SINTESIS DIAZOAMINOBENZEN
I. Tujuan Percobaan
Mempelajari
reaksi
garam
diazonium
dengan
amina
dalam
sintesis
diazoaminobenzen.
II. Tinjauan Pustaka
Garam diazonium adalah senyawa antara sistesis yang bermanfaat. Salah satunya
dalam reaksi kupling diazonium. Nitrogen ujung pada kation diozonium
digunakan sebagai suatu elektrofil dalam suatu reaksi substitusi elektrofilik pada
aromatic. Sebagian besar produk tipe reaksi kupling diazonium berwarna cerah,
dikenal dengan azo-dyes. Sintesis kombinatorial dibutuhkan untuk menyediakan
beragam jenis senyawa dengan beragam fungsi dalam serangkaian reaksi yang
dilakukan bersamaan. Dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu sintesisi
parallel dan sintesis split. Dalam sistem parallel, tiap senyawa dibuat secara
individu dan beragam uji dilakukan secara terpisah untuk tiap senyawa.
Sedangkan sintesis split hasil ujinya memerlukan proses deconvolution
(pemisahan campuran). Zat warna azo merupakan kelas zat warna yang terbesar
dan terpenting, jumlahnya mencapai ribuan. Dalam pewarnaan-azo, mula-mula
tekstil itu dibasahi dengan senyawa aromatik yang teraktifkan terhadap substitusi
elektrofilik, kemudian diolah dengan suatu garam diazonium untuk menghasilkan
zat warna (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Amina adalah turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom
hidrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu
amina memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air.
Seperti alkohol, amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan tersier.
Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol
diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada kaebon
yang mengandung hidroksil. Namun amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus
nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen (Stroker dan Walker,
1991).
Amina dengan jumlah atom karbon dibawah enam biasanya larut dalam air akibat
adanya interaksi ikatan hidrogen. Meskipun nitrogen tidak seelektronegatif
oksigen namun mampu mempolarisasi ikatan N-H sehingga terbentuk gaya dipoldipol yang kuat antara molekulnya. Amine tersier tidak memiliki atom hidrogen
karena itu tidak terjadi ikatan hidrogen antara air dengannya atau dengan amin
tersier lainnya.konsekuensinya titik didihnya lebih rendah dibanding amina primer
atau sekunder. Salah satu sifat yang paling dikenal dari amina berbobot molekul
rendah adalah aromanya yang tidak menyenangkan. Amine volatile ini menguap
secara cepat dan terciup seperti campuran ammonia dan ikan busuk. Kebanyakan
bahan yang membusuk terutama organ yang mengandung protein tinggi
menghasilkan amina. Bagian dari aroma tumbuhan yang mati, rumah
penyimpanan daging, dan bagian pengolahan limbah semuanya adalah amina
(Stroker dan Walker, 1991).
III.
Metodologi
3.2.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu neraca analitik, neraca
ohaus, erlenmeyer 250 mL, gelas kimia 250 mL, gelas ukur 10 mL dan 50 mL,
magnetic stirer, penyaring Buchner, batang pengaduk, termometer, botol semprot,
melting point, pipa kapiler, bunsen, korek api, cawan petri, stopwatch, sendok zat,
lemari asam, wadah es dan pipet tetes.
3.2.2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu HCl pekat, anilin,
natrium nitrit, natrium asetat, petroleum benzen, es batu, kertas saring, aluminium
foil dan aquadest.
3.3.
Prosedur Kerja
dalam
20
mL
aquadest
lalu
mengocoknya.
Endapan
kuning
IV.
4.1.
No.
1.
2.
3.
4.
Perlakuan
32,5 mL air + 10 mL HCl pekat
+ 6,85 mL anilin
+ 25 gr serpihan es (kocok)
+ 2,6 gr NaNO2 dalam 6 mL air (aduk
5-10 menit)
Larutan berwarna kuning
+ 10,5 gr CH3COONa dalam 20 mL air
kecoklatan
(5 menit)
Terbentuk endapan berwarna
Kocok larutan 45 menit (20oC)
kuning
Saring endapan dan cuci dengan 250 Endapan berwarna coklat
5.
6.
7.
8.
9.
mL air dingin
Keringkan
Berat kristal
Titik lebur
Rekristalisasi
Berat kristal
Titik lebur
4.2.
