Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu topik dari etika bisnis yang banyak mendapat perhatian sampai sekarang, yaitu
mengenai iklan. Sudah umum diketahui bahwa abad kita ini adalah abad informasi. Iklan
memainkan peran yang sangat penting untuk menyampaikan informasi tentang suatu produk
kepada masyarakat. Karena kecenderungan yang berlebihan untuk menarik konsumen agar
membeli produk tertentu dengan memberi kesan dan pesan yang berlebihan tanpa
memperhatikan berbagai norma dan nilai moral, iklan sering menyebabkan citra bisnis tercemar
sebagai kegiatan tipu menipu, dan karena itu seakan antara bisnis dan etika ada jurang yang tak
terjembatani.
Kebudayaan masyarakat modern adalah kebudayaan massa, kebudayaan serba instant dan
kebudayaan serba tiruan. Iklan itu sendiri pada hakikatnya merupakan salah satu strategi
pemasaran yang bermaksud untuk mendekatkan barang yang hendak di jual kepada konsumen.
Dengan ini iklan berfungsi mendekatkan konsumen dengan produsen. Sasaran akhir seluruh
kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa di jual kepada konsumen. Pada
hakikatnya secara positif iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan
barang konsumen dapat dijual kepada konsumen.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Definisi Iklan
Tujuan Iklan
Prinsip-Prinsip Dalam Iklan
Fungsi Iklan
Persoalan Etis Periklanan
Makna Etis Menipu Dlam Iklan
Kebebasan Konsumen

BAB II
PEMBAHASAN
1

2.1 Definisi Iklan


Iklan atau dalam bahasa Indonesia formalnya pariwara adalah promosi barang, jasa,
perusahaan dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Pemasaran melihat iklan sebagai
bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk
publisitas, relasi publik, penjualan, dan promosi penjualan.
Menurut Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami sebagai aktivitas-aktivitas yang lewatnya
pesan-pesan visual atau oral disampaikan kepada khalayak dengan maksud menginformasikan
atau memengaruhi mereka untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau untuk
melakukan tindakan-tindakan ekonomi secara positif terhadap idea-idea, institusi-institusi tau
pribadi-pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut.
Iklan adalah salah satu alat pemasaran yang penting. Dengan iklan perusahaan ingin
menarik perhatian calon konsumen tentang barang atau jasa yang ditawarkannya. Banyak orang
memutuskan membeli suatu barang atau jasa karena pengaruh iklan yang sedemikian atraktif
tampilan visualnya. Kecermatan menimbang dan rasionalitas pemikiran seringkali kalah
wibawa dengan semangat hedonis yang ditawarkan iklan. Tapi selalu saja banyak orang yang
kemudian kecewa, karena spesifikasi atau manfaat barang yang dibeli tidak seperti yang
ditawarkan.
Iklan mempunyai andil besar dalam menciptakan citra bisnis baik secara positif maupun
negatif. Iklan ikut menentukan penilaian masyarakat mengenai baik buruknya kegiatan bisnis.
Sayangnya, lebih banyak kali iklan justru menciptakan citra negatif tentang bisnis, seakan bisnis
adalah kegiatan tipu-menipu, kegiatan yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan,
yaitu keuntungan. Ini karena iklan sering atau lebih banyak kali memberi kesan dan informasi
yang berlebihan, kalau bukan palsu atau terang-terangan menipu, tentang produk tertentu yang
dalam kenyataannya hanya akan mengecoh dan mengecewakan masyarakat konsumen. Karena
kecenderungan yang berlebihan untuk menarik konsumen agar membeli produk tertentu dengan
dengan memberi kesan dan pesan yang berlebihan tanpa memperhatikan berbagai norma dan
nilai moral, iklan sering menyebabkan citra bisnis tercemar sebagai kegiatan tipu-menipu, dan
karena itu seakan antara bisnis dan etika ada jurang yang tak terjembatani.

