Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL KEGIATAN UKM PROMOSI KESEHATAN

PENYULUHAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU


(ASI) DI DESA ALUE P MANOE KECAMATAN KUTA
MAKMUR

Oleh :
dr. Agus Prima
Pendamping :
dr. Kemalasari

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


WAHANA KABUPATEN ACEH UTARA
PUSKESMAS KUTA MAKMUR
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Pada balita
dan

anak

kebutuhan

gizi

sangat

menunjang

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangan yang sangat pesat. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat, pada masa ini sering disebutkan sebagai
periode emas apabila anak mendapatkan kecukupan asupan kebutuhan nutrisi
yang secara maksimal, sekaligus diperiode ini dapat disebutkan sebagai periode
kritis jika anak tidak mendapatkan kebutuhan nutisi yang selayaknya, dapat
mengganggu tumbuh kembang anak sejak kini dan masa selanjutnya.(1)
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa
dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perbaikan status gizi pada balita di
Indonesia. Hal ini ditandai dengan menurunnya prevalensi stunting dari 36,5% di
tahun 2007 menjadi 35,6% di tahun 2010. Angka prevalensi ini masih berada
diambang batas yang telah disepakati secara universal, dimana apabila masih
stunting diatas 20% maka masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Secara nasional terjadi penurunan prevalensi gizi kurang pada balita dari 18,4% di
tahun 2007 menjadi 17,9% ditahun 2010. Gizi buruk 5,4% pada tahun 2007
menjadi 4,9% ditahun 2010.(2)
Kasus balita gizi buruk dilaporkan dari tahun 2006 sampai 2008 cenderung
menurun, namun pada tahun 2009 jumlah kasus balita gizi buruk meningkat
56.941 kasus, tahun 2010 menjadi 43.616 kasus dan tahun 2011 menjadi 40.412
kasus. Sementara kasus gizi buruk di provinsi Aceh sebanyak 427 kasus. Dari
jumlah tersebut, angka tertinggi berasal dari Kabupaten Aceh Tamiang yaitu 96
kasus, Aceh Utara 54 kasus, Pidie 48 kasus, Bireuen 35 kasus dan Langsa 36
kasus. Sisanya terbagi di beberapa kabupaten seperti Simeulue, Aceh Singkil,
Aceh Tenggara, Lhokseumawe dan beberapa kabupaten lain.(3)
World Health Organization (WHO) dan The United Nations Children's
Fund (UNICEF) merekomendasi untuk menyususi eklusif selama 6 bulan.
Sesudah 6 bulan bayi baru dapat diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
dengan tetap memberikan ASI sampai minimal umur 2 tahun. Pemerintah

Indonesia melalui Kementrian Kesehatan juga merekomendasikan kepada ibu


untuk menyusui eklusif selama 6 bulan kepada bayinya.(2) Cakupan pemberian
ASI Eklusif pada bayi usi 0-6 bulan cendrungan menunjukkan peningkatan pada
tahun 2010. Data terakhir cakupan pemberian ASI eklusif (0-6 bulan) di Indonesia
sebesar 61,5%. Provinsi dengan cakupan terendah adalah Aceh (49,6%).(3)
1.2 TUJUAN
Petugas :

Peningkatan kinerja petugas Puskesmas dalam menggalakkan promosi


kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur.

Masyarakat :

Untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi di wilayah kerja

Puskesmas Kuta Makmur


Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai manfaat MPASI dan cara pemberian MP-ASI.

