Anda di halaman 1dari 3

Gerakan-gerakan Islam pada masa ini dapat dilihat sebagai dampak perubahan

yang dilakukan order baru di bidang ekonomi dan sosial politik. Kecenderungan itu
terjadi karena kebangkitan order baru bukan saja ditandai dengan perubahan kritis
terhadap struktur politik, tetapi yang lebih penting adalah perubahan pemikiran di
berbagai dimensi kehidupan bangsa. Kepeloporan dari para kalangan kampus, kaum
intelektual dan teknokrat
merupakan induksi kebangkitan order baru yang
mencerminkan revolusi kaum menengah kota. Demikian pula di kalangan Islam hal
itu mencerminkan kiprah dan perubahan alam pikiran yang secara dinamis
memberikan ide-ide alternatif dalam merespon orientasi politik orde baru yang
terkonsepsi dalam pembangunan.
Pengembangan ide pokok-pokok pembangunan itu identik dengan isu modernisasi
dan bahkan dalam beberapa segi lebih diasosiasikan sebagai proses westernisasi
karena penekanan kuat pada pola atau model pembangunan negara-negara barat.
Ide tersebut pada gilirannya mempengaruhi perubahan pemikiran keislaman kaum
muslimin. Persoalan yang muncul dikalangan Islam adalah bagaimana melihat
modernisasi dari kaca mata ajaran Islam. Dari persoalan ini muncul gagasangagasan baru, terutama dari kalangan intelektual dan pada gilirannya melahirkan
pula model-model baru gerakan keagamaan sebagai reaksi atas isu-isu
pembangunan itu.[5]
Kecenderungan Wacana Intelektual Islam Kontemporer dalam Lembaga-lembaga
Modern.
Formulasi doktrin Islam dan pemikiran modern, yang menjadi ciri wacana Islam
kontemporer adalah salah satu dampak signifikan dari arus Islamisasi melalui
jaringan intelektual timur tengah-nusantara pada abad ke-17 dan 18, yang ditandai
dengan proses harmonisasi antara wacana Islam sufistik dan Islam syariat. Arus
modernisasi ini kemudian memunculkan organisasi-organisasi Islam di abad ke-20,
yang sekaligus sering disebut sebagai ciri dari masyarakat Islam modern. Lahirnya
serikat dagang Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan juga Sumatra Thawalib
dan sebagainya menjadi wujud dari proses formulasi tersebut.[6]
Lahirnya organisasi atau gerakan-gerakan sosial keagamaan, yang pada umumnya
memiliki pemikiran-pemikiran transformative, menjadi ciri dari munculnya
masyarakat modern, ketika wacana intelektual Islam pun menjadi lebih terbuka dan
semakin bercorak plural. Dalam hal ini juga tidak dapat diabaikan, upaya-upaya
organisasi tersebut dalam melakukan pembaruan pendidikan. Pendidikan tradisional
melalui pesantren yang dulu hanya diselenggarakan dengan sangat sederhana,
kurang sistematis dan hanya mempelajari ilmu-ilmu agama Islam saja kemudian
diperbaharui dengan cara mengembangkan pendidikan sekolah atau madrasah
yang didalamnya diajarkan mengenai ilmu-ilmu dunia yakni ilmu alam dan ilmu
sosial.
Di samping itu, sejak dekade 1970-an, banyak bermunculan apa yang disebut
intelektual muda muslim yang meskipun sering kontroversial, melontarkan ide-ide
segar untuk masa depan ummat. Kebanyakan mereka adalah intelektual muslim
berpendidikan yang terakhir ini sangat mungkin adalah buah dari kegiatan-kegiatan

organisasi mahasiswa Islam seperti himpunan mahasiswa Islam, pergerakan


mahasiswa Islam Indonesia, ikatan mahasiswa Muhammadiyah dan sebagainya.[7]
Selain itu, peranan dari departemen agama yang telah banyak berjasa dalam
membentuk dan mendorong kebangkitan Islam, tidak boleh dilupakan. Dengan
mendirikan beberapa institut-institut Islam, Jepang sangat berjasa dalam
menyiapkan guru-guru agama, pendakwah dan mubaliq dalam kuantitas besar.
Bahkan departemen agama tutur berperan dalam memnbina madrasah dan
pesantren-pesantren yang ada diseluruh wilayah nusantara ini. Kita juga tidak bisa
mengabaikan, kebijaksanaan dari pemerintah yang telah membentuk majelis ulama
Indonesia yang bisa dikatakan sebagai suatu forum pemersatu umat Islam di
Indonesia. Aspirasi-aspirasi umat, termasuk aspirasi politik, juga bisa tersalurkan
melalui lembaga ini.
Dari beberapa insititusi atau organisasi massa Islam yang masih eksis hingga saat
ini, seperti Persis, Al Irsyad, Jamiat Khair, dan beberapa nama di luar jawa, seperti
Nahdlatul Wathan, Sumatera Thawali, dan lain-lain, nampaknya hingga saat ini
Muhammadiyah dan Nahdlatul ulama, lebih banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Ini juga tidak lepas dari seringnya dua ormas tersebut diwacanakan dalam berbagai
kajian ilmiah, baik oleh ilmuwan lokal maupun internasional selain itu dua ormas
Islam terbesar di Indonesia tersebut juga memiliki struktur kepemimpinan yang
sangat hierarkis dari tingkat pusat di ibukota hingga ketingkat ranting di kelurahankelurahan
Selain organisasi-organisasi tersebut di atas, harus diakui pola peran dari
organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok keagamaan Islam yang juga aktif
menyelenggarakan kajian-kajian, hanya saja menurut sebagian orang mereka lebih
sering memunculkan tema-team yang lebih bersifat politis, bukan kajian murni
yang bersifat ilmiah dan secara umum dianggap tidak memformulasikan pemikiranpemikiran transformative dalam menghadapi persoalan-persoalan aktual, sehingga
pemikiran-pemikiran mereka cenderung dianggap sebagai wacana periforal.
Kelompok-kelompok tersebut berkeyakinan bahwa tata kehidupan yang baik dan
bermartabat hanya dapat tercapai dengan mewujudkan kekhalifahan Islam. Oleh
karenanya untuk mencapainya, mereka harus melalui perjuangan politik. Sebut saja
seperti Hizbut Tahrir Indonesia, Majelis Mujahidin Indonesia, Front Pembela Islam
dan beberapa nama lainnya. [8]
Perkembangan pemikiran di masa ini, pada intinya tidak terletak pada perbedaan
kecenderungan pilihan wacana, tetapi lebih kepada kepribadian metode tafsir
terhadap nash, baik berkaitan dengan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran
maupun al Hadits. Kecenderungan metode penafsiran tekstual oleh kelompok Islam
Fundamental dengan kecenderungan metode tafsir liberal oleh komunitas Islam
liberal adalah inti dari perbedaan kecenderungan pemikiran di antara mereka.
Akan tetapi, berkaitan persoalan-persoalan aktual yang muncul dewasa ini, pada
akhirnya perbedaan bermuara kepada persoalan pemilihan wacana. Wacana
kenegaraan dan penerapan syariat Islam secara formal menjadi tema sentral
komunitas Islam fundamental, sementara wacana tentang hak asasi manusia

(HAM), demokrasi, pluralisme, multiculturalisme dan sebagainya menjadi tematema yang digemari oleh komunitas Islam liberal.

Anda mungkin juga menyukai