Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA REMATHOID HEART DISEASE

Oleh :
Kelompok I
ARI BUDI SANTOSO
BAMBANG WIDARTO
HENY MARLINA
DJOKO SUPANGAT
RETNO TRI HARINING
SRI SUHARTININGSIH

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA


2008/2009

BAB I
PENDAHULUAN
Jantung merupakan organ yang terpenting dalam sistem sirkulasi. Pekerjaan jantung
adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh pada setiap saat, baik saat beristirahat maupun saat bekerja atau menghadapi
beban.
Penyakit jantung dan pembuluh adarah yang banyak di Indonesia adalah penyakit
jantung koroner, penayakit jantung reumatik dan penyakit darah tinggi ( Hipertensi ).
Minat untuk memperdalam pengetahuan tentang jantung dan penyakitnya sudah
berlangsung sejak lama. Dalam 50 tahun terakhir mulai di kembangkan ilmu
mengenai keadaan gawat jantung. Ilmu pengetahuan tentang jantung dan penyakitnya
berjalan sangat cepat terutama pada tahun tahun terakhir, sejalan dengan pesatnya
perkembangan ilmu dan teknologi di bidang bidang lain. Ini mengakibatkan
berbagai pembaharuan baik mengenai konsep pendekatan masalah kardiovaskuler,
cara diagnostik, penanggulangan maupun pemulihan dari penyakit jantung dan
pembuluh darah
Pengetahuan dan pemahaman anatomi jantung merupakan dasar pokok bagi seorang
petugas kesehatan yang sedang melakukan pemeriksaan penderita yang dicurigai sakit
jantung, baik dalam interpretasi hasil pemeriksaan non-invasif maupun invasif.
Jantung normal yang dibungkus oleh perikardium terletak pada mediastinum medialis
dan sebagian tertutup oleh jaringan paru. Bagian depan dibatasi oleh sternum dan iga
3,4,dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak disebelah kiri garis median
sternum. Jantung terletak diatas diafragma miring kedepan kiri dan apeks kordis
berada paling depan dalam rongga dada.

BAB II
TINJAUAN KASUS

Demam Reumatik adalah suatu proses radang akut yang didahului oleh infeksi
kuman streptokokus beta hemolitikus group A ditenggorokan dan mempunyai ciri
khas yaitu cenderung kambuh. Demam reumatik ditandai oleh salah satu atau lebih
manifestasi klinis dari poliartritis, migrans, karditis, khorea, nodul subkutan dan
eritema marginatum.
Etiologi penyakit ini sebenarnya belum dapat diterangkan secara pasti tetapi
telah diketahui bahwa penyakit ini selalu didahului oleh infeksi streptokokus beta
hemolitikus group A disaluran nafas bagian atas. Hubungan ini bukanlah kebetulan
tapi merupakan sebab.
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya demam
reumatik, antara lain adalah usia, genetik, tingkat sosial ekonomi, dan lain lain yang
masih diperdebatkan seperti ras, etnik, geografis, jenis kelamin, iklim, dan status gizi.
Serangan pertama demam reumatik yang tertinggi adalah pada usia 6 15 tahun.
Faktor genetik dianggap mempunyai peranan dalam timbulnya demam reumatik.
Demam reumatik cenderung mengenai lebih dari satu anggota keluarga dan lebih
sering pada saudara kembar monosigotik dari pada kembar disigotik walaupun
keduanya berada dalam lingkungan yang sama. Akhir akhir ini ditemukan antigen
HLA tertentu pada penderita demam reumatik yang mungkinmemperkuat konsep
genetika ini. Tingakat kehidupan sosial ekonomi yang rendah memegang peranan
penting dalam timbulnya demam reumatik. Terbukti di negara yang sudah maju
ternyata dengan perbaikan ekonomi terdapat penurunan angka kejadian dan ini terjadi
sebelum ditemukannya obat oabat antimikroba.
Dalam patogenesis belum jelas apa yang menghubungkan infeksi streptokokus
di tenggorokan dengan demam reumatik. Yang pasti adalah streptokokus tidak
menjalar dari tenggorokan ke jantung atau sendi sendi. Terdapat beberapa teori
mengenai hal ini dan yang paling menonjol dan dianut sekarang adalah teori
Immunologi. Terjadi reaksi autoimun pada seseorang terhadap antigen streptokokus.
Demam reumatik dimulai dengan infeksi tenggorokan oleh kuman streptokokus beta
hemolitikus group A dan umumnya dibutuhkan waktu 2 3 minggu sampai timbul
gejala gejala demam reumatik.

Untuk menegakkan diagnosis demam reumatik dipakai kriteria diagnostik


yang diajukan oleh Dr. T. Ducket Jones yang kemudian direvisi pada tahun 1984. Ini
dibagi dalam dua kelompok, yaitu kriteria mayor dan kriteria minor. Kriteria mayor
terdiri dari karditis, poliartritis, migrans, khorea, eritema marginatum dan nodul
subkutan. Gejala gejala yang tidak begitu khas atau kriteria minor adalah demam,
atralgia, riwayat demam reumatik atau penyakit jantung reumatik sebelumnya,
interval P R pada ECG yang memanjang, anemia, leukositosis, LED meningkat, dan
CRP positif.
Adanya 2 kriteria mayor atau 1 kriteria minor mayor dengan 2 Kriteria minor
menunjukkan kemungkinan besar adanya demam reumatik. Bukti adanya infeksi
streptokokus sebelumnya dengan titer ASTO yang meningkat dan ditemukannya
kuman streptokokus beta hemolitikus group A pada sediaan swab tenggorokan.
WOC

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
o

Identitas

Keluhan Utama

: Demam dan nyeri sendi dan nyerinya

bertambah saat sendi digerakkan dan disentuh. Sendi yang terkena adlah sendi
pergelangan tangan, pergelangan kaki, lutut, siku yang muncul bergantian, juga
nyeri dirasakan pada sekitar umbilicus sampai area diagfragma. Orang tua
mengeluh anaknya anoreksia, mudah tersinggung.
Pemeriksaan fisik

: Keadaan umum badan kurus, lesu tidak

bergairah, pucat. BB 23 kg, TB 127 cm, bunyi jantung melemah, terdengar


murmur diastolik pada daerah apeks, friction rub (+), pada EKG terdapat P-R
interval 0,24 mm. Pada pemeriksaan darah didapat LED 20/35, CRP (+) ASTO :
350 Tood Unit dan lekosit 27.000.
Riwayat kesehatan

: Sakit tenggorokan sekitar satu bulan yang lalu

dan sembuh sendiri.


Terapi

Penicillin 600.000 IU

Prednison 2 mg/kg BB

Istirahat

Diit rendah natrium


-

Diagnosa keperawatan

o Nyeri berhubungan dengan adanya inflamasi


o Gangguan
anoreksia

pemenuhan

kebutuhan

nutrisi

berhubungan

dengan

Diagnosa 1.
Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 kali 24 jam nyeri akan berkurang


Kriteria hasil:
Skala nyeri 1 3
Tanda-tanda radang berkurang
Lekosit dalam batas normal
TTV dalam batas normal
Intervensi:
1. Jelaskan sebab dan akibat terjadinya nyeri
2. Kaji skala nyeri
3. Kaji tanda-tanda radang
4. Observasi TTV
5. Ajarkan distraksi dan relaksasi
6. Monitoring pemeriksaan laborat (LED, Lekosit, CRP, ASTO)
7. Laksanakan terapi antibiotik dan kortikosteroid
Diagnosa 2
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 6 kali 24 jam kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria hasil:
Anoreksia hilang
Nafsu makan meningkat
Makan habis satu porsi tiga kali sehari
Berat badan naik
Tidak lesu, tidak pucat dan bergairah
Intervensi:
1. Jelaskan sebab dan akibat terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi
2. Anjurkan dan monitoring pasien untuk makan porsi sedikit tapi sering
3. Lakukan timbang berat badan

4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang program diet pasien


5. Libatkan pasien dalam penentuan menu makan sesuai diet

Anda mungkin juga menyukai