Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmad dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Ascariasis.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai pentingnya pemahaman mengenai kasus
ascariasis. Adapun tujuan kami menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari
dokter pendamping yang membimbing kami. Tujuan utama dari makalah ini sendiri lebih
difokuskan pada penjelasan rinci mengenai definisi, etiologi, penanganan segera, komplikasi dan
prognosis ascariasis .
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu. Diharapkan
kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan tugas kami untuk kedepannya. Mudah mudahan
tugas ini bermanfaat bagi staf puskesmas dan masyarakat argamakmur.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis dan berkembang yang memiliki banyak
masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah dengan berbagai masalah gizi, kebersihan
dan sanitasi yang buruk sehingga sangat memperbesar faktor terjadinya kasus penyakit
infeksi khususnya yang disebabkan oleh infeksi parasit dan bakteri yang umum di
temukan di lingkungan tersebut.
Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Sasaran yang mudah terkena infeksi cacing biasanya adalah masyarakat di daerah
pedesaan atau perkotaan yang sangat padat dan kumuh. Cara infeksi cacing dapat melalui
tertelannya telur yang matang pada air, makanan, atau tanah yang telah terkontaminasi,
serta dapat pula larvanya menembus kulit.
Salah satu penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris lumbricoides atau dikenal
pula dengan cacing gelang. Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif, penyakit
yang disebabkan cacing ini disebut askariasis. Penyebaran parasit ini di daerah tropis
dengan tingkat kelembaban cukup tinggi. Cacing dewasa mempunyai ukuran paling besar
diantara Nematoda yang lain.
Tingginya prevalensi askariasis di pengaruhi oleh pertumbuhan telur yang sesuai
dengan lingkungan, tingginya jumlah telur yang diproduksi per parasit, dan kondisi sosial
ekonomi masyarakat miskin yang memfasilitasi penyebarannya. Transmisi ini juga
diperkuat oleh adanya kemungkinan bahwa orang yang terinfeksi bisa tanpa gejala.
Variasi yang signifikan dalam intensitas infeksi terjadi di antara rumah tangga di
masyarakat. Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah sangat mempengaruhi
terjadinya askariasis yang relatif menjadi infeksi berat pada manusia. Meskipun terjadi di
semua usia, askariasis umumnya terjadi pada anak-anak.
2. Tujuan Kegiatan
2.1 Megidentifikasi masasalah kesehatan ascariasis
2.2 Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga tentang ascariasis, mulai dari
definasi, etiologi, penanganan awal dan penanganan dipusat pelayanan kesehatan,
komplikasi serta prognosisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Ascariasis
Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, yang
merupakan nematode usus terbesar. Angka kejadiannya di dunia lebih banyak dari infeksi
cacing lainnya, diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia pernah terinfeksi dengan
cacing ini. Infeksi paling sering pada anak prasekolah atau umur sekolah awal. Askariasis
berada paling banyak pada negara bermusim panas. Meskipun demikian, didapati sekitar
4 juta individu, terutama anak, di Amerika Utara (Behrman, 2000).
Ascariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides biasa disebut round
worm of man yaitu suatu penyakit parasit usus pada manusia yang terbesar, disebut
juga cacing gelang. Penyebarannya luas dan merata di daerah tropic, sub-tropik dan lebih
banyak ditemukan di daerah pinggiran dibandingkan di kota. Cacing ini hidup di rongga
usus halus. Di Indonesia, penderita Askariasis didominasi oleh anak-anak. Penyebab
penyakit ini bisa karena kurangnya pemakaian jamban keluarga dan kebiasaan memakai
tinja sebagai pupuk.
B. Morfologi
Cacing dewasa berbentuk silinder dan berwarna pink, yang jantan lebih kecil dari
betina. Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina berkisar 22-35 cm.
Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian untaian rambut di ujung
ekornya (posterior), pada betina pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin
atau gelang kopulasi. Pada ujung kepala (anterior) terdapat tiga bibir yang tersusun
Chinese word .
Cacing dewasa hidup pada usus manusia . Seekor cacing betina dapat bertelur
sampai 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron,
sedangkan telur yang tidak dibuahi bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur
yang telah dibuahi inilah yang menginfeksi manusia.
Ada tiga macam telur ; fertil egg, unfertil egg, decorticated egg
1. Fertil egg
Berbentuk oval, berwarna coklat, rata-rata ukurannya 60 x 45 m. Kulitnya tipis
terdiri dari ascaroide, lapisan chitin, membran fertil, yang berisi sel telur yang fertil
2. Unfertil egg
lebih panjang dan lebih bulat dibandingkan dari fertil egg.lapisan kitin dan albumin
lebih tipis dari fertil egg tanpa ascaroide dan membran fertil. Berisi granul refracable
yang berbeda ukuran
3. decorticated egg
kadang-kadang fertile dan infertile egg albuminya kurang dan tidak berwarna
C. Tempat Hidup
Telur ini akan menetas di usus, kemudian berkembang jadi larva menembus
dinding usus, lalu masuk ke dalam paru-paru. Masuknya larva ke paru-paru manusia
disebut terinfeksi sindroma loeffler. Setelah dewasa, Ascaris lumbricoides akan mendiami
usus manusia dan menyerap makanan disana, disamping tumbuh dan berkembang biak.
D. Siklus Hidup
E. Epidemiologi
A.lumbricoides dijumpai di seluruh dunia dan diperkirakan 1,3 milyar orang
pernah terkena infeksi ini. Tidak jarang dijumpai infeksi dengan cacing jenis lain,
terutama Trichuris trchiura. Askariasis ditularkan melalui tanah, tergantung pada
penyebaran telur ke dalam keadaan lingkungan yang cocok untuk pematangannya.
Defekasi di tempat sembarangan dan menggunakan pupuk
manusia
merupakan
3. telur resisten terhadap desinfektan, telur dapat bertahan sampai beberapa tahun
4. social custom and living habit
5. disposal of feces is unsuitable
daya tahan atau imunitas. Daya tahan tubuh sangat penting untuk melindungi
tubuh, salah satunya dari serangan parasit cacing.
3. Perumahan Kumuh
Kodisi lingkungan rumah yang kumuh dapat menyebabkan penyakit
ascariasis. Sanitasi yang tidak baik akan menjadi tempat berkembangbiakan
bibit penyakit. Misalnya sebuah perumahan yang memiliki sanitasi buruk
dengan tempat pembuangan feses tidak tercover, akan menyebabkan
pencemaran
tanah
oleh
feses
yang
kemudian
menjadi
tempat
tanah. Hal ini dikarenakan tempat hidup cacing ascariasis banyak di tambang. Jenis
pekerjaan lainnya yang memudahkan penularan telur cacing ascariasis adalah pekerja
perkebunan yang menggunakan feses sebagai pupuk. Karena tanah tempat mereka
bekerja menjadi tempat bertelurnya cacing ascariasis.
G. Etiologi
Ascariasis disebabkan oleh mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi roundworm eggs. Ascariasis adalah infeksi cacing pada usus yang paling
umum. Ditemukan pada orang yang higienisnya buruk, sanitasi yang jelek, dan
penggunaan feses sebagai pupuk.
H. Gejala Klinis
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
a. Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru
akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda
seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat
infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
b. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna
seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing
masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing
dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat
menyebabkan akut abdomen.
Manifestasis Klinis
Batuk
12
Demam
Eosinofilia
Infiltrat (menghilang dalam waktu 3 minggu
Mual
Nafsu makan berkurang
Diare atau konstipasi
Malnutrisi
Malabsorpsi
Obstruksi usus (ileum)
13
14
Manifestasi yang lebih serius telah diteliti. Penyebaran cacing dewasa bisa dihambat oleh
lumen apendik atau cairan empedu dan mengalami pervorasi pada dinding usus.
Komplikasi ascaraiasis bisa terjadi seperti obstruksi usus , apendikcitis, biliari ascariasis,
perforasi usus, cholecystitis, pancreatitis dan peritonitis dll.yang paling banyak adalah
biliary ascariasis.
J. Patofisiologi
Kebanyakan cacing menghabiskan sebagian besar masa siklus hidup mereka
didalam lumen organ visera seperti usus. Satu cara untuk mengatasi infeksi cacing adalah
dengan mengkontraksikan usus serta mengendurkan cengkraman cacing di usus dan pada
akhirnya mengeluarkan cacing tersebut. Efek-efek ini disebabkan oleh sel yang
berdegranulasi. Sel yang dapat berdegranulasi antara lain adalah sel mast, basofil, serta
eosinofil. Sel mast berperan menyerupai makrofag, karena sel mast secara konstan berada
di jaringan mukosa. Eosinofil bersifat seperti neutrophil. Eosinofil tidak dapat ditemukan
di jaringan normal dan hanya terdapat bila ada infestasi cacing. Sel mast teraktivasi saat
komponen cacing berikatan pada toll like receptor pada permukaan sel mast. Saat
teraktivasi, sel mast mengeluarkan substansi yang akan menempel pada permukaan
patogen. Beberapa dari substansi tersebut, contohnya histamine dan enzim proteolitik,
terbentuk di dalam sel mast sebelum sel mast teraktivasi dan disimpan dalam granulanya.
Sedangkan prostaglandin dan leukotriene diproduksi lewat metabolism asam arakhidonat
setelah sel mast diaktifkan.
Histamine mengakibatkan kontraksi otot polos usus dan dilatasi pembuluh darah.
Enzim proteolitik seperti triptase sel mast dapat mengaktifkan sistem komplemen seperti
C3. Sitokin seperti IL-3 dan IL-8 mengaktifasi eosinofil dan sistem imun adaptif.
Hasil metabolisme asam arakhidonat memiliki beberapa efek, yakni:
15
sel mast (kecuali histamine). Namun tambahannya, eosinofil juga mengeluarkan zat-zat
beracun seperti :
Protein Katationik juga merusak lapisan luar cacing dan melumpuhkan sistem
persarafan cacing
Pada permulaan penyakit, telur ascaris tertelan melalui mulut dan melewati
saluran cerna hingga mencapai lumen usus halus, kemudian Larva ascaris menembus
dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, dimana respon imun
pertama
akan
terjadi
ketika
APC
menangkap
antigen
larva
tersebut
dan
recovery cacing dewasa, jika ditemukan cacing dewasa dan adolescent pada feses,
muntah dan organ manusia yang diinfeksi ascariasi, diagnosa bisa ditegakkan
abdominal x-ray
comlpete blood count
Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau
ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.
L. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium merupakan diagnosa pasti dari askariasis. Diagnosa
askariasis ditegakkan dengan pemeriksaan feses pasien dimana dijumpai telur cacing
askaris. Setiap satu ekor cacing askaris mampu memproduksi jumlah telur yang banyak,
sehingga biasanya pada pemeriksaan pertama bisa langsung ditemui. Saat cacing
bermigrasi masuk ke paru biasanya berhubungan dengan eosinophilia dan ditemui
gambaran infitrat pada foto dada. Bahkan pada kasus obstruksi tidak jarang diperlukan
foto polos abdomen, USG atau pemeriksaan lainnya. Diagnosis askariasis ditegakkan
dengan menemukan Ascaris dewasa atau telur Ascaris pada pemeriksaan tinja.
M. Penatalaksanaan
Untuk pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti :
Pirantel pamoat: dosis 10 mg/kg BB (maksimum 1 g) dapat diberikan dosis
tunggal. Efek samping : gangguan gastrointestinal, sakit kepala, pusing,
kemerahan pada kulit dan demam.
Mebendazol : dosis 100 mg dua kali per hari selama lebih dari 3 hari. Efek
samping : diare rasa sakit pada abdomen, kadang kadang leucopenia.
Mebendazol tidak di anjurkan pada wanita hamil karena dapat membahayakan
janin.
18
N. Pencegahan
Anjuran mencuci tangan sebelum makan, menggunting kuku secara teratur,
dan pemakaian jamban keluarga serta pemeliharaan kesehatan pribadi dan lingkunganmer
upakan tindakan pencegahan askariasis. Melaksanakan prinsip-prinsip kesehatan
lingkungan yang baik, misalnya membuat kaskus yang baik untuk menghindari
pencemaran tanah dengan tinja penderita, mencegah masuknya telur cacing yang
mencemari makanan atau minuman denganselalu memasak makanan dan minuman
sebelum dimakan atau diminum, sertamenjaga kebersihan perorangan (Soedarto, 2008).
Mengobati penderita serta pengobatan massal dengan obat cacing berspektrum
lebardidaerah endemik dapat memutuskan rantai siklus hidup cacing ini dan cacing
lainnya. Pendidikan kesehatan pada penduduk perlu dilakukan untuk menunjangupaya
pencegahan penyebaran dan pemberantasan askariasis (Soedarto, 2008). Penyakit ini
dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik.Pemakaian
jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup A s c a r i s l u m b r i c o i d e s ini.
Lebih rincinya pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging
ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
2. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan
menjelangmakan atau sesudah buang air besar.
19
4. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinjasegar
sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidakmencemari
sumber air.
5. Di
Taman
Kanak
Kanak
dan
Sekolah
Dasar
sedini mungkin
harus
secara
rutin
segar
(mentah)
yang
akan
dimakan
sebagai
lalapan,
harus
dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat karena telur cacing Ascaris dapat
hidup dalam tanah selama bertahun-tahun.
d. Buang air besar di jamban, tidak di kali atau di kebun.
20
Bila pasien menderita beberapa spesies cacing, askariasis harus diterapi lebih dahulu
dengan pirantel pamoat.
Pencegahan Penyakit
a. Promotion
Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna serta
hygienekeluarga dan hygiene pribadi seperti :
1. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
2. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan
dicuciterlebih dahulu dengan menggunkan sabun dan air mengalir.
3. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan,
hendaklahdicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat.
4. Ajarkan masyarakat menggunakan fasilitas jamban yang memenuhi
syaratkesehatan.
5. Mengajarkan kepada masyarakat agar tidak membuang feses outdors.
6. Mengajarkan kepada masyarakat untuk tidak kontak langsung dengan
tanahtanpa menggunakan pelidung diri (sarung tangan) apalagi dengan tanah
yangterkontaminasi feses.
b. Specifik Protection
1. Sediakan fasilitas yang cukup memadai untuk pembuangan kotoran yang
layakdan cegah kontaminasi tanah pada daerah yang berdekatan langsung
denganrumah, terutama di tempat anak bermain.
2. Di
daerah
pedesaan,
buatlah
jamban
umum
yang
konstruksinya
aliran air,angin, dan lain-lain. Kompos yang dibuat dari kotoran manusia
untukdigunakan sebagai pupuk kemungkinan tidak membunuh semua telur.
3. Lakukan kegiatan pemberian obat cacing secara berkala di masyarakat
melaluiunit pelayanan kesehatan dasar (PUSKESMAS).
4. Di daerah endemis, jaga agar makanan selalu di tutup supaya tidak
terkenadebu dan kotoran. Makanan yang telah jatuh ke lantai jangan dimakan
kecualitelah dicuci atau dipanaskan.
5. Ketika
bepergian
ke
negara
yang
sanitasi
dan
higienisnya
jelek,
O. Prognosis
Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis
mencapai 70 hingga 99%. Komplikasi bisa disebabkan oleh cacing dewasa yang bergerak
ke organ tertentu menyebabkan blockage usus.
Komplikasi yang mungkin terjadi:
1. Penghambatan sekresi liver
2. blockage intestine
3. perforasi in the gut
22
BAB III
PERENCANAAN
Pencegahan dan penanggulangan ascariasis adalah dengan memberikan penyuluhan
mengenai ascariasis dengan materi antara lain pengertian, penyebab, pencegahan, pengenalan
tanda tanda, dan penanganan segera. Sasaran utama pada penatalaksanaan ascariasis adalah
menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Rencana Tindakan :
1. Penyuluhan kepada orang dewasa mengenai pengertian, penyebab, pencegahan,
pengenalan tanda tanda, dan penanganan segera.
2. Memberikan penyuluhan mengenai tanda tanda bahaya yang dapat terjadi pada
ascariasis.
3. Memberikan penyuluhan tentang factor factor resiko yang dapat meningkatkan kejadian
ascariasis seperti stress, pola makan dan pola tidur.
BAB IV
23
PELAKSANAAN
Proses intervensi yang dapat dilakukan pada keluarga dan pasien dengan ascariasis harus
mencakup berbagai aspek berikut :
1. Edukasi
Edukasi ini dilakukan pada pasien da keluarganya. Edukasi mencakup hal hal dibawah
ini :
- Menjelaskan apa saja factor resiko ascariasis, dengan demikian diharapkan dengan
-
Anak-anak dianjurkan tidak bermain di tanah yang lembab dan kotor, serta selalu
memotong kuku secara teratur.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
24
Daftar Pustaka
1. Gilles HM. Mansons Tropical Disease. 20th ed. London: WB Saunders Company LTD; 1995.
p. 1376.
2. Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan pemberantasannya.
Semarang: Erlangga; 2005.p. 5
25
3. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon-White RT. Lecture Notes Penyakit Infeksi.
6th ed. Jakarta : Erlangga Medical Series; 18; 284-285.
4. The Merck Manual. Ascariasis. Available from:
http://www.merckmanuals.com/professional/infectious_diseases/nematodes_roundworms/asca
riasis.html. Accessed on Jan 11, 2012.
5. Kerwin MLE. Empirically Supported Treatment in Pediatric Psychology. Journal of Pedoatric
Pyschology.1999; 24 (3): 193-214
6. Abdi, Yakoub Adden, Handbook of Drug for Tropical Parasitic Infection 2end edition.2003.
Taylor & Francis
7. Juliano, Jonathan.Antiparasitic Drugprentedin Oktober 26,2007.UNC school
8. Tjay, Tan Hoan. Obat-Obat Penting edisi kelima cetakan kedua .2002.Jakarta: penerbit
PT.Elek Media Komputindo
26