Definisi
Hipospadia berasal dari kata hypo yang berarti dibawah dan spadon yang berarti
keratan yang panjang. Hipospadia adalah kelainan kongenital dimana muara uretra
eksterna (MUE) terleak di ventral penis dan lebih ke proximal dari tempat normalnya
(ujung gland penis) (Arif Mansjoer, 2000: 374). Pada pasien dengan hipospadia yang
berat, kadang tampak seperti ambiguous genitalia yang menyebabkan beban psikologi
bagi orang tua dan menjadi pertanyaan mengenai jenis kelamin anak mereka.
B. Etiologi
Penyebab tidak diketahui secara pasti. Beberapa etiologi yang memungkinkan adalah:
a. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon-hormon yaitu hormon androgen yang
mengatur organogenesis kelamin pria. Pembesaran tuberkel genitalia dan
perkembangan lanjut dari phallus dan uretra tergantung dari kadar testosteron selma
embriogenesis. Jika testis gagal memproduksi sejumlah testosteron atau jika struktur
sel-sel genital kekurangan reseptor androgen atau tidak terbentuknya androgen
converting enzyme (5 alpha-reductase) maka hal-hal inilah yang diduga menyebabkan
terjadinya hipospadia.
b. Genetika, terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Biasanya terjadi karena mutasi
pada gen yang mengode sintesis androgen sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak
terjadi.
c. Lingkungan, ppolutan danzat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan
mutasi.
C. Klasifikasi
1. Tipe hipospadia yang lubang uretranya di anterior:
- Hipospadia glandular yaitu lubang kencing berada dibawah kepala penis.
Kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan tindakan. Bila meatus
-
D. Manifestasi Klinis
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada dibawah penis
2. Penis melengkung ke bawah
3. Panis tampak seperti tertutup karena kelainan pada kulit depan penis
4. Jika berkemih, anak harus duduk
5. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal dibagian bawah
penis yang menyerupai meatus uretra eksternus
6. Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk dibagian punggung penis
7. Adanya chordee, atau jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang
hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar
8. Kulit penis bagian bawah sangat tipis
9. Tunika dartos, fasia buch dan korpus spongiosum tidak ada
10. Dapat timbul tanpa chordee bila letak meatus pada dasar dari glans penis
11. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok
12. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum)
13. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal
14. Ketidaknyamanan anak saat BAK karena adanya tahanan pada ujung uretra eksterna
E. Penatalaksanaan
Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Operasi bertujuan
untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada tempat yang normal.
Sebaiknya operasi dilaksanakan pada saat usia anak 6 bulan sampai prasekolah ketika
anak belum sadar bahwa dirinya berbeda, ketika teman-temannya miksi dengan posisi
berdiri, dirinya harus miksi dengan posisi jongkok. Selain itu juga hendaknya anak
jangan dulu dikhitan karena saat tindakan oprasi rekonstruksi kulit preputium penis akan
diambil untuk menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita
hipospadia. Tahapan operasi rekonstruksi antara lain:
1. Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Langkah
selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis
unruk menutup sukcus uretra.
2. Uretroplasty, dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada glans penis.
Setelah terbentuk fossa naficularis baru, dihubungkan dengan canalis uretra yang
telah terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama.
Perawatan pasca operasi
Suatu tekanan ringan dan elastis dari perban dipakai untuk memberikan kompres
postoperatif bagi reparasi hipospadia, untuk mengatasi edema, dan untuk mencegah
perdarahan setelah operasi. Dressing harus segera dihentikan bila terlihat kedaan sudah
membiru disekitar daerah tersebut dan bila terjadi hematoma harus segera diatasi. dalam
keadaaan dimana terjadi luka yang memburuk sebagai akibat edema pada luka, ereksi,
operasi.
Striktura uretra: Disebabkan oleh angulasi dari anastomosis. Keadaan ini dapat
pada distal dapat mengakibatkan obstruksi aliran dan berakhir pada divertikula uertra.
Adanya rambut dalam uretra: Kulit yang mengandung folikel rambut dihindari
digunakan dalam rekonstruksi hipospadia. Bila kulit ini berhubungan dengan uretra
dapat menimbulkan infeksi saluran kemih dan pembentukkan batu saat pubertas.
Komplikasi lainnya adalah ektropion mukosa, balanitis xerotica oblliterans (BXO),
uretrocele, chordee persisten, dan kebocoran traktus urinaria karena penyemnbuhan
yang lama.
- Kesadaran: Composmentis
- TD: - HR: 100 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Suhu: 37,5oC
b. Pemeriksaan menyeluruh
- Pemeriksaan penis: Penis nyeri, penis kemerahan dan sudah disunat, terpasang
-
agak kemerahan
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan urografi dengan hasil yang menunjukkan klien menderita
hipospadia tipe penil dengan chordee
B. Analisa Data
Data
DO: Penis kemerahan dan
terpasang stent dan kateter,
RR 24x/menit
DS: Kline mengeluh penis
nyeri
Etiologi
Hipospadia
Masalah
Nyeri
DO:
Penis
kemerahan,
Hipospadia
Kencing merembes
kemerahan
DS: -
Intervensi
1. Tanyakan pasien tentang
nyeri,
tentukan
reposisi
meatus nyaman,
berpartisipasi
aktivitas
yang
secara
berkala
dan
mengeluh nyeri.
istirahat
dan
berikan
kulit
Kerusakan
kulit
dengan
integritas Tujuan
inegritas
hidrasi
yang
adekuat
paha
kecuali
dan
kemerahan.
penis dan
keadaan
pasien baik.
umum
bila
kontraindikasi)
2. Cuci
area
yang
kemerahan
lembut
dengan
menggunakan
masukan
mempertahankan
keseimbangan nitrogen
4. Timbang individu setiap
hari dan tentukan kadar
albumin
serum
untuk
memantau status
Referensi
Amilal Bhat (2008). General Considerations in Hypospadias Surgery. Indian Journal of
Urology; 24 (2): 188-194
Mansjoer, Arif, dkk (2000). Kapitaselekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Purnomo B.B (2000). Uretra dan Hipospadia dalam Dasar-dasar Urologi. Malang
Sastrasupena H (1995). Hipospadia dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa
Aksara
Snell, Richard S (2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC