A. Judul
Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan SuatuMetode Penamba- ngan Batubara
Di Area Penambangan PT.Inti Bara Nusalima Jambi.
B. Latar Belakang
Endapan bahan galian umumnya tersebar secara tidak merata didalam kulit bumi
baik jenis, jumlah maupun kadarnya.Dalam mengusahakan industri pertambangan
selalu berhadapan dengan sesuatu yang serba terbatas baik lokasi, jenis, jumlah
maupun mutu materialnya.Keterbatasan ini ditambah lagi usaha meningkatkan
keselamatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.Jadi didalam
mengelola sumberdaya mineral diperlukan tahapan usaha pertambangan dan
penerapan metode penambangan yang sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi
ekonomis maupun teknis, agar perolehan keuntungan dapat optimal.
Dalam memulai penambangan dan pengembangan perencanaan kegiatan
penambangan batubara, nisbah kupas pulang pokok (break even stripping ratio)
merupakan salah satu aspek penentu pemilihan metode penambangan yang akan
digunakan. Batas ekonomi penambangan secara terbuka adalah batasan yang
ditentukan oleh nisbah kupas ekonomi (economic stripping ratio/SREC). Dari nilai
SREC ini dapat diketahui berapa nilai SR yang menjadi batasancadangan tertinggi
yang dapat ditambang dengan metode tambang terbuka danmenguntungkan, hal
ini sangat dipengaruhi oleh harga jual batubara, dimana suatu cadangan batubara
dapat bernilai ekonomis dan sebaliknya pada waktu yang berbeda, hal ini
dipengaruhi oleh harga jual batubara dipasaran.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi adalahkondisi stripping ratio pada masing-masing blok
cadangan dan keseluruhan yang tidak terkontrol dengan baik se- hingga sehingga
tidak dapat diketahui batasan berakhirnya tambang terbuka dan kapan akan
dimulai tambang bawah tanah.
D. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu dibatasi pada masalah yang
menyangkutanalisa stripping ratio dalam menentukan suatumetode penambangan
F. Dasar Teori
1. Endapan Batubara (coal deposit)
Batubara yang merupakan kelanjutan proses dari pembentukan gambut adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari tumpukan hancuran tumbuhan
yang terhumifikasi dalam kondisi tertutup udara atau dibawah permukaan air dan
menjadi padat setelah tertimbun oleh lapisan diatasnya serta mengakibatkan
pengkayaan kandungan karbon dimana selama pengendapan mengalami proses
fisika dan kimia. Batubara tersebut mengandung material karbon lebih dari 70%
volume dengan kandungan air lebih dari 35%.
Urutan proses pembentukan batubara secara ringkas dapat diuraikan sebagai
berikut:
a) Gambut, merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara dan masih
memperlihatkan sifat asal dan bahan dasarnya (tanaman asal).
b) Lignit, sudah memperlihatkan struktur kekar dan gejala perlapisan. Endapan ini
dapat dipergunakan untuk pembakaran dengan temperatur rendah.
c)
Bituminous, dicirikan dengan sifat padat dan hitam. Batubara jenis ini dapat
dipergunakan untuk bahan bakar dengantemperatur sedang-tinggi.
d)
Antrasit, warna hitam, keras, kilap tinggi. Pada proses pembakaran
memperlihatkan warna biru dan dapat dipergunakan untuk berbagai macam
industri besar yang memerlukan temperatur tinggi.
Sumber daya batu bara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.
2)
Sumber daya batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.
3) Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)
Sumber daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
4)
Sumber daya batu bara terukur adalah jumlah batu bara di daerah peyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
b) Cadangan Batubara (Coal Reserves)
Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang
telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kuali- tasnya, yang pada saat
pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang.
1)
yang sama dengan titik ikat peta topografi dan data-data lainnya. Data dasar ini
kemudian diplot dalam satu peta digital yang me-muatinformasi topografi, informasi
geologi, sebaran singkapan, sebaran parit uji, sumur uji dan bor.
d) Data Olahan Permodelan Endapan Batubara
Dari data dasar permodelan endapan batubara, maka setelah diolah lebih lanjut
dengan metode yang sesuai, maka hasil pengolahan data tersebut antara lain
diperoleh peta isopach, peta isostruktur, dan peta isooverburden.
Peta isopach (kontur ketebalan) merupakan peta yang menunjukkan kontur
penyebaran ketebalan batubara. Perbedaan ketebalan batubara ini disebabkan
perbedaan cara keterbentukan dan kondisi keterbentukan batubara tersebut. Data
ketebalan pada peta ini merupakan tebal sebe- narnya yang dapat diperoleh dari
data bor, uji paritan, uji sumuran atau dari singkapan.Peta ini juga dapat disusun
dari kombinasi peta isostruktur.Tujuan dari penyusunan peta ini adalah untuk
menggambarkan variasi ketebalan batubara dibawah permukaan.
Peta Isostruktur (kontur struktur) menunjukkan kontur elevasi yang sama dari top
atau bottom batubara. Elevasi top dan bottom batubara dapat diperoleh dari data
bor. Peta isostruktur berguna untuk mengetahui arah umum (jurus) masing-masing
seam batubara, sekaligus sebagai dasar untuk menyusun peta isooverburden.
Peta isooverburden menunjukkan kontur ketebalan lapisan tanah penutup
(overburden) yang sama. Ketebalan tersebut dapat diperoleh dari data bor atau dari
peta isostruktur dimana ketebalan overburden dapat dihitung dari perpotongan
kontur isostruktur dengan kontur topografi. Cukup penting sebagai dasar evaluasi
cadangan selanjutnya, dimana ketebalan tanah penutup ini dapat digunakan
sebagai batasan awal dari penentuan pit potensial. Perbandingan antara volume
overburden dan batubara yang diimplementasikan dalam bentuk stripping ratio
pada daerah cadangan, dapat dijadikan salah satu dasar penentuan batasan
penambangan.
e) Tahapan perhitungan nisbah perhitumgan
1) Perhitungan Volume
Perhitungan volume merupakan tahap awal yang harus dilakukan dalam penentuan
stripping ratio, penampang litologi pemboran menunjukkan formasi litologi yang
ditembus dan ketebalan masing-masing formasi litologi.Dari informasi tersebut,
dilakukan identifikasi ketebalan tanah penutup dan batubara. Untuk batubara
dengan sistem perlapisan multiseam, dilakukan penjumlahan total ketebalan untuk
selu-ruh seam. Prosedur ini berlaku untuk seluruh lubang bor. Perbedaan ketebalan
dari tanah penutup dan batubara berpengaruh terhadap elevasi batas atas dan
batas bawah keduanya. Dalam kasus ini batasan antara overburden dan batubara
diasumsikan jelas.
2) Perhitungan Tonase
Pada industri pertambangan, penjualan bahan galian dan kapasitas produksi
dilakukan atas dasar berat dari bahan galian tersebut.Hal ini berlawanan dengan
industri perancangan sipil dimana pembayaran dilakukan atas dasar volume
material yang dipindahkan.Konversi dari volume ke berat harus dilakukan dalam
kaitannya dengan kegiatan pemuatan, pengangkutan maupun untuk kegiatan
pengolahan.
Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara
yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan
volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor yaitu density.Besar
nilai density untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan
untuk density antara lain gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3.
Nilai density untuk tanah penutup (humus dan lempung) sebesar 2300 lb/yd3 atau
setara dengan 1,36 ton/m3 dan density batubara sebesar 1,3 ton/m3. Berat
(tonase) tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang
diperoleh dengan mengalikan volume keduanya dengan density masing-masing.
Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan berikut :
Tonase = V x D
Dimana :
T = Tonase (ton)
V = Volume (m3)
D = Density (ton/m3)
f) Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)
i)
Economic Stripping Ratio (SREC) artinya berapa besar keuntungan yang dapat
diperoleh bila cadangan tersebut ditambang dengan metode tambang terbuka.Dari
nilai SREC ini dapat diketahui berapa nilai SR yang menjadi batasan cadangan
tertinggi yang dapat ditambang dengan metode tambang terbuka dan
menguntungkan. Pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga cadangan di pasaran,
maka akan dapat mengakibatkan perluasan tambang sehingga cadangan akan
bertambah, sebaliknya jika harga cadangan turun, maka jumlah cadangan akan
berkurang. Nisbah kupas ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
SREC = RevM CMSM CL CP CT CH CO - PSM
CSOB
Batas ekonomi tambang terbuka dicapai apabila PSM = 0 dimana SRINST = SREC.
Apabila ada cadangan yang akan terus ditambang dengan metode tambang bawah
tanah, maka harus ada laba (profit) yang diperoleh. Untuk mengetahui laba yang
diperoleh dari tambang bawah tanah (Profit Underground Mining = PUG), maka
dapat dinyatakan sebagai berikut :
PUG = RevM CPUG
Dimana :
CMUG = Cost Production with Underground Mining (Biaya Produksi Tambang Bawah
Tanah), US$/ton.
G. Metode Penelitian
Secara umum penelitian ini dilaksanakan dengan memakai 2 metoda yakni metode
primer dan metode sekunder. Metode primer dilakukan dengan mengadakan
observasi langsung ke daerah penelitian dan hasil observasi menjadi data utama
dalam penelitian ini, antara lain :
1. Mengumpulkan data-data dari hasil pemboran eksplorasi.
2. Mengumpulkan data-data biaya pengupasan overburden dan penambangan
batubara, serta harga jual batubara.
Metode sekunder yang diterapkan dalam penelitian ini mencakup studi literatur dari
berbagai sumber yang kemudian dikembangkan untuk mendukung kajian dari
penelitian ini serta hasil olahan data utama yang dijadikan data sekunder seperti
pembuatan peta isopach, isooverburden dan isostruktur.
nisbah kupas pulang pokok (break even stripping ratio) dan nilai ini menjadi batasan
berakhirnya tambang terbuka dan kapan dimulai tambang bawah tanah.
F. Struktur Geologi
G. Stratigrafi Daerah Penelitian
H. Cadangan dan Kualitas Batubara
I. Produksi Batubara
III DASAR TEORI
A. Endapan Batubara (Coal Deposit)
B. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
C. Pemodelan Endapan Batubara
D. Perhitungan Cadangan
E. Tahapan Perhitungan Nisbah Pengupasan
IV DATA DAN ANALISA DATA
A. Data
B. Analisa Data
V PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
J. Daftar Pustaka
1. Bukin Daulay, Dr.,MSc., Geologi dan Eksplorasi Batubara, Puslitbang Teknologi
Mineral dan Batubara, Bandung, 2001.
2. Chairul Nas, Estimasi Cadangan
Pertambangan, Bandung, 1994.
Mineral,
Pusat
Pengembangan
Tenaga