Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
DEVI CHINTYA AYU PALUPI, S.Kep
NIM 092311101038
yang
berhubungan
dengan
abnormalitas
metabolism
DM
melalui
secara genetik.
b. DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas
pada individu obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin
dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin
yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik
yang biasa.
c. DM Malnutrisi
menjadi rusak.
Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)
Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi
sel Beta pancreas
d. DM Tipe Lain
3. Patofisiologi
Pasien-pasien
yang
mengalami
defisiensi
insulin
tidak
dapat
ginjal,
maka
timbul
glukosoria.
Glukosoria
ini
akan
glukosa darah lebih dari 300 mg per 100 ml. Hal ini menyebabkan
osmolalitas
plasma
meningkat
dan
berakibat
poliuria
sehingga
menimbulkan rasa haus yang hebat, deficit kalium yang parah sehingga
mengakibatkan terjadinya koma dan kematian.
Penderita diabetes lebih mudah terkena infeksi. Efeksivitas kulit sehingga
pertahanan tubuh pertama berkurang. Diabetes yang telah terkontrol
menyebabkan defosit lemak di bawah kulit berkurang, hilangnya glikogen
dan terjadinya katabolisme protein tubuh. Kehilangan protein yang
menghambat proses peradangan dan penyembuhan luka. Disamping itu
fungsi leukosit, yang semuanya terlibat dalam upaya tubuh untuk mengatasi
infeksi, gagal. Menurunnya sirkulasi darah terhadap bagian yang terinfeksi
juga memperlambat penyembuhan.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala diabetes mellitus yang dikaitkan dengan gangguan
metabolik insulin adalah sebagai berikut (Price & Wilson, 2006):
a. Kadar glukosa puasa tidak normal
b. Glukosuria
c. Poliuria
d. Polidipsi
e. Polifagia
f. BB berkurang
g. Rasa lelah dan mengantuk
h. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur.
5. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik. (Carpenito, 2007).
a. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang
penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah
dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah Diabetik
Ketoasedosis (DKA). Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi
insulin berat dan akut dari suatu perjalananpenyakit diabetes
mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya insulin
atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer & Bare,
2002 ).
merupakan
keadaan
yang
didominasi
oleh
Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan perubahan
Katarak
disebabkan
karena
hiperglikemia
yang
2.
Makrovaskuler
a. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus
maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi.
Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita
penyakit jantung koroner atau stroke.
b. Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai
dari celah celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel sel
kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang
menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah daerah yang tekena
trauma.
c. Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga
suplai darah keotak menurun.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah
Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Sewaktu
DM
Belum Pasti DM
Plasma vena
>200
100-200
Darah kapiler
>200
80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Puasa
DM
Belum Pasti DM
Plasma vena
>120
110-120
Darah kapiler
>110
90-110
b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2
kali pemeriksaan :
Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
10 15% protein
20 25% lemak
60 70% karbohidrat
Memperlambat
penyerapan
glukosa
darah
sehingga
cukup zat besi. Bahan makanan sumber zat besi antara lain sayuran
berwarna hijau dan kacang-kacangan.
7) Biasakan makan pagi
Pada penyandang diabetes terutama yang menggunakan obat
penurun glukosa darah ataupun suntikan insulin tidak makan pagi
akan sangat beresiko karena bisa menyebabkan hipoglikemia
(penurunan kadar gula darah).
8) Hindari minuman beralkohol
Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan
terhambatnya proses penyerapan zat gizi, dan hilangnya zat gizi
yang penting bagi tubuh.
b. Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar penatalaksanaan diabetes
karena dapat menurunkan berat badan, meningkatkan kebugaran,
meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot.
Latihan jasmani harus dilakukan secara teratur dan sesuai dengan
umur, jenis kelamin, pekerjaan dan kondisi kesehatan.
c. Obat-obatan penurun gula darah
Jenis tablet atau obat-obatan yang merangsang pankreas untuk
melepaskan persediaan insulin, menaikkan tingkat insulin sehingga
gula darah tetap rendah antara lain :
Chlorpropamide
Glibenclamide
Gliclazide
Gliquidone
Tolazamide
Tolbutamide
Obat jangka panjang tidak selalu cocok untuk orang tua dan orang yang
gaya hidupnya sulit untuk makan secara teratur, karena adanya resiko
hipoglikemia, selain perlu waspada terhadap resiko rendahnya gula darah,
-Faktor genetik
Ketidakseimbangan insulin
Kerusakan Sel Beta Pankreas
-Pengrusakan imunologik
Imunitas menurun
Resiko Infeksi
Neuropati sensori perifer
Iskemik jaringan
Terjadi hiperglikemia
Glukosuria
Klien tidak
merasa sakit
B. Clinical
Pathway
Luka
Kehilangan kalori
Gangren
Kelemahan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko syok
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1.
Riwayat
a.
Informasi Umum:
Nama, umur, jenis kelamin, BB sebelum dan sesudah sakit, TB
b. Jika klien telah terdiagnosa
Gejala spesifik
Kapan gejalan tersebut muncul
Obat-obat diabetes: nama, berapa lama, cara penyuntikan.
Jenis stressor: pekerjaan, rumah atau keluarga,penyaakit lain
Jenis monitoring: darah, urin
Program latihan: jenis latihan
c.
d.
e.
nyeri.
Jika terdapat diare: fekol inkontinensia, kapan terjadinya
Adakah masalah pemasukan
Adakah masalah pemasukan: urin tersisa di vesicaurinaria
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nakturia
Tanda : urine encer, pucat kering, poliurine.
e. Makanan/cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet,
penurunan berat badan.
Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek.
f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri pada luka ulkus
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat hati-hati.
g. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : faktor risiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke,
hipertensi, penyembuhan yang lamba.
Penggunaan obatseperti steroid, diuretik (tiazid) : diantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
berhubungan
dengan
Diagnosa
keperawatan
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
berhubungan
dengan iskemia
jaringan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan
Kriteria hasil
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
perfusi jaringan
Mendemonstra
sikan status
sirkulasi yang
ditandai
dengan :
Tekanan
Intervensi
keperawatan
NIC :
Peripheral
Sensation
Management
1. Monitor daerah
Rasional
1. Skrining
menjadi efektif
NOC :
Circulation
status
2.
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan kondisi
gangguan
metabolik
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
integritas kulit
membaik
NOC :
Tissue
integrity
Wound
healing
sistl dan
diastole
dalam
rentang
yang
diharapkan
Tidak
terdapat
hipotensi
ortostatik
Tidak
terdapat
tanda
peningkata
n tekanan
intrakranial
(tidak
>15mmHg
)
Integritas
kulit yang
baik dapat
dipertahan
kan
(sensasi,
elastisitas,
temperatur,
hidrasi,
pigmentasi
)
Tidak
terdapat
luka/lesi
pada kulit
Perfusi
jaringan
baik
Mampu
tertentu yang
hanya peka
terhadap
panas/dingin/tu
mpul/tajam
2. Kaji CRT
3. Gunakan
sarung tangan
4. Diskusikan
mengenai
perubahan
sensasi
5. Instrusksikan
keluarga untuk
mengobservasi
adanya luka
NIC:
Wound Care
1. Monitor
karakteristik
dari luka
2. Bersihkan
dengan normal
salin
3. Pantau proses
penyembuhan
luka
4. Instruksikan
pasien dan
keluarga
kemungkinan
tidak
adekuatnya
sirkulasi
2. Menilai
pengisian
darah
didaerah
perifer
3. Untuk
proteksi
4. Pasien dan
keluarga
paham
mengenai
perubahan
yang terjadi
5. Mencegah
komplikasi
lebih lanjut
1. Pertimbanga
n intervensi
yang akan
dilakukan
2. Cairan
fisiologis
untuk
perawatan
luka
3. Memantau
keefektifan
dari
perawatan
luka
4. Mencegah
luka
melindungi
kulit dan
mempertah
ankan
kelembaba
n kulit
3.
Ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
gangguan
keseimbangan
insulin, makanan
dan aktivitas
jasmani
Setelah
Mampu
dilakukan
mengidenti
tindakan
fikasi
keperawatan
kebutuhan
1x24 jam nutrisi
nutrisi
Tidak
pasien dapat
terpenuhi
terdapat
tandaNOC:
tanda
malnutrisi
Nutritional
status
4.
Resiko syok
berhubungan
dengan
kehilangan
cairan dan
elektrolit dalam
sel
Weight
control
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam tidak
terdapat tanda
gejala syok
NOC:
menjaga
kebersihan luka
5. Informasikan
kepada pasien
dan keluarga
mengenai
tanda-tanda
infeksi
NIC:
Nutrition
monitoring
1. Monitor berat
badan pasien
2. Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa dilakukan
3. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
4. Monitor
lingkungan
selama makan
Irama jantung,
nadi, frekuensi
napas, irama
pernapasan
dalam batas
yang
diharapkan
5. Monitor turgor
kulit
NIC:
Shock prevention
1. Monitor
sirkulasi
2. Monitor tanda
inadekuat
oksigenasi
terkontamina
si
5. Mencegah
infeksi
terjadi
1. Memantau
perkembanga
n berat badan
pasien
2. Aktivitas
dapat
membuat
metabolisme
meningkat
3. Memantau
hidrasi
4. Lingkungan
dapat
mempengaru
hi motivasi
untuk makan
5. Monitor
hidrasi
1. Memantau
keadekuatan
sirkulasi
darah
2. Mencegah
hipoksia
jaringan
Shock
Prevention
jaringan
3. Monitor input
dan output
4. Monitor tanda
awal syok
5.
Resiko infeksi
berhubungan
dengan
penurunan
antibodi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
infeksi dapat
dihindari
NOC:
Immune
status
Risk contol
Referensi
3. Memantau
keseimbanga
n tubuh
4. Pencegahan
komplikasi
lebih lanjut
5. Rehidrasi
5. Kolaborasi
pemberian
cairan IV
dengan tepat
NIC:
Infection control
Pasien
mampu
mampu
mengidenti 1. Bersihkan
lingkungan
fikasi tanda
setelah dipakai
dan gejala
pasien lain
infeksi
TTV dalam 2. Batasi
pengunjung
batas
normal
3. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
melakukan
tindakan
4. Beri penjelasan
kepada pasien
tanda dan
gejala infeksi
5. Kolaborasi
pemberian
antibitok
1. Mencegah
infeksi silang
2. Mencegah
penyebaran
bakteri/kuma
n dari luar
3. Mencegah
infeksi
nosokomial
4. Pencegahan
segera
komplikasi
lebih lanjut
5. Mencegah
penyebaran
infeksi
FK
UI.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, NIC NOC. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC