Lintasan visual merupakan lintasan yang dilalui impuls saraf sejak dari
terbentuknya bayangan di retina sampai terbentuknya kesadaran mengenai adanya
obyek yang dilihat. Lintasan visual mencakup retina, saraf optic, khiasma optikum,
traktus optikus, korpus genikulatum laterale, radiasio optika (traktus
genikulokalkarina), korteks visual (area striata/area 17), dan tingkat kesadaran
melihat.
Retina sebagai Film negative
Agar suatu obyek dapat dilihat maka harus terjadi bayangan di retina dan
bayangan ini harus dapat dihantarkan ke otak, yaitu ke korteks visual di fissure
kalkarina untuk selanjutnya disadari. Dengan demikian kita melihat obyek dengan
mata dan dengan otak. Mekanisme melihat ini sangat rumit dan meliputi melihat
bentuk, ruang dan warna. Bola mata merupakan suatu sistem kamera yang
mempunyai sistem lensa, diafragma, dan film. Sebagai sistem lensanya adalah kornea,
cairan akuos, lensa mata dan vitreum. Sebagai diafragma adalah palpebra dan pupil.
Sebagai filnya ialah retina.
Suatu obyek dapat terlihat paling jelas kalau cahaya dari obyek tepat jatuh
pada retina, tepatnya di makula lutea. Dapat tidaknya cahaya dari jauh tak terhingga
terfokus pada retina saat mata istirahat tergantung pada kekuatan refraksi mata dan
panjang aksis bola mata. Apabila fokus tepat di retina, maka mata tersebut dikatakan
emetrop. Apabila fokus jatuh di depan retina maka dikatakan miop, dan apabila fokus
jatuh di belakang retina maka dikatakan hipermetrop. Jadi agar bayangan jelas, maka
dibutuhkan media refrakta yang jernih dengan kekuatan refraksi yang cocok dengan
panjang sumbu bola mata, serta retina sebagai penangkap bayangan yang baik.
Suatu obyek dapat dilihat jika obyek tersebut mengeluarkan cahaya atau
memantulkan cahaya. Terjadinya bayangan di retina serta timbulnya impuls saraf
untuk dikirim ke fissura kalkarina menyangkut perubahan kimia fotoreseptor di sel sel
konus dan basilus. Bayangan yang terjadi di retina dibandingkan dengan obyeknya
adalah lebih kecil, terbalik, hitam dan dua dimensi ( panjang dan lebar, atau datar)
Nervus optikus
Bayangan dari retina akan dibawa mula mula oleh saraf optik untuk menuju
fissura kalkarina. Satu nervus optikus tersusun kira kira oleh 1,2 juta axon yang
berasal dari sel sel ganglion di retina. Yang disebut nervus optikus adalah serabut
saraf yang terletak antara papil nervus optikus sampai khiasma optikum, sedangkan
yang dari khiasma optikum sampai korpus genikulatum lateral disebut traktus optikus.
Sebenarnya serabut saraf tadi sejak dari sel ganglioner sampai korpus genikulatum
laterale adalah traktus dan bukan saraf tepi, dan memiliki sifat fisiologis maupun
patologis sebagai traktus. Namun demikian nama nervus optikus tetap dipakai untuk
menamai bagian saraf yang terletak antara papil N II dan khiasma optikum, walaupun
sebenarnya ini salah. Yang merupakan nervus optikus yang sebenarnya hanyalah
serabut saraf yang sangat pendek yang berupa sel bipolar yang terletak pada retina
yang menghubungkan fotoreseptor dengan sel ganglioner.
Nervus optikus memiliki panjang kira kira 50 mm dari bola mata hingga
khiasma optikum dan dibagi menjadi empat bagian yaitu bagian intraokular ( disebut
sebagai papil nervus optikus), bagian intraorbita, bagian intraosea, dan bagian
intrakranial. Papil N II ( diskus optikus, optic disc, optic nerve head, atau bintik buta)
merupakan tempat berkumpulnya serabut serabut saraf yang berasal dari sel sel
ganglioner dari seluruh permukaan retina. Panjang papil saraf optik adalah 1 mm,
dengan diameter 1,5 mm. Bentuk papil tergantung pada besarnya foramen skleralis
posterior. Pada orang miopik, kanalis tadi besar sehingga papil tadi besar dan datar,
dan terdapat cekungan yang lebih dalam. Pada mata hiperopik kanalis tadi lebih kecil
sehingga papil tampak lebih menonjol. Hal ini disebabkan karena jumlah serabut saraf
tiap orang relatif sama, sehingga pada mata miopik lubang yang dilewati adalah
longgar dan pada mata hiperopik lubang yang dilewati lebih sempit sehingga pada
mata hiperopik serabut sarafnya lebih berdesakan dan tampak seperti tergencet oleh
kanalis skleralis dan tampak menonjol.
