Anda di halaman 1dari 5

Pembentukan Minyak Bumi dan Batu Bara

Ryan Maulana Ramadhan


15413070
Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Bandung

1. Pembentukan Minyak Bumi


1.1 Teori Anorganik (Abiobenesis)
Barthelot (1866) mengemukakan
bahwa di dalam minyak bumi
terdapat logam alkali, yang
dalam keadaan bebas dengan
temperatur
tinggi
akan
bersentuhan
dengan
CO2
membentuk asitilena. Kemudian
Mandeleyev
(1877)
mengemukakan bahwa minyak
bumi terbentuk akibat adanya
pengaruh kerja uap pada
karbida-karbida logam dalam
bumi. Yang lebih ekstrim lagi
adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai
terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan
proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya
material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet
lain.
Secara
umum
dinyatakan
seperti
dibawah
ini:
Berdasarkan teori anorganik, pembentukan minyak bumi didasarkan pada proses
kimia, yaitu :
a. Teori alkalisasi panas dengan CO2 (Berthelot)
Reaksi yang terjadi:
alkali metal + CO2 ----> karbida
karbida + H2O ---> ocetylena
C2H2 ---> C6H6 ---> komponen-komponen lain
Dengan kata lain bahwa didalam minyak bumi terdapat logam alkali dalam
keadaan bebas dan bersuhu tinggi. Bila CO2 dari udara bersentuhan dengan
alkali panas tadi maka akan terbentuk ocetylena. Ocetylena akan berubah
menjadi benzena karena suhu tinggi. Kelemahan logam ini adalah logam alkali
tidak terdapat bebas di kerak bumi.
b. Teori karbida panas dengan air (Mendeleyef)

Asumsi yang dipakai adalah ada karbida besi di dalam kerak bumi yang
kemudian bersentuhan dengan air membentuk hidrokarbon, kelemahannya
tidak cukup banyak karbida di alam.
Selain Teori Organik dan Anorganik, ada juga teori Duplex. Teori Duplex
merupakan perpaduan dari Teori Biogenetik dan Teori Anorganik. Teori
Duplex yang banyak diterima oleh kalangan luas, menjelaskan bahwa minyak
dan gas bumi berasal dari berbagai jenis organisme laut baik hewani maupun
nabati. Diperkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani dan gas
bumi berasal dari materi nabati.
Akibat pengaruh waktu, temperatur, dan tekanan, maka endapan Lumpur
berubah menjadi batuan sedimen. Batuan lunak yang berasal dari Lumpur
yang mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk (Source
Rock). Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat yang
bertekanan lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat tertentu yang
disebut dengan perangkap (Trap).
Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan air, (2)
minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan
minyak bumi disebut dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat
sendiri dalam suatu perangkap disebut Non Associated Gas. Karena perbedaan
berat jenis, maka gas selalu berada di atas, minyak di tengah, dan air di bagian
bawah. Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang
lama, maka minyak bumi digolongkan sebagai sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui (unrenewable).
1.2 Teori Organik (Biogenesis)
Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad
mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa-sisa tumbuhan
dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama
jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami. Bersamaan dengan
proses tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad
organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung
sangat lamban sehingga untuk membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang
sangat lama. Itulah sebabnya minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui, sehingga dibutuhkan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan
pemakaiannya.
Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi:
1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari
matahari dengan fotosintesis.
2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di dasar cekungan
sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan induk adalah batuan
yang mengandung karbon (High Total Organic Carbon). Batuan ini bisa batuan
hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut. Proses pembentukan
karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya
tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi. Jika
karbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang
tidak mungkin dimasak.
3. Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang berlangsung
selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung terus menerus. Salah
satu batuan yang menimbun batuan induk adalah batuan reservoir atau batuan
sarang. Batuan sarang adalah batu pasir, batu gamping, atau batuan vulkanik yang
tertimbun dan terdapat ruang berpori-pori di dalamnya. Jika daerah ini terus

tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan
yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk
amblas ke bumi, maka suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu
antara 50 sampai 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus
akan tercapai bila suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus
bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti
penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang
ada menjadi gas.
4. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon.
Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak
mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan
air. Salah satunya yang terpenting adalah berat jenis dan kekentalan. Kekentalan
minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi mentah
lebih kecil dari air. Minyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air
cenderung akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan
yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap
ditambang.
2. Pembentukan Batu Bara
2.1 Pembentukan Gambut
Gambut (peat) merupakan akumulasi tumbuhan yang telah membusuk. Pembentukan
gambut merupakan tahap awal terbentuknya batu bara. Gambut terbentuk di lahan
basah yang disebut mire. Pembentukan mire dan karakteristik gambut yang dihasilkan
bergantung pada beberapa faktor, yaitu evolusi tumbuhan, iklim, serta paleogeografi
dan struktur geologi daerah. Endapan gambut yang tebal dapat terbentuk apabila (1)
muka air naik secara perlahan-lahan sehingga muka air tanah konstan mengikuti
permukaan endapan gambut, (2) mire terlindung dari penggenangan (banjir) oleh air
sungai maupun air laut, dan (3) tidak ada interupsi oleh endapan sungai.
Berdasarkan lingkungan pengendapannya, mire dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu paralic mire dan limnic mire. Miredisebut sebagai paralic apabila terhubung
dengan laut atau daerah pesisir, misalnya laguna, estuarin, delta, dan teluk. Apabila
terhubung dengan air tawar, mire disebut limnic, misalnya danau dan rawa. Secara
umum, mire dapat dibedakan menjadi (1) topogenous mire apabila pembentukan
gambut terjadi pada suatu level air yang tinggi dan (2)ombrogenous mire (raised
bog) apabila ketinggian air berada di bawah permukaan gambut dan gambut
memperoleh air terutama dari air hujan. Gambar di bawah menunjukkan proses
pembentukan raised bog.
2.2 Pembentukan Batu Bara (Coalification)
Batu bara, seperti telah dijelaskan sebelumnya, merupakan batuan sedimen yang
berasal dari tumbuhan yang telah mengalami perubahan kimia dan fisika akibat proses
biodegradasi (aktivitas bakteri) yang terjadi pada tahap penggambutan serta efek suhu
dan tekanan selama proses pembatubaraan.

Peningkatan tekanan dan suhu dapat terjadi karena peningkatan kedalaman


pembebanan atau kontak batu bara dengan sumber panas, terutama berupa intrusi
batuan beku. Faktor lain yang juga sangat berpengaruh pada proses pembatubaraan
adalah waktu. Waktu ini berhubungan dengan seberapa lama pembatubaraan terjadi.
Semakin lama gambut terkena suhu dan tekanan yang tinggi, batu bara yang
dihasilkan akan memiliki kualitas yang lebih baik.
Proses pembatubaraan secara umum dapat digolongkan menjadi dua tahap, yaitu
penggambutan (peatification) dan pembatubaraan (coalification). Proses pembentukan
batu bara diawali dengan fase biokimia dan kemudian diikuti fase geokimia (peran
organisme sudah tidak ada lagi). Fase biokimia terjadi pada gambut segera setelah
deposisi dan pengendapan sedimen lain terjadi di atas gambut tersebut.
Perubahan komposisi kimia dan fisika dari tumbuhan akibat aktivitas bakteri aerobik
paling intensif terjadi pada peatigenic layer ( 0,5 m di bawah permukaan). Pada
lapisan gambut yang lebih dalam, bakteri anaerobik mulai intensif bekerja karena
berkurangnya oksigen. Selanjutnya, pada kedalaman lebih dari 10 meter, aktivitas
bakteri mulai berkurang dan digantikan oleh proses kimiawi. Fase biokimia ini
dipengaruhi oleh tingkat pembebanan sedimen, pH, dan tinggi permukaan air. Fase
geokimia atau metamorfisme ditandai dengan peningkatan kandungan karbon (C) dan
penurunan kandungan hidrogen (H) dan oksigen (O). Rasio antara O/C dan H/C dapat
digunakan untuk menentukan peringkat batu bara.
Proses pembatubaraan akan menghasilkan perubahan parameter batu bara, baik yang
berupa sifat fisik maupun kimia. Tingkat pembatubaraan disebut sebagai peringkat
batu bara (rank). Peringkat batu bara dari yang terendah adalah gambut, lignit, subbituminus, bituminus, antrasit, dan meta-antrasit. Proses dan reaksi kimia yang terjadi
selama pembatubaraan dapat dilihat pada skema berikut.

Sumber:
1. http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/05/proses-pembentukan-minyak-bumimateri.html
2. http://infotambang.com/proses-pembentukan-minyak-bumi-berdasar-teori-anorganikabiogenesis-p427-164.htm
3. http://majalah1000guru.net/2011/07/pembentukan-batu-bara/

Anda mungkin juga menyukai