Hasil
Larutan bening
Larutan berwarna coklat
Warna tetap
Larutan berwarna orange
50,603 gr
90oC
43,444 gr
95oC
= 38,9 gr
= 0,485 gr
= 0,208 gr
Analisa Data
= 10 mL 1,19 gr/mL
= 11,9 gr
Berat Anilin
Berat NaNO2
= 2,6 gr
Berat CH3COONa
= 10,5 gr
11,218 gr
100
( 11,9 +6,987+2,6+ 10,5 ) gr
11,218 gr
100
38,987 gr
= 35,07%
Berat setelah rekristalisasi
100
Rendemen setelah rekristalisasi =
Berat jumlah bahan
=
4,336 gr
100
( 11,9 +6,987+2,6+ 10,5 ) gr
4,336 gr
100
38,987 gr
= 13,55%
4.6.
Pembahasan
natrium nitrit sehingga terbentuk asam yang akan dihidrolisis oleh larutan HCl
pekat menjadi asam nitrit. Asam nitrit yang terbentuk, dapat bereaksi dengan HCl
untuk melepaskan molekul air serta menghasilkan ion NO+. Ion NO+ akan
diserang oleh pasangan elektron bebas dari anilin yang nantinya akan diikuti oleh
reaksi dehidrasi (pelepasan molekul air). Pada reaksi ini, terjadinya donor proton
dari suatu basa konjugasi yang mudah lepas yaitu HCl.
Mekanisme reaksi yang terjadi yaitu saat larutan asam klorida diencerkan
direaksikan dengan anilin maka reaksi ini berlangsung dalam suasam, sehingga
terbentuk amina terprotonkan (Aril-NH3+). Kemudian saat natrium nitrit bereaksi
dengan asam klorida membentuk asam nitrit dan garam natrium klorida.
Selanjutnya terjadi proses protonasi antara asam nitrat dan kation asam klorida
membentuk kation asam nitrat (H+HNO2) yang kemudian melepaskan molekul
airnya dan ion nitrosonium (NO+) yang merupakan spesies reaktif dalam reaksi
asam nitrit. Proses selanjutnya adalah proses diazotisasi. Dimana terjadi serangan
nukleofilik dari amina primer pada ion nitrosonium, diikuti lepasnya proton dan
nitrosamine primer. Setelah protonasi oksigen pada nitrosamine yang diperoleh,
diikuti oleh eliminasi air, kemudian dihasilkan kation diazonium aromatik (kation
arildiazonium).
Selanjutnya campuran ditambahkan natrium asetat yang berfungsi untuk
memutuskan suatu ion klorida yang masih terdapat dalam campuran. Karena ion
klorida (Cl-) merupakan gugus pergi yang baik, reaksi kesetimbangan dapat
berjalan ke arah produk. Pada reaksi ini, campuran dibiarkan dalam wadah yang
berisi air dingin untuk mencegah terdekomposisinya aminobenzena menjadi fenol.
Lalu campuran larutan dikristalisasi untuk mendapatkan senyawa azo dyes yang
murni. Bila ion klorida tidak dieliminasi, maka akan memungkinkan terjadi
mekanisme reaksi SN1 yang mana ion klorida akan menyerang ion diazo yang
terikat langsung pada cincin benzen sehingga molekul air yang ada akan
menggantikan posisi diazo sehingga hasil yang terbentuk berupa senyawa fenol.
Menurut Carey (2001), titik leleh kristal diazoaminbenzen murni adalah 98 oC.
Jadi, hasil yang diperoleh telah sesuai dengan literatur.
V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
1. Diazoaminobenzen merupakan senyawa turunan benzen yang memiliki
bentuk padatan kristal berwarna orange.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1986. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga.
Jakarta
LEMBAR ASISTENSI
Nama
: Novaldi
No. STB
: G 301 13 010
Kelompok : III
Asisten
No.
: Pratiwi Dwiasmukti
Hari/ Tanggal
Koreksi
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK SINTESIS
Paraf
SINTESIS DIAZOAMINOBENZEN
Disusun Oleh:
Nama
: Novaldi
No. STB
: G 301 13 010
Kelompok
: III
Asisten
: Pratiwi Dwiasmukti
SINTESIS DIBENZALASETON
Disusun Oleh:
Nama
: Novaldi
No. STB
: G 301 13 010
Kelompok
: III
Asisten
: Annisa Setyaningrum