendapatkan rumus dibawah
:

0 V 2 V 2 Vout

R2
R1

V+ = V- sehingga V2=Vin
Rumus di atas menjadi:

0 V 2 V 2 Vout

R2
R1

0 Vin Vin Vout

R2
R1

Vin VinVout
=
R1
Rf
Rf VinVout
=
R1
Vin
Rf
Vout
=1
R1
Vin
Vout
Rf
=1+
Vin
R1
Vout Rf + R 1
=
Vin
R1
Rf + R 1
AV =
R1

Vin Vin Vout

R2
R1
R1 Vin Vout

R2
Vin
R1
Vout
1
R2
Vin
Vout
R1
1
Vin
R2

Vout R1 R 2

Vin
R2

AV

R1 R 2
R2

Rumus Vout pada penguat non-pembalik dapat dicari dengan cara berikut :
R 1+ R 2
R2
Vout=Vin
Vout=Vin 1+
atau
R1
R1

Dengan demikian, penguat non-pembalik memliki bati minimum bernilai 1.


Karena tegangna sinyal masukan terhubung langsung dengan masukan pada penguat
operasional maka impedansi masukan bernilai Zin

2. Merangkai dan Menguji Penguat Pembalik (Inverting Amp.)


Pada konfigurasi ini, op amp dihubungkan dengan resistor seperti konfigurasi
pada gambar dengan nilai resistor yang terhubung adalah:
R1=10 k
Rf =100 k

Inverting Op Amp
Pada Praktikum kali ini, V input di hubungkan dengan R1, kemudian setelah
melewati R1, di cabang dengan jumper ke Rf dan di hubungkan ke output. Cabang
yang lainnya di hubungkan ke terminal inverting. Terminal non inverting di
hubungkan ke ground pada Sumber tegangan. Pada praktikum ini, frekuensi keluaran
dari AFG di atur hingga 1000 Hz.
Untuk menurunkan persamaan voltage gain, kita akan menggunakan asumsi op
amp ideal agar lebih mudah. Arus tidak mengalir ke terminal input op amp sehingga
titik antara dua resistor tersambung ke terminal non inverting atau ground. Dengan
kata lain, tegangan di sana nol.

Rangkaian equivalen inverting op amp


Selanjutnya, rangkaian bisa didekati dengan rangkaian seri yang mempunyai
arus:
I=

V 1 () V o
=
R1()
Rf

V out =

R f
V
R 1 1()
Rf
Vo
=A =
Vi
R1 ()
v

Tanda negatif menunjukkan bahwa keluaran adalah kebalikan dari masukan.


Atau pembalikan dari masukan. Dengan menggunakan CRO maka akan terlihat
gelombang sinus yang merupakan gelombang input dan output.

3. Merangkai dan Menguji Penguat Beda (Differensial)

Penguat ini menggunakan kedua masukkan balik yang bertanda negative (

+
V ) maupun yang bertanda positif ( V ).

4. Merangkai dan Menguji Untai Integrator

Rangkaian ini merupakan kebalikan dari rangkaian diferensiator. Rangkaian ini


akan mengintegralkan bentuk gelombang input. Jika gelombang sinus input di
integralkan maka hasilnya akan adalah gelombang sinus juga. Jika masukkannya
gelombang kotak maka hasil dari integralnya adalah gelombang segitiga. Jika
gelombang segitiga di integralkan maka hasilnya akan berupa gelombang sinus.
Perbedaan rangkaian diferensiator dan integrator terletak pada kapasitornya.
Karena nilai 2frC untuk frekuensi 1000 Hz, resistor 10 K, dan kapasitor 100
nF jauh lebih besar daripada 1, maka rangkaian dapat didekati dengan rangkaian
integrator seperti pada gambar.

Rangkaian equivalen integrator


Nilai arus yang mengalir dari input ke output tetap sehingga berlaku:
V V o
I= i =
r
1
sC
V o=

1
1
V=
V ( t ) . dt
sCR i RC i

Sebuah integrator dapat juga dipandang sebagai tapis pelewat tinggi dan dapat
digunakan untuk rangkaian tapis aktif.