Nervus optikus intraorbita panjangnya kira kira 20-30 mm, memanjang antara
bola mata sampai foramen optikum, berbentuk huruf S dengan diameter 3-4 mm.
Karena bentuknya seperti huruf S dan panjang, maka bola mata bisa bergerak bebas
tanpa menyebabkan ketegangan nervus optikus. Nervus optikus intraosea adalah
nervus optikus yang berjalan pada kanalis optikus, dan panjangnya kira kira 5 mm.
Nervus optikus intrakranial merupakan bagian nervus optikus setelah keluar dari
kanalis optikus ke kavum kranii sampai khiasma optikum, dan panjangnya kira kira
10 mm. Perlu ditekankan bahwa pada perjalanannya serabut saraf dalam nervus
optikus sampai di korpus genikulatum laterale terjadi perubahan perubahan letak atau
penataan yang rumit.
Kiasma optikum
Ukuran anteroposterior khiasma kira kira 8 mm, dan ukuran kanan kirinya
kira kira 12 mm, serta tingginya 4 mm. Khiasma optikum merupakan setengah silang
(hemidekuassio) nervus optikus kanan dan kiri. Pada khiasma ini serabut saraf dari
retina temporal tidak menyilang, sedangkan yang dari nasal mengadakan persilangan.
Pada khiasma tidak terjadi pergantian neuron.
Traktus optikus
Kedua traktus optikus mulai dari tepi posterior khiasma, kemudian berjalan
divergen, melingkupi pedunkuli serebri untuk berakhir pada korpus genikulatum
laterale.
Korpus genikulatum lateral
Korpus genikulatum lateral merupakan akhir serabut aferen lintasan visual
anterior. Di sini serabut yang menyilang maupun tidak tersusun sebagai lapisan
berselang seling. Dari korpus genikulatum lateral akan terdapat neuron visual akhir
yang akan membentuk radiasio optika (traktus genikulokalkarina) untuk menuju
korteks visual primer di fissura kalkarina
Radiasio optika
Radiasio oprika berjalang meyebar dari korpus genikulatum laterale inferior,
melingkupi bagian depan kornu ventrikel lateral, kemudian ke belakang dan berakhir
pada korteks kalkarina atau area striata di lobus oksipital.
Korteks visual
Pada fissura kalkarina lobus oksipital terdapat korteks visual atau area 17. Di
sinilah berakhir impuls dari retina. Funssi korteks visual primer adalah untuk deteksi
organisasi ruang atau pemandangan visual, yaitu deteksi bentuk obyek, kecerahan
bagian bagian obyek, bayangan dan sebagainya. Pada korteks visual terdapat penataan
retinotopik, artinya bahwa titik titik tertentu pada retina mempunyai hubungan yang
pasti dengan titik titik tertentu pada korteks visual primer. Separuh kanan kedua retina
berhubungan dengan korteks visual kanan, dan separuh kiri kedua retina berhubungan
dengan korteks visual kiri. Selanjutnya makula sesuai dengan polus oksipital dan
retina perifer sesuai dengan daerah konsentris di depan polus oksipital. Bagian atas
retina sesuai dengan bagian atas korteks visual dan bagian bawah sesuai dengan
bagian bawah korteks visual.
Fossa yang kecil itu, karena fungsinya amat penting, yaijtu untuk ketajaman
penglihatan dan penglihatan detil, maka menempati daerah seluas 35% korteks visual
primer. Pada korteks visual primer terdapat sel sel untuk deteksi cahaya bulat, deteksi
garis, orientasi garis, perubahan orientasi, deteksi panjang garis, dsb. Disamping itu,
juga terdapat deteksi warna. Rangsang dari kedua mata juga disatukan di sini. Di luar
area 17 terdapat area 18 dan area 19. kedua area ini disebut sebagai korteks visual
sekunder. Area area ini berfungsi untuk pemrosesan visual lebih lanjut.
Tingkat kesadaran penglihatan
Tingkat kesadaran penglihatan belum jelas benar, mungkin di korteks serebri
tertentu, atau mungkin juga secara difus atau juga ada asosiasinya dengan korteks
temporal. Mungkin juga proses psikologis ikut berperan dalam kesadaran penglihatan.
Memang dalam proses melihat ini masih tersangkut pula bagian bagian dari
otak yang lain yang ikut berperan. Ini terbukti dari adanya kerusakan bagian bagian
tersebut akan disertai gangguan dalam kesadaran penglihatan. Bagian bagian tadi
disebut sebagai pusat visual sekunder, yang meliputi kolikulus superior, thalamus,
lobus parietal, lobus frontal, lobus temporal, dan korpus kalosum.