Pemerintahan Daerah:

Untuk menurunkan angka prevalensi gizi buruk pada bayi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan Pendamping ASI
2.1.1 Definisi Makanan Pendamping ASI
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI dikenalkan pada
usia 6 bulan dimulai dari makanan bubur saring, bubur tim, bubur kasar dan
akhirnya nasi sesuai dengan tingkat usia bayi. (1) Setelah bayi berumur 6 bulan,
pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang
aktivitasnya sudah cukup banyak. Pada umur 6 bulan, berat badan bayi yang
normal sudah mencapai 2-3 kali berat badan lahir. Pesatnya pertumbuhan bayi
perlu dibarengi dengan pemberian kalori dan gizi yang cukup. Oleh karena itu,
selain ASI, bayi pada umur 6 bulan juga perlu diberi makanan tambahan
disesuaikan dengan kemampuan lambung bayi untuk mencerna makanan.
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) plus ASI hingga bayi berumur 2
tahun sangatlah penting. Setelah umur 6 bulan, bayi mulai membutuhkan
makanan padat dengan beberapa nutrisi, seperti zat besi, vitamin C, protein,
karbohidrat, seng, air, dan kalori. Oleh karena itu penting untuk tidak menunda
hingga bayi berumur lebih dari 6 bulan, karena menunda dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan pada bayi.(4,5)
Secara umum terdapat 3 jenis MP-ASI yaitu hasil pengolahan pabrik atau
disebut dengan MP-ASI pabrikan dan yang diolah di rumah tangga atau disebut
dengan MP-ASI lokal, serta MP-ASI campuran. Makanan pendamping ASI sangat
diperlukan untuk menjaga pertumbuhan dan sekaligus memperkenalkan bayi
dengan makanan keluarganya.(6,7)
Makanan pendamping ASI harus pula dipersiapkan secara higienis dan
menggunakan alat serta tangan yang bersih. Disamping tepat waktu, adekuat dan
aman, MP-ASI juga harus diberikan sesuai selera dan tingkat kekenyangan bayi.
Cara penyiapan dan pemberian harus mendorong secara aktif agar anak mau
makan meskipun anak sedang sakit. Selanjutnya setelah usia 1 tahun anak mulai
diberi makan makanan keluarga. ASI dapat terus diberikan sampai anak usia 2

tahun atau lebih. Meskipun telah ada MP-ASI produk pabrik, disarankan
menggunakan bahan makanan local/alami yang tersedia di masing-masing daerah
dengan menambahkan zat gizi mikro.(8)
Seiring dengan pertumbuhan anak antara 6 sampai 24 bulan, maka
sesuaikan tekstur, frekuensi dan porsi makanan sesuai usia anak. Jangan lupa
untuk melanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun atau lebih dengan
frekuensi sesuka bayi. Kebutuhan energi dari makanan hdala sekitar 200
kcal/hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300 kcal/hari untuk bayi usia 9-11 bulans, dan
550 kcal/hari untuk anak usia 12-23 bulan. Makanan pertama sebaiknya adalah
golongan beras dan sereal karena berdaya alergi rendah. Beras dan sereal
disangrai dan dihaluskan menjadi tepung, tim dengan air secukupnya sampai
matang, kemudian campurkan dengan ASI atau air matang untuk membentuk
tekstur semi cair. Secara berangsur-angsur perkenalkan sayuran yang dikukus dan
dihaluskan dan kemudian buah yang dihaluskan, kecuali pisang dan alpukat
matang, jangan berikan buah/sayuran mentah. Setelah bayi dapat mentolerir
beras/sereal, sayur dan buah dengan baik, berikan sumber protein (tahu, tempe,
daging ayam, hati ayam dan daging sapi) yang dikukus dan dihaluskan. Setelah
bayi mampu mengkoordinasikan lidahnya degan lebih baik, secara bertahap bubur
dibuat lebih kental (kurangi campuran air), kemudian menjadi lebih kasar
(disaring kemudian cincang halus), lalu menjadi kasar (cincang kasar) dan
akhirnya bayi siap menerima makanan padat yang dikonsumsi keluarga. Sejumlah
jenis makanan harus ditunda pemberiannya karena merupakan pencetus alergi,
sedangkan sejumlah jenis lainnya harus ditunda pemberiannya karena mempunyai
kandungan dan bentuk yang berbahaya bagi anak di usia tertentu.(4,9)
2.1.2 Tujuan Makanan Pendamping
Tujuan makanan pendamping ASI adalah:
a. Melengkapi zat gizi ASI yang kurang
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam makanan
dengan berbagai rasa dan bentuk
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.(10)
Selain itu tujuan pemberian makanan pendamping pada bayi adalah untuk
melengkapi zat-zat gizi karena seiring bertambahnya waktu kebutuhan zat gizi