5. Merangkai dan Menguji Untai Deferensiator

Pada konfigurasi ini, op amp dirangkai dengan komponen seperti pada gambar.
Dengan asumsi op amp ideal, resistor R=10K tidak berpengaruh terhadap kerja
rangkaian karena arus yang lewat bernilai nol. Rangkaian ini dihubungkan dengan
tegangan input 1 Vpp dan frekuensi 1000 Hz.
Karena nilai 1/2fRC untuk frekuensi 1000 Hz lebih besar daripada
perbandingan r/R, maka keberadaan resistor r=1K tidak terlalu berpengaruh signifikan
pada kerja rangkaian sehingga rangkaian dapat digambarkan sebagai kebalikan dari
rangkaian ekuivalen pada op amp integrator. Nilai arus yang mengalir dari input ke
output bernilai tetap sehingga berlaku:
V o V i
I= =
r
1
sC
V o=sCRV i =RC

d V (t)
dt

Pada dasarnya diferensiator dapat juga dibangun dari integrator dengan cara
mengganti kapasitor dengan induktor, namun tidak dilakukan karena harga induktor
yang mahal dan betuknya yang besar. Diferensiator dapat juga dilihat sebagai tapis
pelewat rendah dan dapat digunakan sebagai tapis aktif.

6. Merangkai dan Menguji Untai Penguat Penjumlah

Penguat penjumlah adalah suatu penguat yang menjumlahkan semua sinyal


input yang masuk ke op-amp. Besarnya V1 = V2 = V3 karena jika dirangkai paralel,
tegangan nya akan sama. Karena hambatan pada op-amp adalah tak berhingga, tidak
ada arus yang mengalir masuk pada op-amp dan arus akan mengalir pada resistor (Rf).
Arus yang mengalir adalah
V
V V V
I= o = 1+ 2 + 3
Rf r
r
r
Sementara untuk tegangan output nya adalah sebagai berikut.
V1 V2
Vn
V out =R f
+ ++
R1 R2
Rn

R1=R2 =R n , dan Rf
R f
V out =
( V 1+ V 2+ +V n )
R1

Saat

Saat

saling bebas, maka:

R1=R2 =R n=R f , maka:

V out =( V 1 +V 2 ++V n)
Keluaran adalah terbalik. Impedansi masukan dari masukan ke-n adalah
Z n =R n (dimana V adalah bumi maya).
D. HASIL PENGUKURAN
1. Merangkai dan Menguji Untai Penguat Tak Membalik
V output Maks
V input Maks

: 4 Vpp
: 0,4 Vpp

Gambar Gelombang input

Gambar Gelombang Output :

2. Merangkai dan Menguji Penguat Membalik


V output Maks
V input Maks
Gambar Gelombang input

: 1 Vpp
: 0,28 Vpp
:

Gambar Gelombang Output :

3. Merangkai dan Menguji Penguat Beda (Diferensial)


V output Maks
V1
V2
Gambar Gelombang input

: 1 Vpp
: 0,44 Vpp
: 0,28 Vpp
:

Gambar Gelombang Output :

4. Merangkai dan Menguji Untai Integrator


V output
: 10 Vpp
V input
: 2,8 Vpp
Gambar Gelombang dengan Gelombang Sinusoidal:

V output

: 10 Vpp

Gambar Gelombang dengan Gelombang Kotak:

Voutput

: 6 Vpp

Gambar Gelombang dengan Gelombang Segitiga:

Voutput

: 10 Vpp

Beda Fase:

Ym
Yo

: 2,1
: 0,4

5. Merangkai dan Menguji Untai Deferensiator


V output
: 0,2 Vpp
V input
: 0,4 Vpp
Gambar Gelombang dengan Gelombang Sinusoidal:

V output

: 0,2 Vpp

Gambar Gelombang dengan Gelombang Kotak:

Voutput

Vpp

Gambar Gelombang dengan Gelombang Segitiga:

Vout

Vpp

Beda Fase:

Ym
Yo

= 0,9
= 0,8

6. Merangkai dan Menguji Untai Penguat Jumlah


V output
V input
V1
V2
Vn

: 4,4
: 0,9
: 0,85
: 0,4
: 0,12

Vpp
Vpp
Vpp
Vpp
Vpp

E. ANALISA HASIL PENGUKURAN


1. Merangkai dan Menguji Untai Penguat Tak Membalik
Pada percobaan kali ini, di dapat hasil tegangan output maksmimal bernilai 4
Vpp dan Tegangan input nya sebesar 0,4 Vpp. Jika di lakukan penghitungan manual,
rumus yang di gunakan adalah sebagai berikut.
R
V out =V 1+ 2
R1

( )
(

V out =V 1+

47 k
4,7 k

V out =V (1+10 )
V out =V (11 )
V out
=11
V
AV = 11
Bila dibandingkan dengan nilai yang didapat dari pengujian adalah :
V out
=11
V
4 Vpp .
=11
0,4 Vpp.
10 11
Hasil perhitungan dengan hasil pengamatan praktikan terlihat sedikit
perbedaan namun tidak terlalu signifikan. Penguat non inverting ini memiliki masukan
yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran
rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Untuk menganalisa rangkaian
penguat op-amp non inverting. Penguat tak-membalik atau non-inverting merupakan
penguat sinyal dengan karakteristik dasat sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa
yang sama dengan sinyal input. Penguat non-inverting dapat dibuat menggunakan
penguat operasional, karena penguat operasional memang didesain untuk penguat
sinyal balik membalik ataupun tak membalik. Gambar gelomang input dan outputnya
tidak berbeda fasenya.
2. Merangkai dan Menguji Untai Penguat Membalik
Untuk percobaan kali ini, akan di uji rangkaian penguat pembalik. Di sini hasil
gelombang yang di hasilkan (gelombang tegangan output) seharusnya berbentuk
terbalik dari gelombang inputnya. Jika gelombang inputnya berupa gelombang sinus,
maka gelombang outputnya harus berupa gelombang kosinus.
Tegangan output yang di peroleh dari data percobaan adalah sebesar 1 Vpp dan
tegangan input maksimum bernilai 0,28 Vpp. Untuk perhitungan manual adalah
sebagai berikut:
R f
V out =
V
R
V out =

100 x 103
0,92
10 x 103

V out =9,2 Vpp

Berdasarkan hasil perhitungan manual, terlihat hasil tersebut tidak sesuai


dengan data yang di peroleh saat pengujian. Hal ini terjadi karena kesalahan pada alat
yang digunakan pada saat praktikum, salah satunya adalah Bread Board yang
digunakan untuk tempat merangkai rangkaian yang terdapat kemungkinan tidak
berfungsi dengan baik, karena terbukti bila rangkaian tersebut diuji menggunakan
jumper tanpa dirangkai pada Bread Board, hasil yang ditunjukkan berbeda dengan
ketika dirangkai dengan Bread Board. Selain itu juga dikarenakan ketidaktelitian
dalam pembacaan hasil pengujian.
Gain dari rangkaian tersebut bernilai 10. Gambar gelombang yang terbentuk
juga berbentuk terbalik dari gelombang inputnya.Tanda negatif pada persamaan
menunjukkan pembalikan dari sinyal output terhadap input seperti adalah 180 o keluar
dari fase. Hal ini disebabkan karena umpan balik negatif nilainya.
Salah satu titik terakhir untuk diperhatikan tentang Pembalikan Amplifiers, jika
kedua resistor adalah sama nilainya, Rin = Rf maka gain penguat akan menghasilkan
-1 bentuk komplementer masukan tegangan di output sebagai Vout =-Vin. Jenis
konfigurasi penguat pembalik umumnya disebut Kesatuan Dapatkan Inverter dari
sekadar Pembalikan Buffer.
3. Merangkai dan Menguji Penguat Beda (Deferiansal)
Penguat diferensial di gunakan untuk mencari selisih dari dua tegangan yang
telah di kalikan dengan konstanta tertentu oleh nilai resistansi yaitu sebesar Rf / R1.
Dari percobaan ini, di dapat hasil nilai V output maks sebesar 1 Vpp, V1 sebesar 0,44
Vpp dan V2 sebesar

