Anda di halaman 1dari 31

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


Berdasarkan Jurnal Penerapan Prinsip Prinsip Good Corporate
Governance (GCG) pada Dunia Perbankan, oleh Isniar Budiarti (Majalah
Ilmiah UNIKOM, Vol.8, No.2, 2011 : 263 - 269 )
Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai akhir tahun 1997 bukan semata
mata diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga diakibatkan oleh belum
dilaksanakannya Good Corporate Governance dan etika yang melandasinya.
Oleh karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan
Indonesia melalui restrukturisasi dan rekapitalisasi hanya dapat mempunyai
dampak jangka panjang dan mendasar apabila disertai tiga tindakan penting lain
yaitu : (1) ketaatan terhadap prinsip kehati hatian; (2) Pelaksanaan Good
Corporate Governance (GCG); (3) Pengawasan yang efektif dari Otoritas
Pengawasan Bank. Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat
diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia Internasional
sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang dengan baik dan
sehat.
Perbedaan antara jurnal ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
adalah dalam jurnal ini, penulis hanya membahas mengenai penerapan GCG
secara umum di Indonesia, sedangkan dalam penelitian, penulis membahas

10

mengenai kegiatan sosialisasi agar prinsip prinsip GCG dapat diterapkan oleh
masyarakat.
Berdasarkan jurnal Peran Mitra Strategis dan Agen Perubahan Dalam
Manajemen Talenta dan Kinerja Manajer, oleh Ida Ketut Kusumawijaya
(Jurnal Siasat Bisnis, Vol.15, No.1, Januari 2011: 125 143)
Peran agen perubahan adalah merancang dan mengelola kapasitas perubahan
dan perubahan budaya. Ada lima hal menantang organisasi dalam perubahan
yaitu globalisasi, profitabilitas, teknologi, model intelektual, dan berubah,
berubah dan terus berubah. Organisasi dituntut untuk membangun kapabilitas
dengan mengelola core assets dan core activities dalam menghadapi kelima hal
tersebut.
Jurnal Peran Mitra Strategis dan Agen Perubahan Dalam Manajemen
Talenta dan Kinerja Manajer lebih membahas mengenai tugas agen perubahan
dalam talenta dan kinerja manajer, sedangkan dalam penelitian ini, penulis lebih
membahas peran agen perubahan dalam penerapan GCG.

Berdasarkan Jurnal Evaluating Training and Development, oleh Iftikhar


Ahmad and Siraj ud Din (Gomal Journal of Medical Sciences Vol.7, No.2, July
December 2009: 165 166)
Pelatihan atau training diadakan oleh organisasi atau perusahaan untuk
mengurangi kesenjangan keterampilan pada karyawan. Dalam training juga
dibutuhkan evaluasi untuk mengukur keberhasilan training tersebut. Evaluasi
training harus sesuai dengan situasi dan peserta training. Feedback dalam
training sangat dibutuhkan untuk mengetahui keberhasilan penyampaian
materinya. Evaluasi akan efektif apabila pelatihan atau training yang diadakan

11

dirancang dengan baik. Kesuksesan evaluasi tergantung pada perencanaan


sarana evaluasi yang dibangun ke dalam rancangan program pelatihan sebelum
dilaksanakan.
Jurnal Evaluating Training and Development hanya membahas mengenai
evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan training dilakukan, sedangkan
penelitian ini membahas tujuan Training lebih lanjut, yaitu membangun kinerja
pekerja dan mensosialisasikan penerapan GCG pada pekerja Pertamina.

Berdasarkan jurnal Role modelBehavior and Youth Violence: A Study of


Positive and Negative Effects, oleh Noelle M. Hurd, Marc A. Zimmerman and
Thomas M. Reischl (Journal of Early Adolescence No.31, 2011: 323)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku teladan mungkin memiliki
potensi untuk secara positif dan negative mempengaruhi hasil antara ini
subkelompok remaja. Dengan demikian, bergerak di luar apakah atau tidak
remaja memiliki model peran dan pindah ke studi Model kualitas peran dan
karakteristik tampaknya menjadi jalur yang paling berbuah penelitian untuk
terus mengejar.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Afrika remaja awal Amerika
yang berada di masyarakat berpenghasilan rendah dapat dipengaruhi kuat oleh
perilaku orang dewasa nonparental dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Sebagai Greenberger dan rekan (1998) menemukan, remaja lebih cenderung
melakukan apa yang mereka lihat orang dewasa melakukan daripada apa yang
orang dewasa katakan mereka lakukan. Temuan ini menyiratkan bahwa
nonparental dewasa dalam kehidupan anak muda memiliki tanggung jawab
untuk menunjukkan jenis perilaku mereka ingin pemuda untuk meniru. Selain

12

mempromosikan lebih perilaku orang dewasa yang bertanggung jawab, hasil


penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi yang membantu Afrika Amerika
dari remaja awal berpenghasilan rendah lingkungan terhubung dengan orang
dewasa dalam keluarga dan masyarakat yang memodelkan perilaku prososial
dan menginspirasi kaum muda untuk menggunakan metode non-kekerasan
untuk memajukan diri dan komunitas mereka mungkin bermanfaat. Solusi
Pemberdayaan bagi Masyarakat Damai (YES) proyek, misalnya, menciptakan
peluang untuk orang dewasa lingkungan dan pemuda untuk bekerja sama pada
proyek-proyek perbaikan masyarakat dalam ekonomi kurang beruntung,
didominasi Afrika Amerika masyarakat (Franzen, Morrel-Samuels, Reischl, &
Zimmerman, 2009). Dengan demikian, pemuda yang terkena pemodelan dewasa
perilaku prososial.
Selain upaya ini, kita juga harus mempertimbangkan bagaimana konteks
tertentu mungkin mempromosikan perilaku antisosial dan kekerasan. Beberapa
lingkungan (misalnya, ekonomi masyarakat yang kurang beruntung di mana
polisi tidak dapat diandalkan untuk mempertahankan keselamatan warga ') telah
menjadi pengaturan di mana terdapat sejumlah penghargaan terkait dengan
perilaku antisosial (Anderson, 1999). Jika remaja dalam lingkungan belajar dari
model peran dewasa mereka bahwa perilaku kriminal membayar, remaja ini
mungkin lebih cenderung untuk mendukung sikap pro-kekerasan dan terlibat
dalam perilaku kekerasan.
Kenakalan yang dilakukan oleh remaja lebih ditekankan dalam jurnal ini.
Role modeldi lingkungan sekitar remaja akan mempengaruhi perilaku remaja
tersebut, namun dalam penelitian ini, peserta Training GCG Champion
merupakan role modelpenerapan GCG dalam lingkungan kerja di Pertamina

13

Berdasarkan jurnal Innovative Approaches to Event Management Education


in Career Development : A Study of Student Experiences, oleh Richard
Robinson, Paul Barron, David Solnet (Journal of Hospitality, Leisure, Sport,
and Tourism Education Vol.7 No.1, 2008: 4 17)
Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan program yang terkait
dengan manajemen karir dicapai, dan untuk mengukur manajemen acara
kepuasan mahasiswa dengan ESP.
Walaupun ada sejumlah keterbatasan yang diakui dengan komponen empiris
makalah ini, kami menunjukkan bahwa ada beberapa kesimpulan yang berguna
dan menarik dapat ditarik. Ini mungkin dianggap oleh departemen universitas
merenungkan mengembangkan siswa kursus serupa pengembangan profesional
dan / atau pengalaman penempatan kurikulum mereka. Sebagai contoh, dapat
disimpulkan bahwa responden umumnya puas dengan unsur manajemen karir
dari program baru, dengan mayoritas responden menunjukkan setidaknya
kepuasan moderat. Namun, penelitian telah menyoroti daerah yang bisa
diperbaiki. Secara khusus, konsep pilihan jalur karir harus diperiksa, tidak
hanya dalam batas-batas dari program ini, tetapi juga di seluruh tiga tahun
program studi. Bahwa siswa menyatakan unsur ketidakpuasan ketika diberitahu
tentang pilihan karir selama pengembangan profesional mungkin menyarankan
mereka telah dalam kepemilikan harapan yang tidak realistis peluang karir
seluruh program gelar mereka dan, memang, sebelum memulai universitas.
Alasan lain ketidakpuasan bisa menjadi sifat menantang kelas, terutama
dalam kaitannya dengan universitas kelas yang lebih konvensional di mana
buku, artikel jurnal dan kuliah sering membuat sebagian besar mode belajar dan
di mana tugas, kertas dan bahan pemeriksaan sering ditarik dari sumber yang

14

lebih konvensional. Di kelas pengembangan profesional, mahasiswa diwajibkan


untuk berpikir di luar cara-cara ini lebih konvensional dan merenungkan dan
merencanakan masa depan mereka sendiri, tugas yang sering menakutkan yang
mungkin telah menyebabkan beberapa ketidakpuasan. Hal ini sangat mungkin
bahwa ketidakpuasan ini akan berumur pendek, sebagai mahasiswa dapat
menjadi lebih menghargai setelah mereka lulus dan memiliki waktu untuk
merenungkan pengalaman. Penelitian di masa depan bisa bermakna melacak
kemajuan

karir

mahasiswa

longitudinal

untuk

lebih

mengembangkan

pemahaman tentang isu-isu ini.


Lain dengan penelitian mengenai Analisis Event Training Good Corporate
Governance (GCG) Champion sebagai Sosialisasi Penerapan GCG di PT
Pertamina (Persero) yang membahas mengenai proses yang terjadi dalam event
Training GCG Champion dan tindak lanjut yang akan dilakukan setelah
training ini berakhir.

1.2. Teori Umum

2.2.1. Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa inggris communication yang
memiliki arti pembicaraan, pertukaran pikiran, hubungan, pemberitahuan,
dan percakapan (Hardjana, 2003: 10).
Para ahli memiliki pendapat tersendiri mengenai komunikasi.
Menurut Griffin & Moorhead (2010: 278) komunikasi merupakan proses
sosial mengenai pertukaran informasi antara dua pihak atau lebih dan
berbagi makna.

15

Berbeda lagi dengan Shannon and Weaver yang dikutip oleh


Wiryanto (2004: 7) mengatakan bahwa :
Komunikasi sebagai bentuk interaksi manusia yang
saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak
disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi
verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni
dan teknologi.

dari berbagai

pengertian

tersebut,

dapat disimpulkan

bahwa

komunikasi merupakan pertukaran informasi dan berbagi makna untuk


saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam Training Good Corporate
Governance ini, komunikasi sangat berpengaruh dalam keberhasilan
penyampaian materi maupun koordinasi kegiatan.

A. Tujuan Komunikasi
Menurut West and Turner (2007: 24) Setiap individu memiliki tujuan
dalam berkomunikasi. Tujuan komunikasi terbagi menjadi 3, yaitu
untuk :
a. Menyebarkan Informasi
b. Mempengaruhi untuk merubah perilaku komunikan
c. Mengingatkan audiens untuk melakukan perilaku yang diinginkan
secara berulang ulang
Tujuan komunikasi dalam event ini adalah menyebarkan informasi
mengenai informasi Good Corporate Governance kepada peserta
Training yang merupakan karyawan Pertamina agar mereka dapat
memahami mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance di
Pertamina. Kegiatan ini juga bertujuan untuk merubah perilaku peserta
Training agar menerapkan prinsip prinsip Good Corporate Governance

16

dalam kehidupan kerja dan sehari hari. Selain kedua tujuan komunikasi
yang telah disebutkan tadi, event ini juga bertujuan untuk mengingatkan
peserta Training agar penerapan prinsip prinsip Good Corporate
Governance secara terus menerus setelah Training Good Corporate
Governance berakhir.
Komunikasi bisa terjadi pada individu dengan individu, individu
dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Menurut
Morissan (2013: 15) hal tersebut termasuk kedalam jenis komunikasi
yang terbagi menjadi beberapa jenis , yaitu :
a. Komunikasi Intrapersonal
b. Komunikasi Interpersonal
c. Komunikasi Kelompok
d. Komunikasi Organisasi
Dalam kesempatan ini, penulis akan lebih mendalami mengenai teori
komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi.

2.2.1.1. Komunikasi kelompok


Komunikasi

kelompok

terjadi

karena

adanya

sekumpulan individu yang membentuk suatu kelompok dan


terjadi interaksi diantara anggota kelompok yang satu dengan
yang

lain.

Komunikasi

kelompok

merupakan

proses

komunikasi yang terjadi diantara tiga orang atau lebih yang


berlangsung secara tatap muka (Wiryanto, 2004: 44).
Menurut Littlejohn dan Foss, seperti dikutip Morissan (2013:
331) kelompok adalah pembentuk struktur waktu seseorang.

17

Kesimpulan dari pengertian komunikasi kelompok


adalah sekumpulan individu yang membentuk kelompok dan
dapat mempengaruhi anggota kelompok lain. Event Training
GCG Champion ini menggunakan komunikasi kelompok
karena dalam training ini dituntut adanya interaksi peserta
dalam suatu kelompok.
Komunikasi

kelompok

memiliki

beberapa

fungsi,

diantaranya:
1.Fungsi hubungan sosial, pada fungsi ini melihat suatu
kelompok dapat menjaga dan mempererat hubungan
sosial diantara sesama anggota. Dalam Training
GCG Champion, antar peserta harus bisa bekerja
sama

sehingga

mempererat

dituntut

hubungan

untuk

sosial

menjaga

diantara

dan

sesama

anggota.
2.Fungsi pendidikan, untuk melihat sebuah kelompok
secara formal maupun informal bekerja untuk
mencapai dan saling bertukar pengetahuan. Fungsi
pendidikan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu jumlah
informasi

yang

disampaikan,

jumlah

anggota

kelompok, dan frekuensi interaksi antar kelompok.


Training

GCG

Champion

ini,

komunikator

menyampaikan edukasi mengenai penerapan prinsip


prinsip GCG kepada para peserta.