semakin meningkat dengan seiring bertambahnya usia anak, mengembangkan


kemampuan bayi dengan memperkenalkan makanan dalam berbagai bentuk,
tekstur, dan berbagai rasa, agar anak dapat beradaptasi terhadap makanan yang
mengandung kadar energi tinggi serta mampu mengembangkan kemampuan anak
dalam menelan dan mengunyah secara baik dan benar.(11)
Pemberian makanan tambahan pada bayi juga bertujuan untuk melengkapi
ASI (mixed feeding) dan diperlukan setelah kebutuhan energi dan zat-zat gizi
tidak mampu dipenuhi dengan pemberian ASI saja. Pemberian makanan tambahan
tergantung jumlah ASI yang dihasilkan ibu dan keperluan bayi yang bervariasi
dalam

memenuhi

kebutuhan

dasarnya

diantaranya

diantara

untuk

mempertahankan kesehatan serta pemulihan kesehatan setelah sakit, untuk


mendidik kebiasaan makan yang baik mencakup penjadwalan waktu makan,
belajar menyukai.(11)
Menurut Solomons dan Vossenaar tahun 2013, bahwa terdapat kesenjangan
intrinsik pada volume dan kandungan mikronutrien pada ASI terhadap kebutuhan
nutrisi bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Sharma et. al. Tahun 2013, bahwa
bayi yang diberikan MP-ASI pabrik dengan frekuensi yang lebih tinggi memilik
risiko terjadinya obesitas dari pada bayi yang diberikan MP-ASI lokal dan ASI.
(9,12) Menurut penelitian Onyango tahun 2013 di 4 negara Asian, 12 negara
Afrika, 4 negara Amerika dan 1 negara Eropa dengan sampel 13.676 bayi dengan
usia 6-23 bulan dari 50% bayi yang mendapat MP-ASI memiliki nilai rata-rata Zskor -2 SD sampai +2 SD. Penelitian ini menyimpulkan bahwa MP-ASI secara
signifikan memperbaikkan status gizi anak.(13) Hal yang sama juga diperoleh
pada penelitian Ara tahun 2013 yang dilakukan di Bangladesh dengan sampel 227
bayi diperoleh bahwa dari 67 bayi dengan gizi kurang 59,2% tidak mendapat MPASI, 69 bayi dengan stunting 56,9% tidak mendapat MP-ASI dan 70 anak dengan
gangguan pertumbuhan tidak mendapat MP-ASI sebanyak 54,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa bayi yang tidak mendapat MP-ASI cenderung memiliki
status gizi yang buruk dan mengalami gangguan pertumbuhan.(14)
2.1.3 Jenis Makanan Pendamping ASI
1. Makanan Pendamping ASI lokal

Makanan Pendamping ASI lokal adalah Makanan pendamping ASI yang


diolah dirumah tangga atau posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia
setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan
memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi oleh sasaran.(1)
Pemberian makanan pendamping ASI lokal memiliki beberapa dampak
positif, antara lain ibu lebih memahami dan terampil dalam membuat makanan
pendamping ASI dari pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya
setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian makanan pendamping ASI
secara mandiri, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta
memperkuat kelembagaan seperti Posyandu, memiliki potensi meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil pertanian, dan sebagai sarana
dalam pendidikan atau penyuluhan gizi.(1)
2. Makanan Pendamping ASI olahan pabrik
Makanan olahan pabrik merupakan makanan yang disediakan dengan
olahan yang bersifat instan dan beredar dipasaran untuk menambah energi dan
zat-zat esensial pada bayi.(1) Makanan Pendamping ASI pabrik yang dikemas
dalam bentuk biskuit memeiliki jumlah kandungan kalori yang lebih sedikit per
takar sajinya, jika dibandingkan dengan bubur dan tim. Dan didapatkan pada
makanan olahan pabrik dengan kandungan zat gizi yang bervariasi, dan harus
diperhatikan terlebih dahulu kandungan kalori per saji dan cara penyajiannya agar
didapatkan kandungan gizi sesuai dengan informasi nilai gizi dari pada label
produk.(15)
Membuat makanan bayi harus memenuhi petunjuk dan pertimbangan
sebagai berikut:(1)
a. Formula
Formula dibuat berdasarkan angka kecukupan gizi bayi dan balita, bahan
baku yang diizinkan, kriteria, zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral.
b. Teknologi proses
Aspek pemilihan teknologi proses berhubungan dengan spesifikasi produk,
sanitasi dan higienitas, keamanan pangan serta mutu akhir produk yang
dikehendaki olah produsen.

c. Higienitas
Produk makanan pendamping ASI yang telah jadi, dikatakan memenuhi
syarat apabila telah memenuhi hal-hal dibawah ini:
1. Bebas dari mikroorganisme patogen.

2. Bebas dari kontaminan hasil pencemaran mikroba penghasil racun atau alergi.
3. Bebas racun.
4. Kemasan tertutup sehingga terjamin sanitasi dan disimpan di tempat yang
terlindung.
d. Pengemas
Kemasan yang dipergunakan untuk produk makanan pendamping asi ini
harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak beracun, tidak mempengaruhi mutu
inderawi produk, serta mampu melindungi produk selama jangka waktu tertentu.
e. Label
Persyaratan label makanan bayi harus mengikut codex standard 146-1985,
dengan informasi yang jelas tidak menyesatkan konsumen, komposisi bahan
tercantum dalam kemasan nilai gizi produk dan petunjuk penyajian.(16)
3. Makanan Pendamping ASI campuran
Makanan pendaming Asi campuran merupakan campuran kedua jenis MPASI lokal dan MP-ASI pabrik yang dikonsumsi bersamaan sehari-hari.(3)
Sedangkan menurut buku pedoman kader seri kesehatan anak kementrian
kesehatan RI 2010, jenis MP-ASI berdasarkan tingkat kepadatan terbagi menjadi:
1. Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh :
bubur susu, sumsum, pisang saring yang dikerok, papaya saring, tomat saring,
nasi tim saring, dan lain-lain.
2. Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak
berair, contoh bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri, dan lain-lain.
3. Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya
disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit,
dan lain-lain.

2.1.4 Jumlah dan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI


Keragaman aneka sumber makanan dapat diperkenalkan setelah bayi
berusia setelah enam bulan. Beberapa sumber makanan yang dapat diperkenalkan
yatu sumber karbohidrat seperti nas, ubi jalar, singkong, jagung, kentang, terigu.
Aneka sayuran dan buah-buahan (pada tahap usia ini dihindari konsumsi buah
yang memiliki sifat merangsang peningkatan asam lambung seperti nangka dan
durian), kacang-kacangan, dan aneka sumber hewani seperti telur, ayam, sapi, dan
ikan.(11) Jumlah zat gizi terutama energi dan protein yang harus ada di dalam
MP-ASI lokal setiap hari yaitu sebesar 250 Kalori, 6-8 gram protein untuk bayi
usia 6-12 bulan dan 450 Kalori, 12-15 gram protein untuk anak usia 12-24 bulan.
(1)
Kebutuhan gizi bayi usia 6-12 bulan adalah 650 Kalori dan 16 gram protein.
Kandungan gizi Air Susu Ibu (ASI) adalah 400 Kalori dan 10 gram protein, maka
kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah 250 Kalori dan 6 gram protein.
Kebutuhan gizi bayi usia 12-24 bulan adalah sekitar 850 Kalori dan 20 gram
protein. Kandungan gizi ASI adalah sekitar 350 Kalori dan 8 gram protein, maka
kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah sekitar 500 Kalori dan 12 gram
protein.(1)
2.1.5 Tahapan Pemberian MP-ASI
Setelah usia 6 bulan ASI saja tidak mampu memenuhi gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan bayi secara optimal. sehingga, ketika bayi berusia 6 bulan,
disarankanlah pemberian MP-ASI sebagai penunjang tumbuh kembang bayi.
Bayi sebaiknya mulai diperkenalkan dengan makanan bertekstur lunak dan
sedikit cair, lalu sedikit demi sedikit, tingkatkan kekentalannya pada usia 6 bulan.
Untuk Bayi usia 6 bulan ini, berikan makanan yang lunak-lunak terlebih dahulu
seperti makanan lumat (Pisang, Alpokat, Labu kuning, Pepaya) atau sari buah.
Setelah makanan lumat atau sari buah tadi, dilanjutkan dengan bubur seperti
bubur beras putih, bubur beras merah, bubur kacang hijau atau biskuit susu.(4,9)
Menurut Depkes tahun 2007, pemberian makanan pada bayi dan anak umur
0-24 bulan yang baik dan benar adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tahapan pemberian MP-ASI