0,28 Vpp. Bentuk gelombang yang terbentuk juga sama

gelombang sinus namun gelombang output lebih besar dari gelombang inputnya.
Perhitungan Manual untuk mencari tegangan output adalah sebagai berikut
R
( R f + R1 ) Rg
V out =
V 2 f V 1
R1
( R g+ R 2 ) R 1
V out =

( 100 k+10 k ) 10 k
100 k
V 2
V
10 k 1
( 10 k+10 k ) 10 k

V out =

( 110 k )
V 10V 1
( 20 k ) 2

V out =5,5 V 210 V 1

Apabila dimasukkan nilai yang didapat dari pengamatan, nilainya adalah


V out =5,5 V 210 V 1
1Vpp=5,5 ( 0,28Vpp )10 ( 0,44 Vpp )
1Vpp=1,54 Vpp4,4 Vpp

1Vpp . 2,86Vpp .
Terlihat perbedaan yang cukup besar, hal ini terjadi karena kesalahan pada alat
yang digunakan pada saat praktikum, salah satunya adalah Bread Board yang
digunakan untuk tempat merangkai rangkaian yang terdapat kemungkinan tidak
berfungsi dengan baik, karena terbukti bila rangkaian tersebut diuji menggunakan
jumper tanpa dirangkai pada Bread Board, hasil yang ditunjukkan berbeda dengan
ketika dirangkai dengan Bread Board. Selain itu juga dikarenakan ketidaktelitian
dalam pembacaan hasil pengujian.
Selain itu pada perhitungan manual tersebut terlihat

bahwa nilai yang

dihasilkan berlawanan tanda. Hal ini, karena sinyal output dan input sebenarnya
berbeda fase 180o karena diferensial digunakan untuk

sehingga nilai rasionya

memiliki nilai negatif.


4. Merangkai dan Menguji Untai Integrator
Rangkaian integrator digunakan untuk mengitegralkan sinyal input menjadi
suatu sinyal output. Pada pengujian ini akan melakukan beberapa variasi pengujian,
yaitu dengan memberikan sinyal input yang berbeda-beda, yaitu sinyal input
gelombang sinus, gelombang kotak, dan gelombang segitiga.
a. Gelombang Sinusoidal
Dapat teramati bahwa gelombang input yang bentuknya sinus menjadi
gelombang output yang bentuknya sinusoidal tetapi fasenya mendahului atau bisa
didekati dengan fungsi cos(2ft), yang merupakan integral dari fungsi sin(2ft)
dengan polaritas berlawanan, sesuai dengan fungsi dari rangkaian op amp tersebut.
Sesuai dengan persamaan pada bagian analisa gambar rangkaian:
1
V o= V i ( t ) . dt
rC
Dengan menganggap tegangan input sebagai
V i=V m . sin ( 2 ft )
Maka hasil integralnya akan menghasilkan tegangan output:
V m 1
Vm
V o=
.
. (cos ( 2 ft ) ) =
cos ( 2 ft )
rC 2 f
2 rCf

b. Gelombang Kotak
Dapat teramati bahwa tegangan output berbentuk kotak terpancung. Hal ini
tidak sesuai teori yang seharusnya gelombang yang teramati adalah segitiga,
karena kesalahan pada alat yang digunakan pada saat praktikum, salah satunya
adalah Bread Board yang digunakan untuk tempat merangkai rangkaian yang
terdapat kemungkinan tidak berfungsi dengan baik, karena terbukti bila rangkaian
tersebut diuji menggunakan jumper tanpa dirangkai pada Bread Board, hasil yang
ditunjukkan berbeda dengan ketika dirangkai dengan Bread Board. Selain itu juga
dikarenakan ketidaktelitian dalam pembacaan hasil pengujian.
Untuk gelombang kotak, jika diintegralkan terhadap waktu, untuk tegangan
positif V akan didapat:
1
V
V o= V .dt=
t+ constant
rC
rC
Untuk tegangan negative V akan didapat:
1
V
V o= (V ). dt= t+ constant
rC
rC
Dapat diamati bahwa untuk nilai tegangan kotak positif dan tegangan kotak
negative, akan menghasilkan bentuk tegangan output segitiga sesuai dengan
pengamatan.
Nilai amplitude tegangan output dapat dicari dengan mensubstitusi nilai t
dengan perioda 4 atau dengan 1/4f, sehingga didapat:
4V
V omax =
frC
c. Gelombang Segitiga
Dari percobaan ini dihasilkan gelombang segitiga. Seharusnya pada
gelombang input segitiga yang merupakan kombinasi dari persamaan linear,
sehingga jika diintegralkan terhadap waktu, akan didapat persamaan yang
berbanding lurus dengan kuadrat waktu. Gelombang yang dihasilkan menyerupai
gelombang sinus.
Misal, nilai tegangan input Vi = at dengan a adalah suatu konstanta yang
nilainya a=4Vi-max/T, maka nilai tegangan peak to peak terminal output dapat
dicari dengan persamaan:
1
a 2 2 V imax f 2
V o= at . dt=
t=
t
rC
2 rC
rC
Nilai puncak akan didapat saat t=1/4f sehingga akan didapat:
2 V imax f 1 2 V imax
V o=
( )=
rC
4f
8 rCf

Hal ini tidak sesuai teori yang seharusnya gelombang yang teramati adalah
sinus, karena kesalahan pada alat yang digunakan pada saat praktikum, salah
satunya adalah Bread Board yang digunakan untuk tempat merangkai rangkaian
yang terdapat kemungkinan tidak berfungsi dengan baik, karena terbukti bila
rangkaian tersebut diuji menggunakan jumper tanpa dirangkai pada Bread Board,
hasil yang ditunjukkan berbeda dengan ketika dirangkai dengan Bread Board.
Selain itu juga dikarenakan ketidaktelitian dalam pembacaan hasil pengujian.
d. Beda Fase
Dari pengamatan beda fase, terlihat bahwa gambar dari beda fase adalah
bulat. Nilai Ym sebesar 2,1 dan nilai Yo sebesar 0,4 . Nilai Ym adalah sama
dengan nilai output pada rangkaian saat diberi gelombang sinus, nilai yo adalah
input gelombang. Untuk pengukuran di sini, hanya di lakukan pengukuran pada
bagian tegangan outputnya saja.
5. Merangkai dan Menguji Untai Differensiator
Rangkaian differensiator digunakan untuk mendifferensialkan sinyal input
menjadi suatu sinyal output. Pada pengujian ini akan melakukan beberapa variasi
pengujian, yaitu dengan memberikan sinyal input yang berbeda-beda, yaitu sinyal
input gelombang sinus, gelombang kotak, dan gelombang segitiga.
a. Gelombang Sinusoidal
Dapat diamati bahwa tegangan output berbentuk sinusoidal, karena hasil
differensial dari suatu persamaan sinusoidal akan menghasilkan fungsi sinusoidal
dengan pergeseran fase dari fungsi semula. Besar tegangan output yang di peroleh
adalah sebesar 0,2 Vpp.
Nilai amplitude tegangan output dapat dicari dengan persamaan:
d ( V . sin ( 2 ft ) )
V o=RC
=2 fRC .Vcos ( 2 ft )
dt
V o pp=2 fRC .V i pp
b. Gelombang Kotak
Dapat teramati bahwa hasil output berupa tegangan pulsa dengan output
tegangan menjadi sangat besar yaitu menjadi

Vpp. Seharusnya, jika ditinjau

secara eksak, suatu tegangan kotak (dengan nilai konstan positif selama beberapa
perioda dan nilai konstan negative selama perioda yang lain), jika diturunkan akan
bernilai nol, artinya tidak menghasilkan tegangan output. Nyatanya, proses

perubahan nilai dari nilai positif ke negative atau sebaliknya tidak terjadi dalam
sekejap atau membututhkan waktu. Proses perubahan ini bisa didekati dengan
suatu persamaan linier dengan gradient yang sangat curam (mendekati infinite).
Seperti kita tahu, turunan dari fungsi linier adalah nilai gradiennya, sehingga pada
tegangan output akan teramati nilai tegangan yang sangat besar dalam waktu yang
singkat, sehingga muncul gelombang pulsa seperti pada pengamatan.
c. Gelombang Segitiga
Dapat teramati bahwa untuk tegangan input berupa gelombang segitiga,
akan teramati gelombang yang berbentuk hampir kotak pada terminal output
karena hasil differensial dari suatu persamaan linier akan menghasilkan suatu
konstanta. Persamaan linier dengan gradient positif akan menghasilkan konstanta
positif sedangkan persamaan linier dengan gradient negative akan menghasilkan
konstanta negative, yang kombinasinya menghasilkan gelombang seperti yang
teramati.
Misal tegangan inputnya Vi = a.t dengan a=4Vi-max/T maka tegangan
outputnya:
V o=RC

