Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmad dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Ascariasis.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai pentingnya pemahaman mengenai kasus
ascariasis. Adapun tujuan kami menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari
dokter pendamping yang membimbing kami. Tujuan utama dari makalah ini sendiri lebih
difokuskan pada penjelasan rinci mengenai definisi, etiologi, penanganan segera, komplikasi dan
prognosis ascariasis .
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu. Diharapkan
kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan tugas kami untuk kedepannya. Mudah mudahan
tugas ini bermanfaat bagi staf puskesmas dan masyarakat argamakmur.

Argamakmur, Februari 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis dan berkembang yang memiliki banyak
masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah dengan berbagai masalah gizi, kebersihan
dan sanitasi yang buruk sehingga sangat memperbesar faktor terjadinya kasus penyakit
infeksi khususnya yang disebabkan oleh infeksi parasit dan bakteri yang umum di
temukan di lingkungan tersebut.
Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Sasaran yang mudah terkena infeksi cacing biasanya adalah masyarakat di daerah
pedesaan atau perkotaan yang sangat padat dan kumuh. Cara infeksi cacing dapat melalui
tertelannya telur yang matang pada air, makanan, atau tanah yang telah terkontaminasi,
serta dapat pula larvanya menembus kulit.
Salah satu penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris lumbricoides atau dikenal
pula dengan cacing gelang. Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif, penyakit
yang disebabkan cacing ini disebut askariasis. Penyebaran parasit ini di daerah tropis
dengan tingkat kelembaban cukup tinggi. Cacing dewasa mempunyai ukuran paling besar
diantara Nematoda yang lain.
Tingginya prevalensi askariasis di pengaruhi oleh pertumbuhan telur yang sesuai
dengan lingkungan, tingginya jumlah telur yang diproduksi per parasit, dan kondisi sosial
ekonomi masyarakat miskin yang memfasilitasi penyebarannya. Transmisi ini juga
diperkuat oleh adanya kemungkinan bahwa orang yang terinfeksi bisa tanpa gejala.
Variasi yang signifikan dalam intensitas infeksi terjadi di antara rumah tangga di
masyarakat. Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah sangat mempengaruhi
terjadinya askariasis yang relatif menjadi infeksi berat pada manusia. Meskipun terjadi di
semua usia, askariasis umumnya terjadi pada anak-anak.

Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Kurangnya


pemakaian jamban keluarga dapat menimbulkan pencemaran tanah, dengan tinja di
sekitar halaman rumah, bawah pohon, tempat mencuci dan tempat pembuangan sampah.
Di negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk. Tanah liat,
kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 25-30C merupakan hal-hal yang
sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides menjadi bentuk infektif.

2. Tujuan Kegiatan
2.1 Megidentifikasi masasalah kesehatan ascariasis
2.2 Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga tentang ascariasis, mulai dari
definasi, etiologi, penanganan awal dan penanganan dipusat pelayanan kesehatan,
komplikasi serta prognosisnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Ascariasis
Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, yang
merupakan nematode usus terbesar. Angka kejadiannya di dunia lebih banyak dari infeksi
cacing lainnya, diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia pernah terinfeksi dengan
cacing ini. Infeksi paling sering pada anak prasekolah atau umur sekolah awal. Askariasis
berada paling banyak pada negara bermusim panas. Meskipun demikian, didapati sekitar
4 juta individu, terutama anak, di Amerika Utara (Behrman, 2000).
Ascariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides biasa disebut round
worm of man yaitu suatu penyakit parasit usus pada manusia yang terbesar, disebut
juga cacing gelang. Penyebarannya luas dan merata di daerah tropic, sub-tropik dan lebih
banyak ditemukan di daerah pinggiran dibandingkan di kota. Cacing ini hidup di rongga
usus halus. Di Indonesia, penderita Askariasis didominasi oleh anak-anak. Penyebab
penyakit ini bisa karena kurangnya pemakaian jamban keluarga dan kebiasaan memakai
tinja sebagai pupuk.
B. Morfologi

Gambar 1 Ascaris lumbricoides

Cacing dewasa berbentuk silinder dan berwarna pink, yang jantan lebih kecil dari
betina. Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina berkisar 22-35 cm.
Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian untaian rambut di ujung
ekornya (posterior), pada betina pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin
atau gelang kopulasi. Pada ujung kepala (anterior) terdapat tiga bibir yang tersusun
Chinese word .

Gambar 2 tiga bibir pada bagian anterior


Cacing ini telah memiliki saluran pencernaan yang lengkap, organ reproduksi
berbentuk tubular, yang jantan mempunyai tubula reproduktif tunggal, yang betina
mempunyai dua buah tubula reproduktif dan vulva secara ventral terdapat pada bagian
posterior 1/3 bagian anterior tubuh.

Gambar 3. Penampang melintang


5

Cacing dewasa hidup pada usus manusia . Seekor cacing betina dapat bertelur
sampai 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron,
sedangkan telur yang tidak dibuahi bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur
yang telah dibuahi inilah yang menginfeksi manusia.
Ada tiga macam telur ; fertil egg, unfertil egg, decorticated egg
1. Fertil egg
Berbentuk oval, berwarna coklat, rata-rata ukurannya 60 x 45 m. Kulitnya tipis
terdiri dari ascaroide, lapisan chitin, membran fertil, yang berisi sel telur yang fertil

Gambar 4. fertile egg


Fertile egg masih dalam bentuk uniseluler ketika melewati feses.

2. Unfertil egg
lebih panjang dan lebih bulat dibandingkan dari fertil egg.lapisan kitin dan albumin
lebih tipis dari fertil egg tanpa ascaroide dan membran fertil. Berisi granul refracable
yang berbeda ukuran

Gambar 5. infertile egg

3. decorticated egg
kadang-kadang fertile dan infertile egg albuminya kurang dan tidak berwarna
C. Tempat Hidup
Telur ini akan menetas di usus, kemudian berkembang jadi larva menembus
dinding usus, lalu masuk ke dalam paru-paru. Masuknya larva ke paru-paru manusia
disebut terinfeksi sindroma loeffler. Setelah dewasa, Ascaris lumbricoides akan mendiami
usus manusia dan menyerap makanan disana, disamping tumbuh dan berkembang biak.

D. Siklus Hidup

Gambar 6 siklus hidup Ascaris l


Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat
mengandung telur askariasis yang telah dubuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21
hari. bila terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan
tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris.
Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus.
Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti
sistem peredaran, yakni hati, jantung dan kemudian di paru-paru.
Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus,
trakea, kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di
usus, larva akan menjadi cacing dewasa.
Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini
pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila
penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.

E. Epidemiologi
A.lumbricoides dijumpai di seluruh dunia dan diperkirakan 1,3 milyar orang
pernah terkena infeksi ini. Tidak jarang dijumpai infeksi dengan cacing jenis lain,
terutama Trichuris trchiura. Askariasis ditularkan melalui tanah, tergantung pada
penyebaran telur ke dalam keadaan lingkungan yang cocok untuk pematangannya.
Defekasi di tempat sembarangan dan menggunakan pupuk

manusia

merupakan

praktik tidak higienis yang menyebabkan endemisitas askariasis. Manusia mendapat


infeksi dengan cara tertelan telur cacing A.lumbricoides yang mengandung larva.
Prevalensi tertinggi askariasis di daerah tropik pada usia 3-8 tahun (Behrman, 2000).
Diperkirakan 1300 juta orang terinfeksi askariasis. Paling banyak ditemukan
pada daerah tropis, tanah lembap, dan terlindung dari sinar matahari, ini merupakan
kondisi yang baik untuk trasmisi askariasis secara terus menurus. Tanah liat merupakan
tempaty ang paling baik untuk perkembangan telur askaris dan tetap infektif dalam
genangan air (Behrman,2000)
Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Penyakit ini
dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik. Pemakaian
jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides. Kira-kira 25%
dari seluruh penduduk dunia terinfeksi cacing ini, terutama dinegara-negara tropis.
Hospes dan distribusi
Hospes atau inang dari askariasis adalah manusia. Di manusia, larva askariasis
akan berkembang menjadi dewasadan mengadakan kopulasi serta akhirnya bertelur.
Penyakit ini bersifat kosmopolit, terdapat hamnpir diseluruh dunia. Prevalensi askariasis
sekitar 70-80%.
Factor yang mempengaruhi penyebaran
1. siklus hidup yang sederhana
2. jumlah telur yang banyak
9

3. telur resisten terhadap desinfektan, telur dapat bertahan sampai beberapa tahun
4. social custom and living habit
5. disposal of feces is unsuitable

F. Faktor Utama yang Mempengaruhi Penyakit


a. Predisposis
1) Umur
Penyakit Ascariasis biasa menyerang anak-anak berusia 5-10 tahun. Ada pula
yang menyerang dewasa tetapi prevalensinya sedikit.
2) Jenis Kelamin
Penyakit ascariasis menyerang wanita maupun pria. Tidak ada indikator
khusus untuk kriteria penderita ascariasi.
b. Pemungkin
1. Pendapatan Rendah
Tingkat pendapatan rendah merupakan salah satu faktor penurunan kesadaran
masyarakat untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ada. Masyarakat
dengan pendapatan rendah biasanya tidak memeriksakan kesehatan secara
berkala sehingga tidak mengetahui kondisi kesehatannya karena keterbatasan
biaya. Mengingat biaya kesehatan yang semakin tinggi.
2. Gizi Buruk
Gizi buruk yang menimpa penderita akan memudahkan penularan penyakit
ascariasis. Hal ini dikarenakan penderita gizi buruk mengalami penurunan
10

daya tahan atau imunitas. Daya tahan tubuh sangat penting untuk melindungi
tubuh, salah satunya dari serangan parasit cacing.
3. Perumahan Kumuh
Kodisi lingkungan rumah yang kumuh dapat menyebabkan penyakit
ascariasis. Sanitasi yang tidak baik akan menjadi tempat berkembangbiakan
bibit penyakit. Misalnya sebuah perumahan yang memiliki sanitasi buruk
dengan tempat pembuangan feses tidak tercover, akan menyebabkan
pencemaran

tanah

oleh

feses

yang

kemudian

menjadi

tempat

berkembangbiakan telur cacing ascarisis. Tanah yang tercemar tadi terpegang


oleh sesorang dan seseorang tadi tidak mencuci tangan sebelum makan, maka
orang tersebut menelan telur ascariasis dan terkenan penyakit ascariasis.
c. Pencetus
Penyakit ascariasis dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang kotor (sanitasi
kehidupan sehari-hari, penggunaan feses sebagai pupuk masih banyak terdapat di
masyarakat. Padahal bahaya dari pencemaran tanah akibat pupuk tersebut sangat
mengancam kehidupan dan menjadi jalan masuk penyakit ascariasis.
Pola hidup tidak sehat dengan kurang memperhatikan kebersihan lingkunag dan
kebersihan diri juga menjadi salah sati faktor pencetus penyakit ascariasis. Orang
yang suka sembarangan makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu sangat beresiko
terkena penyakit ascariasis karena mereka menelan telur cacing ascariasis.
Membuang feses tidak pada tempatnya (membuang hajat sembarangan) juga menjadi
hal yang perlu diperhatikan. Tanah akan tercemar oleh feses dan menjadi tempat
perkembangbiakan telur cacing ascariasis.
d. Pemberat
Jenis pekerjaan merupakan faktor pemberat dari penyakit ascariasis. Yang mudah
terkena penyakit ini biasanya mereka yang bekerja di dan terpapar langsung dengan
11

tanah. Hal ini dikarenakan tempat hidup cacing ascariasis banyak di tambang. Jenis
pekerjaan lainnya yang memudahkan penularan telur cacing ascariasis adalah pekerja
perkebunan yang menggunakan feses sebagai pupuk. Karena tanah tempat mereka
bekerja menjadi tempat bertelurnya cacing ascariasis.

G. Etiologi
Ascariasis disebabkan oleh mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi roundworm eggs. Ascariasis adalah infeksi cacing pada usus yang paling
umum. Ditemukan pada orang yang higienisnya buruk, sanitasi yang jelek, dan
penggunaan feses sebagai pupuk.

H. Gejala Klinis
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
a. Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru
akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda
seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat
infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
b. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna
seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing
masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing
dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat
menyebabkan akut abdomen.
Manifestasis Klinis
Batuk
12

Demam
Eosinofilia
Infiltrat (menghilang dalam waktu 3 minggu
Mual
Nafsu makan berkurang
Diare atau konstipasi
Malnutrisi
Malabsorpsi
Obstruksi usus (ileum)

13

Gambar 7 penderita penyakit ascariasi


I. Patogenesis
Ada dua fase ascariasis
1. fase perpindahan larva dari darah ke paru-paru. Selama perpindahannya ke paru-paru
larva menyebabkan pneumonia. Gejala pneumonia ini adalah demam rendah, batuk, ada
sedikit darah di sputum, asma. Sejumlah bessar wanita, menigkat reaksi alerginya.
Umumnya ada eosinofil. Manifestasi klinik ini disebut juga Loefflers syndrome.
2. fase dewasa di usus. Adanya sedikit cacing dewasa di usus halus tidak menghasilkan
gejala, tapi bisa meningkatkan nyeri pada abdominal yang samar-samar atau intermiten
colic, terutama pada anak-anak. Penyakit yang berat bisa menyebabkan malnutrisi.

14

Manifestasi yang lebih serius telah diteliti. Penyebaran cacing dewasa bisa dihambat oleh
lumen apendik atau cairan empedu dan mengalami pervorasi pada dinding usus.
Komplikasi ascaraiasis bisa terjadi seperti obstruksi usus , apendikcitis, biliari ascariasis,
perforasi usus, cholecystitis, pancreatitis dan peritonitis dll.yang paling banyak adalah
biliary ascariasis.

J. Patofisiologi
Kebanyakan cacing menghabiskan sebagian besar masa siklus hidup mereka
didalam lumen organ visera seperti usus. Satu cara untuk mengatasi infeksi cacing adalah
dengan mengkontraksikan usus serta mengendurkan cengkraman cacing di usus dan pada
akhirnya mengeluarkan cacing tersebut. Efek-efek ini disebabkan oleh sel yang
berdegranulasi. Sel yang dapat berdegranulasi antara lain adalah sel mast, basofil, serta
eosinofil. Sel mast berperan menyerupai makrofag, karena sel mast secara konstan berada
di jaringan mukosa. Eosinofil bersifat seperti neutrophil. Eosinofil tidak dapat ditemukan
di jaringan normal dan hanya terdapat bila ada infestasi cacing. Sel mast teraktivasi saat
komponen cacing berikatan pada toll like receptor pada permukaan sel mast. Saat
teraktivasi, sel mast mengeluarkan substansi yang akan menempel pada permukaan
patogen. Beberapa dari substansi tersebut, contohnya histamine dan enzim proteolitik,
terbentuk di dalam sel mast sebelum sel mast teraktivasi dan disimpan dalam granulanya.
Sedangkan prostaglandin dan leukotriene diproduksi lewat metabolism asam arakhidonat
setelah sel mast diaktifkan.
Histamine mengakibatkan kontraksi otot polos usus dan dilatasi pembuluh darah.
Enzim proteolitik seperti triptase sel mast dapat mengaktifkan sistem komplemen seperti
C3. Sitokin seperti IL-3 dan IL-8 mengaktifasi eosinofil dan sistem imun adaptif.
Hasil metabolisme asam arakhidonat memiliki beberapa efek, yakni:

Tromboxan mengaktifkan trombosit

15

Leukotriene menyebabkan kontraksi usus dan bronkokonstriksi, sekresi mucus,


vasodilatasi, dan kemotaksis eosinofil ke tempat infeksi

Prostaglandin menyebabkan vasodilatasi, kontraksi usus dan bronkokonstriksi.


Eosinofil mengeluarkan substansi mirip dengan substansi yang dikeluarkan oleh

sel mast (kecuali histamine). Namun tambahannya, eosinofil juga mengeluarkan zat-zat
beracun seperti :

Peroxidase memproduksi hypocloric acid

Basic Protein yang menyerang lapisan luar parasit

Protein Katationik juga merusak lapisan luar cacing dan melumpuhkan sistem
persarafan cacing
Pada permulaan penyakit, telur ascaris tertelan melalui mulut dan melewati

saluran cerna hingga mencapai lumen usus halus, kemudian Larva ascaris menembus
dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, dimana respon imun
pertama

akan

terjadi

ketika

APC

menangkap

antigen

larva

tersebut

dan

mempresentasikannya kepada Th dan akan dihasilkan interleukin 2 yang akan


mengaktifkan Th sendiri sehingga sel Th berdifferensiasi menjadi sel Th2 yang akan
mengeluarkan dua sitokin, yaitu IL-4 dan IL-5.
IL-4 akan merangsang sel B untuk memproduksi antibody spesifik untuk cacing
berupa IgE. Sedangkan IL-5 mengaktifkan eosinofil untuk berdegranulasi. IgE yang
dihasilkan oleh IL-4 nantinya akan menempel di sel mast dan terjadi degranulasi sel mast
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Begitu juga dengan menempelnya IgE lain di
eosinofil dan merangsang eosinofil mengeluarkan substansi untuk membunuh antigen
larva tersebut. Namun, larva yang berhasil lolos dapat menuju jantung dan paru, hingga
ke laring. Sesampainya di paru, respon imun yang berperan disini adalah mukosa berupa
sel dendritik dan makrofag yang menangkap larva dan memulai proses imun, peristiwa
respon imun yang terjadi hampir sama dengan saat pertama kali. Respon imun, dimana
pengeluaran histamin dari sel mast yang menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan
16

kemudian menimbulkan batuk, leukotrien dan prostalglandin akan menyebabkan


bronkokonstriksi dari paru, sehingga akan menimbulkan suara wheezing.
Eosinofil yang melawan dan membunuh larva akan memunculkan gambaran
klinis berupa eosinofilia dan gambaran infiltrat yang kita kenal dengan Sindrom Looffler,
ia juga akan memicu rasa gatal yaitu histamin akan memunculkan refleks batuk, yang
dapat mengakibatkan tertelannya larva filariform sehingga dapat memasuki sistem
gastrointestinal melalui esofagus.
Sesampainya di usus, larva berkembang menjadi cacing dewasa. Manosa pada
cacing dewasa tersebut akan dikenali sel mast dan menimbulkan respon imun yang sama
seperti sebelumnya. Peningkatan metabolisme asam arakhidonat oleh degranulasi sel
mast menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos dan sekresi mucus di lumen usus
sehingga dapat terjadi diare.
Cacing dewasa ascaris juga menyebabkan malnutrisi dimana protein dan
karbohidrat diabsorpsi oleh cacing untuk berkembang, termasuk albumin yang
dibutuhkan untuk keseimbangan cairan. Dengan berkurangnya kadar albumin yang
diabsorpsi, maka akan menurunkan tekanan onkoti di pembuluh darah dan menyebabkan
tertariknya cairan di dalam pembuluh darah ke jaringan interstitial di abdomen, sehingga
menyebabkan ascites pada pasien ini.
Demam pada pasien ini disebabkan oleh efek prostaglandin yang dikeluarkan saat
degranulasi sel mast, khususnya prostaglandin E2 yang merangsang kenaikan suhu di
pusat suhu hipotalamus.
K. Diagnosis
Gejala dan tanda hanya untuk referensi.konfirmasi diagnosis tergantung kepada
recoveri dan identifikasi cacing dan telurnya.
ascaris pneumonitis: uji sputum untuk larva ascaris biasanya berguna.
ascaris usus: pemeriksaan telur pada feses
direct fecal film: simpel dan efektif. Telur mudah ditemukan dengan
menggunakan cara ini karen jumlah oviposition betina yang besar, yaitu 240.000
telur cacing perhari. Sehingga metoda ini merupakan metoda utama
metoda brine floatation
17