Citra ini semakin mengental dalam sistem pasar bebas yang mengenal kompetisi yang ketat
di antara banyak perusahaan dalam menjual barang dagangan sejenis. Dalam sistem ekonomi di
mana belum ada diversifikasi besar-besaran atas barang dagangan, hampir terdapat monopoli
alamiah dari satu atau dua perusahaan saja jenis barang tertentu sehingga iklan belum
sepenuhnya menjadi persoalan etis yang serius. Dalam pasar bebas di mana terdapat beragam
jenis barang dan jasa, semua pihak berusaha dengan segala cara untuk menarik konsumen atau
pembeli.
Iklan komersil kadang didefinisikan sebagai salah satu bentuk informasi dan yang
memasang iklan adalah yang memberi informasi. Implikasinya fungsi iklan adalah untuk
memberikan informasi kepada konsumen. Salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
dari separuh iklan televisi tidak memuat informsi tentang produk yang diiklankan dan hanya
separuh dari semua iklan di majalah yang memberikan lebih dari satu informasi. Kita lihat
beberapa banyak informasi yang diberikan dari iklan-iklan berikut ini :
Connect with style (handphone Nokia)
Malboro Country (rokok Malboro)
Inside every woman is a glow just waiting to come out (sabun Dove)
Iklan sering tidak memuat banyak informasi objektif karena alasan yang sederhana, yaitu
bahwa fungsi utamanya bukan untuk memberikan informasi yang tidak bias. Dan fungsi
sesungguhnya adalah untuk menjual sebuah produk kepada para calon pembeli dan apa pun
informasi yang dibawa iklan tersebut sifatnya hanya sebagai tambahan dari fungsi dasar dan
biasanya informasi tersebut ditentukan oleh fungsi dasar.
Salah satu cara lain yang lebih baik untuk mengarakteristikkan iklan komersial adalah
dalam kaitannya dengan hubungan pembeli-penjual. Iklan komersial dapat didefinisikan sebagai
jenis komunikasi tertentu antara penjual dengan calon pembeli. Dan jenis komunikasi ini berbeda
dari komunikasi dalam dua hal. Pertama, iklan ditujukan pada khalayak ramai yang berbeda dari
pesan yang disampaikan pada individu. Karena sifat publik tersebut, iklan bisa dipastikan
memiliki pengaruh-pengaruh sosial yang luas.
Kedua, iklan dimaksudkan untuk mendorong sebagian orang yang melihat atau
membacanya untuk membeli produk yang dimaksudkan. Iklan dikatakan berhasil memenuhi
tujuan itu dalam dua cara; (a) dengan menciptakan keinginan dalam diri konsumen untuk

membeli produk yang dimaksud dan (b) dengan menciptakan keyakinan dalam diri konsumen
bahwa produk tersebut merupakan sarana untuk memenuhi keinginan yang telah ada dalam diri
konsumen.
Iklan itu sendiri pada hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang
bermaksud untuk mendekatkan barang yang hendak dijual kepada konsumen dengan kata lain
mendekatkan konsumen dengan produsen.Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar
barang yang telah dihasilkan bisa dijual kepada konsumen.Dengan kata lain,pada hakikatnya
secara positif iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan barang konsumen
dapat dijual kepada konsumen.
2.2 Tujuan Iklan
Tujuan iklan adalah suatu strategi pemasaran untuk mendekatkan barang yang hendak
dijual kepada konsumen. Citra negative iklan terhadap bisnis seakan bisnis adalah kegiatan tipumenipu yang menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan tanpa memperhatikan berbagai
norma dan nilai moral. Contohnya adalah XL yang meluncurkan paket priority 150 atau 300.

2.3 Prinsip-prinsip dalam iklan


1. Iklan tidak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud memperdaya
konsumen
2. Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk yang diiklankan.
3. Iklan tidak boleh mengarahkan pada pemaksaan.
4. Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertantangan dengan moralitas.
Untuk melihat persoalan iklan dari segi etika bisnis,kami ingin menyoroti empat hal penting,
yaitu fungsi iklan, beberapa persoalan etis sehubungan dengan iklan, arti etis dari menipu dalam
iklan dan kebebasan konsumen.

2.4 Fungsi iklan


4

Pada umumnya kita menemukan dua pandangan berbeda mengenai fungsi iklan.Keduanya
menampilkan dua model iklan yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing ,yaitu iklan
sebagai pemberi informasi dan iklan sebagai pembentuk pendapat umum.
Adapun fungsi iklan, yaitu:
1. Iklan sebagai pemberi informasi
Iklan sebagai pemberi informasi tentang produk yang ditawarkan di pasar.
Bagi produsen ia tidak hanya sebagai media informasi yang menjembatani produsen
dengan konsumen, tetapi juga bagi konsumen iklan adalah cara untuk membangun citra atau
kepercayaan terhadap dirinya.
Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi informasi yang benar kepada konsumen, ada 3
pihak yang terlibat dan bertanggung jawab secara moral atas informasi yang disampaikan sebuah
iklan:

Produsen yang memiliki produk tersebut

Biro iklan yang mengemas iklan dalam segala dimensinya: etis, estetik, informatif dan

sebagainya.

Bintang iklan

Perkembangan dimasa yang akan datang, iklan informatif akan lebih digemari, karena:

Masyarakat semakin kritis dan tidak lagi mudah dibohongi atau bahkan ditipu oleh iklan-

iklan yang tidak mengukapkan kenyataan secara sebenarnya

Masyarakat sudah bosan atau muak dengan berbagai iklan yang hanya melebih-lebihkan

suatu produk

Peran Lembaga Konsumen yang semakin gencar memberi informasi yang benar dan akurat

kepada konsumen menjadi tantangan serius bagi iklan.


2. Iklan sebagai pembentuk pendapat umum
Iklan sebagai pembentuk pendapat umum dipakai oleh propagandis sebagai cara untuk
mempengaruhi opini publik. Dalam hal ini, iklan bertujuan untuk menciptakan rasa ingin tahu
atau penasaran untuk memiliki atau membeli produk.
Dalam hal ini fungsi iklan mirip dengan fungsi propaganda politik yang berusaha
mempengaruhi massa pemilih. Dengan kata lain, fungsi iklan adalah untuk menarik konsumen
5

untuk membeli produk itu. Caranya dengan menampilkan model iklan yang manipulatif,
persuasif, dan tendensius dengan maksud untuk menggiring konsumen membeli produk tersebut.
Karena itu model iklan ini juga disebut sebagai iklan manipulatif.
Adapun beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, khususnya iklan yang manipulatif
dan persuasif non rasional:

Iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia.

Iklan manipulatif dan persuasif non rasional menciptakan kebutuhan manusia dengan

akibat manusia modern menjadi konsumtif

Iklan manipulatif dan persuasif non rasional malah membentuk dan menenciptakan identitas

atau citra diri manusia modern

Bagi masyarakat Indonesia dengan tingkat perbedaan ekonomi dan sosial yang sangat

tinggi, iklan merongrong rasa keadilan sosial masyarakat.


Pola konsumsi manusia moderent sesungguhnya adalah pilihan iklan. Manusia didikte oleh
iklan dan tunduk pada kemauan iklan khususnya iklan manipulasi dan prsuasif yang tidak
rasional.
Pernyataan yang salah itu berkaitan dengan janji-janji kepada pihak yang dituju untuk
mengatakan apa adanya. Pernyataan salah itu diberikan kepada orang yang berhak mengetahui
kebenaran.
2.5 Beberapa persoalan etis periklanan
Dunia periklanan memang merupakan dunia glamour dalam bisnis modern saat ini, selain
sebagai alat promosi kepada konsumen, iklan merupakan salah satu alat komunikasi interaktif
antara konsumen dan produsen. Iklan-iklan yang ditayangkan secara massal dan intensif kepada
masyarakat pada umumnya tidak mendidik, selain itu periklanan memamerkan suatu suasana
hedonis dan meterialistis yang pada akhirnya menumbuhkan ideologi konsumerisme.

Penayangan suatu iklan pada ruang publik seharusnya menyandarkan diri pada prinsip
utama serta fungsi utama sebuah iklan.Tentunya kita telah mengetahui bahwa iklan berfungsi
sebagai alat informatif dan persuasif. Iklan yang sesuai dengan etika binis adalah iklan yang
6

penyampaiannya kepada masyarakat sesuai dengan kebenaran, artinya apa-apa yang


diinformasikan melalui iklan tersebut memang pada kenyataannya adalah benar.
Ada beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan, khususnya iklan yang manipulatif
dan persuasif non-rasional.
1.

iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia. Dalam banyak kasus ini jelas sekali

terlihat. Iklan membuat manusia tidak lagi dihargai kebebasannya dalam menentukan pilihannya
untuk membeli produk tertentu. Banyak pilihan dan pola konsumsi manusia modern
sesungguhnya adalah pilihan iklan. Manusia didikte oleh iklan dan tunduk pada kemauan iklan,
khususnya iklan manupulatif dan persuasif yang tidak rasional. Ini justru sangat bertentangan
dengan imperatif moral Kant bahwa manusia tidak boleh diperlakukan hanya sebagai alat demi
kepentingan lain di luar dirinya, termasuk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Pada fenomena iklan manipulatif, manusia benar-benar menjadi objek untuk mengeruk
keuntungan sebesar-besarnya dan tidak sekedar di beri informasi untuk membantunya memilih
produk tertentu.
2. Dalam kaitan dengan itu, iklan manipulatif dan persuasif non-rasional menciptakan
kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern menjadi konsumtif. Secara ekonomis hal ini
tidak baik karena dengan demikian akan menciptakan permintaan ikut menaikkan daya beli
masyarakat. Bahkan, dapat memacu prduktivitas kerja manusia hanya memenuhi kebutuhan
hidupnya yang bertambah dan meluas itu. Namun, di pihak lain muncul masyarakat konsumtif,
di mana banyak dari apa yang dianggap manusia sebagai kebutuhannya sebenarnya bukan
benar-benar kebutuhan.
3. Yang menjadi persoalan etis yang serius adalah bahwa iklan manipulatif dan persuasif nonrasional malah membentuk dan menentukan identitas atau citra memiliki barang sebagaimana
ditawarkan iklan. Ia belum merasa diri penuh kalau belum memakai minyak rambut seperti
diiklankan bintang film terkenal, dan seterusnya. Identitas manusia modern lalu hanyalah
identitas massal, serba sama, serba tiruan, serba polesan, serba instan.
4. Bagi masyarakat Indonesia dengan tingkat perbedaan ekonomi dan sosial yang tinggi, iklan
merongrong rasa keadilan sosial masyarakat. Iklan yang menampilkan yang serba mewah sangat
ironis dengan kenyataan sosial di mana banyak anggota masyarakat masih berjuang untuk sadar
hidup. Iklan yang mewah tampil seakan tanpa punya rasa solidaritas dengan sesamanya yang
miskin.

Kendati dalam kenyataan praktis sulit menilai secara umum etis tidaknya iklan tertentu, ada
baiknya kami paparkan beberapa prinsip yang kiranya perlu diperhatikan dalam iklan. Pertama,
iklan tdak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud memperdaya konsumen.
Masyarakat dan konsumen tidak boleh diperdaya oleh iklan untuk membeli produk tertentu.
Mereka juga tidak boleh dirugikan hanya karenatelah diperdaya oleh iklan tertentu. Kedua, iklan
wajib menyampaikan semua informasi tentang produk tertentu, khususnya menyangkut
keamanan dan keselamatan manusia. Ketiga, iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan,
khususnya secara kasar dan terang-terangan. Keempat, iklan tidak boleh mengarah pada tindakan
yang bertentangan dengan moralitas: tindak kekerasan, penipuan, pelecehan seksual,
diskriminasi, perendahan martabat manusia dan sebagainya.
2.6 Makna Etis Menipu dalam Iklan
Entah sebagai pemberi informasi atau sebagai pembentuk pendapat umum, iklan pada
akhirnya membentuk citra sebuah produk atau bahkan sebuah perusahaan di mata masyarakat.
Citra ini terbentuk bukan terutama karena bunyi atau penampilan iklan itu sendiri, melainkan
terutama terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang diiklankan dengan apa
yang disampaikan dalam iklan itu, entah secara tersurat ataupun tersirat. Karena itu, iklan sering
dimaksudkan sebagai media untuk mengungkapkan hakikat dan misi sebuah perusahaan atau
produk.
Prinsip iklan di dalam etika bisnis yang paling releevan adalah prinsip kejujuran yaitu
mengatakan hal yang benar dan tidak menipu. Ada yang mengatakan bahwa iklan adalah menipu
dan berbohong. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tipu mengandung pengertian
perbuatan atau perkataan yang tidak jujur(bohong, palsu dan sebagainya) dengan maksud untuk
menyesatkan, mengakali atau mencari untung(penekanan ditambahkan).

Dengan kata lain,

menipu adalah mengenakan tipu muslihat, mengecoh, mengakali, memperdaya, atau juga
perbuatan curang yang dijalankan dengan niat yang telah direncanakan. Sedangkan kata bohong
diartikan sebagai perkataan atau pernyataan yang tidak sesuai dengan hal atau keadaan yang
sebenarnya. Bohong adalah mengatakan hal yang tidak benar, yaitu apa yang dikatakan tidak
sesuai dengan kenyataan.
Dari pengertian menipu dan berbohong diaatas dapat disimpulkan bahwa bohong dapat
menjadi menipu, tetapi tidak semua bohong itu menipu. Dengan demikian dapat disimpulkan
8

bahwa iklan yang menipu dan karena itu secara moral yang dikutuk adalah iklan yang secara
sengaja menyampaikan pertanyaan yang tidak sesuai dengan kenyataan dengan maksud menipu
atau yang menampilkan pernyataan yang bisa menimbulkan penafsiran yang keliru pada pihak
konsumen yang sesungguhnya berhak mendapatkan informasi yang benar apa adanya tentang
produk yang ditawarkan dalam pasar. Dengan kata lain, berdasarkan prinsip kejujuran, iklan
yang baik dan diterima secara moral adalah iklan yang memberi pernyataan atau informasi yang
benar sebagaimana adanya.
Selain itu, manipulasi dalam periklanan juga merupakan hal yang cukup merugikan bagi
konsumen. Manipulasi disini diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh si pengiklan
terhadap si konsumen untuk membeli produk yang dihasilkan.
Fungsi iklan pada akhirnya membentuk citra sebuah produk dan perusahaan dimata
masyarakat. Citra ini terbentuk oleh kesesuain antara kenyataan sebuah produk yang diiklankan
dengan informasi yang disampaikan dalam iklan. Prinsip etika bisnis yang paling relefan dalam
hal ini adalah nilai kejujuran. Dengan demikian, iklan yang membuat pernyataan salah atau tidak
benar dengan maksud memperdaya konsumen adalah sebuah tipuan.
2.7 Kebebasan Konsumen
Dalam bukunya The Affluent Society, John K. Galbraith, mengatakan bahwa produksilah
yang menciptakan permintaan, yang kemudian dipuaskannya. Dengan kata lain bukan
permintaan yang melahirkan produksi, melainkan sebaliknya produksi yang melahirkan
permintaan. Artinya, apa yang dianggap sebagai permintaan masyarakat sesungguhnya
disebabkan, ditimbulkan, dan diciptakan oleh adanya produksi.

Kode etik periklanan tentu saja sangat diharapkan untuk membatasi pengaruh iklan ini.
Tetapi, perumusan kode etik ini harus melibatkan berbagai pihak: ahli etika, konsumen (atau
lembaga konsumen), ahli hukum, pengusaha, pemerintahan, tokoh agama dan tokoh masyarakat
tertentu, tanpa harus berarti merampas kemandirian profesi periklanan. Yang juga penting adalah
bahwa profesi periklanan dan organisasi profesi periklanan perlu benar-benar punya komitmen
moral untuk mewujudkan iklan yang baik bagi masyarakat.
Menurut John F. Kenedy ada beberapa hak dasar konsumen yaitu :
9

1. Hak akan keselamatan


2. Hak untuk mendapatkan informasi
3. Hak untuk memilih
4. Hak untuk didengar
5. Hak untuk menikmati lingkungan yang bersih.
Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis modern. Bisnis tidak
mungkin berjalan, kalau tidak ada konsumen yang menggunakan produk atau jasa yang di buat
dan ditawarkan oleh bisnis.
Konsumen harus diperlakukan dengan baik secara moral, tidak saja merupakan tuntutan etis,
melainkan juga syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan dalam bisnis. Etika dalam praktek
bisnis sejalan dengan kesuksesan dalam berbisnis.
Perhatian untuk konsumen
a.

Hak Atas Keamanan

Banyak produk mengandung resiko tertentu untuk konsumen, khususnya resiko untuk kesehatan
dan keselamatan
b. Hak Atas Informasi
Konsumen berhak mengetahui segala informasi yang relevan mengenai produk yang dibelinya,
baik apa sesungguhnya produk itu maupun bagaimana cara memakainya, maupun juga resiko
yang menyertai pemakainnya.
c.

Hak Untuk Memilih

Dalam ekonomi pasar bebas di mana kompetisi merupakan unsur hakiki, konsumen berhak
untuk memilih antara pelbagai produk dan jasa yang di tawarkan.

d. Hak Untuk Didengarkan


Konsumen adalah orang yang menggunakan produk atau jasa. Ia berhak bahwa keinginannya
tentang produk atau jasa itu didengarkan dan dipertimbangkan, terutama
keluhannya.
e.

Hak Lingkungan Hidup

10

Konsumen memanfaatkan sumber daya alam, sehingga tidak mengakibatkan pencemaran


lingkungan atau merugikan berkelanjutan proses-proses alam

BAB III
PENUTUP

11

3. 1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian bahasan Iklan dan Dimensi Etisnya dapat disimpulkan bahwa :
Hendaknya menggunakan iklan dengan bijak sehingga tidak menimbulkan kontrofersi di
masyarakat. Iklan adalah salah satu alat pemasaran yang penting. Dengan iklan perusahaan ingin
menarik perhatian calon konsumen tentang barang atau jasa yang ditawarkannya. Banyak orang
memutuskan membeli suatu barang atau jasa karena pengaruh iklan yang sedemikian atraktif
tampilan visualnya. Kecermatan menimbang dan rasionalitas pemikiran seringkali kalah
wibawa dengan semangat hedonis yang ditawarkan iklan.
Tujuan iklan adalah suatu strategi pemasaran untuk mendekatkan barang yang hendak
dijual kepada konsumen. Citra negative iklan terhadap bisnis seakan bisnis adalah kegiatan tipumenipu yang menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan tanpa memperhatikan berbagai
norma dan nilai moral. Contohnya adalah XL yang meluncurkan paket priority 150 atau 300.
Prinsip-prinsip dalam iklan :

Iklan tidak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud memperdaya

konsumen
Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk yang diiklankan.
Iklan tidak boleh mengarahkan pada pemaksaan.
Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertantangan dengan moralitas.

3. 2 SARAN
Bertolak dari pembahasan Ilkan dan Dimensi Etisnya penyusun memberikan saran sebagai
berikut :Bagi pembaca penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun
demi sempurnanya makalah ini.

DARTAR PUSTAKA

1. Etika Bisnis ; Tuntutan Dan Relevansinya ; Dr. A. Sonny Keraf


2. Internet :

http://bamznatunastai.blogspot.com/2012/12/makalah-iklan-dan-dimensi-etisnya.html
12

http://novlina.blogspot.com/2012/11/tulisan-7-iklan-dan-dimensi-etisnya.html

13

Anda mungkin juga menyukai