d (at)
=RCa=4 fRC V imax
dt

d. Beda Fase
Dari pengamatan beda fase, terlihat bahwa gambar dari beda fase adalah
berbentuk lingkaran karena nilai Ym dan Yo nya sama. Nilai Ym dan Yo sebesar 1.
Nilai Ym adalah sama dengan nilai output pada rangkaian saat diberi gelombang
sinus, nilai yo adalah input gelombang. Untuk pengukuran di sini, hanya di
lakukan pengukuran pada bagian tegangan outputnya saja.
6. Merangkai dan Menguji Untai Penguat Penjumlah
Untuk mencari nilai tegangan outputnya, maka dapat digunakan persamaan berikut
Rf
V o=
( V 1+ V 2+ V 3 )
r
V o=

100000
( 0,85+0,4 +0,12 )=13,7
10000

Hasil dari perhitungan manual dengan hasil pengukuran terlihat jauh berbeda
yaitu pada pengujian sebesar 4,4 Vpp. Hal ini terjadi karena kesalahan pada alat yang
digunakan pada saat praktikum, salah satunya adalah Bread Board yang digunakan
untuk tempat merangkai rangkaian yang terdapat kemungkinan tidak berfungsi dengan

baik, karena terbukti bila rangkaian tersebut diuji menggunakan jumper tanpa
dirangkai pada Bread Board, hasil yang ditunjukkan berbeda dengan ketika dirangkai
dengan Bread Board. Selain itu juga dikarenakan ketidaktelitian dalam pembacaan
hasil pengujian.
Seharusnya pada pengujian untai penguat jumlah ini dapat membuktikan
bahwa teori penjumlah suatu rangkaian op-amp adder benar yaitu akan menjumlahkan
tegangan input yang disesuaikan dengan resistor pembalik dan resistor yang terdapat
pada tegangan input untuk menghasilkan perbesaran atau gain tegangan per-input
tersebut yang nantinya akan dijumlahkan.
F. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal
mengenai operational amplifier, yaitu sebagai berikut :
1. Operational Amplifier dapat memiliki berbagai macam kegunaan, tergantung pada
konfigurasi bagaimana ia dihubungkan dengan komponen-komponen di luarnya.
2. Agar bisa berfungsi sebagai penguat, op amp harus dihubungkan dengan sumber
tegangan DC yang disebut Vcc. Dapat juga digunakan dua buah sumber DC yang
polaritasnya berlawanan.
3. Op Amp ideal mempunyai beberapa karakteristik:
a. Impedansi output dianggap nol
b. Impedansi input dianggap tak berhingga
c. Arus yang masuk ke terminal input bernilai nol
4. Asumsi Op amp ideal digunakan untuk mempermudah dalam menganalisa suatu
konfigurasi rangkaian op amp.
5. Beberapa di antara variasi konfigurasi rangkaian op amp yang sering digunakan:
a. Penguat tak membalik, berfungsi menguatkan tegangan input tanpa membalik
polaritas dari tegangan input
b. Penguat Pembalik, berfungsi menguatkan tegangan input sekaligus membalik
polaritasnya
c. Penguat Beda,

berfungsi

menguatkan

dua

buah

tegangan

input

dan

mengombinasikannya menjadi tegangan output


d. Integrator, berfungsi menghasilkan gelombang tegangan output yang bentuknya
merupakan hasil integral dari fungsi gelombang tegangan input
e. Differensiator, berfungsi menghasilkan gelombang tegangan output yang
bentuknya merupakan hasil differensial dari fungsi gelombang tegangan input
f. Penguat Jumlah, berfungsi untuk menguatkan beberapa tegangan input dan
menjumlahkannya menjadi suatu nilai tegangan output
6. Tegangan DC yang disuplai ke op amp menjadi batasan besar tegangan output yang
bisa dihasilkan oleh rangkaian. Jika konfigurasi rangkaian serta besar tegangan input

memungkinkan tegangan output yang lebih besar dari tegangan yang disuplai sumber
DC, maka sebagian tegangan output akan terpotong atau terpancung.
G. LAMPIRAN
1. Pertanyaan dan Jawaban
a. Sebutkan Op-Amp Ideal!
Jawab

