Beberapa cara penilaian brg dlm persediaan 1.Spesifik invoice price
2.Harga rata-rata (Average Cost)
3.First-in, First Out (FIFO)
4.Last-in, First Out (LIFO)
Contoh
Pada akhir tahun buku sebuah perusahaan mempunyai persediaan
12 satuan barang dengan data-data yang ada sbb:
1 Januari persediaan awal 10 satuan @ Rp 100 = Rp 1.000
13 Maret dibeli 15 satuan @ Rp 115 = Rp 1.725 6 Agustus dibeli 20 satuan @ Rp 125 = Rp 2.500 10 November dibeli 10 satuan @ Rp 120 = Rp 1.200 + 55 satuan = Rp 6.425 1. Specific Invoice Price Jika setiap barang dalam persediaan diikuti faktur2 pembeliannya, maka cara ini dapat dipergunakan
Misal : 6 dari 12 satuan itu dibeli dalam bulan November
sedang sisanya dalam bulan Agustus
Maka nilai persediaan dan harga pokok barang yang terjual
dinilai sebagai satuan berikut: Harga beli 55 satuan yang tersedia untuk dijual = Rp 6.425
Nilai persediaan akhir menurut specific invoice
6 satuan November @ Rp 120 = Rp 720 6 satuan Agustus @ Rp 125 = Rp 750 + 12 satuan persediaan akhir = Rp 1.470
Harga pokok 43 satuan barang yang telah terjual
Rp 6.425 – Rp 1.470 = Rp 4.955 2. Average Cost
Harga beli rata-rata setiap satuan adalah = Rp 6.425 : 55
= Rp 116,82
Harga 55 satuan yang tersedia untuk dijual = Rp 6.425
Nilai persediaan akhir menurut average cost
12 satuan @ Rp 116,82 = Rp 1.401,80
Harga pokok 43 satuan barang yg telah terjual
Rp 6.425 – Rp 1.401,80 = Rp 5.023 3. First- First-In First First--Out (FIFO)
Harga beli 55 satuan yang tersedia untuk dijual = Rp 6.425
Nilai persediaan akhir menurut FIFO = Rp 1.200
10 satuan November @ Rp 120 = Rp 1.200 2 satuan Agustus @ Rp 125 = Rp 250 + 12 satuan persediaan akhir = Rp 1.450
Harga pokok 43 satuan barang yg telah terjual = Rp 4.975
4. Last- Last-In First First--Out (LIFO)
Harga beli 55 satuan yang tersedia untuk dijual = Rp 6.425
Nilai persediaan akhir menurut FIFO
10 satuan persediaan awal @ Rp 100 = Rp 1.000 2 satuan 13 Maret @ Rp 115 = Rp 230 + 12 satuan persediaan akhir = Rp 1.230
Harga pokok 43 satuan barang yg telah terjual = Rp 5.195
Perbandingan Hasil Penelitian
Apabila harga Jika harga naik atau
turun, setiap cara stabil, maka dapat menghasilkan semua cara angka yang berbeda penilaian seperti terlihat pada contoh diatas menghasilkan angka yang sama Perbandingan Penilaian Persediaan Pembelian Tahun 2000 Penjualan Tahun 2000
2 Januari 100 @ Rp 100 = Rp 10.000 15 Jan 50 @ Rp 200 = Rp 10.000
10 Nov 50 @ Rp 110 = Rp 5.500 20 April 70 @ Rp 200 = Rp 14.000 19 Mei 150 @ Rp 120 = Rp 18.000 + 12 Okt 80 @ Rp 210 = Rp 16.800 + 300 = Rp 33.000 200 = Rp 40.800
