PROPOSAL SKRIPSI
SUCI WULANDARI
030.12.263
PROPOSAL SKRIPSI
JUDUL
HUBUNGAN TINGKAT PERILAKU TENTANG
HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA USIA
25-45 TAHUN
SUCI WULANDARI
NIM : 030.12.263
PERSETUJUAN
Proposal Skripsi
Judul:
SUCI WULANDARI
NIM: 030.12.263
Pembimbing
ii
Judul:
NIK
(.................................)
Anggota Penguji I
Nama
NIK
(.................................)
Anggota Penguji II
Nama
NIK
(.................................)
Jakarta, .....................
Dekan FK Trisakti
iii
: Suci Wulandari
NIM
: 030.12.263
Program Studi
: Sarjana Kedokteran
Alamat Korespondensi
Telepon
: 085280433652
: sucivive25@gmail.com
Judul skripsi
Dengan ini menyatakan skripsi yang saya tulis adalah benar-benar merupakan
hasil karya ilmiah saya sendiri.Skripsi ini belum pernah diajukan sebagai suatu
karya ilmiah untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan SK Permendiknas No. 17
tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
Jakarta,..........................2016
Suci Wulandari
030.12.263
iv
DAFTAR ISI
18
vi
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII ...........................................12
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menutut WHO ................................................12
Tabel 3. Ringkasan pustaka....................................................................................21
Tabel 4. Definisi operasional..................................................................................26
Tabel 5. Penjadwalan penelitian (proposal) ..........................................................36
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed consent...............................................................................42
Lampiran 2 Formulir Identitas Responden............................................................43
Lampiran 3 Kuesioner............................................................................................44
DAFTAR SINGKATAN
JNC VII
RISKESDAS
Na
: Natrium
Ca
: Calsium
IMT
ACEi
ARB
CCBs
xi
BAB I
PENDAHULUAN
perbandingan antara laki-laki dan perempuan hampir sama yakni 29,1% banding
28,5%. Kesadaran untuk melakukan pengobatan dan mengontrol hipertensi pada
usia desawa muda (18-39 tahun) lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang
berusia lebih tua.(5) Menurut World Health Organization prevalensi hipertensi
tertinggi di Afrika (46% dari orang dewasa) sedangkan prevalensi terendah di
Amerika (35% dari orang dewasa). Secara keseluruhan, negara-negara
berpenghasilan tinggi memiliki prevalensi lebih rendah untuk mengalami
hipertensi (35% dari orang dewasa) dari kelompok berpenghasilan rendah dan
menengah (40% dari orang dewasa).(6)
Meskipun hipertensi adalah kondisi yang dapat dicegah dan dikontrol, kita
tetap tidak bisa menganggap remeh hipertensi, karna kenaikan tekanan darah yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi serius dan mengancam kehidupan
seperti gangguan jantung, ginjal dan otak yang dalam banyak kasus
mengakibatkan kecacatan pasien. Mengontrol dan melakukan Pencegahan
memainkan peran penting dalam mengendalikan hipertensi yang dicapai dengan
meningkatkan pengetahuan masyarakat yang diharapkan dapat mengubah sikap
serta tindakan mereka.(3,5)
Pada penelitan yang dilakukan oleh Alessandro R Demaio, et al (2013)
mendapatkan hasil bahwa pemahaman serta sikap masyarakat tentang hipertensi
kurang, dan strategi untuk melakukan pencegahan dan mengontrol hipertensi
masih sangat rendah sehingga tingkat kejadian hipertensi di masyarakat mongolia
tinggi. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah serta keterbatasan
ketersediaan sumber daya di pedesaan.(7)
Menurut hasil penelitian di Iran oleh Fakhri Sabouhi (2011), meskipun
masyarakat memiliki pengetahuan, sikap, dan praktek yang baik, namun tekanan
darah tetap tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa ada hambatan lain.
Misalnya, ketidak patuhan pasien dalam mengkonsumsi obat yang telah di berikan
oleh dokter. Tidak memiliki dokter tetap adalah hambatan yang paling penting
untuk kontrol hipertensi.(8)
Dilihat dari tingginya angka kejadian hipertensi pada saat ini, serta hasil
penelitian di negara lain yang menunjukan bawa terdapat hubungan antara tingkat
perilaku dengan kejadian hipertensi. Maka penulis ingin mengatahui apakah ada
hubungannya antara tingkat perilaku masyarakat di indonesia tentang hipertensi
dengan kejadian hipertensi terutama pada masyarakat yang berusia 25-45 tahun.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di sampaikan di atas, rumusan masalah
yang dapat di tegakan adalah Apakah ada hubungan antara tingkat perilaku
tentang hipertensi dengan kejadian hipertensi pada usia 25-45 tahun?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Menurunkan prevalensi hipertensi dengan cara meningkatkan pengetahuan
Tujuan Khusus
Menilai pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap hipertensi pada usia
25-45 tahun.
Mengetahui prevalensi kejadian hipertensi pada usia 25-45 tahun.
yang dapat digunakan sebagai masukan pada ilmu pengetahuan terutama bagi
kesehatan masyaratak khususnya mengenai tingkat perilaku hipertensi dengan
kejadian hipertensi.
1.5.2
Bagi profesi
Penelitian ini memberikan gambaran ilmiah tentang adanya korelasi antara
Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ke masyarakat,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Perilaku
2.1.1 Definisi
Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang yang dikarenakan adanya suatu
stimulasi atau rangsangan dari luar. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua,
yaitu faktor internal yang meliputi karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifat bawaan misalnya tingkat kecerdasan, emosional, dan jenis kelamin. Dan
faktor eksternal meliputi lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi maupun politik.(9)
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo perilaku terbentuk karena tiga
faktor, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai faktor pendukung
(enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya
fasilitas sarana kesehatan, dan faktor pendorong (renforcing factors), yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan.(9)
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi perilaku
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan atau praktek.(9)
2.1.2.1 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan atau knowledge menurut kamus oxford didefinisikan sebagai
fakta, informasi maupun keterampilan yang diperoleh dari pengalaman maupun
pendidikan, berdasarkan teori ataupun praktek dalam memahami suatu subjek.(10)
Pengetahuan adalah suatu hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga
(pendengaran).(9)
Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu:
5
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.(9)
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan,menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
objek yang dipelajari.(9)
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.(9)
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen - komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.(9)
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi - formulasi yang ada.(9)
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu
didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
criteria- kriteria yang telah ada.(9)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo
2010 adalah :
1. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola
pikirnya,
sehingga
pengetahuan
yang
diperolehnya
semakin
merupakan
proses
menumbuh
kembangkan
seluruh
proses
evaluatif dalam diri individu terhadap suatu objek tertentu. Menurut Azwar , sikap
dikatakan sebagai suatu respon evaluasi. Respon evaluasi berarti bahwa bentuk
reaksi yang dinyatakan sebagaisikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi
dalam diri individu. Dan memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk
nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan.(11)
Menurut teori Azwat yang dikutip oleh Prihatin TW Pembentukan sikap
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang individu alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan individu terhadap stimulus sosial. Untuk dapat
menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.(12)