Setelah seluruh proses melihat ini berlangsung maka akan timbul kesadaran
akan adanya obyek yang dilihat dan obyek tadi akan bersifat lebih besar, tegak lurus,
tiga dimensi dan berwarna warni. Disamping itu juga dikenal namanya, kegunaannya.
Cairan akuos diproduksi oleh badan silier, yaitu pada prosesus siliaris. Humor
aquos berjalan dari Kamera Okuli Posterior ke Kamera Okuli Anterior, kemudian
melewati trabekulum untuk menuju ke kanan Schlemm, kemudian ke kanal kolektor
akhirnya ke sistem vena episklera untuk kembali ke jantung.
Katarak Insipien
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak
subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat pada anterior subkapsular posterior,
celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenerative (benda
Morgagni) pada katarak insipient. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadangkadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai dengan pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa
menjadi bengkak dan besar yang mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
disbanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan
cepat dan mengakibatkan myopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
mengakibatkan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh
lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma
sekunder.
Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion kalsium yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Kedalaman bilik mata depan akan normal kembali,
tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negative.
Katarak Hipermatur
Merupakan katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Masa lensa berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik
mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan
lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair
tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantung susu
disertai dengan nucleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.
Normal
Normal
Terdorong
Dangkal
Normal
Normal
Hipermatur
Masif
Berkurang (air
dan masa lensa
keluar)
Tremulans
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Negatif
-
Positif
Glaucoma
Negatif
-
Pseudopos
Uveitis
glaukoma
Katarak Brunesen
Merupakan katarak berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama
pada nucleus lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan
myopia tinggi. Biasanya terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum
memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.
Katarak Komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, retinitis
pigmentosa, glaucoma, tumor intra ocular, iskemia ocular, nekrosis segmen anterior,
buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Dapat juga disebabkan oleh
penyakit sistemik endokrin.
Katarak Diabetes
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus.
Katarak Sekunder
Terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal.
Paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.
Serangan
Tipe Penderita
B.M.D
Sudut BMD
Dangkal
Sempit
Normal
Biasa terbuka
Halo
Papil
+ dini
Kampus
Pengobatan
+ serangan
Ekskavasi
bila
lanjut
Naik
bila
diprovokasi
+ bila lanjut
Dini, iridektomi
Prognosis
Dini, baik
Tekanan
Variasi
diurnal
tinggi
Bjerrum, konstriksi
Obat, bila gagal,
trabekulektomi
Sedang/buruk
Glaucoma
Infantil
Bayi
Laki-laki
perempuan
Dalam sekali
Kelainan
kongenital
Dalam sekali
>
Tinggi
Goniotomi
Buruk
Tanda :
- Perubahan vitreus meliputi sel, flare, opasitas, dan yang tersering adalah lepasnya
bagian posterior vitreus.
- Koroiditis, ditandai dengan bercak kuning atau keabu-abuan dengan garis
demarkasi yang jelas.
- Retinitis, menyebabkan gambaran retina menjadi putih berawan. Garis demarkasi
antara retina yang sehat dan yang mengalami inflamasi susah dibedakan.
- Vaskulitis, merupakan inflamasi pada pembuluh darah retina. Bila terkena vena
disebut periflebitis. Bila terkena arteriola disebut periarteritis. Periflebitis lebih
sering ditemukan daripada periarteritis. Periflebitis aktif ditandai dengan adanya
gambaran seperti bulu berwarna putih yang mengelilingi pembuluh darah.
Ada 3 bentuk uveitis posterior, yaitu tipe unifokal yang biasa terjadi pada
toxoplasma uveitis. Tipe multifocal yang biasa terjadi pada histoplasmosis ocular.
Tipe geografis yang biasa terjadi pada retinitis sitomegalovirus.
8. Sebutkan gejala dan tanda ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur
dan bakteri
Ulkus Kornea Bakterial
Ada 2 jenis yaitu:
Ulkus Sentral
Etiologi: Staphylococcus aureus, streptokokus, pneumokokus, pseudomonas, dan
moraxella
Apabila disebabkan oleh pneumokokus, maka ulkusnya tampak menggaung
(berbatas tegas berwarna abu-abu) disertai hipopion (adanya pus pada kamera okuli
anterior). Apabila penyebabnya pseudomonas, nekrosis cepat terjadi karena bakeri ini
menghasilkan enzim proteolitik, dengan eksudat mukopurulen berwarna hijau
kebiruan (patognemonik) disertai nyeri hebat.
Ulkus Marginal
Biasanya karena stafilokokus, ada kemungkinan karena reaksi hipersensitivitas
antara antigen produk bakteri dengan antibodi dari vasa limbal. Pada pemeriksaan
kerokan kornea tidak ditemukan bakteri penyebabnya.
Ulkus Kornea Jamur
Diagnosis ulkus kornea karena jamur lebih banyak sebagai diagnosis ex
juvantibus, didukung oleh proses progesivitas yang lambat, serta adanya riwayat
trauma tumbuh-tumbuhan.
Alergi
Berat
Generalisata
Sedang
Minimal
Tidak ada
Eosinofil
Tidak pernah
Konjungtivitis
Akut
Iritis Akut
Glaucoma
Akut
Insidensi
Sekret
Sangat sering
Sedang sampai
banyak sekali
Tidak ada efek
pada
penglihatan
Tidak ada
Sering
Tidak ada
Jarang
Tidak ada
Sedikit kabur
Sangat kabur
Sedang
Berat
Ketajaman
Penglihatan
Nyeri
Trauma atau
Infeksi
Kornea
Sering
Encer
atau
purulen
Biasanya kabur
Injeksi
Konjungtiva
Kornea
Ukuran Pupil
Normal
Kecil
Respon
Cahaya Pupil
Tekanan
Intraokular
Sediaan Apus
Normal
Buruk
Sedang sampai
berat
Terutama
Terutama
sirkumkorneal sirkumkorneal
Berkabut
Perubahan
kejernihan
sesuai dengan
penyebabnya
Dilatasi sedang Normal
atau
dan terfiksasi
kecil
Tidak ada
Normal
Normal
Normal
Meningkat
Organisme
penyebab
Tidak
ada Tidak
ada Organisme
organisme
organisme
hanya
ditemukan
pada
ulkus
kornea akibat
infeksi
Normal
e. Asetazolamid
- Menurunkan sekresi cairan mata (karena menghambat enzim karbonik
anhidrase sehingga terjadi dieresis).
- Menurunkan tekanan bola mata.
f. Manitol
- Mengakibatkan cairan ekstraseluler hiperosmotik sehingga terjadi dehidrasi
sel dan diuresis.
- Mengatur tekanan bola mata dengan mengatur tekanan osmotik cairan mata.
g. Gentamicin
Efektif untuk bakteri kokus gram positif, gram negative basil, dan pseudomonas.
h. Chloramphenicol
Efektif untuk kuman gram negative dan positif, klamidia, dan riketsia.
i. Efrisel (tetes)
- Menambah pengaliran keluar cairan mata.
- Menghambat produksi cairan mata pada badan silkier
- Dilatasi pupil tanpa menghambat akomodasi
- Mata menjadi putih akibat konstriksi pembuluh darah konjungtiva yang
melebar
j. Atropine (tetes)
- Melebarkan pupil
- Melumpuhkan otot sfingter iris sehingga terjadi dilatasi pupil dan
mengakibatkan paralisis otot siliar sehingga melumpuhkan akomodasi.
17.Pembagian secara
funduskopinya
klinis
dari
retinopati
DM
dan
gambar
nonproliferatif berat ditandai oleh bercak bercak cotton wool, gambaran manik manik
pada vena dan kelainan mikrovaskular intraretina (IRMA). Stadium ini terdiagnosis
dengan ditemukannya perdarahan intraretina di empat kuadran, gambaran manik
manik vena di dua kuadran, atau kelainan mikrovaskular intraretina berat di satu
kuadran
Makulopati
Makulopati diabeteik bermanifestasi sebagai penebalan atau edema retina
setempat atau difus, yang terutama di sebabkan oleh kerusakan sawar darah-retina
pada tingkat endotel kapiler retina, yang menyebabkan terjadinya kebocoran cairan
dan konstituen plasma ke retina sekitarnya, makulopati lebih sering dijumpai pada
pasien diabetes tipe II dan memerlukan penanganan segera setelah kelainannya
bermakna secara klibnis, yang ditandai oleh penebalan retina sembarang pada jarak
0500 mikron dari fovea, eksudat keras pada jarak 500 mikron dari fovea yang
berkaitan dengan penebalan retina atau penebalan retina yang ukurannya melebihi
satu diameter discus dan terletak pada jarak satu diameter discus dari fovea.
Makulopati juga bisa terjadi karena iskemia, yang ditandai oleh edema
macula, perdarahan dalam, dan sedikit eksudasi. Angiografi fluoresein menunjukkan
hilangnya kapiler kapiler retina disertai pembesaran zona avaskular fovea.
18.Pembagian secara
funduskopinya
klinis
retinopati
hipertensi
dan
gambar
Moderate Hypertensive Retinopathy. AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot
(panah hitam) (A). Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot
(panah putih) (B).
Tipe 3
Fundus dengan retinopati hipertensi dengan arteriosklerosis, terdapat pada
orang muda.
Multipel cotton wool spot (panah putih) dan perdarahan retina (panah hitam) dan
papiledema.
Tipe 4
Funduskopi: edema papil, cotton wool patches, hard eksudat, dan star figure
exudates yang nyata. Pada hipertensi yang progresif.