18

3.Fungsi persuasi. Dalam fungsi ini, individu dalam


kelompok berusaha untuk mempengaruhi anggota
lain agar melakukan dan tidak melakukan sesuatu.
Training GCG Champion mengajak para peserta
Training

untuk

menjadi

role

modeldan

mempengaruhi karyawan Pertamina lain untuk


menerapkan prinsip prinsip GCG ke dalam
kehidupan kerja.
4.Fungsi kelompok juga bisa sebagai pemecah masalah
atau pengambil keputusan.
5.Terapi juga merupakan fungsi kelompok untuk
membantu anggotanya mencapai perubahan personal
(Morissan, 2013: 333 334).
Menurut Bales, seperti dikutip Morissan (2013: 339)
persepsi terhadap posisi individu dalam kelompok merupakan
fungsi dari tiga dimensi yang terdiri atas :
(1) Dominan

Versus

Penurut

(2) Bersahabat

Versus

Tidak Bersahabat

(3) Instrumental

Versus

Emosional

Ketiga dimensi tersebut merupakan variable maka ketiga


dimensi tersebut dapat memberikan nilai pada setiap anggota.
Hal itu membuat tipe atau jenis anggota tidak bersifat
absolute

tetapi

campuran.

Dalam

teori

Sibernetika

mengatakan bahwa kelompok mendapatkan masukan (input)

19

dari luar, kemudian mengolah masukan ini sedemikian rupa


dan

menciptakan

keluaran

(output)

atau

efek

yang

mempengaruhi, tidak saja pada kelompok itu sendiri tetapi


juga kepada sistem yang lebih besar ( Morissan, 2013: 340).
Dalam kelompok terjadi keadaan yang dinamakan liminality.
Liminality yaitu keadaan yang menciptakan perasaan ada
tetapi dalam keadaan tergantung.
Dalam teorinya, komunikasi kelompok dibagi menjadi
dua bentuk, yaitu :
1.Komunikasi kelompok kecil
Sekumpulan orang yang menjadi komunikan yang
berjumlah sedikit
2.Komunikasi kelompok besar
Komunikasi yang terjadi pada sekelompok orang
dalam jumlah yang besar.

2.2.1.2.

Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi merupakan komunikasi yang


terjadi dalam organisasi, baik komunikasi secara linier
ataupun bertingkat.
Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007: 159) membagi
komunikasi organisasi menjadi dua ruang lingkup, yaitu :
1. Komunikasi intern
Komunikasi intern merupakan komunikasi yang terjadi
didalam ruang lingkup satu organisasi.

20

2. Komunikasi ekstern
Komunikasi

ekstern

merupakan

komunikasi

yang

berlangsung antara suatu organisasi dengan pihak luar.


Komunikasi Organisasi terjadi setelah event Training
GCG Champion ini berakhir. Karyawan Pertamina yang
menjadi peserta Training bertugas untuk mengomunikasikan
apa yang telah mereka dapat selama training dan menjadi
role modelbagi karyawan lain dalam penerapan prinsip
prinsip Good Corporate Governance.
Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi bertingkat
karena rata rata peserta Training memiliki jabatan yang
cukup tinggi dalam fungsinya. Ruang lingkup komunikasi ini
adalah intern karena peserta training mengomunikasikan
penerapan prinsip prinsip Good Corporate Governance
kepada karyawan dalam ruang lingkup Pertamina.

2.2.2. Good Corporate Governance


Berikut adalah beberapa pengertian mengenai Good Corporate
Governance menurut para ahli :
1) Komite Cadbury mendefinisikan bahwa Good Corporate Governance
adalah :
Sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan dengan tujuan, agar dapat mencapai
keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang
diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin
kelangsungan eksistensi dan pertanggungjawaban
kepada para stakeholder (seperti dikutip Surya dan
Yustiavandana, 2008: 24 25).

21

2) Pada Peraturan Menteri No. PER-01/MBU/2011 menyatakan bahwa :


Good Corporate Governance adalah prinsip prinsip
yang mendasari suatu proses dan mekanisme
pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan
perundang undangan dan etika berusaha. (Annual
Report Pertamina, 2011: 180)
Bila disimpulkan ketiga pengertian tersebut tersebut, maka Good
Corporate Governance merupakan prinsip - prinsip yang terhubung
dengan pihak pihak berwenang perusahaan untuk mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan dan didasari oleh suatu proses dan mekanisme
pengelolaan perusahaan yang mengacu pada undang undang dan etika
berusaha.

Good

Corporate

Governance

merupakan

materi

yang

disampaikan dan dibahas selama Training berlangsung.

A. 5 Prinsip dalam Good Corporate Governance


Dalam penerapannya yang mengacu pada Peraturan menteri No.
PER-01/MBU/2011 (Annual Report Pertamina, 2011: 182 183), terdapat
lima prinsip dalam Good Corporate Governance, yaitu :

a. Transparancy
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan kererbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan
relevan mengenai perusahaan.
b. Accountability
Kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Organ
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

22

c. Responsibility
Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang undangan dan prinsip prinsip korporasi yang sehat.
d. Independency
Keadaan ketika perusahaan dikelola secara professional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun
yang sesuai dengan peraturan perundang undangan dan prinsip
prinsip korporasi yang sehat.
e. Fairness
Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak hak pemangku
kepentingan (stakeholder) yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang undangan.

