Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL II

SDM TEKNOLOGI NUKLIR


YOGY AKARTA, 21-22 DESEMBER
ISSN 1978-0176

Daftar Isi
2006

RANCANG BANGUN ALAT UKUR CURAH HUJAN


*SISWANTI, *NGASIFUDIN, **SUDIONO

*Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BAT AN


Jl. Babarsari Kotak Pos 6101/YKBB Yogyakarta 55281 Telp. (0274) 488435
**Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN
Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta 55281
Telepon 0274-484085, 489716, Faksimili 0274-489715
Abstrak
RANCANG BANGUN ALA T UKUR CURAH HUJAN. Telah dilakukan rancang bangun alat ukur curah
hujan. Tujuan penelitian ini adalah dihasilkannya satu unit alat ukur curah hujan, diharapkan dapat
mengetahui berapa banyak curah hujan yang jatuh dalam suatu waktu dan pada suatu daerah khususnya di
lingkungan Reaktor Kartini. Tipe yang digunakan adalah tipe pelampung, dengan sistem mekanik
pelampung dihubungkan dengan potensio yang bervariasi volume sehingga dapat diketahui tegangan
keluarannya. Hasil dari penelitian ini berupa 1 (satu) unit alat ukur curah hujan dengan kapasitas tangki 8,2
I dan data pengamatan uji linieritas dinyatakan dengan persamaan y = 0,3889x + 2,7258, nilai ketelitian R2
= 0,8899.
Kata kunci: alat ukur curah hujan, reaktor Kartini

Abstract
RAIN GAUGE EQUIPMENT CONSTRUCTION. The rain gauge was constructed and used to know the
rain gauge in any time and any places, specially in the surrounding of Kartini reactor. Thefloating type was
used and completed by mechanic system. The floating mechanic connected to the potentio and variated by
volume to get the voltage output. The result of the research was 1 (one) unit of rain gauge with 8.2 I of
volume capacity and the data linearity test shown by equation y = 0.3889x + 2.7258 with accuracy
=
0.8899.

Keywords: rain gauge equipment, reactor Kartini.

PENDAHULUAN
Pemantauan curah hujan adalah bagian
dari pemantauan cuaca, yang merupakan sarana
pendukung untuk melengkapi/evaluasi sebaran
radionuklida ke lingkungan dari kegiatan
Reaktor. Hal ini merupakan pengendalian
pencemaran lingkungan.
Salah
satu
metode
pemantauan
radioaktivitas
lingkungan adalah dengan
melakukan pengawasan terhadap peningkatan
paparan radiasi dan masukan yang diterima
lingkungan agar tidak melebihi ambang batas
yang diperkenankan. Pengawasan ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi cuaca setempat
khususnya curah hujan. Alat ukur curah hujan

Siswanti dkk

ini digunakan agar dapat diketahui seberapa


besar dan sejauh mana sebaran radioaktif ke
lingkungan.
Pada penelitian ini dilakukan rancang
bangun alat ukur curah hujan Obeservatorium
(OBS). Tujuan penelitian ini adalah dapat
dihasilkannya I (satu) unit alat ukur curah
hujan yang dapat mengetahui berapa banyak
curah hujan yang jatuh di dalam suatu periode
dan mengetahui pembagian jatuhan pada suatu
waktu dan pada suatu daerah khususnya di
lingkungan Reaktor Kartini.

193

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN

SEMINAR NASIONAL II
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 21-22 DESEMBER2006
ISSN 1978-0176
TATA KERJA DAN PERCOBAAN

Alat Penelitian
Alat penelitian antara lain perlengkapan
kerja bangku (palu, kikir, gunting, jangka
sorong, obeng, gergaji, penggaris, penggores),
mesin pelipat, mesin bor, mesin potong, las,
multimeter.
Bahan Penelitian
Bahan penelitian antara lain plat dari baja
tahan karat, pelampung, eatu daya, besi baja,
kabel dan kran.
TEORl

Prinsip Dasar Pengukuran Curah Hujan


Cara
yang
mudah
dan
umum
dipergunakan dalam pengukuran eurah hujan
adalah dengan menggunakan alat pengukur
eurah hujan (rain gauge). Alat ini terdiri dari
corong berbentuk kerueut terbalik yang di
letakkan di atas bagian dalam dari tabung
penampung air hujan. Tetapi mulut corong
harus horisontal dan memiliki diameter tertentu.
Air hujan yang jatuh ke dalam mulut eorong ini
kemudian masuk ke dalam tabung penampung.
Tabung penampung harus dibuat sedemikian
rupa sehingga mampu untuk menampung air
hujan yang ada sesuai dengan keperluannya.
Curah hujan yang tertampung inilah yang
di ukur seeara teratur dalam periode waktu yang
telah ditentukan. Ukuran garis tengah mulut
corong tidak ada suatu ketentuan yang
mengharuskan. Tetapi jika misalnya ukuran
garis tengah tersebut telah dipilih, maka
sekarang yang harns disesuaikan adalah skala
dari alat penakar aimya. [1] Adapun satuan baku
eurah hujan adalah mm curah hujan. Alat ini
belum dapat medeteksi atau membedakan hujan
gerimis dengan hujan lebat, tetapi dapat
membedakan sifat eurah hujan yaitu bawah
normal (BN), normal (N) dan atas normal (AN).
Dalam penelitian digunakan tipe pelampung.

atas. Dengan sistem mekanisasi tertentu, maka


gerakan ini dapat menggerakan pena yang
meneatat pada pias yang berputar. Untuk
memperoleh suatu rekaman yang terus menerus
dalam suatu periode (misalnya dalam waktu 24
jam), maka alat ini harus memiliki ruang
pelampung (tempat menampung air hujan) yang
besamya sesuai dan dilengkapi dengan alat
yang dapat mengosongkan ruang pelampung
dengan eepat seeara otomatis, bilamana ruang
tersebut telah penuh dengan air hujan. Penuh
disini diartikan bahwa proses mengosongkan
harus teljadi seeara otomatis, sesuai dasar kerja
alat. Pada saat ruang pelampung ini telah
kosong, berarti pelampung ini sudah turun ke
dasar dan posisi penapung kembali pada skala
nol pada pias. Penyesuaian posisi pena pada
skala-skala
pias
dapat
diatur
melalui
penyetelan-penyetelan tertentu pada saluran
penerima, pelampung dan ruang pelampung.
Proses pengosongan ini harus berlangsung
seeara eepat (10-15 detik). Bagi daerah-daerah
yang ada kemungkinan terjadi pembekuan,
maka di dalam alat perekam eurah hujan ini
dipasang alat pemanas khusus yang disediakan
untuk mempertahankan
agar air tidak
membeku, terutama pada musim dingin. [1]
Adapun sifat hujan dibagi menjadi 3
kriteria, yaitu :
1. Atas normal (AN), jika nilai perbandingan
terhadap rata-ratanya lebih besar dari 115
%.

2. Normal (N), jika nilai perbandingan


terhadap rata-ratanya antara 85 %-115 %
3. Bawah
Normal
(BN),
jika
nilai
perbandingan terhadap rata-ratanya kurang
dari 85 %. [4]
Prinsip Kerja Pelampung
Cara kerja pelampung menggunakan
prinsip rangkaian pembagi tegangan seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.

Tipe Pelampung
Di dalam alat perekam eurah hujan ini,
air hujan ditampung dalam suatu tempat biasa
disebut ruang pelampung,
yang
terisi
pelampung. Jika karena hujan air di dalam
tempat tersebut naik, maka pelampung naik ke

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - SATAN

194

Siswanti dkk

SEMINAR NASIONAL II
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGY AKARTA, 21-22 DESEMBER 2006
ISSN 1978-0176
... _,,_~~

.z :210

\tJ)lt~

,,80120

" :220

Gambar.3. Rangkaian pembagi tegangan


Prosedur Kerja

Agar lebih terarah dalam penelitian 1m


maka perlu adanya suatu raneangan yang akan
dilakukan dalam penelitian yang meliputi
Peraneangan alat, pemilihan bahan, pembuatan
alat pengujian alat.
Persiapan Desain Alat
Gambar I. Alat Ukur Curah Hujan
Keterangan :
I. Tabung atas (mulut tanki)
2. Corong atas
3. Bahu tanki
4. Tabung kolektor (penampung)
5. Pelampung
6. Corong bawah
7. Pipa saluran buang
8. Kran

Untuk memulai mendesain, diperlukan


suatu analisis mengenai bahan dan peralatan
yang akan digunakan, untuk itu perlu adanya
pembuatan jadwal kerja, studi literatur dan
adanya suatu raneangan alat yang akan
dikeIjakan dalam pembuatan alat. Dengan
melihat
langsung
akan
mudah
untuk
menyesuaikan situasi dan kondisi serta akan
dapat memudahkan untuk peraneangan desain.

Sebagai pembagi tegangan digunakan


potensiometer, yang dihubungkan ke eatu daya
dan tangki pelampung. Tegangan keluaran
pelampung sebanding dengan tinggi permukaan
air. [6]

Pembuatan Alat

Pembuatan alat terdiri dari mulut


eorong/tabung penakar, corong berbentuk
kerneut untuk mengalirkan air ke dalam tabung
kolektor, tabung kolektor atau penampung,
eorong bentuk kerneut untuk mengalirkan air
kesaluran buang (kran), pemilihan bahan serta
sistem sambungan rangkaian (potensio).
Perakitan Komponen

Gambar 2. Alat Ukur Curah Hujan Tampak Atas.

Siswanti dkk

Setelah sub-sub bagian dari alat tersebut


sudah selesai maka dilanjutkan tahap perakitan
komponen menggunakan las. Hasil dari
perakitan tersebut dihasilkan 1 (satu) unit alat
ukur eurah hujan dan dilanjutkan tahap
pengujlan.
Hal-hal
yang
harns
diperhatikan
mengenai alat ini adalah :
1. Penampang penakar harns selalu horisontal.
2. Alat harns tetap bersih.

195

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN

SEMINAR NASIONAL II
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 21-22 DESEMBER 2006
ISSN 1978-0176

3. Corong hams bersih dari kotoran yang bisa


menutup lubang.
4. Kran hams selalu dibersihkan, jika terjadi
kebocoran hams segera diganti/diperbaiki.
5. Tabung kolektor/penampung air hujan
hams selalu dibersihkan dari endapan dan
debu dengan jalan menuangkan air ke
dalamnya dan kran dibuka.
6. Gelas penakar hams dijaga tetap bersih dan
dikeringkan. [2]
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Pengujian
Gambar 2 adalah gambar alat yang
dihasilkan.
1

BN
21
16
17
18
13
14
4
3
86
5
11
12
10
20
2
7
9
19
15

(ml)

AN
N

1. Menuangkan air ke tabung kolektor, untuk


menguji ada kebocoran atau tidak.
2. Dengan menuangkan air sedikit demi
sedikit untuk melihat kenaikan pelampung.
3. Mengukur besamya tegangan keluaran dari
pada pelampung (21 kali)
Data Pengujian
Data pengujian ini diperoleh dengan cara
memberi beban atau menambah volume pada
tangki dengan variasi volume sebanyak 21 kali
sedangkan hasil dari pengujian adalah sebagai
seperti tersaji pada Tabell dan Gambar 1.
Tabel 1. Data Pengujian
VOLUME
1000100
1600160
1800180
200
2800280
3200320
3600360
600
800
20
TEGANGAN
bawah
normal
atas
normal
normal
3000300
1200120
2400240
4000
400
1400140
2000200
2200220
80
60
TINGGI
2600260
3400340
3800380
400
40
420
4200
4,32
4,46
4,74
4,94
5,70
7,08
5,81
6,24
9,56
(

1.205
0,856
0,567
0,069
0,526
0,119
0,804
0,764
0,549
0,938
0,223
0,166
1,073
0,740
1,090
1,715
1,356
8,01
7,02
4,36
11,83
11,86
6,32
4,71
5,30
5,36
0,148
0,477
(mm)
volt)
0,428
0,987
11,88
NO

SIFAT
HUJAN

BN

Gambar 2. Tangki Pelampung clanPower Suplay

Maksud dilakukan pengujian ini agar


diketahui kineIja dari alat ukur curah hujan,
baik tanpa beban atau pun berbeban sehingga
dapat diketahui tegangan keluarannya. Adapun
alat dan bahan yang digunakan untuk
melakukan pengujian antara lain[; Multi meter.
Kabel-kabel, Tespen, Beban (air), Solder

AN

Cara Pengujian
Cara dan langkah-langkah pengujian ini
meliputi sebagai berikut :
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN

196

Siswanti dkk

SEMINAR NASIONAL II
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGY AKARTA, 21-22 DESEMBER 2006
ISSN 1978-0176

volume. Data uji linieritas dengan persamaan


y=O,3889x + 2,7258, nilai ketelitian R2=O,8899.

14
12

'I '"O,J$89x

+ 2.1258

RZ"'O.~

,t-+-+

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat diambil
suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Telah dihasilkan 1(satu) unit alat ukur
curah hujan tipe pelampung.
2. Kapasitas tanki maksimal VIola] = 9,79 I
dengan volume yang diijinkan = 8,2 I
3. Data pengamatan uji linearitas dinyatakan
dengan persamaan y=O,3889x + 2,7258,
nilai ketelitian R2=O,8899.
DAFTAR PUSTAKA

volume:!ml)

Gambar I. Hasil Pengujian Untuk Hubungan Antara


Tegangan Dengan Volume

1. BUDIANTO A, 1997, Petunjuk Pene1itian dan


Pengembangan, Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional, Yogyakarta.

Fungsi Alat

2. SOEYITNO, 1988, Spesifikasi Alat-alat Oleh


BMG DEPHUB, Jakarta.

Dengan melihat latar belakang penelitian


ini yaitu bahwa pemantauan cuaca sangatlah
penting sebagai data dukung untuk pemantauan
sebaran radioaktif di lingkungan fasilitas nuklir,
(salah satunya adalah pengukuran curah hujan)
dan dengan memperhatikan perkembangan
dinamika atmosfer serta musim saat ini tak
menentu maka kita harns mengetahui sifat-sifat
hujan. Selain itu dapat untuk mengetahui
tingkat keasaman air hujan. Keasaman air hujan
ini merupakan parameter penting dalam
pencemaran udara (kimia udara). Salah satu
metode Proteksi Radiasi adalah dengan
melakukan pengawasan terhadap paparan
radiasi yang diterima peketja atau lingkungan
agar tidak melebihi ambang batas yang
diperkenankan. Sifat hujan itu sendiri adalah
perbandingan antara jumlah curah hujan yang
terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata
atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.

3. WAWAN
RIDWAN,
1990,
Petunjuk
Pengamatan Data Iklim BMG, Semarang.
4. SUMISJOKARTONO,
1984,
Praktis, Gramedia, Jakarta.

5. BMG, 2006, Prakiraan Hujan Jawa Tengah,


DEPHUB, Semarang.
6. TATA SURDJA dan SHINROKU SAITO, 1984,
Pengetahuan bahan teknik, Pradnya Paramita,
Jakarta.
7. MALCOLM PLANT dan JAN STUART, 1985,
Pengantar
Ilmu Teknik Instrumentasi,
Gramedia,Jakarta.
8. NOEL M MORRIS, 1987, Dasar-dasar Listrik
dan Elektronika, Gramedia, Jakarta.

TANYAJAWAB

HasH Pengujian

Setelah dihasilkan 1 unit alat ukur curah


hujan, selanjutnya dilakukan pengujian. Dari
hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat
dibahas bahwa pada saat tangki kolektor diisi
dengan air (berbeban), pelampung akan naik
sedikit demi sedikit sebanding dengan volume
air, selanjutnya diukur tegangan keluaran.
Setelah melakukan pengujian sebanyak 21 kali
maka didapatkan hasil seperti pada Tabel 1,
bahwa tegangan yang keluar sebanding dengan

Siswanti dkk

Elektronika

Pertanyaan

1. Alat ini untuk pengukuran harian, bulanan


atau tahunan ?
2. Kepresisian alat berapa ?
3. Apabila terjadi hujan lebat dan terjadi
overloadberapa mililiter air yang terbuang?
(Sri Mulyono)
4. Penelitian ini benar-benar dilakukan atau
simulasi ?
5. Jika dibandingkan dengan alat lain
bagaimana spesifikasinya ? (Giyatrni)

197

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN

SEMINAR NASIONAL II
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 21-22 DESEMBER 2006
ISSN 1978-0176

6. Apa yang dimaksud dengan curah hujan


Im3mVtahun ? (Dwi Priyantoro)
Jawaban

I. Bulanan
2. Belum diketahui
3. Alat ini belum dilengkapi perhitungan over
load air, jadi belum terhitung.
4. Simulasi
5. Belum dibandingkan dengan alat yang lain.
6. Secara kumulatif dijumlahkan dari awal,
dimana setiap 100 ml setara dengan 10 ml
curah hujan.
Saran

Perlu diketahui kepresisian alat tersebut,


untuk memperoleh keakuratan data pemantauan
lingkungan.

Daftar Isi
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN

198

Siswanti dkk

Anda mungkin juga menyukai