Anda di halaman 1dari 25

Pertemuan 1

MATA KULIAH: KAPAL IKAN

Potensi Kekayaan Laut Indonesia

Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, mempunyai kekayaan laut yang
luar biasa
Berbagai jenis ikan dan biota laut yang melimpah serta taman laut yang begitu indah.
Indonesia mendominasi produksi penangkapan ikan di dunia. Hasil laut Indonesia
berkisar 52 % dari produksi keseluruhan tangkapan dunia, yaitu 47,6 juta ton.
Ekonomi dunia sangat bergantung dengan keberadaan negeri-negeri maritim seperti
Indonesia. Menurut catatan lebih dari 80 persen perdagangan dunia melalui laut

Ilegal Fishing di perairan


Samudera Pasifik merupakan
Indonesia

daerah yang tingkat pelanggarannya


cukup tinggi dibanding dengan wilayah lainnya. Pelanggaranpelanggaran tersebut terutama dilakukan oleh Kapal Ikan Asing (KIA)
berbagai negara diantaranya Thailand, Vietnam, China, dan
Filipina. Kapal Ikan Indonesia (KII) sendiri juga masih banyak yang
melakukan Ilegal Fishing.

Pengertian Illegal Fishing dijelaskan sebagai berikut :


1. Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh suatu negara tertentu oleh KAI di
perairan yang bukan merupakan yuridiksinya tanpa izin dari negara yang memiliki
yuridiksi atau kegiatan penangkapan ikan tersebut bertentangan dengan hukum dan
peraturan negara itu.

2. Kegiatan penangkapan ikan yang bertentangan dengan perundang-undangan suatu negara


(Ilegal) atau melanggar ketentuan internasional.
ini banyak dilakukan oleh KII seperti : pelanggaran alat tangkap, pemalsuan/manipulasi
dokumen (dokumen pengadaan, registrasi, dan perizinan kapal), tidak mengaktifkan
transmitter (khusus bagi kapal-kapal yang diwajibkan memasang transmitter), dan
penangkapan ikan yang merusak (destructive fishing) dengan menggunakan bahan kimia,
bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang
membahayakan melestarikan sumberdaya ikan.

Faktor -faktor yang menyebabkan terjadinya Illegal fishing di perairan Indonesia


1. Kebutuhan ikan dunia (demand) meningkat, disisi lain pasokan ikan dunia menurun, terjadi overdemand
terutama jenis ikan dari laut seperti Tuna. Hal ini mendorong armada perikanan dunia berburu ikan di
manapun dengan cara legal atau illegal.
2. Disparitas (perbedaan) harga ikan segar utuh (whole fish) di negara lain dibandingkan di Indonesia cukup
tinggi sehingga membuat masih adanya surplus pendapatan.
3. Fishing ground di negara-negara lain sudah mulai habis, sementara di Indonesia masih menjanjikan, padahal
mereka harus mempertahankan pasokan ikan untuk konsumsi mereka dan harus mempertahankan produksi
pengolahan di negara tersebut tetap bertahan
4. Laut Indonesia sangat luas dan terbuka, di sisi lain kemampuan pengawasan khususnya armada
pengawasan nasional (kapal pengawas) masih sangat terbatas dibandingkan kebutuhan untuk mengawasai
daerah rawan. Sangat luasnya wilayah laut yang menjadi yurisdiksi Indonesia dan kenyataan masih sangat
terbukanya ZEE Indonesia yang berbatasan dengan laut lepas (High Seas) telah menjadi magnet penarik
masuknya kapal-kapal ikan asing maupun lokal untuk melakukan illegal fishing.
5. Sistem pengelolaan perikanan dalam bentuk sistem perizinan saat ini bersifat terbuka (open acces),
pembatasannya hanya terbatas pada alat tangkap (input restriction). Hal ini kurang cocok jika dihadapkan
pada kondisi faktual geografi Indonesia, khususnya ZEE Indonesia yang berbatasan dengan laut lepas.

Ikan yang hilang dicuri oleh KAI sekitar 1,6 juta ton/thn. Jika harga jual ikan di luar negeri rata-rata 2
USD/Kg, maka kerugian per tahun bisa mencapai Rp 30 trilyun

KAPAL-KAPAL YANG MELAKUKAN


ILEGAL FISHING

Kapal Perikanan/ Kapal Ikan


Kapal Penangkap ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk menampung,
menyimpan, mendinginkan, dan mengawetkan ikan.
Besarnya Ukuran Kapal penangkapan sangat mempengaruhi untuk keberhasilan menangkap ikan, karena jarak tempuh
kapal untuk mencari daerah fishing ground di tentukan oleh besarnya kapal yang digunakan
Kapal ikan berdasarkan klasifikasi ukuran :
- PTM (Perahu Tanpa Motor)
- Motor Tempel
- Kapal Motor
- < 5 GT
- 5 - <10 GT
- 10-30 GT
- > 30 GT
Tonnage atau Gross Tonnage (GT) kapal
Pengukuran besaran volume kapal perikanan dilakukan pada bagian ruangan ruangan yang tertutup dan dianggap
kedap air yang berada di dalam kapal dan dinyatakan dalam Gross Tonnage kapal dengan menggunakan satuan
Register Tonnage (1 RT = 100 ft3 = 2,8328 m3). Volume ruangan tertutup dalam kapal terdiri dari volume ruang
tertutup yang terdapat di bagian atas dan bawah dari geladak utama.
Dimana geladak utama kapal adalah geladak kapal yang menyeluruh dari haluan sampai buritan kapal, yang dianggap
sebagai geladak kekuatan kapal. Sebagian besar kapal perikanan memiliki 1 (satu) geladak kapal, maka geladak utama
sama dengan geladak kekuatan kapal.
Bangunan di atas kapal (super structure) merupakan bangunan kapal yang terletak di atas geladak utama dan
mempunyai lebar bangunan atas sama dengan moulded kapal. Apabila lebar bangunan atas lebih kecil dari 96 % lebar
moulded kapal, maka bangunan di atas geladak utama dianggap sebagai rumah geladak (deck house).

Sesuai dengan International Convention on Tonnage Measurment of Ship, TMS 1969, maka menentukan tonnage atau
gross tonnage kapal dilakukan dilakukan dengan formula sebagai berikut :

a. Panjang seluruh kapal kurang dari sama dengan 24 meter ( 24 m)


Metode pengukuran dalam negeri berdasarkan TSM 1969 digunakan bagi kapal yang memiliki
panjang seluruh kapal (Loa) kurang dari sama dengan 24 meter ( 24 m). Berdasarkan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor : KM 6 Tahun 2005 tentang Pengukuran Kapal metode pengukuran
dalam negeri adalah sebagai berikut :
GT = 0,25 x V
Keterangan :
GT
: Gross Tonnage atau tonase kotor (RT)
0,25
: Faktor
V
: Volume ruang tertutup yang berada dalam kapal (m3)
V1
: Volume ruangan di bawah geladak utama (m3)
V2
: Volume ruangan di atas geladak utama (m3)

a.1) Ruangan tertutup di bawah geladak


V1 = Ldl x Bdl x D x F
Keterangan :
V1 : Volume ruangan di bawah geladak utama (m3)
Ldl : Panjang (m)
Bdl : Lebar (m)
D : Tinggi (m)
F : Faktor (*)
a) 0,85 = bagi kapal-kapal dengan bentuk dasar rata, secara umum
digunakan bagi kapal tongkang.
b) 0,70 = bagi kapal-kapal dengan bentuk dasar agak miring dari tengah
ke sisi kapal, secara umum digunakan bagi kapal motor.
c) 0,50 = bagi kapal-kapal yang tidak termasuk golongan (a) dan (b),
secara umum bagi kapal layar atau kapal layar motor.
a.2) Ruangan tertutup di atas geladak
V2 = l x b(r) x d(r)
Keterangan :
V2 : Volume ruangan di atas geladak utama (m3)
l
:
Panjang ruangan (m)
b(r) :
Lebar rata-rata (m)
d(r) :
Tinggi rata-rata (m

b) Panjang seluruh kapal lebih besar dari 24 meter ( 24 m)


Metode pengukuran internasional berdasarkan TSM 1969 digunakan bagi kapal
yang memiliki panjang seluruh kapal (Loa) lebih besar dari sama dengan 24
meter (> 24 m). Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 6
Tahun 2005 tentang Pengukuran Kapal metoda pengukuran dalam negeri (*)
adalah sebagai berikut :
GT = k x V
Keterangan :
GT :
Gross Tonnage atau tonase kotor
k :
koefisien
:
0,2 + 0,02 log102 atau menggunakan tabel koefisien : k fung
dari volume ruangan tertutup :v, seperti terlihat pada tabel 3
V :
Volume ruang tertutup yang berada dalam kapal (m 3)
V1 :
Volume ruangan di bawah geladak utama (m 3)
V2 :
Volume ruangan di atas geladak utama (m3)

Tabel 3. Koefisien : k Untuk mengukur tonnage/ gross tonnage (GT) dengan formula internasional

Dan itu berarti larangan mengkonsumsi BBM bersubsidi untuk kapal di atas 30 GT tidak berlaku

Material Untuk Membuat Kapal Perikanan


Salah satu material yang digunakan dalam pembangunan kapal di Indonesia
adalah kayu dan memiliki umur teknis berkisar antara 1015 tahun. Kayu
digunakan sebagai material pembangunan kapal disebabkan persediaan kayu di
Indonesia cukup banyak serta harganya yang ekonomis dan terjangkau.

Dilihat dari segi pengerjaannya, pembangunan kapal dari bahan kayu lebih
mudah dibandingkan dengan bahan lain dan tidak membutuhkan teknologi yang
tinggi dalam operasi penangkapan ikan. Hal inilah yang menjadikan kayu lebih
unggul dalam pemilihan material dibandingkan dengan bahan lain untuk
pembangunan kapal perikanan

Meskipun memiliki kelebihan sebagai material kapal perikanan, Kelemahan kapal kayu diantaranya adalah
kurangnya kekuatan kapal yang disebabkan banyaknya sambungan, yang dapat menyebabkan adanya lubang
baut yang mengurangi luas penampang dan konstruksinya berat.
Selain itu, sifat fisik kayu akan memuai jika terkena panas dan menyusut apabila didinginkan. Namun
demikian, perubahan ukuran pada kayu karena perubahan temperatur tidaklah berpengaruh besar. Perubahan
besar akan terjadi apabila kayu kehilangan air sehingga mengalami penyusutan dan mengembang apabila kayu
menyerap air.
Syarat kayu sebagai material kapal adalah:
1) Tidak mudah pecah;
2) Tahan terhadap hewan laut; dan
3) Tidak mudah lapuk, liat, kuat

Keunggulan Kapal Aluminium :


- Bahan yang Ringan
- Tahan Terhadap korosi air laut (Aluminium jenis Marine Grade)
- Mempunyai nilai jual tinggi saat kondisi afkir.
- Perawatan mudah
Kekurangan Aluminium :
- Harga mahal
- Agak susah di bentuk untuk kapal-kapal yang butuh desain agak extrim
- Butuh tenaga kerja khusus dalam pengerjaannya
- Tidak bisa di gabungkan dengan material logam yang mempunyai beda jenis (bisa mempercepat korosi kimiawi).

Terdapat lima jenis pilihan material yang sesuai untuk kapal perikanan yaitu kayu, besi, FRP (Fibreglass
Rainforced Plastic), ferrocement, dan aluminium

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai