Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Antara Lamanya Terpajan Sinar Matahari Dengan Kejadian Melasma Pada Wanita

Pengguna Pil Kontrasepsi


The Relationship between duration of exposure to sunlight and the incident of melasma
on women who take contraception pills
Desy Elia Pratiwi* dan Hari Krismanuel**

Desy Elia Pratiwi. Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Kampus B USAKTI,
Jl. Kyai Tapa No. I Grogol, Jakarta 11440 No.Telp: 082114476949 ; Email: desyelia21@yahoo.com

**

Hari Krismanuel. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Kampus B USAKTI, Jl. Kyai
Tapa No. I, Grogol, Jakarta 11440 No.Telp: 08157196169 ; Email: hr_kris@yahoo.com

ABSTRAK
1

Hubungan antara lamanya terpajan sinar matahari dengan kejadian melasma


pada wanita pengguna pil kontrasepsi
LATAR BELAKANG: Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis yang kaya akan
sinar matahari. Selain sebagai sumber energi bagi kehidupan manusia, sinar matahari juga dapat menimbulkan
efek samping pada kulit apabila terpajan secara berlebihan, salah satunya adalah melasma (lebih dari tiga jam
dalam sehari). Penyebab melasma lainnya adalah karena penggunaan kontrasepsi hormonal, yaitu pil
kontrasepsi. Untuk mengurangi angka kejadian melasma, maka penelitian dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara lamanya terpajan sinar matahari dengan kejadian melasma pada wanita pengguna pil
kontrasepsi. METODE: Penelitian menggunakan studi analitik observasional dengan desain potong lintang
yang mengikutsertakan 128 wanita di Kampung Pabuaran RT 003 RW 016 Gunung Putri, Bogor. Data
dikumpulkan dengan teknik wawancara dan kuisioner. Analisis data menggunakan SPSS for Windows versi
17.0 dan tingkat kemaknaan 0,05. HASIL: Berdasarkan uji Chi-square, 76,56% pengguna pil kontrasepsi
menderita melasma sebanyak 65,63%, yang tidak menggunakan menderita melasma sebanyak 11,72%.
Sebanyak 42,97% yang terpajan sinar matahari lebih dari tiga jam menderita melasma, dan terpajan kurang dari
tiga jam sebanyak 34,38%. Dari 76,56% pengguna pil kontrasepsi, sebanyak 55,10% penderita melasma
terpajan sinar matahari lebih dari tiga jam. Terdapat hubungan antara lamanya terpajan sinar matahari dengan
kejadian melasma pada wanita pengguna pil kontrasepsi (p < 0,05). KESIMPULAN: Penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan antara lamanya terpajan sinar matahari dengan kejadian melasma pada wanita
pengguna pil konrasepsi.
Kata kunci: Pajanan sinar matahari, Pil kontrasepsi, Melasma

ABSTRACT
The Relationship between duration of exposure to sunlight and the incident of melasma
on women who take contraception pills
BACKGROUND: Indonesia is one of countries that has a tropical climate, of course, has a lot of sunlight
exposure. Beside sunlights function as a main source of energy for human lifes, it can also cause harm to
humans, among others, it can have side effects on the skin when excessively exposed to sunlight. Melasma is a
skin disease which can be caused by exposure to sunlight with the intensity of more than three hours a day.
2

Causes of melasma beside due to the exposure to sunlight, it also can be caused by the use of hormonal
contraceptives, one of which is a contraceptive pill. To reduce the incidence of melasma, it is necessary to
conduct study aimed to determine the relationship between length of exposure to sunlight and the incidence of
melasma in women who are taking the contraceptive pill. METHOD: This research using observational
analytic study with cross-sectional design that included 128 women in Pabuaran village RT 003 RW 016
Gunung Putri, Bogor. Data were collected by interview using questionnaire. Data analysis using SPSS for
Windows version 17.0 and significance levels used as 0.05. RESULTS: Based on the statistical test of Chisquare, 76.56% of women who take contraceptive pill suffered from melasma were 65.63%, while those who
do not take but suffered from it were 11.72%. A total of 42.97% of women exposed to sunlight for more than
three hours suffered from melasma, while those exposed to sunlight less than three hours were 34.38%. There
were 76.56% of women who take contraceptive pill suffered from melasma were 55.10% exposed to sunlight
for more than three hours. It was found that there was significant association between duration of exposure to
sunlight and the incidence of melasma in women who are taking oral contraceptives (p < 0,05).
CONCLUSION: This study suggested that there was an association between the duration of exposure to
sunlight and the incidence of melasma in women who are taking contraceptive pills.
Keywords: Sunlight exposure, Contraceptive pills, Melasma

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis yang kaya akan sinar matahari. Sinar
matahari merupakan sumber energi bagi kelangsungan hidup pada semua makhluk hidup, dan dapat
menimbulkan kerugian bagi manusia, antara lain dapat menyebabkan efek samping pada kulit apabila terpapar
secara berlebihan. Sinar Ultra Violet dapat memancarkan tiga jenis radiasi yang dapat memiliki potensi bahaya
terhadap kulit manusia, diantaranya UV-A, UV-B, dan UV-C. Dari ketiga jenis radiasi tersebut yang dapat
menimbulkan efek samping berbahaya pada kulit manusia adalah UV-A dan UV-B, dimana UV-B memiliki
efektifitas biologis yang tinggi sehingga dapat menimbulkan kemerahan pada kulit setelah terpapar sinar
matahari khususnya pada area wajah karena mudah terpapar dan UV-A dapat memacu penyebaran timbulnya
kemerahan setelah terpapar sinar matahari karena memiliki panjang gelombang yang cukup panjang dibanding
jenis radiasi lainnya.1
Melasma adalah salah satu penyakit kulit yang dapat ditimbulkan akibat pajanan sinar matahari yang
berulang dalam intensitas terpapar lebih dari tiga jam dalam sehari.1 Selain itu kontrasepsi hormonal juga
merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya melasma, disamping pajanan sinar matahari. Jenis kontrasepsi
hormonal salah satunya adalah pil kontrasepsi. Hal ini dapat dikaitkan karena terdapat estrogen dan progesteron
didalam kontrasepsi tersebut. Hormon estrogen berperan langsung pada sel melanosit sebagai salah satu
reseptor di kulit yang dapat meningkatkan produksi melanin didalam sel.2
Melasma dapat ditandai dengan adanya hiperpigmentasi yang simetris berwarna coklat muda hingga coklat
tua dan disebabkan oleh karena produksi pigmen melanin yang berlebih. Biasanya mengenai daerah wajah yang
mudah terpajan sinar matahari diantaranya pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, hingga dagu. 3 Secara
medis melasma merupakan masalah kesehatan kulit, dan secara estetika dapat merusak kecantikan kulit wajah
pada wanita, oleh karena itu melasma dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri terhadap penampilan
penderita.
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, di Kampung Pabuaran RT 003 RW 016 Kelurahan Cicadas
Kecamatan Gunung Putri, Bogor merupakan daerah yang panas dan gersang. Sebagian besar mata pencaharian
penduduk tersebut adalah buruh pabrik. Melihat keadaan seperti ini, peneliti ingin mengetahui prevalensi
penyakit melasma yang mungkin dapat terjadi akibat dari keadaan lingkungan yang panas dan gersang. Selain
itu, peneliti ingin mengetahui banyaknya pengguna kontrasepsi hormonal terutama pil kontrasepsi. Penelitian
4

ini juga bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara lamanya terpapar sinar matahari dengan
kejadian melasma pada wanita pengguna pil kontrasepsi di Kampung Pabuaran RT 003 RW 016 Kelurahan
Cicadas Kecamatan Gunung Putri, Bogor.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Doddy Suhartono, prevalensi melasma pada pengguna
kontrasepsi hormonal di Klinik RSUP Dr.Kariadi Semarang sebanyak 31,3%, dan sebagian besar timbul
melasma setelah pemakaian kontrasepsi hormonal selama kurang lebih empat tahun.4

METODE
Penelitian menggunakan studi analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang. Lokasi
penelitian dilakukan di Kampung Pabuaran RT 003 RW 016 Kelurahan Cicadas Kecamatan Gunung Putri,
Bogor. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan terhitung dari bulan April-Mei 2014. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh wanita satu RW di Kampung Pabuaran RT 003 RW 016 Kelurahan Cicadas
Kecamatan Gunung Putri, Bogor sebanyak 350 wanita. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
secara teknik Nonprobability Sampling yaitu purposive sampling dimana sampel diambil dengan tujuan tertentu
karena peneliti menganggap bahwa responden memenuhi kriteria yang dibutuhkan peneliti. Berdasarkan hasil
perhitungan rumus infinit dan finit, didapatkan sampel sebesar 128 wanita. Data yang diperoleh langsung dari
responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini memuat pertanyaan yang terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama merupakan karakteristik responden yaitu nama, usia, pekerjaan, dan pendidikan terakhir.
Bagian kedua merupakan pertanyaan terkait gejala melasma, penggunaan kontrasepsi hormonal, dan pajanan
sinar matahari, dan faktor lainnya yang dapat menyebabkan melasma. Analisis data yang dilakukan pada
penelitian ini, menggunakan statistical package for social sciences (SPSS) versi 17.0. for windows evaluation
version.
Untuk mengetahui hubungan antara lamanya pajanan sinar matahari dengan melasma pada pengguna pil
kontrasepsi digunakan uji statistik Chi-square dengan batas kepercayaan ( = 0,05) yang artinya apabila
diperoleh nilai p 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel tergantung.

HASIL
Pengguna Pil Kontrasepsi
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan wanita pengguna Pil Kontrasepsi di Kampung
Pabuaran, Bogor (n=128)
Variabel

n(%)

Pil Kontrasepsi
Menggunakan

98 wanita (76,56%)

Tidak menggunakan

30 wanita (23,44%)

Berdasarkan tabel 1 diatas, dari 128 responden yang diteliti didapatkan distribusi pengguna pil kontrasepsi
pada wanita di Kampung Pabuaran, Bogor sebesar 76,56% (98 wanita). Kemudian yang tidak menggunakan pil
kontrasepsi sebesar 23,44% (30 wanita).

Pajanan Sinar Matahari


Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan Pajanan Sinar Matahari di Kampung
Pabuaran, Bogor (n=128)
Variabel
Pajanan sinar matahari
Kurang dari 3 jam (< 3jam)

n(%)
72 wanita (56,25%)

Lebih dari 3 jam (> 3jam)

56 wanita (43,75%)

Berdasarkan tabel 2 diatas, dari 128 responden yang diteliti didapatkan distribusi pajanan sinar matahari
dalam jumlah banyak pada paparan < 3jam sebesar 56,25% (72 wanita). Kemudian yang terpajan sinar matahari
> 3jam sebesar 43,75% (56 wanita).

Penderita Melasma
Tabel 3. Distribusi responden penderita melasma pada wanita di Kampung
Pabuaran, Bogor (n=128)
Variabel

n(%)

Melasma
Menderita

99 wanita (77,34%)

Tidak menderita

29 wanita (22,66%)

Berdasarkan tabel 3 diatas, dari 128 responden yang diteliti didapatkan distribusi penderita melasma
sebesar 77,34% (99 wanita), dan yang tidak menderita melasma sebesar 22,66% (29 wanita).

Pil Kontrasepsi Dengan Melasma


Tabel 4. Hubungan pil kontrasepsi dengan melasma pada wanita di Kampung Pabuaran, Bogor (n= 98)
Variabel

Melasma
Ya

Square
Asymp.
tailed) )

Menggunakan
Tidak
Menggunakan

P value
Tidak

Total

n
84

%
65,63%

n
14

%
10,94%

n
98

%
76,56%

15

11,72%

15

11,72%

30

23,44%

*Chi(nilai

0,00*

Sig.

(2-

Berdasarkan hasil pada tabel 4 diatas, dari 98 wanita pengguna pil kontrasepsi, sebesar 65,53% (84
wanita) yang mengalami melasma. Sedangkan yang tidak mnggunakan hanya sebesar 11,72%. Hasil analisis
menggunakan Chi-Square diperoleh nilai P value sebesar 0,00. Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan
dengan taraf signifikasi 0,05 sehingga H 0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pengguna pil kontrasepsi dengan melasma.

Pajanan Sinar Matahari Dengan Melasma


8

Tabel 5. Hubungan pajanan sinar matahari dengan melasma pada wanita di Kampung
Pabuaran,Bogor (n= 98)
Variabel

Melasma
Tidak

Ya

P value
Total

< 3jam

n
44

%
34,38%

n
28

%
21,88%

72

%
56,25%

> 3jam

55

42,97%

0,78 %

56

43.75%

0,00*

*Chi-square (nilai Asymp.Sig. (2-tailed)


Berdasarkan hasil pada tabel 5 diatas, penderita melasma terbanyak diderita oleh responden yang
terpajan sinar matahari > 3 jam per hari, yaitu sebesar 42,97% (55 wanita). Hasil analisis menggunakan ChiSquare diperoleh nilai P value sebesar 0,00.

Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan taraf

signifikasi 0,05 sehingga H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lamanya terpajan
sinar matahari dengan melasma.

Pajanan Matahari, Melasma, Pil Kontrasepsi


Tabel 9. Hubungan antara lamanya terpajan sinar matahari dengan kejadian melasma pada wanita pengguna pil
kontrasepsi di Kampung Pabuaran, Bogor (n= 98 wanita)

Variabel
*

Melasma dan pil kontrasepsi


Ya
Tidak

Total

P value
Chi-

Square

< 3jam

n
30

%
30,61%

n
13

%
13,27%

n
43

%
43,88%

Asymp.

> 3jam

54

55,10%

1,02%

55

56,12%

0,00*

(nilai
Sig. (2-

tailed) )
Berdasarkan Tabel 9 diatas, dapat dijelaskan bahwa dari 98 wanita pengguna pil kontrasepsi, yang
mengalami melasma sebesar 55,10% (54 wanita) pada pajanan matahari selama lebih dari tiga jam perhari nya.
Hasil analisis mengunakan Chi-square diperoleh nilai P value sebesar 0,00. Nilai tersebut lebih kecil jika
dibandingkan dengan taraf signifikasi 0,05 sehingga H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara lamanya terpajan sinar matahari dengan kejadian melasma pada wanita pengguna pil
kontrasepsi.

PEMBAHASAN
Hubungan Antara Pil Kontrasepsi Dengan Melasma
Hubungan antara penggunaan pil kontrasepsi dengan melasma didapatkan hasil yang cukup tinggi, dari
98 wanita pengguna pil kontrasepsi sebanyak 84 wanita (65,63%) menderita melasma. Menurut hasil uji ChiSquare didapatkan nilai P sebesar 0,00, nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikansi 0,05.
sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara penggunaan pil kontrasepsi dengan melasma. Namun,
kelemahan pada penelitian ini adalah tidak ada perbandingan dalam lamanya pemakaian pil kontrasepsi,
sehingga tidak dapat dibandingkan terjadinya melasma dalam jangka panjang atau jangka pendek pada
penggunaan pil kontrasepsi. Hasil yang sama diteliti oleh Doddy Suhartono (2001) di Semarang distribusi
pengguna pil kontrasepsi terhadap melasma sebesar 35,3%.4 Menurut kepustakaan, hormon estrogen yang
terkandung dalam pil konrasepsi adalah salah satunya sebagai reseptor melanin dalam kulit yang fungsinya
membantu proses pigmentasi, apabila mengkonsumsi pil kontrasepsi dalam jumlah banyak, produksi pigmen
melanin akan berlebih, kemungkinan akan menyebabkan melasma. Hal ini dapat menjadi dasar mengapa
penelitian ini saling berhubungan.7,8
Hubungan Antara Pajanan Sinar Matahari Dengan Melasma
Hubungan antara pajanan sinar matahari dengan melasma didapatkan distribusi terbanyak pada
responden yang terpajan sinar matahari selama > 3 jam perharinya, yaitu sebesar 42,97% dari hasil tersebut
dapat disimpulkan semakin lama terpajan sinar matahari perharinya, semakin besar resiko terjadinya melasma.
Hasil uji Chi-Square didapatkan nilai P < 0,05 , Sehingga dapat dimaknai bahwa terdapat hubungan antara
pajanan sinar matahari dengan terjadinya melasma. Hasil sama yang diteliti oleh Okky Praningrum distribusi
pajanan sinar matahari terhadap melasma sebesar 97,7% dengan nilai P 0,04 (P < 0,05) sehingga dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara pajanan sinar matahari dengan melasma. 5 Menurut hasil
yang diteliti oleh Mona Siska (2008) di Medan, meneliti wanita penyapu jalan, semakin lama terpajan sinar
matahari semakin tinggi resiko terjadinya melasma. Hasil tersebut didapatkan sebesar 92,3% dengan nilai P
0,00 (P < 0,05).6 Hal ini yang dapat menjadi dasar mengapa penelitian ini saling berhubungan.

10

Hubungan Lamanya Terpajan Sinar Matahari Dengan Melasma Pada Wanita Pengguna Pil Kontrasepsi
Hubungan antara lamanya terpajan sinar matahari dengan melasma pada pengguna pil kontrasepsi
didapatkan hasil distribusi terbanyak penderita melasma pada responden yang terpajan sinar matahari > 3 jam
perhari yaitu sebesar 55,10% dari 98 wanita pengguna pil kontrasepsi. Dari hasil uji Chi-Square didapatkan
nilai P < 0,05 sehinga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara lamanya terpajan sinar
matahari dengan kejadian melasma pada wanita pengguna pil kontrasepsi. Hasil tidak sama yang diteliti oleh
Doddy Suhartono (2001) di Semarang mengenai hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan melasma,
penggunaan terbanyak adalah kontrasepsi susuk, tetapi insiden terbesar yang dapat mengakibatkan melasma
adalah kontrasepsi pil yaitu sebesar 35,3%, namun didapatkan nilai P > 0,05 dapat disimpulkan tidak dapat
hubungan yang bermakna antara jenis kontrasepi hormonal dengan melasma. Hal ini dapat menjadi dasar
mengapa penelitian ini berbeda dan tidak saling berhubungan.4
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut: 1) Penderita melasma pada wanita di Kampung Pabuaran RT 003 RW 016 Kelurahan Cicadas, Bogor
sebesar 77,34%. 2) Pengguna pil kontrasepsi pada wanita di Kampung Pabuaran RT 003 RW 016 Kelurahan
Cicadas, Bogor sebesar 76,56% dan yang mengalami melasma sebesar 65,53%. 3) Sebesar 42,97% yang
terpajan sinar matahari selama > 3 jam mengalami melasma. 4) Hubungan antara lamanya terpajan sinar
matahari dengan kejadian melasma pada wanita pengguna pil kontrasepsi sebesar 55,10% yang terpajan sinar
matahari > 3 jam perhari, dari 98 wanita pengguna pil kontrasepsi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut: 1)
Perlu dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda. 2) Dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut khususnya pada penggunaan kontrasepsi hormonal, dalam kurun waktu berapa lama
penggunaan kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan melasma. 3) Melakukan penelitian lebih mendalam
mengenai lamanya pajanan matahari dapat menimbulkan melasma dalam jangka waktu berapa lama (1 bulan
atau lebih). 4) Diharapkan pada wanita di seluruh Indonesia selalu menggunakan alat pelindung diri ( payung
atau topi ) dan mengguakan tabir surya apabila keluar rumah > 3 jam terpajan langsung sinar matahari.

11

UCAPAN TERIMA KASIH


Penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Hj. Suriptiastuti, DAP&E, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
2. dr.Hari Krismanuel,Sp.B.,FInaCS, sebagai dosen pembimbing proposal sekaligus skripsi.
3. dr. David Tjahyadi, MSc dan DR. dr. Maskito A. Soejoasmoro, MS selaku dosen penguji proposal
skripsi dan skripsi
4.

Ayah dan Bunda tersayang, juga adik-adik terkasih yang telah memberikan kasih sayang, baik
dorongan moril maupun material dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Dalam doa
mereka terkandung harapan kesuksesan dan kelancaran bagi penulis.

5.

Seseorang yang selalu setia menemani penulis menyelesaikan skripsi ini, Reyhan Javier, terimakasih
untuk kesetiaan dan kasih sayang, juga motivasi dan kesabaran yang sudah diberikan selama ini.

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran
penyelesaian penyusunan skripsi ini
Akhir kata peneliti berharap Allah swt berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara
penulisannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

DAFTAR PUSTAKA
12

1. Ardra. Pengaruh Ultra Violet pada kesehatan kulit wajah. Available at: http://ardra/kesehatan-kulit-

dam-wajah/pengaruh-ultra-violet-pada-kesehatan-kulit. Accesed Sept 10, 2011.


2. Soepadirman L. Kelainan hiperpigmentasi dan melasma. Dalam : Sugito T, Dwikarya M, Budiono M,
Wasitaatmadja S, editor. Kelainan pigmentasi kulit dan penanggulangannya. Jakarta,1998; p.25-39.
3. Soepardiman L. Kelainan pigmen. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit
Dan Kelamin. 6th Ed. Jakarta,2010; p.289-92.
4. Dody S. Prevalensi dan Beberapa Karakteristik Penderita Melasma Pada Pemakai Kontrasepsi
Hormonal. Semarang, 2001. Available at: http://eprints.undip.ac.id/14463/1/2001FK484.pdf.
5. Prananingrum D. Faktor Risiko Penderita Melasma. Semarang: Universitas Diponegoro; 2012.
Available at: http://eprints.undip.ac.id/37732/1/PRANANINGRUM-G2A008142-LAP.KTI.pdf.
6. Mona S. Hubungan Faktor-faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu
Jalan Di Kota Medan Tahun 2008. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7044/1/08E00321.pdf.
7. Nestor P, Madhu A, Syozo Sato, Thomas B.Fitzpatrick. A clinical light microscopic and
immunofluorescence study. Melasma;2005;698-710.
8. Nordlund JJ. Introduction to the biology of the pigment system. Dalam: Moschella SL, Hurley HJ,
editor. Dermatology. 3rd Ed. Philadephia : WB Sauders Co,2000 : 1421-39.

RIWAYAT PENULIS
Desy Elia Pratiwi lahir di Jakarta pada 21 Desember 1992. Menamatkan pendidikan S1 di Universitas Trisakti
dalam bidang Kedokteran Umum.

13

Anda mungkin juga menyukai