Jul07,2010MuhammadAbduhTuasikal,MScPuasa
56
Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka
aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa. (HR.
Tirmidzi no. 747. Shahih dilihat dari jalur lainnya).
Dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau mengatakan,
- - .
.
- -
Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah
pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah). (HR. Tirmidzi no. 761 dan
An Nasai no. 2424. Hasan)
3. Puasa Daud
Cara melakukan puasa Daud adalah sehari berpuasa dan sehari tidak.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang
paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh
malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau
biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari. (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim
no. 1159)
Dari Abdullah bin Amru radhiyallahu anhuma, ia berkata,
.
.
.
.
.
.
.
.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang
lebih banyak dari bulan Syaban. Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa
berpuasa pada bulan Syaban seluruhnya. (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim
no. 1156).
Dalam lafazh Muslim, Aisyah radhiyallahu anha mengatakan,
. .
.
Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal
sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul
Hijjah). Para sahabat bertanya: Tidak pula jihad di jalan Allah? Nabi
shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Tidak pula jihad di jalan Allah,
kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak
ada yang kembali satupun. (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu
Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968. Shahih). Keutamaan sepuluh hari awal
Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan
tertentu, sehingga amalan tersebut bisa shalat, sedekah, membaca Al Quran,
dan amalan sholih lainnya.[9] Di antara amalan yang dianjurkan di awal
Dzulhijah adalah amalan puasa.
Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu alaihi
wa sallam mengatakan,
- -
.
- -
Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu
beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya. (HR. Tirmidzi no.
750. Hasan shahih).
8. Puasa Asyura
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada
bulan Allah Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat
wajib adalah shalat malam. (HR. Muslim no. 1163). An Nawawi -rahimahullahmenjelaskan, Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan
untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram.[11]
Keutamaan puasa Asyura sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu
Qotadah di atas. Puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram.
Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertekad di akhir umurnya untuk
melaksanakan puasa Asyura tidak bersendirian, namun diikutsertakan
dengan puasa pada hari sebelumnya (9 Muharram). Tujuannya adalah untuk
menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.
Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu
alaihi wa sallam melakukan puasa hari Asyura dan memerintahkan kaum
muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
- - .
.
--.
Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan
Nashrani. Lantas beliau mengatakan, Apabila tiba tahun depan insya Allah
(jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.
Ibnu Abbas mengatakan, Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu alaihi
wa sallam sudah keburu meninggal dunia. (HR. Muslim no. 1134).
Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah
Pertama: Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan,
minum dan selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
Berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar.
Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata,
. - -
.
. .
.
.
Pada suatu hari, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya,
Apakah kamu mempunyai makanan? Kami menjawab, Tidak ada. Beliau
berkata, Kalau begitu, saya akan berpuasa. Kemudian beliau datang lagi
pada hari yang lain dan kami berkata, Wahai Rasulullah, kita telah diberi
hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju). Maka
beliau pun berkata, Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku
berpuasa. (HR. Muslim no. 1154). An Nawawi memberi judul dalamShahih
Muslim, Bab: Bolehnya melakukan puasa sunnah dengan niat di siang hari
sebelum waktu zawal (bergesernya matahari ke barat) dan bolehnya
membatalkan puasa sunnah meskipun tanpa udzur.
Kedua: Boleh menyempurnakan atau membatalkan puasa sunnah. Dalilnya
adalah hadits Aisyah diatas. Puasa sunnah merupakan pilihan bagi seseorang
ketika ia ingin memulainya, begitu pula ketika ia ingin meneruskan puasanya.
Inilah pendapat dari sekelompok sahabat, pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan
selainnya. Akan tetapi mereka semua, termasuk juga Imam Asy Syafii
bersepakat bahwa disunnahkan untuk tetap menyempurnakan puasa
tersebut.[12]
Ketiga: Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya
bersamanya kecuali dengan seizin suaminya. Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,