Menurut Kaihatu ( Jurnal Ekonomi Manajemen, Vol. 8, No. 1, Maret


2006: 1 9) penerapan GCG terbagi menjadi tiga tahap, diantaranya :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan ini, terbagi lagi menjadi tiga tahapan,
yaitu :

a. Awareness Building
Awareness building merupakan langkah pertama dalam
membangun kesadaran mengenai pentingnya GCG dan
komitmen bersama dalam penerapannya.

b. GCG Assessment

23

GCG assessment adalah upaya untuk memetakan kondisi


perusahaan dalam penetapan GCG saat ini. Langkah ini
untuk memastikan titik awal penerapan GCG dan
mengidentifikasikan aspek aspek yang perlu mendapatkan
perhatian terlebih dahulu dan langkah langkah yang akan
diambil untuk mewujudkan aspek aspek tersebut.
c. GCG Manual Building
GCG Manual Building adalah langkah selanjutnya yang
akan dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat
kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas
penerapannya,

penyusunan

manual

atau

pedoman

implementasi GCG dapat disusun.

2. Tahap Implementasi
Dalam tahap implementasi, terdapat tiga langkah utama untuk
mengimplementasikan GCG, yaitu:
a. Sosialisasi, yaitu pengenalan kepada seluruh perusahaan
berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG
khususnya mengenai pedoman penerapan GCG.
b. Implementasi, merupakan kegiatan yang dilakukan sejalan
dengan pedoman GCG, berdasarkan roadmap yang telah
disusun. Implementasi ini harus bersigat top down
approach yang melibatkan dewan komisaris dan jajaran
direksi perusahaan. Selain itu, implementasi juga mencakup

24

upaya manajemen perubahan untuk mengawal proses


perubahan yang dilakukan karena implementasi GCG.
c. Internalisasi, adalah upaya memperkenalkan GCG dalam
seluruh proses bisnis perusahaan kerja, dan berbagai
peraturan perusahaan.

3. Tahap Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir. Tahap evaluasi ini
dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur
sejauh mana efektifitas penerapan GCG telah dilakukan.

Dalam rancangan tugas Compliance ketiga tahapan ini dikerjakan


agar penerapan GCG dapat berhasil di Pertamina. kegiatan Training
GCG Champion merupakan salah satu tahapan implementasi yang
dilakukan oleh Compliance agar sosialisasi dan internalisasi penerapan
GCG di Pertamina dapat berjalan dengan baik.

2.2.3. Public relations


Baskin, seperti dikutip Oliver (2006: 11) mendefinisikan Public
relations sebagai suatu fungsi manajemen yang membantu mencapai
tujuan organisasi dan mengembangkan hubungan positif antara public
internal maupun eksternal serta menciptakan konsekuensi antara tujuan
organisasional dengan harapan masyarakat.

25

Berbeda dengan Baskin, Institute of Public relations, United


Kingdom (seperti dikutip Rumanti, 2005 : 9) menyatakan Public
relations adalah upaya untuk membangun dan menjaga adanya
pengertian antar organisasi dengan publiknya.

Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Public


relations adalah Fungsi manajemen yang mengupayakan pembangunan
dan menjaga pengertian antarorganisasi dan publiknya.

A. Fungsi Public relations


Menurut Sharpo (seperti dikutip Wasesa, 2006: 66 67)
Public relations memiliki fungsi sebagai berikut :
1. PR merupakan jembatan antara organisasi dengan publik
internal maupun eksternal.
2. PR

berfungsi

mengembangkan,

memelihara,

serta

mempertahankan komunikasi timbal balik dalam menangani,


mengatasi masalah yang ada atau meminimalkan munculnya
masalah.
3. Bersama sama mencari dan menemukan kepentingan
mendasar organisasi, kemudian menginformasikannya kepada
semua

pihak

terkait

dalam

menciptakan

pengertian

berdasarkan kenyataan, pengetahuan yang jelas kebenaran,


lengkap dan diinformasikan secara jelas, objektif dan jujur.
Dalam kesempatan ini, penulis akan lebih lanjut membahas
mengenai fungsi PR sebagai jembatan antara organisasi dengan
publik

internal.

Tingginya

tingkat persaingan

perusahaan,

26

menuntut karyawan mereka untuk menjadi tenaga kerja yang andal


dan membina loyalitas karyawan melalui peran PR ( Wasesa, 2006:
68).
Kegiatan internal bertujuan untuk menciptakan iklim dan
suasana kerja yang dapat memuaskan kedua pihak, yaitu karyawan
dan perusahaan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab di antara
kedua pihak terhadap hak dan kewajiban mereka terhadap
perusahaan (Wasistiono dan Hasan, 2005: 35).

