Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I.
TUJUAN
a. Mahasiswa dapat menentukan densitas dan API-Gravity memakai alat
hidrometer glass dari contoh minyak solar dan crude oil Ledok
b. Mahasiswa dpaat mengubah hasilnya ke standar temperatur 15 oC atau 60/60
F menggunakan tabel reduksi pada ASTM D 1250
a. Densitas
Kepadatan adalah massa zat dibagi dengan volumenya. Dengan sudut pandang
perdagangan, pengetahuan mengenai kepadatan BBM secara fundamental
penting karena bahan bakar disampaikan oleh volume dan dijual oleh massa.
Hubungan antara massa dan volume adalah sebagai berikut;
Unit untuk kepadatan kg/m3 dan untuk suhu acuan bahan bakar selalu
1.
dinyatakan dalam suhu 15oC. Sebuah suhu acuan harus diberikan karena
kepadatan bahan bakar bervariasi dengan suhu.
Gravitasi spesifik adalah rasio massa volume tertentu zat dengan massa
2.
volume air yang sama pada suhu yang sama. Karena merupakan suatu ratio, SG
tidak memiliki unit satuan tetapi dapat dinyatakan dkarena suhu dinyatakan
dengan suhu, misalnya. 15/15oC. Terkadang berat jenis dikutip juga pada 20/
4oC, tapi ini bukanlah berat jenis karena suhu tidak identik. Meskipun demikian
kepadatan relatif, yang merupakan rasio massa volume tertentu substansi pada
t1 suhu, dengan massa volume yang sama air murni pada suhu t 1. Karena 1m3
air murni pada suhu 4oC memiliki massa 1000kg, kepadatan zat di t1oC setara
dengan kepadatan relatif di t1/4oC.
b. API Gravity
Berat jenis oAPI Gravity menyatakan densitas atau berat per satuan volume
suatu zat. oAPI dapat diukur dengan Hidrometer (ASTM D-287), sedangkan
berat jenis dapat ditentukan dengan piknometer (ASTM D-941 dan D-1217).
Pengukuran oAPI Gravity dengan hidrometer dinyatakan dengan angka 0 s/d
100. Hubungan oAPI Gravity dengan berat jenis adalah sebagai berikut:
API Gravity=
141,5
131,5
60
SG F
60
Satuan berat jenis dapat dinyatakan dengan lb/gal atau lb/barrel atau
m3/ton.
Tujuan dilaksanakan pemeriksaan terhadap oAPI Gravity dan berat jenis adalah
untuk indikasi mutu minyak. Makin tinggi oAPI atau makin rendah berat jenis
maka minyak tersebut makin berharga, karena banyak mengandung bensin.
Sebaliknya makin rendah oAPI maka mutu minyak makin rendah, karena lebih
banyak mengandung lilin.
Minyak yang mempunyai berat jenis tinggi berarti minyak tersebut
mempunyai kandungan panas (heating value) yang rendah dan sebaliknya bila
minyak mempunyai berat jenis rendah berarti memiliki kandungan panas yang
tinggi.
c. Hidrometer
Hidrometer adalah suatu alat terbuat dari kaca yang berguna untuk mengukur
densitas. Yang berarti fungsi hidrometer adalah untuk mengukur densitas.
Terdapat banyak jenis hidrometer. seperti untuk mengukur berat jenis air, berat
jenis minyak dan berat jenis larutan lainnya. Tetapi ada juga hidrometer yang
digunakan untuk mengukur kadar suatu zat.
IV. BAHAN DAN PERALATAN
a. Bahan
1.
Minyak Solar
2.
Crude Oil Ledok
b. Peralatan
1.
Hidrometer skala densitas
2.
Termometer ASTM 12C dan 12F
3.
Gelas silinder
4.
Constant Temperature Bath
V. LANGKAH KERJA
Lakukaan pengukuran
temperatur menggunakakn
termometer skala oC, baca
dan catat suhu contoh uji.
Keluarkan hidrometer,
kemudian lakukan
pengukuran temperatur, baca
dan catat suhu contoh uji.
Apabila perbedaan suhu dari
kedua pengamatan tidak
melampaui 0,5 ooC hasil rerata
dicatat sebagai Suhu
Pengamatan
VI. KETELITIAN
Percobaan 1
29 C
0,8420 g/l
29,2 C
Percobaan 2
29,2 C
0,8420 g/l
29,2 C
a. Densitas
Ratarata Temperature=
T 1 +T 2 29+29,2
=
=29,1 C
2
2
RatarataObserved Density=
1 + 2
gr
=0,8420
2
l
T 1+ T 2 29,2+ 29,2
=
=29,2 C
2
2
T 2T 1 21
=
T ? T 1 ? 1
29,2529.00 852,00851,90
=
29,2029,00
?851,90
0,25
0,1
=
0,2 ? 851,90
0,25 ?212,975=0,02
0,25 ?=212,995
? =851,98
kg
L
842,0
843,0
at 15C
29,00 C
850,6
...
852,6
29,2 C
X1
X3
X2
29,25 C
850,8
...
852,8
29,2529.00 850,8850,6
=
29,2029,00
X 1850,6
0,25
0,2
=
0,2 X 1851,90
0,25 X 1212,65=0,04
0,25 X 1=212,69
X 1=850,76
kg
L
(..1)
29,2529.00 852,80852,60
=
29,2029,00
X 2852,60
0,25
0,2
=
0,2 X 2852,60
0,25 X 2213,15=0,04
0,25 X 2=213,19
X 2=852,98
kg
L (..2)
852,76850,76 843,0841,0
=
X 3 850,76
842,0841,0
2
2
=
X 3850,76 1
2=2 X 3 1701,52
1703,52=2 X 3
X 3=851,76
kg
L
b. API Gravity
Ratarata Temperature=
T 1 +T 2 81,5+ 83
=
=82,25 F
2
2
RatarataObserved API =
Percobaan 2
Ledok)
Suhu awal
Observed API-Gravity
Observed Temperature
83 F
36,4
83,5 F
81,5 F
36,3
82,25 F
T 1+ T 2 82,25+83,5
=
=82,875 F
2
2
Obs Temp/API-Gravity
36,0
36,35
36,5
82,5 F
34,3
...
34,8
82,875 F
X1
X3
X2
83,0 F
34,2
...
34,7
T 2T 1 API 2API 1
=
T ? T 1
X 1 API 1
83,O82,5 34,234,3
=
82,87582,5
X 134,3
0,5
0,1
=
0,375 X 134,3
0,5 X 1=17,4625
X 1=34,925
(..1)
83,O82,5 34,734,8
=
82,87582,5
X 234,8
0,5
0,1
=
0,2 X 234,8
0,5 X 217,4=0,0375
0,5 X 2=17,3625
X 2=34,725 (..2)
34,72534,925 36,536
=
X 334,925
36,3536
0,2
0,5
=
X 334,925 0,35
0,07=0,5 X 317,4625
17,3925=0,5 X 3
X 3=34,785
VIII. ANALISIS
Pada praktikum kali ini, praktikan melaksanakan penentuan Densitas dan
API-Gravity dari beberapa produk yakni minyak solar dan crude oil Ledok.
Mekanisme praktikum yang dilakukan cukup sederhana dengan menggunakan
beberapa alat seperti hidrometer skala densitas dan skala API-Gravity,
Termometer ASTM 12F dan 12C, gelas silinder. Untuk penentuan densitas,
setelah melakukan dua kali percobaan dengan variabel yang sama, praktikan
mendapatkan
hasil
yakni,
suhu
rata-rata
pembacaan
awal
sebelum
dilakukan dengan
11
DISTILASI ASTM D 86
I.
TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa dapat menentukan secara kuantitatif karakteristik trayek titik
didihh menggunakan unit distilasi secara laboratories, meliputi distilasi
atmosferik produk minyak bumi (Mogas, Avgas, Avtur, Kerosine, Gas Oil
dan produk lain sejenis)
2. Mahasiswa dapat menentukan Initial Boiling Point (IBP), adalah
pembacaan termometer pada waktu tetesan pertama kondensat jatuh dari
ujung tabung kondensor
3. Mahasiswa dapat menentukan End Point (EP) atau Final Boiling Point
(FBP), adalah pembacaan thermometer yang paling tingg (maksimal) yang
diperoleh selama pemmeriksaan
TEORI DASAR
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan
uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini
termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan
pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
12
Distilasi ASTM dilaksanakan dalam suatu labu Engler. Pada distilasi ini, tidak
dipergunakan struktur tray maupun packing serta refluks yang ada merupakan
efek kehilangan panas (heat loss) pada struktur leher labu engler. Metode distilasi
ini paling banyak digunakan karena biayanya murah, lebih sederhana,
membutuhkan jumlah sample yang sedikit, serta waktu pengujian yang lebih
singkat dibandingkan distilasi TBP (kurang lebih 1/10 kali waktu pengujian TBP).
Distilasi ASTM dilakukan guna mengetahui kualitas produk (product quality
control). Beberapa metode distilasi ASTM adalah sebagai berikut.
ASTM Method D86
Metode distilasi ini digunakan untuk menguji motor gasoline, aviation gasoline,
aviation turbine, naphta, kerosine, diesel, distillate fuel oil dan produk-produk
yang serupa. Pengujiannya dilakukan pada tekanan atmosferis. Digunakan
termometer yang dipaparkan langsung dalam labu engler dan hasil pembacaannya
tidak ada koreksi stem.
ASTM method D216
Metode distilasi ini digunakan untuk menguji natural gasoline. Dilakukan pada
tekanan atmosferis.
ASTM method D1160
Metode distilasi ini digunakan untuk menguji produk migas fraksi berat yang
dapat diuapkan secara parsial maupun keseluruhan pada suhu maksimal 750 F
pada tekanan absolut hingga 1 mmHg dan dikondensasikan menjadi fase liquid
pada tekanan pengujian. Tekanan operasi pengujian berkisar antara 1-760 mmHg
absolut. Temperatur diukur dengan perangkat thermocouple.
ASTM method D2887
Metode ini merupakan metode simulasi distilasi yang dilakukan dengan gas
chromatography (GC). Metode ini merupakan metode yang paling sederhana yang
dapat melakukan analisis cut point dan boiling range fraksi hidrokarbon dengan
ketelitian tinggi.
Distilasi TBP dilakukan dalam sebuah kolom distilasi dengan 15 - 100 plates
(trays) teoritis dengan reflux ratio yang tinggi (5 : 1 atau lebih). Tingkat fraksinasi
13
yang tinggi pada pengujian ini memberikan distribusi komponen campuran yang
akurat. Kekurangan distilasi TBP adalah tidak adanya standadisasi alat dan
prosedur pengujian. Meskipun demikian, variasi antara laboratorium pengujian
yang ada hanya sedikit karena pemisahan komponen campuran dapat tercapai
dengan baik dengan pengujian yang dilakukan. Distilasi TBP ini dilakukan untuk
mengetahui % volume produk yang diperoleh dari cutting kurva berdasarkan cut
point produk yang dihaapkan.
Labu distilasi 125 mL bila
labu
kotor
(ada
karbon
PENYIAPAN
Distilasi EFV (Equilibrium
residu), Flash
bagian
Vaporization)
dasar labu
dibersihkan dengan cara
PERALATAN
Termometer (ASTM 7o
C atau ASTM 8o C)
dibakar
dengan
nyala
api
Distilasi EFV sangat identik dengan distilasi pada unit distilasi yang sebenarnya.
burner
Oleh karenanya hasil pengujian distilasi EFV ini dijadikan dasar penentuan
kondisi operasi. Pada pengujian distilasi EFV ini, terjadi kesetimbangan
vaporBak kondensor
disisi
Penyangga
labu.
Gelas ukur bersih dan
air, suhunya diatur
prosesskala
pengujian
Pasang liquid.
padaNamun
alatdemikian,
kering
0 s/d yang
100 menargetkan terjadinya
sesuai jenis contoh
pemanas
mL.
kesetimbangan vapor-liquid
tersebut memakan waktu yang yang
relatif akan
lebih lama
diuji.
dibandingkan metode pengujian yang lainnya. Metode ini juga bersesuaian
Bersihkan/dengan hilangkan
perhitungan secara flash (flash calculation method). Pasang
Distilasithermometer
EFV ini serapat
cairan
pada
tabung
mungkin
kedalam
labu
PEMASANGAN
kondensorberfungsi
dengan
cara
distilasi yang berisi contoh.
untuk
menentukan kondisi
operasi unit distilasi.
Ujung
bulb
thermometer
mengelap/
menyerap
PERALATAN
sejajar
dengan
lubang
dengan kolok
yang
diberi
Data hasil pengujian distilasi terdiri atas temperatur dan persen
recovery.
keluarnya
uap. Dari
kain
data tersebut dapat dibuat kurva distilasi yang mana kurva tersebutlah yang
Pasang labu
distiasidalam
berisi perancangan dan penentuan kondisi operasi proses distilasi.
digunakan
contoh dengan Ujung labu
Naikkan
atur
kedalam tabung
kondensor
Kurva distilasi
terbentuk oleh
kombinasi dan
data persen
volume terekoveri yang ada
penyangga
labu
serapat mungkin. Posisi
PENGUJIAN
labu tegak
sehingga
hingga
pas grafik
dengan
di absis
grafik,ppa
dan temperatur
pada ordinat
uap abu masuk kedalam
dasar labu diitilasi
tabung kondensor dalam
jarak 1 - 2 inchi
IV.
Hitung
%
volume
Losses
dengan
formula : Losses, % =
100
mL
(total
recovery + residu )
mL
Nyalakan
pemanas
dan
atur
kecepatannya
sehingga
mencapai
IBP
Atur pemanasan sehingga
95 % volume sampai FBP
(Final
Boiling
Point)
waktnya 3 5 menit. FBP
adalah suhu tertinggi yang
terbaca saat uji distilasi.
14
Kondensa
t (mL)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
95
Suhu (
o
C)
221
251
268
280
295
308
321
335
355
369
VII.ANALISIS
Setelah dilakukan distilasi pada sampel minyak solar, pada suhu 155 oC
tetesean pertama hasil distilasi didapatkan. Data ini kemudian dicatat sebagai
IBP. Panas dari pemanas harus diatur agar kenaikan temperatur yang terbaca di
termometer tidak meningkat terlalu cepat namun perlahan. Hal ini untuk
mempermudah pengamatan dan pencatatan terhadap peningkatan tiap 10%
volume kondensat yang didapatkan.
Volume kondensat akan terus meningkat seiring berkurangnya fraksi
ringan yang terkandung dalam minyak solar yang sedang didistilasi. Saat
kondensat telah mencapai 80% volume, suplai panas dari pemanas mulai
sedikit ditingkatkan agar mampu menguapkan sampel yang mulai didominasi
oleh fraksi-fraksi yang lebih berat dan juga residu.
Saat kondensat mencapai 90-95% volume, peningkatan suhu mulai yang
terbaca pada termometer mulai melambat. Saat mencapai 96% volume
kondensat, suhu pada thermometer mulai menurun dan merupakan tetesan
terakhir kondensat. Residu yang tersisa tidak dapat didistilasi lagi. Tetesan
terakhir kondensat tersebut didapat pada suhu 370 oC dan merupakan End Point
dari minyak solar tersebut. Mengacu pada Spesifikasi BBM jenis minyak solar
48 dari Dirjen Migas bahwa 90% volume penguapan dengan metode ASTM D
15
86 maksimal pada suhu 370 oC sehingga pada percobaan ini sampel yang diuji
memenuhi spesifikasi tersebut.
Total Recovery yaitu kondensat hasil distilasi yang didapat sebanyak 96
mL sedangkan Residu yang tersisa adalah 3,5 mL. Hasil penjumlahan antara
Total Recovery dan Residu (99,5 mL) tidak melebihi volume awal sampel.
Hasil dapat menjadi indikasi apakah terjadi kebocoran dalam Kondensor. Jika
hasil penjumlahan Total Recovery dan Residu lebih dari volume awal sampel
dicurigai terdapat air pendingin dalam kondensor yang terikut. Berdasarkan
perhitungan losses (1) terdapat losses 0,5 mL. Losses ini dapat disebabkan
tertinggalnya kondensat dalam kondensor maupun kondisi peralatan dalam
kondensor.
VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum, kesimpulan yang dapat diambil ialah
sampel yang diuji dengan metode ASTM D86 ini yaitu minyak solar memiliki
trayek didih dari 155 oC sebagai IBP hingga 370 oC sebagai End Point atau
FBP.
IX. SARAN
16
Dalam praktikum yang telah praktikan laksanakan tentunya tidak jauh dari
kesalahan-kesalahan yang dikarenakan kurang memahaminya prosedur serta
kemampuan analisa data yang jauh dari sempurna dalam melakukan praktikum
kali ini. Selain itu, kurang jelinya praktikan dalam memahami rangkaian peralatan
yang sangat berpengaruh terhadap data yang didapatkan maka dari itu diharapkan
bagi praktikan untuk dapat memehami prosedur praktikum mendatang sehingga
bisa mendapatkan data yang akurat serta meningkatkan kemampuan analisis untuk
mendapatkan kesimpulan yang benar.
X.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/73113989/Distilasi-Astm-Fix
https://www.academia.edu/8816926/DISTILASI_ASTM_D-86
17
TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa dapat mencakup penetapan secar visual dari warna produk
minyak seperti minyak pelumas, heating oil, diesel fuel oil dan petroleum
wax
a. Bahan
1. Solar
b. Peralatan
1. Colorimeter, terdiri dari sumber cahaya, gelas warna standard,
housing wadah contoh tertutup.
2. Wadah contoh, silinder gelas bening, ID 32,5 33,4 mm; tinggi dalam
120 130 mm; tebal dinding 1,2 2,0 mm.\
V. LANGKAH KERJA
Hubungkan stop kontak pada 220 volt, switch pada alat
diubah ke posisi On
Isikan contoh uji ke dalam tabung tengah sampai tanda
batas
Hubungkan stop kontak pada 220 volt, switch pada alat
diubah ke posisi On
Bandingkan warna contoh terhadap warna standar dengan
memutar regulator warna, sehingga diperoleh warna yang
sama dan catat hasilnya
Switch pada alat diubah ke posisi Of
IX. SARAN
Dalam praktikum yang telah praktikan laksanakan tentunya tidak jauh dari
kesalahan-kesalahan yang dikarenakan kurang memahaminya prosedur serta
kemampuan analisa data yang jauh dari sempurna dalam melakukan praktikum
kali ini, maka dari itu diharapkan bagi praktikan untuk dapat memehami
prosedur praktikum mendatang sehingga bisa mendapatkan data yang akurat
serta meningkatkan kemampuan analisis untuk mendapatkan kesimpulan yang
benar.
X. DAFTAR PUSTAKA
http://lovibondcolour.com/colour-scale/astm-colour-astm-d-1500-astmd-6045-iso-2049-ip196
Laporan Praktik Kerja Lapangan.2012.Instrumentasi Optis Berbasis
Komputer untuk Pengujian Mutu Solar di Laboratorium Unit Produksi
SAYBOLT COLOR
I.
TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menentukan
warna dari refined oil seperti undyed motor dan aviation gasoline, jet fuel,
naptha, petroleum wax.
Hugungkan lampu
penerang dengan Power
Supply Connection stop
kontak 220 Volt
Bandingkan warna
contoh dengan
mengurangi perlahanlahan contoh dari
kerangan di tabung
contoh.
Ada
ukuran standar
Ada tiga
tiga ukuran
standar
warna yaitu: 0,5 ; 1,0;
dan 1,5
Pilih standar warna yang
dipergunakan mendekati
warna contoh uji.
21
One
Saybolt Color
+18
100 mL
VII.ANALISIS
Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan contoh Pertasol CC
sebanyak 100 mL. Pertasol CC sebanyak 100 mL dimasukkan pada salah satu
vertical glass tube(tabung) contoh pada Saybolt Chromometer kemudian sinar
lampu standard ditembuskan melalui dua vertikal glass tube tersebut. Warna
dari Pertasol ditentukan dengan membuka kran tabung contoh sembari kita
cocokkan dengan standar warna yakni 0,5 ; 1,0 dan 1,5 dengan metode warna
sinar yang keluar dari kedua vertikal glass tube dibandingkan dengan cara
mengatur tinggi kolom Pertasol sampai level yang sesuai pada angka warna
yang ditembuskan melalui vertikal tube standard. Warna yang hampir sama
diperoleh pada kedalaman 8,25 in dengan standar warna One(1). Kemudian
data yang diperoleh dicocokkan pada tabel Saybolt Colors Corresponding to
Depths of Oil diperoleh nomor warna +18.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, praktikan mendapatkan data hasil
perolehan praktikum. Setelah data dianalisis praktikan menyimpulkan bahwa,
pengujian Color Saybolt ASTM D 156 merupakan salah satu metode uji untuk
memenuhi syarat kebersihan dari suatu produk migas yang pada dasarnya
bertujuan untuk menentukan warna minyak sebelum minyak diberi warna.
IX. SARAN
Dalam praktikum yang telah praktikan laksanakan tentunya tidak jauh dari
kesalahan-kesalahan yang dikarenakan kurang memahaminya prosedur serta
22
kemampuan analisa data yang jauh dari sempurna dalam melakukan praktikum
kali ini, maka dari itu diharapkan bagi praktikan untuk dapat memehami
prosedur praktikum mendatang sehingga bisa mendapatkan data yang akurat
serta meningkatkan kemampuan analisis untuk mendapatkan kesimpulan yang
benar.
X. DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/222135523/Ke-Rosine
https://www.google.com
23
TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat menetapkan titik asap dari kerosene dan avtur.
Langkah Persiapan
Sumbu Lampu
Langkah Kerja
V. LANGKAH KERJA
24
8. Untuk mencegah kesalahan
pembacaan pada skala, maka ulangi
pekerjaan ini sampai tiga kali bila
perbedaannya lebih dari 1,0 mm.
25
Sample: Avtur
Percobaa
n
I
II
III
Rata-rata
23+ 22+ 26
=23,33 mm
3
VII.ANALISIS
Berdasarkan hasil pengamatan diatas telah ditetapkan tinggi smoke point
dari sample avtur saat asap sudah tidak terlihat atau hilang. Hasil percobaan
tinggi smoke point tidaklah konstan. Percobaan I, percobaan II, percobaan III
secara berurut mempunyai tinggi smoke point 23, 22, 26 dan kemudian diratarata kan semua percobaan tinggi smoke point yang mempunyai nilai 23.33 mm.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, untuk menetapkan smoke
point avtur yang mempunyai kualitas baik maka harus mempunyai titik asap
yang tinggi, sehingga nyala api bahan bakar avtur ini dapat dibesarkan dengan
kecenderungan untuk memberikan asap yang kecil atau sampai asap tidak
terlihat dan kemudian ditentukan ketinggian smoke point avtur sesuai atau
mendekati nilai smoke point sesungguhnya.
IX. SARAN
1. Diperlukan konstrasi tinggi pada saat menentukan tinggi smoke point agar
menghasilkan data yang valid.
2. Berhati-hati pada saat menggunakan peralatan lampu smoke point dan
sumbu lampu
X. DAFTAR PUSTAKA
https://www.herirustamaji.files.wordpress.com/2011/12/lec5_uji-minyak-bumidan-produknya.pdf
TUJUAN
Metode pengujian ini mencakup penentuan korosif pada tembaga bensin
penerbangan, penerbangan bahan bakar turbin, bensin otomotif, pembersih
26
pelarut, kerosine, bahan bakar diesel, bahan bakar minyak destilat, lubricationg
minyak, dan bensin naturan atau hidrokarbon ther memiliki tekanan uap tidak
lebih besar dari 124 kPa (18 psi) pada 37,8 oC
II. KESELAMATAN KERJA
a. Hati-hati dalam menggunakan peralatan-peralatan yang mudah pecah.
b. Bila menggunakan peralatan bertenaga listrik, lihat terlebih dahulu tegangan
jaringan listrik yang ada.
III. TEORI DASAR
Copper Strip Corrosion adalah metode kualitatif yang digunakan untuk
menentukan tingkat korosi produk minyak bumi. Dalam tes ini, strip tembaga
dipoles ditangguhkan dalam produk dan efeknya diamati.
Metode ini cocok untuk pengaturan spesifikasi, alat kontrol kualitas internal
dan pengembangan dan penelitian tentang hidrokarbon aromatik industri. Hal
ini juga mendeteksi adanya zat korosif yang berbahaya, seperti senyawa asam
atau sulfur, yang dapat menimbulkan korosi peralatan. Nilai tes ini dilaporkan
dalam satuan SI.
Korosi tembaga strip juga dikenal sebagai strip uji tembaga.
Tes ini dapat digunakan untuk pengujian bensin, pelarut, bensin alam, minyak
tanah, solar, bahan bakar minyak suling dan minyak pelumas, antara produkproduk lainnya, dengan menggunakan uji mandi. Pada suhu tinggi, strip
tembaga yang telah dipoles direndam dalam sampel, biasanya 30 ml. Strip
kemudian dihapus dan diuji untuk korosi dan sejumlah klasifikasi diberikan.
Jumlah tersebut berkisar dari 1 sampai 4 setelah dibandingkan dengan standar
korosi tembaga strip ASTM dilakukan.
Ada beberapa metode dan tes yang tersedia. Salah satunya adalah mandi bom tes,
7151K59. Dalam tes ini bak air termostatik dikendalikan digunakan untuk
membenamkan tembaga strip bom uji korosi. Hal ini harus dilakukan pada
kedalaman yang tepat sesuai persyaratan ASTM. Tes ini memiliki beberapa
spesifikasi yang diidentifikasi dengan itu:
27
Sesuai dengan ASTM D 130; IP 154; FSPT DT-28-65; ISO 2160; FTM
791-5325 dan 51.759 DIN
Metode lain adalah dengan menggunakan mandi tabung reaksi, 7151K89 dan
K92. Fitur dari tes ini adalah:
Hal ini dapat digunakan untuk menguji sampel yang tidak memerlukan bom
tes. Ini termasuk bahan bakar diesel, bensin otomotif, bahan bakar minyak,
pelarut Stoddard, minyak tanah, dan minyak pelumas
28
b. Langkah kerja
29
Masukkan 30 mL contoh ke
dalam test tube.
Masukkan lempengan
tembaga yang telah
dibersihkan ke dalam test
tube yang telah berisi contoh.
Warna
Copper
Sebelum dipanaskan
Warna Dasar
Strip Warna
Copper
Sebelum dipanaskan
1A
VII.Analisis
Pengujian Copper Strip Corrosion pada awalnya dilakukan dengan
pembersihan Copper Strip dengan silikon carbide 150 mesh. Setelah dilakukan
pembersihan warna dari copper strip menunjukan warna dasarnya kemudian
copper strip dimasukkan ke dalam sample uji dan dipanaskan pada bath dengan
suhu (50 C 1C) konstan selama tiga jam. Hasil menunjukkan bahwa warna
Copper Strip berubah dari warna dasr menjadi 1a.
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan korosi lempengan
tembaga terhadap Pertasol. Dari data yang telah didapat danditelaah, praktikan
30
Str
31
TUJUAN
Metode uji ini digunakan untuk produk minyak bumi (minyak solar, pelumas,
minyak diesel dan minyak bakar). Metode ini sesuai untuk black specimens,
cylinder stock dan fuel oil yang tidak didistilasi
Thermometer Number
Thermometer
High cloud and our
Range
-38 to +50 OC
ASTM
5C
IP
1C
-80 to +20 OC
6C
2C
Melting point
+32 to +127 OC
61C
63C
32
3. Bak Pendingin
Bath
Bath Temperature
Sample Temperature
1
2
3
4
5
Setting, oC
0 1,5
-18 1,5
-33 1,5
-51 1,5
-69 1.5
Range, oC
Start to 9
9 to -6
-6 to -24
-24 to -42
-42 to -60
V. LANGKAH KERJA
Tuangkan contoh
ke test jar sampai
tanda batas.
Pasangkan
thermometer
tercelup pada
contoh uji
Tambahkan sebesar 3
oo
C pada hasil
pengamatan diatas
laporkan sebagai
point
VI. HASILpour
PENGAMATAN
Sampel
Pour Point ( +3 oC)
Lanjutkan sampai
minyak tidak
menunjukan gerakan
ketika test jar
dipegang pada posisi
horizontal selama 5
detik, amati
:termometer
Base Oil HVIdan
95 catat
o
o
: -11 C + 3 C
: -8 oC
Lakukan
pendinginan secara
bertahap dimulai
dari suhu paling
hangat
VII.ANALISIS
Pour point atau titik tuang merupakan suhu terendah dimana minyak
masih dapat mengalir. Pada praktikum ini, sampel Base Oil HVI 95 mula-mula
ditaruh pada test jar pertama dengan temperatur awal yaitu temperatur ruangan.
Tiap bath pendingin memilik range suhu pendinginan yang berbeda. Pada saat
melakukan pendinginan, suhu yang terbaca pada termometer tidak boleh
33
mencapai batas bawah range suhu tiap-tiap bath. Sebelum mencapai batas
suhunya, test jar dipindahkan ke bath pendingin berikutnya.
Setelah melakukan pengamatan, sample berhenti mengalir saat
dimiringkan pada bath ke 3 tepatnya pada suhu -11 oC. Dalam pelaporan pour
point, suhu hasil pengamatan ditambah 3 oC untuk keperluan konsumen. Dalam
pemakaiannya, lube base oil dapat berada pada kondisi temperatur yang sangat
rendah. Penambahan 3 oC sebagai batas agar penggunaan lube base oil tidak
sampai membeku pada pour point hasil pengamatan di laboraorium.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan :
Pour point sebagai salah satu parameter mutu yang penting dalam
minyak pelumas.
Suhu yang dilaporkan dalam pembacaan termometer sebagai pour point
harus ditambah 3 oC
Base oil HVI 95 berhenti mengalir saat dimiringkan pada suhu -11 oC
Suhu yang dilaporkan sebagai pour point Base Oil HVI 95 adalah -8 oC
IX. SARAN
Dalam praktikum yang telah praktikan laksanakan tentunya tidak jauh dari
kesalahan-kesalahan yang dikarenakan kurang memahaminya prosedur serta
kemampuan analisa data yang jauh dari sempurna dalam melakukan praktikum
kali ini, maka dari itu diharapkan bagi praktikan untuk dapat memehami
prosedur praktikum mendatang sehingga bisa mendapatkan data yang akurat
serta meningkatkan kemampuan analisis untuk mendapatkan kesimpulan yang
benar.
X. DAFTAR PUSTAKA
http://faisalnasution7612.blogspot.com/2013/04/penentuan-titik
bekutitik-tuang-dan.html
http://www.subsea.org/products/specification.asp?prod=4846
34
35
TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat menentukan flash point close up dari produk-produk
minyak bumi yang mempunyai flash point antara 0oF (-18oC) dan 160oF
(71oC).
36
V. LANGKAH KERJA
VI. KETELITIAN
Metode A:
Untuk minyak yang
mempunyai flash
point 0 65oF (-30
18,5oC):
Metode B:
Untuk minyak yang
mempunyai flash
point 66 160oF:
2.
37
1. Repeability
2. Reproducibility
VII.HASIL PENGAMATAN
Sampel : Minyak Tanah 30mL
Pengamatan dimulai dari suhu 28oC sampai terbentuk Flash Point:
Suhu
Keterangan (Flash
(oC)
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
39.5
Point)
Belum Terbentuk
Belum Terbentuk
Belum Terbentuk
Belum Terbentuk
Belum Terbentuk
Belum Terbentuk
Belum Terbentuk
Belum Terbentuk
Belum Terbentuk
Belum Terbentuk
Belum Terbentuk
Belum Terbentuk
Terbentuk
VIII. ANALISIS
Berdasarkan data pengamatan diatas, diamati suhu yang dimulai dari 28 oC
sampai terbentuknya Flash Point pada contoh uji Minyak Tanah 30mL. Selama
diamati, setiap kenaikan 1oC dilakukan pengecekkan apakah terjadi Flash Point
atau tidak pada alat Flash Point Abel apparatus. Sehingga tepat pada suhu
terendah minyak tanah (30mL) yaitu 39.5oC flash point terbentuk.
IX. KESIMPULAN
Produk-produk minyak bumi mempunyai flash pointnya masing-masing
yang berkisar antara -18oC dan 71oC. Flash point akan terbentuk ketika
dipanaskan contoh uji oleh sumber nyala api dengan kecepatan kenaikan suhu
yang tetap, sehingga selama diamati pada suhu terendah flash point diatas
contoh uji akan terbentuk atau menyala.
X. SARAN
38
39
TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat menetapkan vapor pressure dari gasoline, crude oil
yang mudah menguap dan produk-produk lain yang mudah menguap.
1. Bersihkan Air
Chamber dan
Gasoline Chamber
8. Apabila penunjuk
manometer sudah
konstan laporkan
sebagai RVP contoh.
2. Panaskan
water bath
sampai suhu
100oF constant
7. Rendam ke dalam
water bath pada suhu
100oF selama 20 30
menit, kemudian setiap
5 menit diangkat lalu
dikocok selama 2
menit.
3. Rendam Air
Chamber pada water
bath suhu 100oF
paling sedikit 10
30 menit awal.
4. Dinginkan
contoh dan
gasoline chamber
dalam keadaan
tertutup hingga
suhu 32 40oF
6. Pasangkaran
gasoline chamber
pada air chamber
dan pressure
gauge
5. Isikan contoh
kedalam gasoline
chamber hingga
penuh.
Range
Repeatability
kPa
psi
Procedure
A
kPa
Psi
Gasoline
B
35 - 100
5 15
3.2
0.46
Gasoline
A
A
C
D
35 - 100
0 35
110 - 180
>180
5 15
05
16 26
>26
1.2
0.7
2.1
2.8
0.17
0.1
0.3
0.4
50
0.7
0.1
Aviation
Gasoline
VI.
KETELI
TIAN
41
Range
Repeatability
kPa
psi
Procedure
A
kPa
Psi
Gasoline
B
35 - 100
5 15
5.2
0.75
Gasoline
A
A
C
D
35 - 100
0 35
110 - 180
>180
5 15
05
16 26
>26
4.5
2.4
2.8
4.9
0.66
0.35
0.4
0.7
50
1.0
0.15
Aviation
Gasoline
VII.HASIL PENGAMATAN
VIII.
ANALISIS
Berdasarkan
data pengamatan diatas, untuk percobaan pertama air chamber dan gasoline
chamber dikocok 2 menit dan direndam 30 menit yang mempunyai tekanan
awal yaitu 7,6 psi. Kemudian untuk langkah selanjutnya air chamber dan
gasoline chamber dikocok 2 menit dan direndam dalam water bath diangkat
dari water bath setiap 3 menit. Pada percobaan kedua tekanan tetap sama
(stabil) yaitu 7,6 psi. Setelah dilakukan percobaan ke tiga sampai lima, tekanan
berubah dan menjadi konstan atau stabil yaitu dengan nilai RVP 8 psi. Maka
nilai 8 psi ini lah yang ditentukan sebagai Reid Vapor Pressure.
42
IX. KESIMPULAN
Terdapat beberapa produk-produk minyak mempunyai vapor pressure
yang mudah menguap. Gasoline mempunyai nilai RVP yang mudah menguap.
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, gasoline atau bensin
mempunyai nilai RVP yang stabil atau konstan yaitu 8 psi. Akan tetapi RVP
tidak sama dengan tekanan uap sampel yang sesungguhnya karena terjadinya
sedikit penguapan pada sampel dan karena adanya uap air dan udara dalam
ruangan.
X. SARAN
1. Hati-hati pada saat melakukan pengocokkan air chamber dan gasoline
chamber.
2. Lakukan praktikum sesuai prosedur dan berhati-hati.
XI. DAFTAR PUSTAKA
https://www.herirustamaji.files.wordpress.com/2011/12/lec5_uji-minyak-bumidan-produknya.pdf
43
V. LANGKAH KERJA
44
45
7.
8.
Jika perbedaan suhu Antara keduanya lebih besar drai 3C ulangi proses
pendinginan dan pemanasan sehingga diperoleh perbedaan yang lebih
kecil dari 3C
Masukkan 251 ml contoh ke dalam jaket yang benarbenar bersih dan kering.
6.
5.
4.
3.
2.
1.
2.
1.
b. Cara Kerja
a. Persiapan Contoh
VI. KETELITIAN
Repitibilitas
Perbedaan hasil uji yang diperoleh operator yang sama dengan alat yang
sama pada kondisi dan contoh yang sama adalah 1,5C.
Reprodusibilitas
Perbedaan hasil uji yang diperoleh operator yang berbeda, untuk contoh
yang sama adalah 2,5C.
Freezing Point
-15 C
VII. ANALISIS
Avtur adalah bahan bakar pesawat turbin yang digunakan di udara pada
suhu lingkungan yang jauh dibawah minus. Jika Avtur Freezing Pointnya -15 C
maka belum ditempat ketinggian yang diinginkan avtur akan membentuk kristal
yang menyebabkan tidak mencapainya ketempat ruang pembakaran dikarenakan
terbentuknya Kristal. Ini juga dapat menyebabkan mesin dari pesawat mati.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang praktikan laksanankan mendapatkan kesimpulan
bahwa avtur yang diuji tidak memenuhi spesifikasi dari avtur pada umumnya
atau dapat dikatakan off spec karena terkontaminasi oleh bahan-bahan lain.
Spesifikasi freezing point avtur maks. -47 C.
IX. SARAN
Saran dari kelompok kami dalam praktikum ini yaitu :
46
47
Ruang Lingkup
Water and Sediment in Crude Oil by the Centrifuge Method (Laboratory
Procedure) mencakup penetapan air dan sedimen dalam crude oil dengan
prosedur centrifuge (kurang memuaskan). Jumlah air terdeteksi selalu lebih
rendah dari kandungan air sebenarnya. Bila diperlukan hasil dengan akurasi
tinggi, prosedur untuk kadar air dengan distilasi (ASTM D 4006) dan prosedur
untuk kandungan sedimen dengan ekstraksi (ASTMD 473)
II. Prinsip
Sejumlah volume yang sama dari crude oil dan toluena jenuh air, ditempatkan
dalam centrifuge tube. Setelah centifugation, volume lapisan air dan sedmen di
dasar tube dibaca dengan teliti
III. TEORI DASAR
Dalam proses pengolahan, adanya air dan sedimen memicu kesulitan yang
lebih besar seperti pengkaratan (corrosion), pemanasan dan penyumbatan yang
seharusnya tidak terjadi dalam dapur dan penukar panas yang berpengaruh
pada mutu produk. Keberadaan sedimen dalam minyak bumi biasanya
berbentuk padatan yang sangat halus. Padatan yang berasal dari cekungan
darimana minyak bumi berasal atau dalam cairan pengeboran, dapat berupa
pasir, tanah liat, serpihan atau butiran batu. Air dapat tampak dalam minyak
bumi dalam bentuk butiran atau sebagai emulsi dan dapat mengandung garam
kimia atau substansi yang berbahaya lainnya.
Minyak yang kita produksi ke permukaan sering kali tercampur dengan
sedimen-sedimen yang dapat mempengaruhi proses/laju produksi, untuk itu
endapan tersebut harus dipisahkan dengan cara:
Di Laboratorium
Dengan menggunakan metode centrifuge yaitu dengan menggunakan gaya
centrifugal sehingga air, minyak dan endapan dapat terpisahkan.
Di Lapangan
48
metode
Centrifuge,
dimana
prinsip
dasarnya
adalah
49
Suatu suspensi atau campuran yang berada pada suatu tempat (tabung)
apabila diputar dengan kecepatan tertentu, dengan gaya centrifugal dan berat
jenis yang berbeda akan saling pisah, dimana zat dengan berat jenis yang lebih
besar akan berada di bawah dan zat dengan berat jenis rendah berada di atas.
Metode Centrifuge ini mempunyai kelebihan antara lain :
1. Waktu yang diperlukan untuk memisahkan air dan minyak serta endapan lain
lebih singkat daripada Dean & Stark Method.
2. Pemindahan alat yang sangat mudah dilakukan.
IV. Peralatan
Centrifuge
o Mampu berputar dengan minimum 600 rcf (relative centrifugal force)
o Rpm minimum dihitung dengan formula :
r/min = 1335 rcf /d
d (mm)
r/min = 265
rcf / d
d (inch)
o mampu mempertahankan pada temperatur 60 3 oC (140 5 oF).
Tabung centrifuge
Pipet, klas A 50 Ml
V. Pereaksi
Toluene, jenuh air
Demulsifier
Isi masing-masing
Tempatkan
Setelah selesai
dari
tabung
kedua tabung ke
centrifuge dengan
putaran,
baca
Tanpa
dalam centrifuge
dan
catat
pengadukan
sampel
sebanyak
tepat
50
mL,
tambahkan 50
0,05 Cara
mL Kerja
toluena
VI.
jenuh
air,
secara
berseberangan,
kencangkan dan
putar selama 10
sediment yang
sekali
da pada bagian
pemutaran
bawah masing-
tambahkan 0,2 mL
600 (minimum).
masing tabung
larutan
Suhu centrifuge
sampai
demulsifier.
harus
ketelitian 0,05
Rapatkan penutup
dipertahankan
mL
bercampur.
agar
pada 60 3 oC
(140 5 oF).
10x
selama
lagi
10
menit pada
kecepatan
yang sama
50
dan bolak-balikkan
kemudian
lakukan
VII.Hasil Pengamatan
Sampel : Crude Oil Ledok 2 x 50 mL
Volume BS & W = Sedimen + Air + Emulsi + Minyak
Percobaan 1
A (mL)
B (mL)
Sedimen
0,1
0,1
Air
0,4
1,2
Emulsi
0,1
0,3
minyak
99,4
98,4
Volume BS&W A
Volume BS&W B
vol . BSW A +vol . BSW B
x 100
v total
= 0,6 mL
= 1,6 mL
= 2,2%
Percobaan 2
A (mL)
B (mL)
Sedimen
0,07
0,2
Air
0,38
1,1
Emulsi
0,1
0,3
Minyak
99,45
98,4
51
Volume BS&W A
Volume BS&W B
vol . BSW A +vol . BSW B
x 100
v total
= 0,55 mL
= 1,6 mL
= 2,15%
VIII. ANALISIS
Campuran yang berada pada suatu tempat (tabung) apabila diputar
dengan kecepatan tertentu, dengan gaya centrifugal dan berat jenis yang
berbeda akan saling pisah dan terlempar menjauhi titik pusat perputarannya.
Pada intinya zat dengan berat jenis yang lebih besar akan berada di bawah dan
zat dengan berat jenis rendah berada di atas.Pada percobaan penentuan
kandungan air dan endapan dilakukan dengan menggunakan metode centrifuge
setelah dilakukan dua kali percobaan pada 2 sampel 50 ml Crude Oil ledok,
terbentuk 4 layer pada sampel yaitu sedimen, air, emulsi, dan minyak di
bagian paling atas. Jumlah volume antara sedimen, air, dan emulsi diambil
sebagai BS&W untuk dhitung persentase volumenya terhadap Crude Oil.
IX. Kesimpulan
Setelah dilakukan prktikum ini dapat disimpulkan :
Keberadaan Base Sediment & Water (BS&W) dalam minyak bumi
biasanya berbentuk padatan yang sangat halus. Padatan yang berasal
dari cekungan darimana minyak bumi berasal atau dalam cairan
pengeboran, dapat berupa pasir, tanah liat, serpihan atau butiran batu.
Air dapat tampak dalam minyak bumi dalam bentuk butiran atau
sebagai emulsi dan dapat mengandung garam kimia atau substansi yang
berbahaya lainnya.
BS&W dapat menggangu proses pengolahan dan mutu produk
Persentase volume BS%W yang terkandung dalam Crude Oil ledok
sebanyak 2,2% volume pada percobaan 1 dan sebesar 2,15% pada
percobaan 2.
X. SARAN
52
Dalam praktikum yang telah praktikan laksanakan tentunya tidak jauh dari
kesalahan-kesalahan yang dikarenakan kurang memahaminya prosedur serta
kemampuan analisa data yang jauh dari sempurna dalam melakukan praktikum
kali ini, maka dari itu diharapkan bagi praktikan untuk dapat memehami
prosedur praktikum mendatang sehingga bisa mendapatkan data yang akurat
serta meningkatkan kemampuan analisis untuk mendapatkan kesimpulan yang
benar.
53
TUJUAN
Praktikum bertujuan untuk menentukan panas pembakaran bahan bakar
hidrokarbon cair dari distilat ringan sampai minyak residu: meliputi bensin,
minyak tanah, solar, bahan bakar turbin gas dan minyak bakar
IV. PRINSIP
55
Contoh Uji
Nilai energy ekuivalen dihitung dengan persamaan dibawah ini:
Keterangan:
Timbang contoh
W =cawan,
Energi
uji dalam
Q dari
= Panas
kurang
1,0 g
dengan ketelitian
0,1MJ/g
mg
G
T
e1
e2
Potong kawat-fuse /
ekuivalen calorimeter,
MJ/oC
benang sepanjang 10
Tempatkan
cm danpada
atur dalam
pembakaran cawan
asam dalam
benzoate standar (dilihat
labelnya),
elektroda
elektroda sehingga
bagian tengah
lengkungan menyentuh
contoh uji dalam cawan.
2. Prosedur Pengujian
Masukkan bomb
kedalam calorimeter
vessel, kemudian
masukkan vessel
kedalam jaket
calorimeter
menggunakan bantuan
pengait khusus, pasang
2 buah kabel elektroda
dalam bomb. Tutup
calorimeter. Hubungkan
motor pemutar dan
pengaduk dengan
serbuk karet.
Hidupkan
pengaduk dan
biarkan selama 5
menit supaya
tercapai
kesetimbangan
temperature,
kemudian tekan
tombol pengapian,
catat waktu dan
temperature, t1.
Tambahkan pada
temperature ini 60%
dari kenaikan
temperature yang
diperkirakan dan catat
waktu saat titik 60%
dari kenaikan
temperature yang
diperkirakan dan catat
waktu saat titik 60%
dicapai. Bila kenaikan
temperatur yang
diperkirakan tidak
diketahui, catat
temperature pada 45,
60, 75, 90, dan 105
detik sesudah penekan
tombol pengapian.
3. Perhitungan.
Kenaikan Temperatur Kalorimeter Isotermal.
t = tc ta r1 (b a) + r2 (c b)
Keterangan:
t
a
b
ta
skala thermometer.
r1 = Kecepatan (unit temperatur/menit) pada saat temperatur naik
selama periode 5 menit sebelum pengapian.
r2 = Kecepatan (unit temperature/menit) pada saat temperature turun
selama waktu c.
Bila temperature justru naik sesudah waktu c, perhitungan menjadi :
t = tc ta r1 (b a) + r2 (c b)
57
4. Koreksi Termokimia
e1
= Koreksi untuk panas pembentukan asam nitrat (HNO3), MJ
= mL larutan Na2CO3 0,0725 N untuk titrasi x 5/106
e2
e3
Keterangan:
Qg
e1, e2, e3
MJ/kg
VII.KETELITIAN
Repeatability
0.13 MJ/kg
Reproducibility 0.40 MJ/kg
VIII. HASIL PENGAMATAN
Diketahui :
Uji sampel = IFO 1.0052 gram
t1
= 28.38 oC
t2
= 32.2792 oC
t
= 3.8992 oC
W
= Q x g + e1 + e2
= 6143.177 Cal/ oC
58
Ditanya :
Jwb:
Qg=
Q g=
t x W (e 1e 2e 3)
1000 g
6143.177Cal /o C x (32.279228.38) o C
1000( 1.0052)
IX. ANALISIS
Pengukuran kalorimeter bom dilakukan pada kondisi volume konstan
tanpa aliran, atau dapat dikatakan reaksi pembakaran dilakukan tanpa
menggunakan nyala api melainka n menggunakan gas oksigen sebagai
pembakar dengan volume konstan atau tekanan tinggi. Bom itu ditempatkan
didalam bejana berisi air dan bahan bakar itu dinyalakan dengan sambungan
listriks dari luar. Suhu itu diukur sebagai fungsi waktu setelah penyalaan. Pada
saat pembakaran, suhu bom tinggi oleh karena itu keseragaman suhu air
disekeliling bom harus dijaga dengan suatu pengaduk. Selain itu dalam
beberapa hal tertentu diberikan pemanasan dari luar melalui selubung air untuk
menjaga supaya suhu seragam agar kondisi bejana air adiabatic.
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, diketahui 2 tahap kenaikan
temperatur terkoreksi dalam pengukuran kalorimeter bom. Selang kenaikan
temperatur antara 2 tahap tersebut 3.8992 oC. Untuk menentukan panas
pembakaran kotor pada uji sampel IFO 1.0052 gram maka dihitung dengan
hasil perkalian Energi ekuivalen kalorimeter yang sudah diketahui sebesar
6143.177 Cal/ oC kemudian dikalikan selang temperature terkoreksi dan dibagi
dengan berat uji sample senilai 1.0052 gram. Sehingga dihasilkan Panas
pembakaran kotor (Q) sebesar 23.829 MJ/Kg. .
X. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini mengenai menentukan panas pembakaran bahan
bakar hidrokarbon dengan kalorimeter bom maka dapat disimpulkan panas
pembakaran kotor pada uji sampel IFO menggunakan kalorimeter bom
59
mempunyai nilai sebesar 23.829 MJ/kg selama kenaikan suhu dari 28.38 oC
sampai 32.2792 oC.
XI. SARAN
1. Timbang dengan hati-hati dan cermat uji sampel IFO dengan ketelitian 0,1
gram.
2. Amati dengan teliti kenaikan suhu yang ditunjukkan pada saat terjadi reaksi
kalorimeter bom.
3. Tutup dengan rapat kalorimeter bom, jangan sampai ada celah.
4. Berhati-hati menggunakan peralatan di laboratorium.
XII.DAFTAR PUSTAKA
http://dhiniauliaphasa.blogspot.com/2013/03/kalorimeter-bom.html
60
Ruang Lingkup
Metode uji ini untuk identifikasi merkaptan (RSH) dalam bensin, kerosine dan
produk minyak yang setara
II. Prinsip
Contoh uji dikocok dengan larutan plumbit, kemudian sejumlah kecil serbuk
belerang ditambahkan dan dikocok kembali. adanya RSH atau H 2S atau
kduanya di indikaksikan oleh lunturnya warna dari belerang yang mengambang
pada permukaan antara minyak dan air
III. Pereaksi
Air murni, didefinisikan oleh Tipe II atau III Spesifikasi D 1193
Doctor Solution ( Sodium Plumbite )
Larutkan sekitar 125 g Natrium Hidroksida ( NaOH ) dalam 1 L air.
Tambahkan 60 g timbal Monoksida ( PbO ) dan kocok kuat selama 15
menit , atau biarkan dengan guncangan sesekali untuk setidaknya satu
hari. Diamkan hingga menjadi cairan bening. Jika solusi tidak tampak
buram , dapat dilakukan filter melalui kertas saring. Tempatkan solusi
dalam botol tertutup rapat dan refilter sebelum digunakan jika belum
bening.
Sulfur
Ta m b a h ka n
Ko co k
Tu n g g u
seju m la h kecil
se cara ku at
m e n g e n d ap
serbu k
ca m p u ra n
d an a m ati
b e le ra n g ,
10 m L
se lam a 2
ya
ng
seca
ra
co n to h u ji
m e n it.
p ra ktis
d an 5 m L
m e ng a m ba n g
laru tan
d ia n ta ra
N a 2 PbO 2
co nto h uji d a n
se lam a 15
la ruta n
61
N a 2P b O 2,
d e tik.
ke m u d ia n
ko co k ke m b a li
sela m a 1 5
d e tik.
Interpretation of Results
Jika sampel tersebut berubah warna atau jika terbentuk film warna
kuning dari sulfur seperti menutupi, maka hasil yang dilaporkan positif.
V. TEORI DASAR
Analisa Doctor Test adalah analisa kualitatif untuk mengetahui keberadaan
mercaptan di kerosin dan produk petroleum yang sejenis (contohnya : bensin).
Selain itu juga untuk mendeteksi kehadiran H2S dan sulfur yang ada di sampel.
Metode yang digunakan adalah ASTM D 4952. Doctor solution ialah larutan
Na2PbO2, yang dibuat dari NaOH dan PbO.
Reaksi yang terjadi :
Na2PbO2 + H2S
2NaOH + PbO
62
PbS + 2NaOH__________(coklat)
dan merkaptan
Jika terkandung H2S dalam sample, akan terbentuk warna coklat karena
IX. SARAN
Dalam praktikum yang telah praktikan laksanakan tentunya tidak jauh dari
kesalahan-kesalahan yang dikarenakan kurang memahaminya prosedur serta
kemampuan analisa data yang jauh dari sempurna dalam melakukan praktikum
kali ini, maka dari itu diharapkan bagi praktikan untuk dapat memehami
prosedur praktikum mendatang sehingga bisa mendapatkan data yang akurat
63
X. DAFTA PUSTAKA
https://www,environmentalchemistry.wordpress.com/tag/sulfur/
http://en.wikipedia.org/wiki/Doctor_sweetening_process
Wendt, G, L,. and Driggs, S. H., Ind. Eng. Chem., 16, 1113 (1924)
64