Anda di halaman 1dari 18

1.

Gambarkan dan sebutkan bagian dari penampang sagital bola mata

2. Gambarkan dan jelaskan lintasan penglihatan (visual pathway)

Lintasan visual merupakan lintasan yang dilalui impuls saraf sejak dari
terbentuknya bayangan di retina sampai terbentuknya kesadaran mengenai adanya
obyek yang dilihat. Lintasan visual mencakup retina, saraf optic, khiasma optikum,
traktus optikus, korpus genikulatum laterale, radiasio optika (traktus
genikulokalkarina), korteks visual (area striata/area 17), dan tingkat kesadaran
melihat.
Retina sebagai Film negative
Agar suatu obyek dapat dilihat maka harus terjadi bayangan di retina dan
bayangan ini harus dapat dihantarkan ke otak, yaitu ke korteks visual di fissure
kalkarina untuk selanjutnya disadari. Dengan demikian kita melihat obyek dengan
mata dan dengan otak. Mekanisme melihat ini sangat rumit dan meliputi melihat
bentuk, ruang dan warna. Bola mata merupakan suatu sistem kamera yang
mempunyai sistem lensa, diafragma, dan film. Sebagai sistem lensanya adalah kornea,
cairan akuos, lensa mata dan vitreum. Sebagai diafragma adalah palpebra dan pupil.
Sebagai filnya ialah retina.
Suatu obyek dapat terlihat paling jelas kalau cahaya dari obyek tepat jatuh
pada retina, tepatnya di makula lutea. Dapat tidaknya cahaya dari jauh tak terhingga
terfokus pada retina saat mata istirahat tergantung pada kekuatan refraksi mata dan
panjang aksis bola mata. Apabila fokus tepat di retina, maka mata tersebut dikatakan
emetrop. Apabila fokus jatuh di depan retina maka dikatakan miop, dan apabila fokus
jatuh di belakang retina maka dikatakan hipermetrop. Jadi agar bayangan jelas, maka
dibutuhkan media refrakta yang jernih dengan kekuatan refraksi yang cocok dengan
panjang sumbu bola mata, serta retina sebagai penangkap bayangan yang baik.
Suatu obyek dapat dilihat jika obyek tersebut mengeluarkan cahaya atau
memantulkan cahaya. Terjadinya bayangan di retina serta timbulnya impuls saraf
untuk dikirim ke fissura kalkarina menyangkut perubahan kimia fotoreseptor di sel sel
konus dan basilus. Bayangan yang terjadi di retina dibandingkan dengan obyeknya
adalah lebih kecil, terbalik, hitam dan dua dimensi ( panjang dan lebar, atau datar)
Nervus optikus
Bayangan dari retina akan dibawa mula mula oleh saraf optik untuk menuju
fissura kalkarina. Satu nervus optikus tersusun kira kira oleh 1,2 juta axon yang
berasal dari sel sel ganglion di retina. Yang disebut nervus optikus adalah serabut
saraf yang terletak antara papil nervus optikus sampai khiasma optikum, sedangkan
yang dari khiasma optikum sampai korpus genikulatum lateral disebut traktus optikus.
Sebenarnya serabut saraf tadi sejak dari sel ganglioner sampai korpus genikulatum
laterale adalah traktus dan bukan saraf tepi, dan memiliki sifat fisiologis maupun
patologis sebagai traktus. Namun demikian nama nervus optikus tetap dipakai untuk
menamai bagian saraf yang terletak antara papil N II dan khiasma optikum, walaupun
sebenarnya ini salah. Yang merupakan nervus optikus yang sebenarnya hanyalah
serabut saraf yang sangat pendek yang berupa sel bipolar yang terletak pada retina
yang menghubungkan fotoreseptor dengan sel ganglioner.
Nervus optikus memiliki panjang kira kira 50 mm dari bola mata hingga
khiasma optikum dan dibagi menjadi empat bagian yaitu bagian intraokular ( disebut
sebagai papil nervus optikus), bagian intraorbita, bagian intraosea, dan bagian
intrakranial. Papil N II ( diskus optikus, optic disc, optic nerve head, atau bintik buta)
merupakan tempat berkumpulnya serabut serabut saraf yang berasal dari sel sel
ganglioner dari seluruh permukaan retina. Panjang papil saraf optik adalah 1 mm,
dengan diameter 1,5 mm. Bentuk papil tergantung pada besarnya foramen skleralis

posterior. Pada orang miopik, kanalis tadi besar sehingga papil tadi besar dan datar,
dan terdapat cekungan yang lebih dalam. Pada mata hiperopik kanalis tadi lebih kecil
sehingga papil tampak lebih menonjol. Hal ini disebabkan karena jumlah serabut saraf
tiap orang relatif sama, sehingga pada mata miopik lubang yang dilewati adalah
longgar dan pada mata hiperopik lubang yang dilewati lebih sempit sehingga pada
mata hiperopik serabut sarafnya lebih berdesakan dan tampak seperti tergencet oleh
kanalis skleralis dan tampak menonjol.
Nervus optikus intraorbita panjangnya kira kira 20-30 mm, memanjang antara
bola mata sampai foramen optikum, berbentuk huruf S dengan diameter 3-4 mm.
Karena bentuknya seperti huruf S dan panjang, maka bola mata bisa bergerak bebas
tanpa menyebabkan ketegangan nervus optikus. Nervus optikus intraosea adalah
nervus optikus yang berjalan pada kanalis optikus, dan panjangnya kira kira 5 mm.
Nervus optikus intrakranial merupakan bagian nervus optikus setelah keluar dari
kanalis optikus ke kavum kranii sampai khiasma optikum, dan panjangnya kira kira
10 mm. Perlu ditekankan bahwa pada perjalanannya serabut saraf dalam nervus
optikus sampai di korpus genikulatum laterale terjadi perubahan perubahan letak atau
penataan yang rumit.
Kiasma optikum
Ukuran anteroposterior khiasma kira kira 8 mm, dan ukuran kanan kirinya
kira kira 12 mm, serta tingginya 4 mm. Khiasma optikum merupakan setengah silang
(hemidekuassio) nervus optikus kanan dan kiri. Pada khiasma ini serabut saraf dari
retina temporal tidak menyilang, sedangkan yang dari nasal mengadakan persilangan.
Pada khiasma tidak terjadi pergantian neuron.
Traktus optikus
Kedua traktus optikus mulai dari tepi posterior khiasma, kemudian berjalan
divergen, melingkupi pedunkuli serebri untuk berakhir pada korpus genikulatum
laterale.
Korpus genikulatum lateral
Korpus genikulatum lateral merupakan akhir serabut aferen lintasan visual
anterior. Di sini serabut yang menyilang maupun tidak tersusun sebagai lapisan
berselang seling. Dari korpus genikulatum lateral akan terdapat neuron visual akhir
yang akan membentuk radiasio optika (traktus genikulokalkarina) untuk menuju
korteks visual primer di fissura kalkarina
Radiasio optika
Radiasio oprika berjalang meyebar dari korpus genikulatum laterale inferior,
melingkupi bagian depan kornu ventrikel lateral, kemudian ke belakang dan berakhir
pada korteks kalkarina atau area striata di lobus oksipital.
Korteks visual
Pada fissura kalkarina lobus oksipital terdapat korteks visual atau area 17. Di
sinilah berakhir impuls dari retina. Funssi korteks visual primer adalah untuk deteksi
organisasi ruang atau pemandangan visual, yaitu deteksi bentuk obyek, kecerahan
bagian bagian obyek, bayangan dan sebagainya. Pada korteks visual terdapat penataan
retinotopik, artinya bahwa titik titik tertentu pada retina mempunyai hubungan yang
pasti dengan titik titik tertentu pada korteks visual primer. Separuh kanan kedua retina
berhubungan dengan korteks visual kanan, dan separuh kiri kedua retina berhubungan

dengan korteks visual kiri. Selanjutnya makula sesuai dengan polus oksipital dan
retina perifer sesuai dengan daerah konsentris di depan polus oksipital. Bagian atas
retina sesuai dengan bagian atas korteks visual dan bagian bawah sesuai dengan
bagian bawah korteks visual.
Fossa yang kecil itu, karena fungsinya amat penting, yaijtu untuk ketajaman
penglihatan dan penglihatan detil, maka menempati daerah seluas 35% korteks visual
primer. Pada korteks visual primer terdapat sel sel untuk deteksi cahaya bulat, deteksi
garis, orientasi garis, perubahan orientasi, deteksi panjang garis, dsb. Disamping itu,
juga terdapat deteksi warna. Rangsang dari kedua mata juga disatukan di sini. Di luar
area 17 terdapat area 18 dan area 19. kedua area ini disebut sebagai korteks visual
sekunder. Area area ini berfungsi untuk pemrosesan visual lebih lanjut.
Tingkat kesadaran penglihatan
Tingkat kesadaran penglihatan belum jelas benar, mungkin di korteks serebri
tertentu, atau mungkin juga secara difus atau juga ada asosiasinya dengan korteks
temporal. Mungkin juga proses psikologis ikut berperan dalam kesadaran penglihatan.
Memang dalam proses melihat ini masih tersangkut pula bagian bagian dari
otak yang lain yang ikut berperan. Ini terbukti dari adanya kerusakan bagian bagian
tersebut akan disertai gangguan dalam kesadaran penglihatan. Bagian bagian tadi
disebut sebagai pusat visual sekunder, yang meliputi kolikulus superior, thalamus,
lobus parietal, lobus frontal, lobus temporal, dan korpus kalosum.
Setelah seluruh proses melihat ini berlangsung maka akan timbul kesadaran
akan adanya obyek yang dilihat dan obyek tadi akan bersifat lebih besar, tegak lurus,
tiga dimensi dan berwarna warni. Disamping itu juga dikenal namanya, kegunaannya.

3. Gambaran produksi dan sirkulasi humor aquous

Cairan akuos diproduksi oleh badan silier, yaitu pada prosesus siliaris. Humor
aquos berjalan dari Kamera Okuli Posterior ke Kamera Okuli Anterior, kemudian
melewati trabekulum untuk menuju ke kanan Schlemm, kemudian ke kanal kolektor
akhirnya ke sistem vena episklera untuk kembali ke jantung.

4. Sebutkan pembagian klinis katarak beserta gejala dan tandanya


pada tiap stadium
Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi:
Katarak Kongenital
Merupakan katarak yang mulai terjadi sebelum atau setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada
bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganan yang kurang tepat.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak:
- Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan
katarak Polaris
- Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks
atau nucleus lensa saja
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian
primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin local atau umum. Untuk
mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal
infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat
selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani,
ikterus, atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai dengan uji reduksi pada urine
yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak
kongenital ditemukan pada bayi premature dan gangguan sistem saraf seperti retardasi
mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabete mellitus, kalsium, dan fosfor. Hampir
50% dari katarak kongenital adalah sporadic dan tidak diketahui penyebabnya.
Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk
katarak. Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk.
Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital yaitu katarak piramidalis atau Polaris
anterior, katarak piramidalis atau Polaris posterior, katarak zonularis atau lamelaris,
katarak pungtata dan lain-lain,
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak
putih atau suatu leukokoria. Pada pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan
melebarkan pupil. Pada katarak kongenital total penyilit yang dapat terjadi adalah
macula lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan. Macula ini tidak akan
berkembang sempurna walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka visus biasanya
tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (ambyopia ex anopsia).
Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan
strabismus
Katarak Juvenil
Merupakan katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile
biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Katarak Senil
Merupakan semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Secara
klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu:

Katarak Insipien
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak
subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat pada anterior subkapsular posterior,
celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenerative (benda
Morgagni) pada katarak insipient. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadangkadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai dengan pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa
menjadi bengkak dan besar yang mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
disbanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan
cepat dan mengakibatkan myopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
mengakibatkan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh
lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma
sekunder.
Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion kalsium yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Kedalaman bilik mata depan akan normal kembali,
tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negative.
Katarak Hipermatur
Merupakan katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Masa lensa berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik
mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan
lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair
tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantung susu
disertai dengan nucleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.

Perbedaan Stadium Katarak Senil


Keterangan
Insipien
Imatur
Matur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Cairan Lensa
Normal
Bertambah (air Normal
masuk)
Iris
Bilik
Mata
Depan
Sudut
Bilik
Mata
Shadow Test
Penyulit

Normal
Normal

Terdorong
Dangkal

Normal
Normal

Hipermatur
Masif
Berkurang (air
dan masa lensa
keluar)
Tremulans
Dalam

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Negatif
-

Positif
Glaucoma

Negatif
-

Pseudopos
Uveitis
glaukoma

Katarak Brunesen
Merupakan katarak berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama
pada nucleus lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan
myopia tinggi. Biasanya terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum
memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.
Katarak Komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, retinitis
pigmentosa, glaucoma, tumor intra ocular, iskemia ocular, nekrosis segmen anterior,
buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Dapat juga disebabkan oleh
penyakit sistemik endokrin.
Katarak Diabetes
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus.
Katarak Sekunder
Terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal.
Paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.

5. Sebutkan pembagian klinis glaucoma beserta tanda dan gejalanya


Pembagian Glaukoma Menurut Martin Doyle
Keterangan

Serangan
Tipe Penderita

Glaucoma Sudut Glaucoma


Tertutup
Simpleks
(Glaukoma Sudut
Terbuka)
Decade ke 5
Decade ke 6
Emosional
Arteriosklerotik

B.M.D
Sudut BMD

Dangkal
Sempit

Normal
Biasa terbuka

Halo
Papil

+ dini

Kampus
Pengobatan

+ serangan
Ekskavasi
bila
lanjut
Naik
bila
diprovokasi
+ bila lanjut
Dini, iridektomi

Prognosis

Dini, baik

Tekanan

Variasi
diurnal
tinggi
Bjerrum, konstriksi
Obat, bila gagal,
trabekulektomi
Sedang/buruk

Glaucoma
Infantil
Bayi
Laki-laki
perempuan
Dalam sekali
Kelainan
kongenital
Dalam sekali

>

Tinggi
Goniotomi
Buruk

6. Sebutkan pembagian secara klinis uveitis berdasarkan letak


anatomis beserta tanda dan gejalanya
Uveitis Anterior
Uveitis anterior disebut juga iritis bila inflamasi mengenai bagian iris dan
iridosiklitis jika inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan silier.
Gejala : fotofobia, nyeri, mata merah, penurunan tajam penglihatan dan lakrimasi.
Tanda : injeksi perikorneal, presipitat keratik, nodul iris, sel-sel aquous, flare, sinekia
posterior, dan sel-sel vitreus anterior.
Uveitis Intermedia
Uveitis intermedia jika peradangan mengenai bagian posterior badan silier dan
bagian perifer retina. Uveitis intermedia disebut juga pars planitis.
Gejala : floaters (benda apung), penurunan tajam penglihatan yang disebabkan oleh
edema macular kistik kronik.
Tanda : terdapat infiltrasi sel ke vitreus (vitritis) dengan sedikit sel pada ruang
anterior dan tidak ada lesi inflamasi fokal pada fundus.
Uveitis Posterior
Uveitis posterior jika peradangan mengenai uvea di belakang vitreus.
Gejala : floaters dan penurunan tajam penglihatan, pandangan sedikit kabur pada
pasien dengan lesi di perifer, pada koroiditis aktif dengan keterlibatan fovea atau
macula, penglihatan sentral bisa hilang.

Tanda :
- Perubahan vitreus meliputi sel, flare, opasitas, dan yang tersering adalah lepasnya
bagian posterior vitreus.
- Koroiditis, ditandai dengan bercak kuning atau keabu-abuan dengan garis
demarkasi yang jelas.
- Retinitis, menyebabkan gambaran retina menjadi putih berawan. Garis demarkasi
antara retina yang sehat dan yang mengalami inflamasi susah dibedakan.
- Vaskulitis, merupakan inflamasi pada pembuluh darah retina. Bila terkena vena
disebut periflebitis. Bila terkena arteriola disebut periarteritis. Periflebitis lebih
sering ditemukan daripada periarteritis. Periflebitis aktif ditandai dengan adanya
gambaran seperti bulu berwarna putih yang mengelilingi pembuluh darah.
Ada 3 bentuk uveitis posterior, yaitu tipe unifokal yang biasa terjadi pada
toxoplasma uveitis. Tipe multifocal yang biasa terjadi pada histoplasmosis ocular.
Tipe geografis yang biasa terjadi pada retinitis sitomegalovirus.

7. Sebutkan pembagian ablation retina secara klinis berdasarkan


penyebabnya
Ablasi Retina Eksudatif (Serosa dan Hemoragik)
Ablasi retina jenis ini disebabkan karena tertimbunnya cairan di bawah daerah
retina sensoris tanpa robekan retina atau tarikan vitreoretina. Terjadi terutama karena
kelainan pada RPE dan koroid. Pada koroiditis, transudat dan eksudat aka terkumpul
did alam celah potensial sehingga menyebabkan ablasi retina tanpa didahului oleh
adanya robekan retina. Tindakan bedah jarang diperlukan, penanganan ditujukan pada
penyakit yang menyebabkan keadaan tersebut.
Ablasi Retina Traksional
Ablasi retina jenis ini disebabkan oleh tarikan retina ke dalam badan kaca.
Keadaan ini ditemukan pada retinopati diabetic proliferative, vitreoretinopati
proliferative, retinopati prematuritas. Pada keadaan ini diperlukan tindakan bedah
vitrektomi dan sclera buckle jika diperlukan.
Ablasi Retina Rhegmatogen
Ablasi retina jenis ini merupakan tipe yang paling sering ditemukan, yang
disebabkan karena robekan pada retina. Robekan retina adalah defek dari seluruh
ketebalan neurosensori retina. Sub retinal fluid yang berasal dari synchytic vitreous
dapat masuk ke dalam celah potensial dan melepas retina dari dalam.
Gejala yang dialami penderita ablasi retina dapat berupa
- Metamorfopsia yaitu distorsi bentuk, dapat disertai makropsia dan mikropsia.
- Fotopsia yaitu melihat adanya kilatan-kilatan cahaya beberapa hari sampai
beberapa minggu sebelum ablasi.
- Melihat suatu tirai yang bergerak menutupi pandangan ke arah tertentu, di mana
hal ini disebabkan caira ablasi yang bergerak ke tempat yang lebih rendah.
- Bila terjadi di bagian temporal di mana terletak macula lutea, penglihatan sentral
lenyap. Sedangkan bila di bagian nasal, penglihatan sentral lebih lambat
terganggu.
Lambat laun tirai makin turun dan menutupi sama sekali penglihatan (karena
ablasi retina total), sehingga hanya dapat melihat persepsi cahaya.

8. Sebutkan gejala dan tanda ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur
dan bakteri
Ulkus Kornea Bakterial
Ada 2 jenis yaitu:
Ulkus Sentral
Etiologi: Staphylococcus aureus, streptokokus, pneumokokus, pseudomonas, dan
moraxella
Apabila disebabkan oleh pneumokokus, maka ulkusnya tampak menggaung
(berbatas tegas berwarna abu-abu) disertai hipopion (adanya pus pada kamera okuli
anterior). Apabila penyebabnya pseudomonas, nekrosis cepat terjadi karena bakeri ini
menghasilkan enzim proteolitik, dengan eksudat mukopurulen berwarna hijau
kebiruan (patognemonik) disertai nyeri hebat.
Ulkus Marginal
Biasanya karena stafilokokus, ada kemungkinan karena reaksi hipersensitivitas
antara antigen produk bakteri dengan antibodi dari vasa limbal. Pada pemeriksaan
kerokan kornea tidak ditemukan bakteri penyebabnya.
Ulkus Kornea Jamur
Diagnosis ulkus kornea karena jamur lebih banyak sebagai diagnosis ex
juvantibus, didukung oleh proses progesivitas yang lambat, serta adanya riwayat
trauma tumbuh-tumbuhan.

9. Gejala dan tanda konjungtivitis (bakteri,alergi, virus)


Gambaran Perbedaan Beberapa Jenis Konjungtivitis
Temuan Klinis Virus
Bakteri
Klamidia
& Sitologis
Rasa Gatal
Minimal
Minimal
Minimal
Hyperemia
Generalisata
Generalisata
Generalisata
Lakrimasi
Banyak
Sedang
Sedang
Eksudasi
Minimal
Banyak
Banyak
Adenopati & Lazim
Tak lazim
Lazim hanya
Preaurikular
pada
konjungtivitis
inklusi
Pewarnaan
Monosit
Bacteria, PMN PMN,
badan
Kerokan
&
inklusi
sel
Eksudat
plasma
Radang
KadangKadangTidak pernah
Tenggorok & kadang
kadang
Demam