Pembelian Tahun 2001 Penjualan Tahun 2001
9 April 75 @ Rp 120 = Rp 9.000 12 Mei 100 @ Rp 220 = Rp 22.000
19 Mei 75 @ Rp 110 = Rp 8.250 + 15 Juli 150 @ Rp 210 = Rp 31.500 + 150 = Rp 17.250 250 = Rp 53.500 Perhitungan Income Statement (Metode FIFO) Tahun 2000 penjualan (200 unit) Rp 40.800 Harga Pokok Penjualan Tahun 2000: 15 Jan 50 @ Rp 100 = Rp 5.000 20 April 50 @ Rp 100 = Rp 5.000 20 @ Rp 110 = Rp 2.200 12 Okt 30 @ Rp 110 = Rp 3.300 50 @ Rp 120 = Rp 6.000 + 200 Rp 21.500 – Laba Kotor Rp 19.300 Persediaan akhir 100 @ Rp 120 = Rp 12.000
Tahun 2001 penjualan (250 unit) Rp 53.500
Harga Pokok Penjualan Tahun 2001: 12 Mei 100 @ Rp 120 = Rp 12.000 15 Juli 75 @ Rp 100 = Rp 9.000 75 @ Rp 110 = Rp 8.250 + 250 Rp 29.250 – Laba Kotor Rp 24.250 +
Laba Kotor 2000 + 2001 Rp 43.550
Perhitungan Income Statement (Metode LIFO)
Tahun 2000 penjualan (200 unit) Rp 40.800
Harga Pokok Penjualan Tahun 2000: 15 Jan 50 @ Rp 120 = Rp 6.000 20 April 70 @ Rp 120 = Rp 8.400 12 Okt 30 @ Rp 120 = Rp 3.600 50 @ Rp 110 = Rp 5.500 + 200 Rp 23.500 – Laba Kotor Rp 17.300 Persediaan akhir 100 @ Rp 100 = Rp 10.000
Tahun 2001 penjualan (250 unit) Rp 53.500
Harga Pokok Penjualan Tahun 2001: 12 Mei 75 @ Rp 110 = Rp 8.250 25 @ Rp 120 = Rp 6.000 15 Juli 75 @ Rp 120 = Rp 6.000 100 @ Rp 100 = Rp 10.000 + 250 Rp 27.250 – Laba Kotor Rp 26.250 +
Laba Kotor 2000 + 2001 Rp 43.550
Perhitungan Income Statement (Metode Average)
Tahun 2000 penjualan (200 unit) Rp 40.800
Harga Pokok Penjualan Tahun 2000: Harga rata-rata = Rp 33.500 : 300 = Rp 111,67 200 @ Rp 111,67 Rp 22.334 – Laba Kotor Rp 18.466 Persediaan akhir 100 @ Rp 111,67 = Rp 11.167
Tahun 2001 penjualan (250 unit) Rp 53.500
Harga Pokok Penjualan Tahun 2001: Harga rata-rata = Rp 33.500 : 250 = Rp 113,67 12 Mei 100 @ Rp 111,67 = Rp 11.367 12 Mei 150 @ Rp 111,67 = Rp 17.050 + 250 Rp 28.417 - Laba Kotor Rp 25.083 +
Laba Kotor 2000 + 2001 Rp 43.550
Pada Waktu Harga Meningkat
Metode FIFO menghasilkan Metode LIFO menghasilkan
perhitungan: perhitungan:
- Harga persediaan akhir - Harga persediaan akhir
tinggi rendah
- Harga pokok barang yang - Harga pokok barang yang
terjual rendah terjual tinggi
- Laba tinggi - Laba rendah
Perbandingan FIFO LIFO Harga persediaan akhir Rp 1.450 (tinggi) Rp 1.230 (rendah) Harga pokok Rp 4.975 (rendah) Rp 5.195 (tinggi) Mis: Penjualan Rp 10.000 Rp 10.000 Laba Rp 5.025 Rp 4.805
Metode mana yang akan digunakan tidak menjadi masalah, asal
metoda itupun dipergunakan secara konsisten, tidak berubah-ubah dari tahun ke tahun. Walaupun demikian dirjen pajak memakai sistim fifo