Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

SISTEM NILAI dan MORAL LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAMI


SERTA TANTANGAN MODERNISASI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mandiri


Nama : Erli
Mata Kuliah : Jurnalistik
Prodi/Kelas : PAI/Pagi
Semester/Tahun : III/2010
Dosen Pengampu : Taufik Ridwan, Spdi.

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
BUNGA BANGSA CIREBON (STAI BBC)
2010
SISTEM NILAI dan MORAL ISLAM
Nilai-nilai yang hendak diwujudkan dalam pribadi anak didik sehingga
fungsional dan aktual dalam perilaku muslim adalah Islami yang melandasi
moralitas (akhlak).
Dalam uraian berikut mengetengahkan bagaimana Islam memberikan
system nilai dan moral yang dikehendaki ole Allah yang harus diwujudkan dalam
amal perilaku hamba-Nya dalam masyarakat.
Sistem nilai dan moral adalah suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari
dua komponen atau lebih yang saling mempengaruhi, bekerja sama keterpaduan
yang berorientasi kepada nilai dan moralitas Islami, di sini tekanannya pada action
system.
Sistem nilai/moral cara berperilaku lahiriah dan rohaniah manusia muslim
adalah nilai dan moralitas yang diajarkan agama Islam sebagai wahyu yang
diturunkan kepada utusan-Nya yaitu nabi Muhammad Saw.
Nilai dan moralitas Islami adalah bersifat menyeluruh, bulat dan terpadu.
Kebulatan nilai dan moralitas mengandung aspek normatif dan operatif. Nilai
dalam Islam dari segi normatif yaitu baik atau buruk, salah atau benar, hak atau
batil, hak diridhoi atau tidak. Sedangkan dari segi operatif mengandung lima
kategori sebagai prinsip standarisasi perilaku manusia yaitu:
1. wajib atau fardu
2. sunnah atau mustahab
3. mubah atau jaiz
4. makruh, dan
5. haram.
Nilai-nilai yang tercakup di dalam nilai sistem Islami yang merupakan
komponen atau subsistem adalah sebagai berikut:
a. Sistem nilai kultural yang senada dan senafas dengan Islam
b. Sistem nilai sosial, berorientasi pada kesejahteraan hidup di dunia dan
bahagia di akhirat
c. Sistem nilai yang bersifat psikologi secara terkontrol oleh nilai agama
d. Sistem nilai tingkah laku dari makhluk (manusia) yang mengandung
interelasi atau interkomunikasi dengan lainnya.
Nilai adalah suatu pola yang menentukan tingkah laku yang diinginkan
bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa
membedakan fungsi-fungsi bagiannya, nilai lebih mengutamakan berfungsinya
pemeliharaan pola dari sistem sosial.
Norma adalah suatu pola yang menentukan tingkah laku yang diinginkan
bagi suatu bagian (unit) yang beraspek khusus dan membedakan tugas-tugas
kelompok lainnya. Norma bersifat integratif.
Pendidikan Islam bertujuan pokok pada pembinaan akhlak mulia, maka
sistem moral Islami yang ditumbuhkembangkan dalam proses kependidikan
adalah norma yang berorientasi pada nilai-nilai Islam.
Sistem moral Islami menurut Sayyid Abul A’la Al-Maududi, adalah
memiliki tiga ciri yang sempurna yaitu:
1) Keridhoan Allah merupakan tujuan hidup muslim
2) Semua lingkup kehidupan manusia ditegakan di atas moral Islami
3) Islam menuntut manusia melaksanakan sistem kehidupan yang didasarkan
atas norma kebajikan dan jauh dari kejahatan. Hal ini terdapat dalam
firman Allah surat Al-Hajj:41.
Sayyid Quthub berpendapat bahwa sistem moral Islami didasarkan pada
pndangan Islam yang mengandung dosa dan perbuatan keji nerupakan belenggu
yang menghukum jiwa manusia, tetapi pada hakikatnya adalah suatu kekuatan
konstruktif dan positif yang berkesinambungan.
1.Nilai-nilai yang berkualitas relatif
John lock menentang pendapat bahwa secara tabi’I dalam jiwa manusia
terbentuk dasar-dasar moralitas yang terbawa sejak kelahiran. Ia berpendapat
bahwa jiwa itu bagaikan meja lilin (tabularasa) yang bersih dari goresan,
pengalamanlah yang membentuk pola pikirnya.
Paham behaviorisme, Pavlov: kepercayaan, sikap dan nilai-nilai manusia
merupakan refleksi dari lingkungan sekitar yang diconditioning. Oleh karena itu,
relatifitas nilai-nilai manusia bersifat cultural sosiologis yang terbentuk oleh
kebudayaan masyarakatnya dari mana pola etika manusia dilahirkan atau
dilembagakan.
Nilai-nilai moral dan etika menurut teori di atas bersifat relatif, tidak