Alergi
Berat
Generalisata
Sedang
Minimal
Tidak ada

Eosinofil
Tidak pernah

10.Differential diagnosis dari mata merah, serta gejala dan tandanya


Keterangan

Konjungtivitis
Akut

Iritis Akut

Glaucoma
Akut

Insidensi
Sekret

Sangat sering
Sedang sampai
banyak sekali
Tidak ada efek
pada
penglihatan
Tidak ada

Sering
Tidak ada

Jarang
Tidak ada

Sedikit kabur

Sangat kabur

Sedang

Berat

Ketajaman
Penglihatan
Nyeri

Trauma atau
Infeksi
Kornea
Sering
Encer
atau
purulen
Biasanya kabur

Injeksi
Konjungtiva
Kornea

Difus, lebih ke Terutama


arah fornices
sirkumkorneal
Jernih
Biasanya
jernih

Ukuran Pupil

Normal

Kecil

Respon
Cahaya Pupil
Tekanan
Intraokular
Sediaan Apus

Normal

Buruk

Sedang sampai
berat
Terutama
Terutama
sirkumkorneal sirkumkorneal
Berkabut
Perubahan
kejernihan
sesuai dengan
penyebabnya
Dilatasi sedang Normal
atau
dan terfiksasi
kecil
Tidak ada
Normal

Normal

Normal

Meningkat

Organisme
penyebab

Tidak
ada Tidak
ada Organisme
organisme
organisme
hanya
ditemukan
pada
ulkus
kornea akibat
infeksi

Normal

11.Fungsi dari obat-obatan berikut:


a. Mydriasil
- Melebarkan pupil
- Melumpuhkan otot sfingter iris sehingga terjadi dilatasi pupil dan
mengakibatkan paralisis otot siliar sehingga melumpuhkan akomodasi.
b. Pantocain
- Diagnostik pemeriksaan tonometer, uji anel, pemeriksaan dengan goniolens
- Untuk bedah pengeluaran benda asing pada kornea atau konjungtiva.
c. Timolol
- Menghambat rangsangan simpatis
- Menurunkan tekanan bola mata
- Tidak mempengaruhi pupil sehingga tidak mempengaruhi akomodasi
d. Pylocarpin
- Melawan efek obat midriatika
- Untuk mengobati glaucoma sudut terbuka dan tertutup
- Menurunkan tekanan intraocular.
- Mengecilkan pupil pasca bedah lensa

e. Asetazolamid
- Menurunkan sekresi cairan mata (karena menghambat enzim karbonik
anhidrase sehingga terjadi dieresis).
- Menurunkan tekanan bola mata.
f. Manitol
- Mengakibatkan cairan ekstraseluler hiperosmotik sehingga terjadi dehidrasi
sel dan diuresis.
- Mengatur tekanan bola mata dengan mengatur tekanan osmotik cairan mata.
g. Gentamicin
Efektif untuk bakteri kokus gram positif, gram negative basil, dan pseudomonas.
h. Chloramphenicol
Efektif untuk kuman gram negative dan positif, klamidia, dan riketsia.
i. Efrisel (tetes)
- Menambah pengaliran keluar cairan mata.
- Menghambat produksi cairan mata pada badan silkier
- Dilatasi pupil tanpa menghambat akomodasi
- Mata menjadi putih akibat konstriksi pembuluh darah konjungtiva yang
melebar
j. Atropine (tetes)
- Melebarkan pupil
- Melumpuhkan otot sfingter iris sehingga terjadi dilatasi pupil dan
mengakibatkan paralisis otot siliar sehingga melumpuhkan akomodasi.

12.Apakah yang dimaksud dengan:


a. Hipopion: penimbunan sel radang di kamera okuli bagian depan
b. Hifema: adanya darah dalam aqueous humor yang dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan silier.
c. Sinekia anterior: perlekatan antara kornea dengan iris.
d. Sinekia posterior: perlekatan antara permukaan anterior lensa dengan iris.
e. Keratik presipitat: timbunan sel di atas endotel kornea.
f. Infiltrate: penetrasi interstitium jaringan atau bahan.
g. Pterigyum: pertumbuhan jaringan fibrovaskular pada konjungtiva dan tumbuh
menginfiltrasi permukaan kornea.
h. Trikiasis: penggesekan bulu mata pada kornea
i. Entropion: pelipatan palpebra kearah dalam, dapat involusional (spastic, senilis),
sikatrikal, atau kongenital.

13.Sebutkan trias akomodasi


-

Kemampuan lensa untuk akomodasi


Kemampuan mengkonvergensi cahaya
Kemampuan miosis pupil

14.Sebutkan cara koreksi pada penderita miopi


Myopia bisa dikoreksi dengan lensa sferis negative terkecil yang memberikan visus
6/6. Variasi koreksi yang dapat diberikan adalah:
- Untuk myopia ringan-sedang, diberikan koreksi penuh yang harus dipakai terus
menerus baik untuk penglihatan jauh maupun dekat. Untuk orang dewasa, di mana
kekuatan miopianya kira-kira sama dengan derajat presbiopianya mungkin dapat
membaca dengan menanggalkan kacamatanya.

Pada myopia tinggi, mungkin untuk penglihatan jauh diberikan pengurangan


sedikit dari koreksi penuh (2/3 dari koreksi penuh) untuk mengurangi efek prisma
dari lensa yang tebal. Untuk penderita > 40 tahun, harus dipikirkan derajat
presbiopianya, sehingga diberikan kacamata dengan koreksi penuh untuk jauh,
untuk dekatnya dikurangi dengan derajat presbiopianya.

15.Sebutkan kelainan refraksi dan definisinya


a. Hipermetropia: kelainan refraksi dimana terjadi gangguan kekuatan pembiasan
mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak di belakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan di
belakang macula lutea.
b. Myopia: kelainan refraksi mata, di mana panjang bola mata anteroposterior dapat
terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat sehingga titik
fokusnya terletak di depan retina.
c. Astigmatisma: kelainan refraksi mata, dimana berkas sinar tidak difokuskan pada
satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling
tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.
d. Presbiopia: kelainan refraksi mata yang dapat terjadi karena adanya kelemahan
otot akomodasi ataupun adanya lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang
elsatisitasnya akibat sclerosis lensa. Hal ini menyebabkan adanya keluhan setelah
membaca seperti mata lelah, berair dan sering terasa pedas.

16.Apa yang dimaksud dengan:


a. Enukleasi: tindakan mengangkat seluruh bola mata dan sebagian nervus optikus,
sementara konjungtiva bulbi dan kapsula tenon dipertahankan.
b. Eviscerasi: tindakan membuang seluruh isi bola mata dengan tetap
mempertahankan sclera, kapsula tenon, konjungtiva dan nervus optikus.
c. Afakia: keadaan dimana tidak adanya lensa pada bola mata yang disebabkan
karena dilakukannya tindakan pengangkatan lensa tersebut.
d. Pseudofakos: keadaan dimana lensa yang terdapat pada bola mata merupakan
lensa palsu yang ditanamkan di dalamnya.
e. Endopthalmitis: peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah
trauma atau bedah atau endogen akibat sepsis.
f. Exenterasi: pengangkatan seluruh isi orbita.

17.Pembagian secara
funduskopinya

klinis

dari

retinopati

DM

dan

gambar

Retinopati diabetic dapat digolongkan ke dalam retinopati nonproliferatif,


makulopati, dan retinopati proliferatif.
Retinopati Diabetika Non Proliferatif
Retinopati nonproliferatif ringan
ditandai
oleh
sedikitnya
satu
mikroaneurisma.
Pada
retinopati
nonproliferatif
sedang,
terdapat
mikroaneurisma luas, perdarahan intraretina,
gambaran manik manik pada vena, dan / atau
bercak bercak cotton wool. Retinopati

nonproliferatif berat ditandai oleh bercak bercak cotton wool, gambaran manik manik
pada vena dan kelainan mikrovaskular intraretina (IRMA). Stadium ini terdiagnosis
dengan ditemukannya perdarahan intraretina di empat kuadran, gambaran manik
manik vena di dua kuadran, atau kelainan mikrovaskular intraretina berat di satu
kuadran
Makulopati
Makulopati diabeteik bermanifestasi sebagai penebalan atau edema retina
setempat atau difus, yang terutama di sebabkan oleh kerusakan sawar darah-retina
pada tingkat endotel kapiler retina, yang menyebabkan terjadinya kebocoran cairan
dan konstituen plasma ke retina sekitarnya, makulopati lebih sering dijumpai pada
pasien diabetes tipe II dan memerlukan penanganan segera setelah kelainannya
bermakna secara klibnis, yang ditandai oleh penebalan retina sembarang pada jarak
0500 mikron dari fovea, eksudat keras pada jarak 500 mikron dari fovea yang
berkaitan dengan penebalan retina atau penebalan retina yang ukurannya melebihi
satu diameter discus dan terletak pada jarak satu diameter discus dari fovea.
Makulopati juga bisa terjadi karena iskemia, yang ditandai oleh edema
macula, perdarahan dalam, dan sedikit eksudasi. Angiografi fluoresein menunjukkan
hilangnya kapiler kapiler retina disertai pembesaran zona avaskular fovea.

Retinopati Diabetika Proliferatif


Iskemia retina yang progresif akhirnya merangsang pembentukan pembuluh
pembuluh halus baru yang menyebabkan kebocoram protein protein serum (dan
fluoresens) dalam jumlah bear. Retinopati diabetic proliferatif awal ditandai oleh
kehadiran pembuluh pembuluh baru pada discus optikus ( NVD ) atau di bagian retina
manapun (NVE). Ciri yang beresiko tinggi ditandai oleh pembuluh darah baru pada
discus optikus yang meluas lebih dari sepertiga diameter discus, sembarang pembuluh
darah baru pada discus optikus yang disertai perdarahan vitreus, atau pembuluh darah
baru di bagian retina manapun yang besarnya lebih dari setengah diameter discus dan
disertai perdarahan vitreus.
Pembuluh pembuluh baru yang rapuh berproliferasi ke permukaan posterior
vitreus dan akan menimbulkan saat vitreus mulai berkontraksi menjauhi retina.
Apabila pembuluh tersebut berdarah, perdarahan vitreus yang massif dapat
menyebabkan penurunan penglihatan mendadak. Sekali terjadi pelepasan total vitreus
posterior, mata beresiko mengalami neovaskularisasi dan perrdarahan vitreus.

18.Pembagian secara
funduskopinya

klinis

retinopati

hipertensi

dan

gambar

Klasifikasi Retinopati Hipertensif di bagian mata ilmu penyakit mata RSCM:


Tipe 1
Fundus hipertensif dengan atau tanpa retinopati, tidak ada sklerose, dan
terdapat pada orang muda.
Pada funduskopi: arteri menyempit dan pucat, arteri meregang dan
percabangan tajam, perdarahan ada atau tidak ada, eksudat ada atau tidak ada.

Mild Hypertensive Retinopathy. Nicking AV (panah putih) dan penyempitan focal


arterioler (panah hitam) (A). Terlihat AV nickhing (panah hitam) dan gambaran
copper wiring pada arterioles (panah putih) (B).
Tipe 2
Fundus hipertensi dengan atau tanpa retinopati sklerose senile, terdapat pada
orang tua
Funduskopi: pembuluh darah tampak mengalami penyempitan, pelebaran dan
sheating setempat. Perdarahan retina ada atau tidak ada. Tidak ada edema papil.

Moderate Hypertensive Retinopathy. AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot
(panah hitam) (A). Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot
(panah putih) (B).
Tipe 3
Fundus dengan retinopati hipertensi dengan arteriosklerosis, terdapat pada
orang muda.

Funduskopi: penyempitan arteri, kelokan bertambah, fenomena crossing,


perdarahan multiple, cotton wool patches, macula star figures

Multipel cotton wool spot (panah putih) dan perdarahan retina (panah hitam) dan
papiledema.
Tipe 4
Funduskopi: edema papil, cotton wool patches, hard eksudat, dan star figure
exudates yang nyata. Pada hipertensi yang progresif.

Tugas Koas Mata

Pembimbing : dr.Djoko Heru, Sp.M


Disusun oleh : David Wyanto / 11.2010.095

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
Rumah Sakit Mardi Rahayu - Kudus
Periode 14 Mei 2012 16 Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai