Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PREZI

PADA MATERI GEOMETRI TERHADAP HASIL BELAJAR


MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG

Proposal Penelitian

Oleh :
MUHAMMAD IQBAL PAHLAWAN
NIM. 1106227/2011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf
hidup atau kemajuan yang lebih baik, sehingga pendidikan menjadi salah satu
aspek penting dalam kemajuan suatu bangsa, karena dapat dilihat dari tujuan
pendidikan Nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini yang
menunjang pemerintah untuk mewujudkan

bangsa yang berkualitas dan

berkompetensi dalam dunia global. Dalam mewujudkan kehidupan bangsa yang


sesuai harapan, peningkatan kemajuan teknologi hendaknya selaras dengan
penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang handal dalam semua aspek, karena
SDM dapat berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan seiring dengan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan nasional, pemerintah
memperbaharui kurikulum pendidikan yaitu dengan mengganti kurikulum KTSP
2006 dengan kurikulum 2013. Menurut Permendikbud No.68 Tahun 2013,
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dengan
adanya Kurikulum 2013, terjadi banyak perubahan pada tiap mata pelajaran di
kelas, termasuk mata pelajaran matematika.
Kurikulum 2013 menjadikan guru sebagai fasilitator yang membantu
siswa memecahkan masalah belajar yang dialaminya. Guru membimbing siswa

agar memiliki pengalaman langsung dalam pembelajaran melalui pembelajaran


yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Namun permasalahan yang
muncul kemudian adalah media mana yang efektif digunakan oleh guru maupun
siswa dalam proses pembelajaran. Saat ini media yang sering digunakan seperti
Power Point terkadang kurang efektif dalam pembelajaran.
Secara umum siswa sering mengalami kesulitan dalam belajar matematika.
Misalnya kesulitan dalam: menghitung cepat, kemampuan logika, ketrampilan
menulis

atau

menggambar,

pemahaman

konsep,

penalaran

matematis,

memecahkan masalah matematis, komunikasi matematis, rasa malas belajar


matematika atau rendahnya minat belajar matematika, kurangnya motivasi belajar
siswa, dan hambatan-hambatan lainnya. Banyak faktor yang menyebabkan hal
tersebut terjadi, misalnya: mereka menganggap matematika pelajaran yang sulit,
membosankan, dan kurang efektifnya penggunaan media pembelajaran serta
bahan ajar.
Dari tabel berikut dibawah ini yaitu hasil ulangan harian matematika kelas
X SMA Negeri 2 Padang, terlihat masih banyak siswa memperoleh nilai dibawah
kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 80. Tabel 1 dapat dilihat rata-rata nilai
yang diperoleh siswa pada Ulangan Harian Matematika Kelas X Semester 1 yakni
sebagai berikut.

Tabel 1 Nilai Ulangan Harian Matematika Semester Kelas X Tahun Ajaran


2015/2016 SMA Negeri 2 Padang
No

Kelas

Jumlah

Rata-

Ketuntasan

Siswa

Rata

X MIPA 1

35

71,63

X MIPA 2

34

61,56

X MIPA 3

35

58,83

X MIPA 4

35

52,71

X MIPA 5

34

68,03

X MIPA 6

33

50,67

X MIPA 7

34

70,44

Tuntas (%)
15 siswa
(42,86%)
4 siswa
(11,76%)
7 siswa
(20,00%)
6 siswa
(17,14%)
15 siswa
(44,12%)
7 siswa
(21,21%)
8siswa
(23,53%)

Tidak Tuntas (%)


20 siswa
(57,14%)
30 siswa
(88,24%)
28 siswa
(80,00%)
29 siswa
(82,86%)
19 siswa
(55,88%)
26 siswa
(78,79%)
26 siswa
(76,47%)

Sumber : Guru Matematika SMA Negeri 2 Padang

Pada Tabel 1 dapat diambil kesimpulan bahwa persentase siswa yang tidak
tuntas dari ketujuh kelas X MIPA di SMA Negeri 2 Padang melebihi 50%. Hal ini
menandakan hasil belajar siswa masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah seorang guru matematika SMA Negeri 2 Padang, diperoleh
informasi bahwa dalam pembelajaran geometri (termasuk bangun ruang)
menggunakan media dan bahan ajar yang sederhana yaitu dengan slide power
point, sehingga siswa terkadang merasa jenuh dengan pola pembelajaran bahkan
kurang perhatian terhadap penjelasan guru. Dan juga dikatakan bahwa masih
kurangnya sumber belajar yang menggunakan komputer atau ICT (Information
and Communication Technology) yang dimiliki oleh guru termasuk dalam
pembelajaran matematika. Sehingga pada materi geometri, motivasi dan hasil
belajar siswa mengalami penurunan dibandingkan dengan materi lainnya.
Selama ini guru masih jarang menggunakan media pembelajaran yang
bervariasi, sehingga siswa sulit mengkonstruksi dan memvisualisasikan
pengetahuannya. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran, dan berdampak kepada hasil belajar mereka. Padahal


kemampuan mengkonstruksi dan memvisualisasikan pengetahuan berguna pada
materi yang abstrak seperti materi geometri. Geometri dapat dipelajari dengan
mudah jika disajikan dalam bentuk konkrit berupa model, gambar atau animasi.
Bentuk konkrit tersebut harus diupayakan guru agar tujuan dari
pembelajaran geometri dapat tercapai. Menurut Budianto (2002: 439) geometri
diajarkan

di sekolah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir

logis, mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan pengetahuan untuk


menunjang materi yang lain, dan dapat membaca serta menginterpretasi argumenargumen matematika.
Salah satu

alternatif untuk mencapai tujuan pembelajaran geometri

tersebut adalah penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan


alat bantu atau sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan
belajar (siswa) sehingga terjadi komunikasi dua arah atau lebih, serta mampu
mensimulasikan materi secara audio visual sehingga kelihatan nyata melalui
gambar atau animasi. Akan tetapi, dari berbagai media pembelajaran yang telah
ada, siswa masih belum mampu memvisualisasikan pengetahuannya seperti
bentuk garis, bidang dalam bangun ruang dimensi tiga, yang belum bisa dipenuhi
oleh media pembelajaran biasa begitu juga dengan microsoft powerpoint yang
mempunyai kelemahan dalam animasi.
Penggunaan media pembelajaran selama ini masih terbatas pada
pemanfaatan media Power Point yang pemanfaatannya terkadang hanya dengan
media presentasi yang monoton yaitu tanpa adanya animasi bergerak. Penggunaan

media yang statis tersebut membuat pelajaran terkesan tidak menarik dan
membuat siswa merasa bosan. Sehingga hasil belajar dengan menggunakan Power
Point dirasa belum optimal dan maksimal.
Pelajaran

matematika

khususnya

geometri

membutuhkan

metode

pengajaran yang berbasis multimedia dengan bantuan komputer yaitu

CAI

(Computer Assisted Instruction). CAI adalah salah satu metode pengajaran yang
digunakan untuk membantu siswa belajar dan membantu pengajar mengajarkan
materi dengan menggunakan suatu aplikasi komputer seperti Prezi Desktop.
Salah satu perangkat lunak yang bisa digunakan sebagai media
pembelajaran adalah Prezi Desktop. Prezi merupakan sebuah perangkat lunak
berbasis internet atau software as a service (SaaS) yang digunakan sebagai
media presentasi dan juga alat untuk mengeksplorasi berbagai ide di atas
kanvas virtual. Program ini menggunakan Zooming User Interface (ZUI), yang
memungkinkan pengguna untuk memperbesar

dan

memperkecil

tampilan

media presentasi. Kelebihan prezi adalah dapat menampung keberagaman gaya


belajar, karena prezi diprogram agar dapat menampilkan media visual, audio,
maupun animasi.
Program aplikasi prezi juga merupakan media yang unik karena
didalamnya terdapat bentuk presentasi yang sangat berbeda dengan presentasi
pada umumnya. Media prezi fokus pada satu bidang slide yang disebut dengan
kanvas virtual, setelah itu pengguna bisa mengeksplorasi bagian-bagian kanvas
tersebut hingga bagian

terkecil,

sehingga

konsep

utama

yang

ingin

disampaikan terlihat jelas. Penggunaan fasilitas ZUI membuat presentasi

terlihat dinamis, karena kanvas bisa diperkecil, diperbesar, bahkan diputar


360 derajat. Pada awalnya aplikasi ini hanya bisa digunakan secara online
namun saat ini pengguna sudah bisa menggunakan aplikasi ini secara offline
dengan diluncurkannya prezi desktop.
Penggunaan media pembelajaran Prezi diharapkan dapat membantu guru
dalam menjelaskan materi pelajaran dan mampu membuat siswa lebih mudah
untuk mengingat materi yang diajarkan, menjawab soal-soal latihan sebagai
pemantapan pemahaman materi serta memberikan pengalaman baru untuk
membuat siswa menjadi termotivasi. Pemilihan jenis huruf yang menarik dalam
penyajian materi diharapkan dapat membuat siswa lebih mudah untuk mengingat
materi yang diajarkan. Dengan demikian, media pembelajaran prezi memberikan
peluang kepada siswa untuk berkreativitas, memperoleh pengalaman dalam
belajar sehingga menjadikan motivasi dan hasil belajar matematika siswa menjadi
meningkat.
Media pembelajaran yang menarik akan membuat siswa lebih terangsang
untuk memperhatikan materi yang disampaikan sehingga tujuan dari materi akan
lebih mudah terinternalisasi ke dalam diri siswa dan dapat membantu siswa dalam
memahami materi pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran juga akan
memberi kontribusi terhadap pengoptimalan pencapaian tujuan pembelajaran.
Berbagai hasil penelitian pada intinya menyatakan bahwa berbagai macam media
pembelajaran memberikan bantuan sangat besar kepada siswa dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini, media pendidikan dapat dimaksimalkan dalam

penggunaannya dari pendidikan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada


siswa.
Hal ini membuat penulis tertarik untuk menggunakan prezi sebagai
media pembelajaran, dengan menyusun sebuah penelitian berjudul Pengaruh
Penggunaan Media Pembelajaran Prezi pada materi Geomeri terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Padang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan teridentifikasi masalah pada
kelas X SMA terkait pembelajaran matematika. Sebagai identifikasi masalah
yaitu:
1.
2.
3.
4.

Hasil belajar siswa kelas X dalam pembelajaran matematika kurang baik.


Media yang digunakan kurang menarik perhatian siswa
Proses pemebelajaran lebih berpusat pada guru.
Kurang aktif dan fokusnya siswa selama proses belajar- mengajar

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukan didapatkan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu Apakah terdapat pengaruh media
pembelajaran Prezi pada materi Geometri terhadap hasil belajar matematika siswa
di kelas X SMAN 2 Padang?
D. Pembatasan Masalah
Agar terfokusnya penelitian ini, diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan
masalah penelitian antara lain:
1. Media pembelajaran berbasis Prezi
2. Materi dalam penelitian ini adalah materi kelas X semester 2 dengan
kompetensi dasar:

3.9(8JP)

Memahami konsep jarak dan sudut antar titik garis dan bidang
melalui demonstrasi menggunakan alat peraga atau media
lainnya.

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh media
pembelajaran Prezi pada materi Geometri terhadap hasil belajar matematika siswa
di kelas X SMAN 2 Padang.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Siswa, sebagai peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran matematika.
2. Mahasiswa, sebagai perluasan wawasan dan pengalaman sebagai calon
guru untuk dapat mengembangkan penelitian yang lebih mendalam dalam
lingkup yang lebih luas.
3. Pendidik, sebagai sumber media pembelajaran dalam peningkatan aktivitas
siswa pada pembelajaran matematika kelas X SMA semester 2.
4. Peneliti lain, sebagai pembanding serta penggunaan media pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan setiap orang. Seseorang dikatakan telah
belajar apabila telah terjadi perubahan tertentu. Pengetahuan, keterampilan dan
sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar.

Belajar menurut Fontana (Herman, 2003: 7) adalah Proses perubahan


tingkah laku individu yang relatif tetapi sebagai hasil pengalaman.
Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan
pengetahuan.
Sesuai yang dikemukan oleh Slameto (2003: 2), belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Berdasarkan
pendapat tersebut seseorang yang sudah belajar akan mengalami
perubahan tingkah laku sebagai akibat interaksinya dengan lingkungan.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya
banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha
memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat
mengumpulkan atau menerimanya. Peserta didik merasa sudah belajar jika
mereka hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya. Sudah tentu
pengertian belajar seperti ini secara esensial belum memadai. Perolehan
pengetahuan maupun upaya penambahan pengetahuan hanyalah salah satu
bagian kecil dari kegiatan belajar agar terbentuknya kepribadian
seutuhnya.
Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara,
perbuatan

mempelajari.

Menurut

Fontana

(Herman,

2003:

7)

pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi


nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pembelajaran yang terpusat pada siswa akan meningkatkan kreativitas

10

mereka. Guru seharusnya mengusahakan pembelajaran yang aktif sehingga


dapat mencapai hasil yang optimal.
2. Pembelajaran Matematika
Menurut Herman Hudojo (1988:3) matematika adalah ilmu mengenai
struktur yang mencakup hubungan, pola maupun bentuk, berkenaan
dengan ide-ide (gagasan-gagasan), stuktur dan hubungan dengan konsepkonsep abstrak.
Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat ruang
lingkup yang luas yaitu: Aritmatika, Aljabar, Geometri, dan Analisa
(analysis).
Menurut Ismail (1998: 13), pada hakekatnya pembelajaran matematika
adalah proses yang disengaja dirancang dengan tujuan

menciptakan

suasana yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar


matematika. Selama pelaksanaan pembelajaran matematika tersebut guru
berperan sebagai perancang proses kegiatan pembelajaran, sedangkan
siswa adalah pelaksana kegiatan pembelajaran. Matematika itu sendiri
adalah objek yang menjadi hal utama yang akan dipelajari.
Guru hendaknya mampu membentuk suasana kelas yang kondusif
untuk belajar bagi siswa, sehingga mereka lebih bersemangat dan
termotivasi untuk belajar. Cara belajar siswa dapat diketahui dari reaksinya
terhadap suatu fenomena dan menerapkan informasi serta menggunakan

11

strategi, mencari dan menerapkan informasi dan keterampilan yang baru,


termasuk juga bagaimana menghasilkan pengetahuan yang baru.
Jadi proses pembelajaran matematika menghendaki keterlibatan siswa
lebih banyak dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dimilikinya,
serta dapat menciptakan suasana yang nyaman dalam belajar, sehingga
dapat membantu siswa dalam menelaah konsep yang telah dipelajari,
untuk digunakan secara efektif.
3. Pembelajaran Geometri
Matematika merupakan ilmu bidang studi yang terdiri dari beberapa sub
bidang studi yang salah satunya adalah geometri. Dimensi tiga merupakan
bagian dari geometri. Iswadji (1993: 1) menyatakan geometri merupakan
cabang matematika yang mempelajari titik, garis, bidang, dan benda-benda
ruang serta sifat, ukuran dan hubungannya satu sama lainnya. Jadi
geometri dapat dipandang sebagai pengetahuan yang mempelajari ruang.
Berdasarkan definisi tersebut diperoleh gambaran bahwa geometri
bersifat abstrak. Agar benda-benda yang abstrak dapat dipelajari dengan
mudah, perlu disajikan dalam bentuk konkrit berupa model, gambar atau
animasi, seperti yang dikemukakan oleh Suherman (2003: 242) pada
dasarnya anak belajar melalui benda atau objek konkrit.
Van Hiele (Herman, 2003: 51) mengemukakan tahapan perkembangan
mental anak dalam belajar geometri, yaitu:
a. Tahapan pengenalan
Dalam tahap ini anak mulai belajar mengenal suatu bentuk
geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui
adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilhatnya itu.
b. Tahap analisis

12

Tahap ini juga dikenal dengan tahap deskriptif. Pada tahap ini
sudah tampak adanya analisis terhadap konsep-konsep dan sifatsifatnya. Siswa dapat menentukan sifat-sifat suatu bangun ruang
dengan melakukan pengamatan, pengukuran, eksperimen,
menggambarkan dan membuat model.
c. Tahap pengurutan
Tahap ini juga dikenal dengan tahap abstrak, tahap teoritik. Pada
tahap ini siswa sudah dapat melihat hubungan sifat-sifat pada
suatu bangun geometri dan sifat-sifat antara beberapa bangun
geometri.
d. Tahap deduksi
Tahap ini dikenal dengan tahap deduksi formal. Pada tahap ini
siswa dapat menyusun bukti, tidak hanya sekedar menerima
bukti.
e. Tahap akurasi
Dalam tahap ini sudah mulai menyadari betapa pentingnya
ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu
pembuktian.

Tahap-tahap tersebut dilalui siswa secara berurutan. Siswa harus


melewati suatu tahap dengan matang sebelum menuju tahap berikutnya.
Kecepatan berpindah suatu tahap ke tahap berikutnya lebih banyak metode
dan media pembelajaran yang digunakan dari pada umur dan kematangan
siswa. Dengan demikian guru harus mengupayakan pengalaman belajar
dan media pembelajaran yang cocok dengan tahap berpikir siswa.Tujuan
pembelajaran geometri menurut Budianto (2002: 439) adalah untuk
mengembangkan kemampuan berpikir logis, mengembangkan intuisi
keruangan, menanamkan pengetahuan untuk menunjang materi yang lain,
dan

dapat membaca serta

matematika.

menginterpretasikan argument-argumen

13

4. Media Pembelajaran
Assosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Sadiman, 2006: 6)
membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan
orang untuk menyalurkan informasi. Menurut Gagne (1970) dalam
(Sadiman, 2006: 6) media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Menurut
National Education Association (NEA) dalam Sadiman, (2006: 7) media
adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta
peralatannya. Sedangkan menurut Hamalik (1994: 172) media adalah
segala alat fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang siswa
untuk belajar.
Menurut Harto (http://ginigitu.wordpress.com/2013/04/11/ multimediasebagai-media-pembelajaran-interaktif/),Pengertian

interaktif

terkait

dengan komunikasi 2 arah atau lebih dari komponen-komponen


komunikasi. Komponen komunikasi dalam media pembelajaran interaktif
(berbasis

komputer)

adalah

hubungan

antara

manusia

(sebagai

user/pengguna produk) dan komputer (software/aplikasi/produk dalam


format file tertentu, biasanya dalam bentuk CD).
Media pembelajaran interaktif merupakan alat bantu atau sarana
pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa)
sehingga

terjadi

komunikasi

arah

atau

lebih

serta

mampu

mensimulasikan materi secara audio visual sehingga kelihatan nyata


melalui gambar atau animasi. Media pembelajaran interaktif juga bisa
mewakili guru dalam mengkonstruksi pengetahuan kognitif siswa tanpa

14

keberadaannya. Hal ini dapat terjadi jika media pembelajaran interaktif


didesain secara baik.
Sudjana dan Rivai (1992) dalam (Azhar, 2006: 24) mengemukakan
manfaat media pembelajaran yaitu:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya
sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa dan
memungkinkan menguasainya.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak sematamata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata
oleh guru. Sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada
setiap jam pelajaran
d. siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar
atau aktivitas siswa dalam pembelajaran tidak hanya
mendengarkan uraian guru.
Berdasarkan hal tersebut media pembelajaran mampu meningkatkan
kualitas

pembelajaran

seperti

menumbuhkan

motivasi

belajar,

meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Menurut Encyclopedia


of Education Reasearch (Azhar, 2006:25) merincikan manfaat media
pendidikan sebagai berikut:
a. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir,
oleh karena itu mengurangi verbalisme.
b. Memperbesar perhatian siswa.
c. Meletakkan
dasar-dasar
yang
penting
untuk
perkembangan belajar, oleh karena itu untuk membuat
pembelajaran lebih mantap.
d. Memberi pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.
e. Membantu tumbuhnya pemikiran yang teratur dan
kontinu, terutama melalui gambar hidup
f. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu
pekembangan kemampuan berbahasa.
g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh
dengan cara lain, dan membantu efisiensi keragaman
yang lebih banyak dalam belajar.

15

Dari uraian kedua ahli tesebut maka secara umum manfaat media
pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa
sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sedangkan
secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
d. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
e. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja
dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian
rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan
lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang
guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan
waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
f. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar.
g. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
5. Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga
unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil
belajar. Belajar merupakan proses perubahan prilaku seseorang yang
diperoleh

melalui

pengalaman

berupa

pengetahuan,

pemahaman,

keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh siswa. Sedangkan


pengalaman merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sebagai
sumber belajarnya (Trianto, 2010: 16-17). Pada hakikatnya hasil belajar
merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek

16

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam


kebiasaan berpikir dan bertindak.
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah mereka menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2006).
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru perlu melakukan penilaian.
Trianto (2010: 254) mengungkapkan penilaian merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang
proses serta hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Tujuan dari penilaian adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan
pembelajaran yang telah dilaksanakan, dikembangkan, dan diterapkan oleh
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penilaian yang dilakukan guru
dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan mengenai keefektifan
pembelajaran secara umum (Trianto, 2010: 254). Jika tingkat pencapaian
hasil belajar siswa tinggi atau meningkat dari sebelumnya, maka dapat
dikatakan pembelajaran yang dilaksanakan efektif dan mencapai tujuan
yang diharapkan.

17

B.
C.
D.
E.

Anda mungkin juga menyukai