1) Tidak ada arus yang masuk/keluar dari masukannya. Hal ini dikarenakan
impedans masukan

(tak berhingga)

2) Impedans keluaran

= 0 sehingga arus dapat masuk/keluar

melalui keluarannya.
3) Penguat tegangan (A) =
Dirumuskan :

=(

4) Tegangan keluaran hanya tergantung dari selisih voltase pada masukan dan
tidak tergantung dari potensial bersama pada kedua masukannya.
5) Jika Op- Amp dalam keadaan jenuh maka keluaran
= 0 , yaitu jika
=
6) Suatu Op-Amp memerlukan voltase supply supaya bisa bekerja. Biasanya
diperlukan supply positif (

) dan supply negative (

7) Lebar bidang Bandwidth =


b. Sebutkan beberapa IC Op-Amp yang ada di psaran!
Jawab

1) IC 311 Comparator
2) IC 339 Comparator
3) IC 555 Timer
4) IC 566 Function Generator
5) LM 741/LM 741A/LM 741C/LM 741E
6) LM 709/LM 709A/LM 709C
7) LM 101
8) LM 201
9) LM 301
10) LF412
11) CA 3130, CA 3130A, CA 3130B
12) CA 3140, CA 3140A, CA 3140B

).

c. Rancang dan buatlah rangkaian elektronika yang menggunakan Op-Amp!


Jawab

DAFTAR PUSTAKA
Halliday, D., R. Resnick, J. Walker, 2013, Fundamentals of Physics Extended, 10th Edition,
John Wiley & Sons, Inc., New Jersey.
Halliday D., R. Resnick, 1988, Fundamentals of Physics Extended, 3rd Edition, John Wiley &
Sons Inc., New Jersey.
Waluyanti, Sri, Djoko S., Slamet, Umi R., 2008, Alat Ukur dan Teknik Pengukuran untuk
Sekolah Menengah Kejuruan, Jilid 3, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta.
Tampubolon,

Andokristi,

Menguasai

Alat

Ukur

Listrik

dan

Elektronika,

http://www.geocities.ws/nerdi/menguasai_alat_ukur_listrik_dan_elektronika.html,

diakses

tanggal 12 Maret 2015.


K., Adarsh, Prashanth S, Radha Malini M G, 2004, Line Following Robot, Presentation,
Indian Institute of Technology, New Delhi.
Supatmi, Sri, Pengaruh Sensor Ldr Terhadap Pengontrolan Lampu, Majalah Ilmiah UNIKOM,
Nomor 2, Volume 8, halaman 175 180, http://jurnal.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/v08n02/volume-82-artikel-5.pdf/pdf/volume-82-artikel-5.pdf diakses tanggal 13 Maret 2015.
Prayoga, Aditya, Benson Marnatha S., Edison Marulitua S., M. Nahar, 2010,
TRANSFORMER, Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia, Depok.
Anonim, NTC Thermistors, Version 11.4, AVX, Greenville.
Suprapto, 2014, Karakteristik Transistor, Sekolah Teknik Elektro dan Informatik Insitut
Teknologi Bandung, Bandung.
Bullock,

Madeline.

"How

Relays

Work"

01

April

2000.

HowStuffWorks.com.

http://electronics.howstuffworks.com/relay.htm, diakses tanggal 13 March 2015.


Anonim, 2013, Catu Daya, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Abdullah, 2010, Studi Pengontrol Temperatur Motor Dc untuk Mempertahankan Kestabilan
Kecepatan Motor Berbasis Mikrokontroler AT89S52, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
R., Pradipta, 2010, Instrumen Penghitung Nilai Koefisien Pemuaian Linear Logam Berbasis
Mikrokontroler, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia,
Depok.

Anda mungkin juga menyukai