Sebuah tim basket merupakan sebuah miniatur dari sebuah organisasi, dalam
sebuah tim basket terdapat peran masing-masing orang yang berbeda untuk
mencapai suatu tujuan yang sama sebagaimana telah ditetapkan oleh organisasi
tersebut. Dalam sebuah tim basket ada yang memiliki tugas untuk bertahan,
menyerang dan pencetak angka, hal yang sama dalam sebuah organisasi dimana
terdapat bagian marketing, produksi, HRD, keuangan dan lain sebagainya.Dalam
konteks pelatihan dan pengembangan di organisasi, pada film Coach Carter
pelatihan tersebut di tujukan untuk mencapai dua tujuan inti yaitu meraih
kemenangan dan menyelesaikan studi dengan standar hasil yang telah disepakati
bersama. Sebagai pelatih, Carter harus bisa menjadi penggerak kemana kelompok
akan diarahkan, harus memiliki tujuan yang jelas tentang hasil yang diharapkan
dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap pelatihan yang
diberikannya.
Manusia merupakan aspek penting dalam keberhasilan sebuah organisasi. Adapun pengelolaan
Sumber daya manusia tersebut amat berkaitan bahkan tidak dapat dilepaskan dari Motivasi
Kerja, Pelatihan, Kepemimpinan, Komunikasi, dan Kerjasama Tim.
Menurut Nawawi dalam Taroreh (2014), motivasi berarti dorongan, sebab atau alasan
seseorang melakukan sesuatu. Motivasi itu adalah sesuatu yang kompleks karena di dalamnya
sudah tercakup pikiran, perasaan dan pengalaman masing-masing individu (Werhter dan Davis,
1996). Motivasi seseorang sering dipengaruhi, secara internal, oleh kepercayaan, nilai, minat,
rasa takut, dan sebagainya, dan secara eksternal oleh bahaya, lingkungan atau tekanan dari orang
tertentu. Taroreh menyebutkan bahwa pelatihan ditujukan untuk meningkatkan prestasi kerja saat
ini, sedangkan pengembangan ditujukan untuk meningkatkan prestasi kerja saat ini dan masa
yang akan datang. Suatu pelatihan dan motivasi dalam sebuah organisasi ditentukan sesuai
dengan gaya kepemimpinan yang berlaku di perusahaan tersebut. Kepemimpinan memiliki arti
seseorang dengan figure tertentu memimpin orang lain dan dirinya sendiri. Untuk dapat
menyampaikan pesan dengan baik dan mengurangi bias maka diperlukan komunikasi yang baik
didalam organisasi. Menurut Wursanto (2003) komunikasi sangat penting dalam organisasi
karena: menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan atasan, bawahan
dengan bawahan, atasan dengan atasan, dan pegawai dengan organisasi; meningkatkan
kegairahan kerja para pegawai; meningkatkan moral dan disiplin pegawai; meningkatkan rasa
tanggung jawab semua pegawai; menimbulkan saling pengertian diantara pegawai;
meningkatkan kerjasama diantara pegawai; dan meningkatkan semangat korporasi di kalangan
pegawai. Dengan adanya komunikasi yang baik antar pegawai tentu akan menimbulkan
kerjasama tim yang baik. Kinerja yang dicapai oleh sebuah tim lebih baik daripada kinerja
perindividu disuatu organisasi ataupun suatu perusahaan. Walaupun begitu, kerja sama tim juga
harus efektif agar memberikan kontribusi yang baik bagi kinerja karyawan dan hasil kerja dalam
suatu lembaga.
Hasil studi yang dilakukan Taroreh ini sesuai dengan apa yang ada dalam film Coach Carter
bahwa perbaikan dan perubahan kemampuan, keterampilan, penguasaan pengetahuan, dan
perilaku tersebut bisa dilakukan dengan pendekatan kedisiplinan, kerja keras, ketegasan yang
cerdas, dan visi pelatih yang jauh kedepan, dan pendekatan pribadi melalui pemberdayaan,
perlakuan yang sama layaknya anak dan bapak, perlakuan melindungi, yang pada akhirnya
menumbuhkan motivasi untuk berubah dan berkembang. Dalam film ini disebutkan bahwa
Carter sejak awal memberikan motivasi kepada tim untuk menjadi juara pada musim ini. Untuk
mencapainya Carter memberikan latihan yang rutin dan lebih keras sesuai dengan gaya
kepemimpinannya agar dapat mencapai target tersebut. Sosok yang disiplin dan tegas ini dapat
dikomunikasikan dengan baik oleh Carter dengan membuat perjanjian antara dirinya, pemain
dan orang tua pemain, selain itu Carter juga mengkomukasikan tujuannya kepada pihak
sekolah yaitu para guru dan kepala sekolah. Pada akhir film, Carter menutup tempat latihan
dan membatalkan beberapa pertandingan karena nilai pemainnya tidak sesuai dengan
perjanjian awal. Pada tahap tersebut timbullah konflik besar di kota LUPA dan di sekolah LUPA
yang berakhir pada mundurnya pelatih karena dewan memutuskan untuk membuka kembali
tempat latihan.