mutlak, bisa berubah tergantung pada waktu, tempat dan menjadi alat pemenuhan
kebutuhan mental budaya manusia.
Nilai-nilai relatif sulit dijadikan pedoman normatif dalam pendidikan
karena di era ini dan era mendatang anak didik perlu ditanamkan moralitas yang
kokoh dan kualitatif.
2. Paham Naturalisme, Pragmatisme dan Idealisme
 Sistem nilai paham Naturalisme berorientasi pada alam,tubuh
jasmaniah,panca indra, sesuatu yang bersifat aktual, kekuatan,
kemmpuan mempertahankan hidup dan kepada organisme (makhluk
hidup). Oleh karena itu Naturalisme menolak hal-hal yang bersifat
spiritual dan moral.
 Paham Pragmatis, orientasinya pada pandangan antroposentris, batin
manusia kemampuan kratifitas dan pertumbuhan manusia, hal-hal yang
bersifat praktis, kemampuan kecerdasan, perbuatan dalam masyarakat
dan pada diri sendiri. Paha mini tidak mengakui bahwa dalam diri
manusia terdapat kemampuan moralitas dan spiritualitas. Paham ini
mengandalkan kemampuan empiris dan rasional dalam kaitannya
dengan ilmu pengetahuan.
Ukuran baik atau buruk, salah atau benar didasarkan pada kemanfaatan
tingkah laku manusia dalam masyarakat. Bila masyarakat memandang
baik atau benar perilaku tersebut adalah bermoral budaya tinggi.
 Idealisme berprinsip bahwa kenyataan yang ada dalam kehidupan alam
bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan gambaran dari ide-ide
yang ada di dalam jiwa dan spirit manusia. Menurut Horne idealisme
sebagai filsafat. Oleh karena itu, kaum idealis mempercayai adanya
Tuhan sebagai ide tertinggi atau primakausa dari kejadian alam.
Nilai-nilai kependidikan menurut kaunm idealis adalah pelahiran dari
sistem yang kekal abadi yang dimiliki dalam dirinya sendiri.
Kewajiban manusia dan pendidikan adalh berusaha
mengaktualisasikan nilai tersebut. Pendidikan moral dalam Islam
sangat penting dalam rangka membina manusia yang berakhlak mulia.
Bagi Idealisme, sanksi bagi pendidikan moral terletak dalam susunan
dunia moral itu sendiri, sedangkan menurut Islam sanksi moral
terhadap perbuatan amoral terletak pada siksa dari Tuhan. Terhadap
manusia, sanksi hukuman dalam Islam tidak sama, bergantung pada
daya kemampuan individu masing-masimg. Seperti firman Allah
dalam surat Al-Baqarah ayat 286.
3. Paham Idealisme Islam tentang Nilai dan Moralitas
Menurut pandangan Islam sistem ini bersumber dari cahaya Allah, yang
dijabarkan dalam surat Al-Maidah ayat 15 dan 16, surat At-Taghabun ayat 11.
Dari kalbu yang terang benderang terpancar tingkah laku yang sesuai tuntutan
Tuhan.
Atas dasar firman-firman Allah di atas, Dr. M. Fadhil Al Djamaly,
berkesimpulan bahwa dalam proses kependidikan Islam, pembentukan
kepribadian anak didik harus diarahkan kepada:
a) Pengembangan iman
Iman adalah dasar dari nilai dan moral manusia yan diperkokoh
perkembangannya melalui pendidikan.
b) Pengembangan kemampuan mempergunakan akal kecerdasan
untuk menganalisis hal-hal yang berada di balik kenyataan alam yang
tampak. Dengan demkian, manusia akan mampu menempuh jalan yang
benar. Hal ini terdapat dalm surat Al-Balad ayat 10 dan Al-Insan ayat
3.
c) Pengembangan potensi berakhlak mulia dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain, baik ucapan maupun perbuatan. Hal
ini terdapat dalam surat Al-Hajj ayat 24 dan surat Ali-Imran ayat 159.
d) Mengembangkan sikap beramal saleh dalam setiap muslim.

Idealisme nilai Islami adalah idealisme religius yang ruang lingkup


pemikirannya lebih luas dari pada idealisme spiritual, idealisme inilah yang
dijadikan pedoman dalam proses kependidikan Islam. Sedangkan nilai dan
moralitas yang religius dalm proses kependidikan Islam menjadi landasan
operasionalnya.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM dan TANTANGAN MODERNISASI
Dalam proses pembudayaan manusia, adanya kelembagaan pendidikan
dalam masyarakat merupakan Conditio sine qua non dengan tugas dan
tanggungjawab yan kultural – edukatif terhadap anak didik dan masyarakatnya
yang semakin berat.
Tanggungjawab lembaga-lembaga pendidikan dalam pandangan Islam
adalah berkaitan dengan misi dan tuntutan hidup seorang muslim, yaitu

Anda mungkin juga menyukai