recovery cacing dewasa, jika ditemukan cacing dewasa dan adolescent pada feses,
muntah dan organ manusia yang diinfeksi ascariasi, diagnosa bisa ditegakkan
abdominal x-ray
comlpete blood count
Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau
ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.

L. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium merupakan diagnosa pasti dari askariasis. Diagnosa
askariasis ditegakkan dengan pemeriksaan feses pasien dimana dijumpai telur cacing
askaris. Setiap satu ekor cacing askaris mampu memproduksi jumlah telur yang banyak,
sehingga biasanya pada pemeriksaan pertama bisa langsung ditemui. Saat cacing
bermigrasi masuk ke paru biasanya berhubungan dengan eosinophilia dan ditemui
gambaran infitrat pada foto dada. Bahkan pada kasus obstruksi tidak jarang diperlukan
foto polos abdomen, USG atau pemeriksaan lainnya. Diagnosis askariasis ditegakkan
dengan menemukan Ascaris dewasa atau telur Ascaris pada pemeriksaan tinja.

M. Penatalaksanaan
Untuk pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti :
Pirantel pamoat: dosis 10 mg/kg BB (maksimum 1 g) dapat diberikan dosis
tunggal. Efek samping : gangguan gastrointestinal, sakit kepala, pusing,
kemerahan pada kulit dan demam.
Mebendazol : dosis 100 mg dua kali per hari selama lebih dari 3 hari. Efek
samping : diare rasa sakit pada abdomen, kadang kadang leucopenia.
Mebendazol tidak di anjurkan pada wanita hamil karena dapat membahayakan
janin.

18

Piperasin sitrat : dosis 75 mg/kg BB (maksimum 3,5 g/hari), pemeberian selama


dua hari. Efek samping : kadang kadang menyebabkan urtikaria, gangguan
gastrointestinal dan pusing.
Albendazol : dosis tunggal 400 mg,dengan angka kesembuhan 100% pada infeksi
cacing Ascariasis (Soedarmo, 2010).

N. Pencegahan
Anjuran mencuci tangan sebelum makan, menggunting kuku secara teratur,
dan pemakaian jamban keluarga serta pemeliharaan kesehatan pribadi dan lingkunganmer
upakan tindakan pencegahan askariasis. Melaksanakan prinsip-prinsip kesehatan
lingkungan yang baik, misalnya membuat kaskus yang baik untuk menghindari
pencemaran tanah dengan tinja penderita, mencegah masuknya telur cacing yang
mencemari makanan atau minuman denganselalu memasak makanan dan minuman
sebelum dimakan atau diminum, sertamenjaga kebersihan perorangan (Soedarto, 2008).
Mengobati penderita serta pengobatan massal dengan obat cacing berspektrum
lebardidaerah endemik dapat memutuskan rantai siklus hidup cacing ini dan cacing
lainnya. Pendidikan kesehatan pada penduduk perlu dilakukan untuk menunjangupaya
pencegahan penyebaran dan pemberantasan askariasis (Soedarto, 2008). Penyakit ini
dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik.Pemakaian
jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup A s c a r i s l u m b r i c o i d e s ini.
Lebih rincinya pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging
ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
2. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan
menjelangmakan atau sesudah buang air besar.
19

4. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinjasegar
sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidakmencemari
sumber air.
5. Di

Taman

Kanak

Kanak

diadakan pemeriksaan parasit,

dan

Sekolah

Dasar

sedini mungkin

harus

secara

rutin

menemukan anak yang

terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.


6. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat kerumah
sakit.
7. Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali,
tetapimereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan
secarasporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin
tidakketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
8. Pengobatan masal 6 bulan sekali di daerah endemik atau di daerah yang
rawanaskariasis.
9. Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik, hygiene keluarga dan
hygiene pribadi seperti:
a. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
b. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuciterlebih
dahulu dengan menggunakan sabun.
c. Sayuran

segar

(mentah)

yang

akan

dimakan

sebagai

lalapan,

harus

dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat karena telur cacing Ascaris dapat
hidup dalam tanah selama bertahun-tahun.
d. Buang air besar di jamban, tidak di kali atau di kebun.

20

Bila pasien menderita beberapa spesies cacing, askariasis harus diterapi lebih dahulu
dengan pirantel pamoat.
Pencegahan Penyakit
a. Promotion
Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna serta
hygienekeluarga dan hygiene pribadi seperti :
1. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
2. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan
dicuciterlebih dahulu dengan menggunkan sabun dan air mengalir.
3. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan,
hendaklahdicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat.
4. Ajarkan masyarakat menggunakan fasilitas jamban yang memenuhi
syaratkesehatan.
5. Mengajarkan kepada masyarakat agar tidak membuang feses outdors.
6. Mengajarkan kepada masyarakat untuk tidak kontak langsung dengan
tanahtanpa menggunakan pelidung diri (sarung tangan) apalagi dengan tanah
yangterkontaminasi feses.
b. Specifik Protection
1. Sediakan fasilitas yang cukup memadai untuk pembuangan kotoran yang
layakdan cegah kontaminasi tanah pada daerah yang berdekatan langsung
denganrumah, terutama di tempat anak bermain.
2. Di

daerah

pedesaan,

buatlah

jamban

umum

yang

konstruksinya

sedemikianrupa sehingga dapat mencegah penyebaran telur askariasis melalui


21

aliran air,angin, dan lain-lain. Kompos yang dibuat dari kotoran manusia
untukdigunakan sebagai pupuk kemungkinan tidak membunuh semua telur.
3. Lakukan kegiatan pemberian obat cacing secara berkala di masyarakat
melaluiunit pelayanan kesehatan dasar (PUSKESMAS).
4. Di daerah endemis, jaga agar makanan selalu di tutup supaya tidak
terkenadebu dan kotoran. Makanan yang telah jatuh ke lantai jangan dimakan
kecualitelah dicuci atau dipanaskan.
5. Ketika

bepergian

ke

negara

yang

sanitasi

dan

higienisnya

jelek,

hindarimakanan yang mungkin berkontaminasi dengan tanah.

O. Prognosis
Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis
mencapai 70 hingga 99%. Komplikasi bisa disebabkan oleh cacing dewasa yang bergerak
ke organ tertentu menyebabkan blockage usus.
Komplikasi yang mungkin terjadi:
1. Penghambatan sekresi liver
2. blockage intestine
3. perforasi in the gut

22

BAB III
PERENCANAAN
Pencegahan dan penanggulangan ascariasis adalah dengan memberikan penyuluhan
mengenai ascariasis dengan materi antara lain pengertian, penyebab, pencegahan, pengenalan
tanda tanda, dan penanganan segera. Sasaran utama pada penatalaksanaan ascariasis adalah
menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Rencana Tindakan :
1. Penyuluhan kepada orang dewasa mengenai pengertian, penyebab, pencegahan,
pengenalan tanda tanda, dan penanganan segera.
2. Memberikan penyuluhan mengenai tanda tanda bahaya yang dapat terjadi pada
ascariasis.
3. Memberikan penyuluhan tentang factor factor resiko yang dapat meningkatkan kejadian
ascariasis seperti stress, pola makan dan pola tidur.

BAB IV
23

PELAKSANAAN

Proses intervensi yang dapat dilakukan pada keluarga dan pasien dengan ascariasis harus
mencakup berbagai aspek berikut :
1. Edukasi
Edukasi ini dilakukan pada pasien da keluarganya. Edukasi mencakup hal hal dibawah
ini :
- Menjelaskan apa saja factor resiko ascariasis, dengan demikian diharapkan dengan
-

mengetahui dan mengendalikan factor resiko terebut.


Peran keluarga
Karena pengobatan ascariasis memerlukan pengawasan dari keluarga dan ketaatan
dari pasien untuk menjaga higenitas diri dan kebersihan lingkungan. sehingga
diperlukan kerjasama antara pasien dan keluarganya (mengingatnya selalu siap sedia

obat untuk mengatasi serangan ascariasis).


2. Medikamentosa
Sasaran utama pada penatalaksanaan ascariasis adalah menjaga kebersihan diri dan
lingkungan serta mencegah/enghindari adanya komplikasi.

Buang air pada jamban dan menggunakan air untuk membersihkannya.

Memakan makanan yang sudah di cuci dan dipanaskan serta menggunakan


sendok garpu dalam waktu makan dapat mencegah infeksi oleh telur cacing.

Anak-anak dianjurkan tidak bermain di tanah yang lembab dan kotor, serta selalu
memotong kuku secara teratur.

Halaman rumah selalu dibersihkan

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
24

1. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring yang dapat dilakukan terhadap pasien adalah dengan mengamati
tanda dan gejala migraine. Pada dasarnya migraine tidak memberikan tanda
dan gejala khas pada perjalanan penyakitnya. Umumnya gejala Batuk,
Demam, Eosinofilia, Infiltrat (menghilang dalam waktu 3 minggu), Mual,
Nafsu makan berkurang, Diare atau konstipasi, Malnutrisi, Malabsorpsi,
Obstruksi usus (ileum).
Evaluasi terhadap pengobatan umumnya memerlukan ketaatan dr pasien dan
keluarga dalam mengatur kebersihan diri dan lingkungan.
2. Pengambilan kesimpulan
- Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, yang
-

merupakan nematode usus terbesar


Salah satu penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris lumbricoides atau dikenal
pula dengan cacing gelang. Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif,
penyakit yang disebabkan cacing ini disebut askariasis. Penyebaran parasit ini di

daerah tropis dengan tingkat kelembaban cukup tinggi.


Sasaran utama pada penatalaksanaan ascariasis adalah menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, serta menghindari/mencegah adanya komplikasi.

Daftar Pustaka
1. Gilles HM. Mansons Tropical Disease. 20th ed. London: WB Saunders Company LTD; 1995.
p. 1376.
2. Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan pemberantasannya.
Semarang: Erlangga; 2005.p. 5
25

3. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon-White RT. Lecture Notes Penyakit Infeksi.
6th ed. Jakarta : Erlangga Medical Series; 18; 284-285.
4. The Merck Manual. Ascariasis. Available from:
http://www.merckmanuals.com/professional/infectious_diseases/nematodes_roundworms/asca
riasis.html. Accessed on Jan 11, 2012.
5. Kerwin MLE. Empirically Supported Treatment in Pediatric Psychology. Journal of Pedoatric
Pyschology.1999; 24 (3): 193-214
6. Abdi, Yakoub Adden, Handbook of Drug for Tropical Parasitic Infection 2end edition.2003.
Taylor & Francis
7. Juliano, Jonathan.Antiparasitic Drugprentedin Oktober 26,2007.UNC school
8. Tjay, Tan Hoan. Obat-Obat Penting edisi kelima cetakan kedua .2002.Jakarta: penerbit
PT.Elek Media Komputindo

26

Anda mungkin juga menyukai