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.(12)
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena
kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang
menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian
individu yang telah mapan dan kuat yang dapat memudarkan dominansi
kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.(12)
diartikan
bahwa
orang
(subjek)
mau
dan
mengerjakan
dan
jawapan
apabila
ditanya,
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
ketiga.(9)
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.(9)
2.1.2.3 Tindakan atau Praktek (practice)
Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari
persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.(13)
Sikap belum otomatis terwujudnya dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk terwujudnya suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas dan juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain.(13)
Tindakan menurut notoadmodjo yang dikutip oleh hasibuan dan seri astuti
mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.(13)
2. Respon terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.(13)
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.(13)
10
4. Adaptasi (adaption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasikannya sendiri tanpa
mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.(13)
2.2
Hipertensi
11
Klasifikasi Tekanan
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Darah
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
Prehipertensi
< 120
120 139
Hipertensi derajat I
140 159
Hipertensi derajat II
Dan
Atau
Atau
160
Atau
< 80
80 89
90 99
100
Klasifikasi Tekanan
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Darah
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
< 120
<130
130 139
140 - 159
160-17
180
> 140
<80
<85
85 89
90-99
100-109
110
< 90
Optimal
Normal
Pra Hipertensi
Hipertensi Drajat I
Hipertensi DrajatII
Hipertensi Drajat III
Hipertensi sistolik terisolasi
Dan
Dan
Atau
Atau
Atau
Atau
Atau
12
estrogen,
penyakit
ginjal
kronis,
hipertensi
vaskular,
Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting terhadap peningkatan
tekanan darah. Pria memiliki kemungkinan hipertensi lebih besar dari pada
13
wanita karena sering dipicu oleh faktor sosial seperti depresi dan status
pekerjaan, dan gaya hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok dan
konsumsi alkohol.(22)
3. Riwayat keluarga
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita
hipertensi. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkInan kita
mendapatkan penyakit tersebut adalah sebesar 60%.(22)
4. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, dalam waktu sekitar 30-50
tahun akan timbul tanda dan gejala.(23)
2.2.4.2 Faktor yang dapat diubah atau dikontrol
1. Kebiasaan merokok
Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan
hipertensi dari pada mereka yang tidak. Pengaruh merokok terhadap hipertensi
baru ditemukan setelah beberapa waktu kemudian. Risiko ini terjadi akibat zat
kimia beracun, misalnya nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan
darah tinggi. (21,22)
2. Asupan garam berlebihan
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis
hipertensi. Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Pengaruh
asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah. (24)
14
15
2.2.6
Patofisiologi
Hipertensi ditandai dengan peningkatan curah jantung dan/atau ketahanan
perifer.(20) Salah satu teori yang menjelaskan proses terjadinya hipertensi adalah
16
peningkatan tonus pada sistem saraf simpatis yang abnormal dan berasal dari
pusat sistem vasomotor.(28)
Sistem saraf simpatik adalah pengatur utama dari perubahan akut pada
tekanan darah. Jaras saraf simpatis bermula dari pusat vasomotor,di medulla.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.(29)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan hipertensi. Serta Perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh
darah.
Konsekuensinya,
aorta
dan
arteri
besar
berkurang
17
Penatalaksanaan
2.2.8.1 Nonfarmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi.(20) Modifikasi gaya hidup sangat penting
untuk pencegahan hipertensi, dan ini umumnya langkah awal dalam mengelola
hipertensi. The American Heart Association (AHA) merekomendasikan membatasi
asupan natrium kurang dari 1500 mg per hari (1,5 gram), diet ketat (Dietary
Approaches (DASH) yaitu buah-buahan, sayuran, biji-bijian, unggas, dan ikan.
Dan membatasi permen, minuman manis, dan daging merah (yang mengandung
lemak jenuh dan kolesterol), alkohol, merokok, penurunan berat badan dan
program olahraga teratur misalnya latihan aerobik minimal 30-40 menit tiga
sampai empat kali seminggu.(17,32.33,34)
2.2.8.2 Farmakologis
Jika dengan memodifikasi gaya hidup tidak cukup dalam menurunkan
tekanan darah yang tinggi ada beberapa pilihan obat untuk pengobatan dan
pengelolaan hipertensi. Berdasarkan pedoman penanganan hipertensi terakhir
(JNC 7) merekomendasikan lima kelas obat untuk pengobatan hipertensi dalam
populasi umum. Jenis diuretik thiazide menjadi terapi lini pertama. Lima
kelas obat yang direkomendasikan untuk hipertensi menurut JNC 7 adalah
18
diuretik thiazide, calcium channel blockers (CCBs), inhibitor enzim angiotensinyang meliputi, angiotensin receptor blocker, dan beta-blocker.(16)
Namun, diperbarui oleh pedoman JNC 8, tidak termasuk beta
blocker tidak termasuk sebagai pengobatan awal dan pengobatan ditujukan secara
terpisah berdasarkan etnis. JNC 8 merekomendasikan penderita hipertensi bukan
kulit hitam dan populasi umum (termasuk didalamnya orang-orang dengan
diabetes) terapi farmakologisnya yaitu dengan deuretik jenis thiazide, calcium
channel blocker, angiotensin-converting enzyme inhibitor, atau angiotensin
receptor blocker. Sebaliknya, penduduk dengan
orang-orang dengan diabetes) terapi awal harus mencakup thiazide jenis diuretik
atau calcium channel blocker. Populasi berkulit hitam saat diberikan terapi obat
ACE inhibitor, angiotensin receptor blockers angiotensin-converting (ARB).(16)
2.2.9 Komplikasi
Hipertensi dapat menyebabkan infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan
kematian jika tidak terdeteksi dini dan diobati dengan tepat.(35)
2.3 Hubungan antara tingkat perilaku tentang hipertensi dengan kejadian
hipertensi
Saat ini prevalensi hipertensi semakin tinggi, namun informasi mengenai
penyakit tersebut sangat mudah didapatkan, antara lain didapatkan melalui
mediasosial. Informasi tersebut dapat menambah pengetahuan seseorang sehingga
memungkinkan mereka merubah sikap serta tindakan dalam menanggapi tentang
masalah hipertensi. Namun dikarenakan masih banyak masyarakat yang bertempat
19
yang
baik
tentang
kondisi
suatu
penyakit
dapat
20
No
Peneliti
Lokasi
Studi desain
Subjek studi
Variabel
Lama
Penelitian
1
Hasil
studi
Demiaio et Mongolia,
random cluster
Variabel Bebas:
2011-
al.
sampling
Pengetahuan
2013
seluruh masyarakat
strategi
Mongolia.
pencegahan
studi.
Asia, 2013
Variabel tergantung:
Penyakit
hipertensi
Hal
ini
pendidikan
untuk
dan
melakukan
mengontrol
dikarenakan
yang
rendah
tingkat
serta
berhubungan dengan
hipertensi
di
mongolia.
-Sufri MR
Puskesmas
Potong silang
21
-Bakri S
et al
suak ribee,
Pasien hipertensi
Aceh,
2013
Variabel bebas:
2 minggu
dapat
mempengaruhi
tingkat
seseorang
dalam
Gambaran
tindakan
pengetahuan,sikap dan
melakukan
tindakan
Variabel tergantung:
terdapat
Upaya mencegah
mempengaruhi
kekambuhan penyakit
melakukan
hipertensi
karena
pencegahan
faktor
yang
dapat
sesorang
dalam
tindakan,
akses
dan
menuju
misalnya
rumah
Nigeria,
2014
22
T.O, et al
hipertensi
2013-
darah, dapat
2014
keinginan
mempengaruhi
masyarakat
dalam
Nigeria.
23
Pengetahua
n
Usia
Pendidikan
Sosial ekonomi
Pengalaman pribadi
Pengaruh orang lain
Pengaruh kebudayaan
Lembaga pendidikan dan
agama
Media masa
Faktor emosional
usia
Jenis kelamin
Tingkat
Perilaku
Sikap
Riwayat
keluarga
Genetik
Tindakan atau
praktek
Kejadian Hipertensi
Gaya
hidup
Keterangan :
Stres
Alkoho
l
Merok
ok
Asupan
garam
Obesita
s
Pengguna
an
estrogen
Aktivitas
fisik dan
olahraga
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari 2 variabel yakni, variable tergantung
(dependen) dan variabel bebas (independen). variabel tergantung merupakan variabel yang
nilainya dapat dipengaruhi oleh perubahan variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel
yang diduga mempengaruhi nilai variabel tergantung.
Variable Tergantung
Kejadian Hipertensi
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tindakan atau praktek
25
No
Variabel
Definisi
Alat
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
Refrensi
Ukur
1.
Pengetahuan
Wawancara
terjadi setelah
(pertanyaan
tertulis
skor 1
seseorang melakukan
sebanyak
pengindraan terhadap
pertanyaan
dengan 3 pilihan
jawaban)
15
Ordinal
kesehatan.
Jakarta:
adalah pengetahuan
masyarakat yang
mencakup pengertian
hipertensi, faktor resiko
hipertensi, gejala
40-75%
hipertensi, komplikasi
dijawab
hipertensi, penanganan
pertanyaan
benar
oleh
26
dan pencegahan
hipertensi.
6-11.
Pengetahuan Kurang bila
<40 % pertanyaan dijawab
benar oleh responden atau
total nilai < 6.
27
2.
Sikap
Kuesioner
tertulis
Ordinal
Notoatmodjo
dan
S.
Pendidikan
perilaku
kesehatan.
diajukan
sebanyak 10
Wawancara
dengan 2
pilihan
jawaban
28
3.
Tindakan
Kuisioner
Wawancara
pengamatan yang
Pertanyaan
Tertulis
yang
-Baik
diajukan 10
pertanyaan
adalah tindakan
pencegahan hipertensi
bila:
Ordinal
>75
-Kurang
jawaban
bila
40-75%
<40
pilihan
mengontrol dan
bila
-Cukup
dan 2
masyarakat dalam
Melakukan = 1
Tidak melakukan= 0
4.
Hipertensi
Sphyg tertulis
atau momanomet
Anamnesis
Hipertensi jika:
Sistol 140 atau diastolik
>90mmHg
Ordinal
Classification of Hypertension.
Seventh Report of the Joint
National
Committee
on
Prevention,Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood
Pressure (JNC 7).
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Metode yang digunakan adalah desain potong silang atau cross sectional.
Peneliti mencari hubungan antara variabel bebas yang merupakan tingkat perilaku
masyarakat tentang hiprertensi dengan variabel tergantungnya yaitu kejadian
hipertensi yang dilakukan dengan cara pengumpulan data dalam satu kali ukur.
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
4.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di kelurahan Sungai Buluh kota Muara Bungo
provinsi Jambi.
4.2.2 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan maret 2016 sampai agustus 2016.
4.3
4.4
Besar sampel
Besar sampel awal diambil dari hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus. Rumus sampel yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan rumus
pengambilan sampel untuk studi potong lintang, yaitu :
30
Keterangan :
Z
No
Maka :
No =
= 299,3
Rumus populasi finit :
n=
31
keterangan :
n
no
n=
= 119
Besar sampel adalah 119 orang + drop out ( 15% )
n = 119 + 15% = 137 masyarakat
4.5
Pemilihan sampel
32
3. Tidak kooperatif
5. Buta huruf
4.6 Bahan dan instrumen penelitian
Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer. Data primer
diperoleh langsung dari wawancara tertulis
x
100%
n
Keterangan :
f
= frekuensi
33
= jumlah populasi
4.7.2
Analisis bivariat
Uji Chi-Square digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya
34
4.8
Persiapan instrumen
penelitian
Identifikasi subjek
Informed consent
Tidak
bersedia
Bersedia
Wawancara
Pengisian kuesioner
Pemeriksaan tekanan
darah
Pengumpulan dan
pengolahan data
Analisis data
hasil
Gambar 3 Alur kerja penelitian
informed consent. Subjek penelitian yang telah menyatakan bersedia diteliti harus
menandatangani lembaran persetujuan ( informed consent ) yang merupakan bukti
bahwa subjek penelitian telah mengerti tujuan dan maksud penelitian serta
dampak yang diperoleh selama pengambilan data dalam penelitian.
4.10 Jadwal penelitian
Tabel 5 Jadwal penelitian
Kegiatan
Persiapan
Nov.
23 30
dan
pengumpulan data
Penyusunan
dan
penyelesaian BAB I
(Pendahuluan)
Penyusunan
dan
penyelesaian BAB II
(Tinjauan
Pustaka)
Penyusunan
dan
dan
penyelesaian BAB IV
(Metodologi)
Ujian Proposal Skripsi
Des.
4
30
WAKTU
Jan.
Feb. Mar
14 25 16 -
Juli
-
Agus.
Penyusunan
dan
penyelesaian BAB V
(Hasil
dan
Pembahasan)
Penyusunan
dan
penyelesaian BAB VI
(Kesimpulan
dan
Saran)
Ujian Akhir Skripsi
Penyusunan
manuskrip
publikasi
E-jurnal
4.11 Pembiayaan penelitian
Pembiayaan pada penelitian ini ditanggung sepenuhnya oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
10. Definitionofknowledge.Availableat:http://www.Oxforddictionaries.com/defi
nition of knowledge. Accessed: december 5, 2015.
11. Azwar,S. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar; 2011
12. Prihatin TW. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Sikap
Siswa SMA Terhadap Hubungan Seksual (INTERCOURSE) Pranikah Di
Kota Sukoharjo 2007.
13. Hasibuan, astuti S. Hubungan Karakteristik dengan Tindakan Ibu dalam
Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Sorik Kecamatan Batang Angkola
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012.
14. Mancia G. Fagrad R. Narkiewicz K. Redon J. Zanchetti A, et al. Guidelines
for the Management of Arterial Hypertension. The Task Force for the
management of arterial hypertension of the European Society of
Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC)
2013.
15. Definition of Hypertension. Available:http//www:mayoclinic-org/diseaseconditions/high-blood-preassure/basics/definition/con-20019580.
Access:december 11,2015
16. Bell K, Pharm D, Twigga J, Bernie R.Olin. Hypertension: The Silent Killer:
Update JNC-8 Guideline Recommendations.ALABAMA PHARMACY
ASSOCIATION 2015.
17. U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES. National
Institutes of Health .National Heart, Lung, and Blood Institute. Classification
of Hypertension. Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention,Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC 7). Available: http:// www. nhlbi. nih. Gov /files /docs
/guidelines/phycard.pdf.
18. World Healt Organization (WHO) 2003/ International World Healt
Organization. International Society of Hypertension Writing Group. Journal
of Hypertension 2003; 21 (11).
19. Weber MA, Schiffrin EL, White WB, Mann S, Lindholm LA, et al. Clinical
Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the Comunity. A
Usia
:
Penelitian mengenai hubungan antara tingkat perilaku dengan kejadian
hipertensi usia 25-45 tahun di kelurahan sungai buluh kota muara bungo provinsi
jambi dapat memberikan pengetahuan baik bagi peneliti, ilmu kedokteran, dan
(Responden)
Lampiran 2
No.
Identitas Responden
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Suku
b. Tidak Ada
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU TENTANG HIPERTENSI
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA 25-45 TAHUN DI
KELURAHAN SUNGAI BULUH KOTA
MUARA BUNGO PROVINSI JAMBI
A. Identitas
Petunjuk pengisian
Isilah data berikut ini dengan benar
1. Tanggal pengisian kuesioner :
2.
3.
4.
5.
Nama
Umur
Pendidikan
Alamat
:
:
:
:
Keterangan : S:Setuju
TS: Tidak Setuju
Pernyataan
1. Penyakit darah tinggi adalah penyakit
berbahaya
TS
Pernyataan
3.
Melakukan Tidak
melakukan
4
5
8
9
10