Usia
Tahapan pemberian MP-ASI
(bulan)
0-6
1. Berikan ASI setiap kali bayi menginginkan, sedikitnya 8 kali sehari,
pagi, siang, sore, maupun malam
2. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI
3. Susui dengan payudara kiri atau kanan secara bergantian
6-9

Umur 6-9 bulan, kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk


lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lunak, 2 kali sehari,
setiap kali makan diberikan sesuai umur:
1. 6 bulan: 6 sendok makan
2. 7 bulan: 7 sendok makan
3. 8 bulan: 8 sendok makan

9-12 b. Umur 9-12 bulan , beri makanan pendamping ASI dimulai dari bubur
nasi sampai nasi tim sebanyak 3 kali sehari. Setiap kali makan berikan
sesuai umur:
1. 9 bulan: 9 sendok makan
2. 10 bulan: 10 sensok makan
3. 11 bulan: 11 sendok makan
c. Beri ASI terlebih dahulu kemudian makanan pendamping ASI. Pada
makanan pendamping ASI, tambahkan telur, ayam, ikan, tahu, tempe,
daging sapi, wortel, bayam, kacang hijau, santan, minyak pada bubur
nasi. Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, baca
cara menyiapkannya, batas umur, dan tanggal kadaluarsa. Beri
makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti bubur
kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari, dan sebagainya. Beri buahbuahan atau sari buah, seperti air jeruk manis dan air tomat saring
12-24

1. Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun


2. Berikan nasi lembek 3 kali sehari
3. Tambahkan telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/
bayam/ kacang hijau/ santan/ minyak pada nasi lembek
4. Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan,
seperti kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari, dan sebagainya
5. Berikan buah-buahan atau sari buah
6. Bantu anakuntuk makan sendiri.

Sumber : Prabantini, 2010

Pemberian makanan lumat pada periode ini dikarenakan makanan lumat


mudah dicerna oleh lambung bayi dan relatif sedikit menyebabkan alergi. Dalam
pemberiannya pun harus bertahap dari bentuk yang encer dan dalam jumlah yang
relatif lebih sedikit tapi sering, karena diusia ini bayi masih dalam tahap belajar
makan. Untuk usia 6 bulan ini, berilah MP-ASI 1-2 kali sehari selain jus buah dan
ASI tetap lebih diutamakan. Berikan juga makanan lumat dalam 1 jenis bahan

makanan saja sampai dengan usia 7 bulan agar lebih mudah terdeteksi jika bayi
mengalami reaksi alergi.(4,5,9)
2.2 Kandungan gizi
Kandungan gizi adalah jumlah zat gizi terutama energi dan protein yang
harus ada di dalam MP-ASI lokal setiap hari yaitu sebesar 250 Kalori, 6-8 gram
protein untuk bayi usia 6 12 bulan dan 450 Kalori, 12 - 15 gram protein untuk
anak usia 12 - 24 bulan.(1)
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Makan untuk Umur 0-12 Bulan
Jam
06.00
08.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
21.00

0-6
ASI eksklusif
ASI eksklusif
ASI eksklusif
ASI eksklusif
ASI eksklusif
ASI eksklusif
ASI eksklusif
ASI eksklusif

Keterangan : BB (Buah-Biskuit),
Saring/Kasar/Utuh)
Sumber : Depkes RI, 2006

6
ASI
ASI
BB
ASI
ASI
BS
ASI
ASI
BS

6-8
ASI
BS
Buah
NTs/k
ASI
Bisk
NTs/k
ASI
(Bubur

Susu),

8-12
ASI
NTu
BB/BS
NTu
ASI
BB/BS
NTu
ASI
NTs/k/u

(Nasi

Tim

Kebutuhan gizi bayi usia 6-12 bulan adalah 650 Kalori dan 16 gram protein.
Kandungan gizi Air Susu Ibu (ASI) adalah 400 Kalori dan 10 gram protein, maka
kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah 250 Kalori dan 6 gram protein.
Kebutuhan gizi bayi usia 12 24 bulan adalah sekitar 850 Kalori dan 20 gram
protein. Kandungan gizi ASI adalah sekitar 350 Kalori dan 8 gram protein, maka
kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah sekitar 500 Kalori dan 12 gram
protein.(4)

10

BAB III
PERMASALAHAN
kunjungan dilakukan di Desa Alue P Manoe Kecamatan Kuta Makmur di
wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur pada hari Rabu tanggal 22 Januari 2014
yang dihadiri oleh 20 orang peserta.
Adapun permasalahan yang di dapat antara lain:
1. Kurangnya pengetahuan tentang ibu tentang MP-ASI
2. Masih banyak bayi yang tidak diberikan MP-ASI
3. Ibu belum mengetahui pemilihan yang baik untuk MP-ASI

11

BAB IV
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Untuk Masyarakat:

Memberikan penyuluhan mengenai MP-ASI, cara pemilihan makanan MP-

ASI yang sesuai


Meluruskan pemahaman masyarakat yang salah tentang MP-ASI/

Untuk Puskesmas:

Memberikan pelayanan pengobatan di KIA sekaligus memberikan edukasi


langsung pentingnya MP-ASI pada usia 6-24 bulan untuk membantu
perbaikan gizi pada bayi.

12

BAB V
PELAKSANAAN
Kegiatan yang telah dilaksanakan:
Kegiatan
Penyuluhan MP-ASI

Pelaksanaan
Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat khususnya para ibu yang
memiliki balita, dengan materi:

Pengertian MP-ASI
Jenis-jenis MP-ASI
Tujuan MP-ASI
Cara pemberian MP-ASI

BA VI

13

MONITORING DAN EVALUASI


6.1 Monitoring dan Evaluasi
Tanggal
22 Jan
2014

Monitoring
Diadakan sesi tanya
jawab dan diskusi untuk
mengetahui masyarakat
sudah mengerti dan
memahami semua
informasi yang telah
disampaiakan tentang
MP-ASI.

Tanggal
22 Jan 2014

Evaluasi
Masyarakat telah
mengetahui tentang
tujuannya pemberian
MP-ASI
Masyarakat telah
mengetahui tentang
pemilihan makanan
yang baik sebagai
MP-ASI
Masyarakat telah
mengetahui tentang
waktu pemberian
MP-ASI

6.2 Kesimpulan
Gizi buruk yang banyak ditemukan pada masyarakat disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan tentang manfaat MP-ASI. Pemahaman yang salah serta
anggapan bahwa MP-ASI terkesan mahal juga berkembang pada masyarakat,
serta asumsi makanan yang bergizi itu mahal, membuat masyarakat menjadi
kurang memperhatikan tentang permasalahan gizi buruk pada anaknya. Selain itu
permasalah ini juga dipersulit dengan kurangnnya pemahaman tentang ASI
eksklusif dan tradisi yang yang berkenaan dengan gizi pada bayi yang sulit untuk
diubah dan membuat permasalahan gizi buruk menjadi semakin kompleks.
Kegiatan

ini

diharapkan

dapat

memberikan

pemahaman

kepada

masyarakat sekaligus meluruskan mitos-mitos tradisi yang salah dan telah


berkembang pada masyarakat sehingga dapat meningkatkan pemberian MP-ASI
dan menurunkan angka kejadian gizi buruk pada masyarakat Desa Alue P Manoe
Kecamatan Kuta Makmur yang berlokasi sangat jauh dari jangkauan pelayanan
kesehatan.

6.3 Saran
14

6.1.1 Masyarakat:

Melakukan pemberian MP-ASI pada bayi 6-24 bulan.


Menanyakan secara langsung kepada petugas kesehatan jika terdapat
kebingungan dan mitos-mitos tradisi yang dianggap kurang dipahami,
khususnya berkenaan dengan gizi buruk.

6.1.2 Puskesmas:

Memberikan perhatian yang lebih sering dengan melakukan kujungan


ke desa-desa yang jauh dari fasilitas kesehatan, khususnya Desa Alue
P Manoe Kecamatan Kuta Makmur

6.1.3 Dinas Kesehatan (Dinkes):

Rutin melakukan evaluasi terhadap angka kejadian gizi buruk dan


memberikan dukungan sepenuhnya terhadap permasalahan gizi buruk
di desa yang jauh dari fasilitas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

15

1.

Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI Lokal). Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI Lokal. Jakarta; 2006. p. 1225.

2.

Kementerian Kesehatan RI. Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak


(PMBA). Jakarta; 2010.

3.

Kementerian Kesehatan RI. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi Dalam


Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta; 2012.

4.

Prabantini D. A To Z Makanan Pendamping Asi. Yogyakarta: ANDI


Yogyakarta; 2010.

5.

Dewey KG. Nutrition, growth, and complementary feeding of the breastfed


infant. Pediatr. Clin. North Am. 2001 Feb;48(1):87104.

6.

World Health Organization. world health statistic. Ganeva; 2011.

7.

Solomons NW, Vossenaar M. Nutrient density in complementary feeding of


infants and toddlers. Eur. J. Clin. Nutr. Nature Publishing Group; 2013
May;67(5):5016.

8.

Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;


2009. p. 910.

9.

Nommsen-Rivers L a, Dewey KG. Growth of breastfed infants. Breastfeed.


Med. 2009 Oct;4 Suppl 1:S459.

10. Padang A. Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian


MP-ASI Dini di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Tesis FKM
USU; 2007.
11. Pardosi R. Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia
Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar
Medan. Skripsi Fakultas Keperawatan USU; 2009.
12. Sharma S, Kolahdooz F, Butler L, Budd N, Rushovich B, Mukhina GL, et al.
Assessing dietary intake among infants and toddlers 0--24 months of age in
Baltimore, Maryland, USA. Nutr. J. 2013 Apr 26;12(1):52.
13. Onyangoa AW., Borghia E., Onisa M., Casanovasa MC. and Garza C.
Complementary feeding and attained linear growth among 623-month-old
children. Public Health Nutr. 2013;1:19.

16

14. Ara R, Dipti T, Uddin M. Feeding Practices and its Impact on Nutritional
Status Children Under 2 Years in a Selected Rural Community of Bangladesh.
J. Armed Forces. 2013;8(2):2631.
15. Prawitasari T. Kandungan Zat Besi pada Produk Makanan Bayi Siap Saji. J.
Sari Pediatr. Jakarta; 2012.
16. Harianto A. Gizi kesehatan mayarakat. Jakarta: buku kedokteran. EGC; 2009.

17

Anda mungkin juga menyukai