B. Tugas Public relations


Dalam kegiatan internal, Public relations memiliki beberapa
tugas, diantaranya :
1. Membina hubungan dengan media komunikasi
2. Mengelola dan mengadministrasi Sumber Daya Manusia,
budget dan jadwal program yang sudah dilaksanakan
3. Melakukan kegiatan pemecahan masalah : mendefinisikan
masalah, membuat rencana dan program, berkomunikasi
dan bertindak, serta mengevaluasi program.
4.

Konseling dengan member saran kepada manajemen


dibidang sosial, politik dan peraturan lingkungan.

5. Mewakili perusahaan dalam mengurus event


6. Sebagai juru bicara.
7. Mengoordinasi pelatihan yang akan diselenggarakan
internal dan membantu karyawan dalam perubahan kultur,

27

kebijakan,

struktur

serta

proses

dalam

perusahaan.(Rumanti, 2005: 25 26)


Terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis,
penulis akan memperdalam mengenai tugas Public relations yang
mengoordinasi pelatihan.
Pelatihan atau biasa disebut dengan Training merupakan salah
satu

kegiatan

yang

dilakukan

oleh

perusahaan

untuk

meningkatkan kinerja karyawan.

2.3. Teori Khusus

2.3.1. Event Management


Event management berasal dari dua kata yaitu event dan management.
Kedua kata tersebut memiliki definisi masing masing.
Dalam arti sempit, Event merupakan pameran, pertunjukan atau pun
festival, dengan syarat ada peserta, pengunjung dan penyelenggara.
Sedangkan pengertian secara luas, event merupakan kurun waktu kegiatan
yang dilakukan oleh organisasi dengan mendatangkan orang orang ke
suatu tempat sehingga mereka dapat memperoleh informasi dan/atau
pengalaman penting serta berbagai tujuan lain yang diharapkan oleh
penyelenggara ( Kennedy, 2009: 3).
Sedangkan management adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian kegiatan kelompok dan proses
penggunaan sumber daya kelompok lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Alam, 2006: 127).

28

Event management dapat disimpulkan sebagai kegiatan mengumpulkan


dan mempertemukan sekelompok dan kegiatan tersebut memiliki tujuan,
serta melakukan penelitian, desain event, perencanaan, dan koordinasi
serta pengawasan dalam realisasi event tersebut,
Dari kedua pengertian event dan management, dapat disimpulkan
bahwa event management merupakan proses perencanaan kegiatan yang
melibatkan penyelenggara, peserta dan pengunjung untuk mecapai tujuan
yang telah ditetapkan.

A. Proses Event Management

Dalam melakukan kegiatan event management, diperlukan proses


yang terdiri dari :

Gambar 2.2 Proses Event Management


Sumber: Special Event (Wahyuni Pudjiastuti, 2010: xxxv)

1. Research
Merupakan penelitian untuk mengurangi resiko kegagalan dalam
pelaksanaan event. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk
menentukan keinginan, kebutuhan, serta ekspektasi khalayak
sasaran, sehingga diharapkan mereka tertarik pada event yang akan
diadakan.

29

2. Design
Event tidak luput dari kreativitas dan pelaksanaan, hal tersebut
berkaitan dengan design event. Dalam membuat design event,
dibutuhkan

kemampuan

dalm

menciptakan

suara,

cahaya,

permainan suara, gerakan, mendesain area, dan sebagainya.


Kegiatan tersebut diperlukan secara komprehensif dan penuh
pertimbangan dalam menciptakan kesan bagi pengunjung dan tamu
undangan.

3. Planning
Planning event dilakukan bersamaan dengan membuat design dan
setelah research. Planning dan designing memerlukan waktu yang
cukup panjang dibandingkan tahapan kegiatan lain. Banyaknya
pertimbangan yang dilakukan, membuat pada tahap perencanaan
ini

seringkali

mengalami

perubahan,

pengurangan,

atau

penambahan sesuai kondisi atau sumber daya yang ada. Faktor


pertimbangan tersebut berada di mana saja, baik faktor internal
maupun faktor eksternal.

4. Coordinating
Coordinating

merupakan

tahap

yang

penting

pula

dalam

melakukan event. Melakukan koordinasi dibutuhkan berbagai


keahlian agar acara tersebut sukses dan berjalan dengan lancar.

30

Manajer dalam event pun harus mampu mengkoordinasikan pihak


yang terlibat sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan satu
tujuan yang sama, yaitu menciptakan acara yang sukses.

5. Evaluation
Tahap

ini

menjadi tahapan

terakhir

dalam

proses

event

management. Dalam setiap kegiatan dibutuhkan evaluasi untuk


mengukur keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan. Evaluasi
yang dilakukan secara benar, akan menghasilkan data, informasi,
serta fakta yang berharga, guna untuk mendukung kegiatan yang
akan datang sehingga dapat membuat event yang lebih baik lagi.

B. Tujuan Event
Tujuan event menurut Tom Duncan (seperti dikutip Pudjiastuti,
2010: xxv) adalah :
a. Mempengaruhi khalayak sasaran.
b. Mengasosiasikan sebuah merek dengan suatu kegiatan, gaya
hidup dan/atau individu tertentu.
c. Menjangkau target sasaran yang lebih luas.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap produk, merek
atau perusahaan yang mengadakan event.
e. Mempublikasikan sebuah produk, merek, atau perusahaan yang
nantinya akan meningkatkan pengetahuan khalayak.

31

Menurut Natonardjo (2011: 133 134), ada beberapa tujuan


event, diantaranya adalah :
a. Mendukung kegiatan pemasaran dan periklanan produk melalui
demonstrasi, pembagian sampel, peluncuran produk pameran
dan lain lain.
b. Menciptakan publisitas dan citra positif perusahaan, jasa
perusahaan dan produk.
c. Menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan tokoh
masyarakat, politisi, dan pejabat pemerintah melalui personal
contact dan menembus gate-keepers untuk menepis isu negative
dengan lobbying, diskusi, acara seminar, dan lain lain.

Training GCG Champion ini bertujuan untuk mempengaruhi khalayak


yaitu peserta training untuk membantu Compliance mensosialisasikan
penerapan GCG di Pertamina, menjangkau target sasaran yang luas yaitu
seluruh pekerja Pertamina melalui peserta Training yang merupakan
pekerja Pertamina yang dipilih Compliance dalam mengikuti Training,
meningkatkan kesadaran para pekerja mengenai penerapan GCG, dan
mempublikasikan GCG kepada para pekerja Pertamina.

C. Jenis Event
Event menurut Pudjiastuti (2010: 78 79) terbagi menjadi beberapa
jenis, diantaranya:
1. Talkshow/seminar

32

Seminar merupakan pertemuan untuk membahas suatu masalah


yang dipimpin oleh ketua siding

2. Lomba
Lomba merupakan kegiatan untuk adu kemampuan baik itu
individu atau kelompok.
3. Pesta
Pesta dapat diartikan sebagai kegiatan merayakan sesuatu hal.
4. Pameran
Pameran merupakan kegiatan yang menyajikan karya seni untuk
dikomunikasikan kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat
mengapresiasikan karya seni tersebut.
5. Promosi Produk
Kegiatan untuk menawarkan produk yang bertujuan untuk
menarik calon konsumen agar membeli produk tersebut.
6. Training
Training merupakan kegiatan untuk pembelajaran karyawan
sehingga dapat mereka dapat meningkatkan kemampuan dan
keahlian dalam pekerjaan.
7. Konser
Konser dapat diartikan sebagai suatu pertunjukan yang dapat
dilihat secara langsung.
8. Diskusi ilmiah/ protokoler

33

Diskusi merupakan komunikasi dua arah yang melibatkan


terjadinya pertukaran pikiran atau pendapat tentang suatu masalah
dalam suatu hal.

Pada kesempatan kali ini, penulis akan memperdalam mengenai event


Training karena terkait dengan bahan yang akan diteliti.

Training Event
Menurut Noe (2005) Training merupakan pelaksanaan kegiatan
pengembangan SDM yang merunjuk kepada pencapaian hasil yang
direncanakan oleh organisasi untuk memfasilitasi proses pembelajaran
karyawan yang berbasis pada kemampuan dan keahlian dalam
pekerjaan (Fuad & Ahmad, 2009: 74)
Berbeda dengan pendapat Noe, Fuad dan Ahmad (2009: 74)
mendefinisikan training sebagai pengalaman, disiplin, atau panduan
yang dapat menyebabkan seorang karyawan mampu memperoleh
sesuatu yang baru.
Pengertian lain dicetuskan oleh Friedman dan Yarbrough (seperti
dikutip Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, 2007: 466)
bahwa Training adalah proses yang dilakukan oleh organisasi untuk
memenuhi kebutuhan atau tujuan organisasi. dengan melakukan
training, maka dapat diatasi situasi kesenjangan saat itu dengan situasi
yang diinginkan dalam masa yang akan datang.

34

Training dapat disimpulkan sebagai kegiatan untuk pembelajaran


karyawan sehingga dapat mereka dapat meningkatkan kemampuan
dan keahlian dalam pekerjaan.
Tujuan dari Training bagi para karyawan adalah sebagai
peningkatan dalam pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
dapat mendukung pelaksanaan tugas atau pekerjaan mereka sehari
hari (Fuad & Ahmad, 2009: 74).
Sedangkan Menurut Ahmad & Din (Journal of Medical Science No.
2, Juli Desember 2009: 165) tujuan dari training adalah untuk
meningkatkan kinerja karyawan melalui proses pembelajaran dengan
memperoleh pengetahuan, peningkatan keterampilan, konsep, aturan,
atau mengubah sikap dan perilaku dalam pengaturan organisasi.
Lain hal yang dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright
(2003: 45) mengenai tujuan training, yaitu :
1.

Meningkatkan

pengetahuan

karyawan

atas

budaya dan para pesaing luar.


2.

Membantu para karyawan yang mempunyai


keahlian untuk bekerja dengan teknologi baru.

3.

Membantu karyawan dalam memahami cara


bekerja efektif dalam tim untuk menghasilkan produk dan jasa
yang berkualitas.

4.

Memastikan budaya perusahaan tertuju pada


inovasi, kreativitas, dan pembelajaran

5.

Mempersiapkan karyawan untuk menerima dan


bekerja secara efektif.

35

Terkait dengan penelitian mengenai Training Good Corporate


Governance

Champion,

kegiatan

tersebut

bertujuan

untuk

membangun budaya perusahaan yang tertuju pada inovasi, kreativitas,


dan pembelajaran. Training ini juga merupakan perpanjangan tangan
dari fungsi Compliance untuk mensosialisasikan penerapan prinsip
prinsip Good Corporate Governance di Pertamina.
Menurut Fuad dan Ahmad (2009: 77) dalam kegiatan training,
terdapat dua metode yaitu on-the-job training dan off-the-job training.
On-the-job training merupakan pelatihan dengan cara para pekerja
atau calon pekerja dikondisikan pada pekerjaan yang nyata dibawah
bimbingan dan supervisi dari pegawai yang berpengalaman. Dalam
sistem ini, instruktur pertama kali akan memberikan pelatihan kepada
supervisor, yang kemudian hasil pelatihan tersebut akan diteruskan
oleh supervisor kepada para pekerjanya.
Metode on-the-job training diawali dengan penjelasan mengenai
keinginan/harapan terhadap sasaran yang ingin dicapai. Dalam
mencapai tujuan dan keinginan tersebut, supervisor atau karyawan
yang ditunjuk akan mengajari, memberikan pengarahan, dan contoh
mengenai cara cara melakukan pekerjaan kepada karyawan. Orang
yang menjadi peserta training ini biasanya orang yang sangat terampil
melakukan pekerjaan dan memiliki kemampuan dalam membimbing
orang lain.

36

2.3.2. Internalisasi
Pengertian secara harafiah, Internalisasi merupakan penghayatan
atau proses terhadap ajaran, doktrin, atau nilai sehingga menyadari
keyakinan akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam
sikap dan perilaku.
Internalisasi merupakan tahap pembatinan kembali hasil hasil
objektivasi dengan mengubah struktur lingkungan lahiriah itu menjadi
struktur lingkungan batiniah, yaitu kesadaran subjektif (Berger, seperti
dikutip F. Budi Hardiman, 2003: 101).
Sedangkan menurut buku Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi
(Hidayati, 2006: 45) internalisasi merupakan proses penghayatan
mengenai kebiasaan dalam kehidupan bersama sehingga menjadi milik
diri setiap anggota masyarakat.
Penulis menyimpulkan dari beberapa definisi para ahli bahwa
internalisasi adalah proses menghayati hal hal yang disampaikan
sehingga membangun kesadaran penerima dan hal hal yang
disampaikan tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
Internalisasi merupakan salah satu tujuan dari Training GCG Champion
ini agar para peserta training dapat menghayati prinsip prinsip GCG
serta menerapkan prinsip prinsip tersebut ke dalam dunia kerja.

A. Tahapan Internalisasi
Menurut Hidayati (2006, 46 - 47), Internalisasi terbagi menjadi
tiga tahap, diantaranya :

37

1. Tahap Transformasi Nilai


Tahap ini merupakan proses untuk menginformasikan nilai
nilai yang baik dan kurang baik. Dalam tahap ini, hanya terjadi
komunikasi verbal antara informan dan penerima informasi.

2. Tahap Transaksi Nilai


Sedangkan tahap transaksi nilai merupakan tahap pendidikan
nilai dengan melakukan komunikasi dua arah, atau terjadi
interaksi antara komunikator dengan komunikan yang bersifat
interaksi timbal balik.
3. Tahap Transinternalisasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir. Tahap transinternalisasi
ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi nilai. Dalam tahap
ini, yang dilakukan tidak hanya komunikasi verbal, namun
juga sikap mental dan kepribadian.

Tahapan internalisasi dilakukan Compliance melalui Training


GCG Champion agar proses internalisasi berhasil dan para peserta
dapat menanamkan prinsip prinsip GCG dalam kehidupan kerja.

38

2.4.

Kerangka Teori

Komunikasi

Komunikasi kelompok

Komunikasi organisasi

Good Corporate Governance

Public relations

Tujuan

Ruang lingkup

Fungsi

Event Management

Proses Event

Jenis Event

Event Training

Internalisasi

Tujuan Event

39

2.5. Kerangka Pemikiran

PT Pertamina (Persero)

Pubic Relations

Event Training Good Corporate


Governance Champion
Tindak

Proses Event

Lanjut

Management

Proses penerapan Good


Corporate Governance

Proses Internalisasi

Tindak Lanjut

Anda mungkin juga menyukai