Anda di halaman 1dari 5

Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap

saldo aktiva tetap


1. 1. 1 AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN: PENGUJIAN SUBSTANTIF
TERHADAP SALDO AKTIVA TETAP MAKALAH AUDITING II DISUSUN
OLEH: KELOMPOK 11 Ilham Akbar ERC1C011062 Irwansyah ERC1C011020
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JAMBI 2013
2. 2. 2 B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit terhadap siklus pengeluaran
mencakup dua pendekatan yaitu pengujian kepatuhan dan pengujian substansi.
Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahamai struktur pengendalian intern
terhadap siklus penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian
substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap
kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi
yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam
imlpementasinya, sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga
sangat berbeda. Sebelum membahas lebih lanjut siklus pengeluaran ini, terlebih
dahulu perlu dijelaskan pengertian pengeluaran yaitu adalah rangkaian kegiatan bisnis
dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan dengan pembelian serta
pembayaran barang dan jasa Dalam pembahasan ini, sistem penjualan tidak dibahas
mengingat keterbatasan ruang lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini
akan membahas salah satu aspek mengenai aktiva tetap yaitu, Audit terhadap siklus
pengeluaran: Pengujian substantif terhadap aktiva tetap. 1.2 Rumusan masalah 1. Apa
yang di maksud dengan Aktiva Tetap? 2. Apa perbedaan karakteristik aktiva tetap
dengan aktiva lancar? 3. Apa perbedaan pengujian substantif aktiva tetap dengan
aktiva lancar? 4. Apa saja yang termasuk prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia dalam penyajian aktiva tetap? 5. Apa saja tujuan audit terhadap saldo aktiva
tetap? 6. Prosedur apa saja yang ada pada pengujian subtantif terhadap aktiva tetap?
3. 3. 3 1.3 Tujuan Penulisan Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan mengenai
aktiva tetap 2. Menjelaskan perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar
3. Menjelaskan perbedaan pengujian substantif aktiva tetap dengan aktiva lancar 4.
Memaparkan PABU dalam penyajian aktiva tetap di neraca. 5. Memaparkan tujuan
pengujian substantif terhadap aktiva tetap. 6. Menjelaskan prosedur-prosedur dalam
tahapan program pengujian substantif terhadap aktiva tetap. 1.4 Manfaat Penulisan
Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan para pembaca,
khususnya para mahasiswa jurusan akuntansi, agar nantinya dapat lebih memahami
serta mendalami tentang materi yang akan dibahas pada kesempatan kali ini.
4. 4. 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Deskripsi Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan
yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan
diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual
kembali. Karena kekayaan ini mempunyai wujud, seringkali aktiva tetap disebut
dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets). Aktiva etap dalam perusahaan
manufaktur umumnya digolongkan menjadi: 1. Tanah dan perbaikan tanah (land and
land improvement) 2. Gedung dan perbaikan gedung (building and building
improvement) 3. Mesin dan ekupmen pabrik 4. Mebel 5. Kendaraan Transaksi yang
bersangkutan dengan aktiva tetap: Aktiva Tetap Pemerolehan Pengeluaran modal

Revaluasi Pertukaran Penghentian pemakaian Penjualan Pertukaran Depresiasi


Akumulasian Aktiva Tetap Penghentian pemakaian Penjualan Pertukaran Depresiasi
5. 5. 5 Jurnal-jurnal transaksi yang menyangkut perubahan aktiva tetap dan akun
depresiasi akumulasian yang bersangkutan: Dibeli Tanah seluas 2 hektar dengan harga
Rp 400.000.000 1. Transaksi pemerolehan aktiva tetap Aktiva Tetap Rp400.000.000
Kas Rp400.000.000 2. Transaksi pengeluaran modal (capital expenditure) Aktiva
Tetap Rp400.000.000 Kas Rp400.000.000 3. Transaksi depresiasi aktiva tetap Biaya
Depresiasi Rp20.000.000 Depresiasi Akumulasian Aktiva Tetap Rp20.000.000 4.
Transaksi penghentian pemakaian aktiva tetap Depresiasi Akumulasian Aktiva Tetap
Rp20.000.000 Rugi Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap Rp10.000.000 Aktiva Tetap
Rp30.000.000 5. Transaksi reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap Biaya Reparasi dan
Pemeliharaan Aktiva Tetap Rp 70.000.000 Kas Rp35.000.000 Sediaan Suku Cadang
Rp 8.000.000 Gaji dan Upah Rp12.000.000 Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan
Rp15.000.000 2.2 Perbedaan Karakteristik Aktiva Tetap dengan Aktiva Lancar 1.
Akun aktiva tetap mempunyai saldo yang besar didalam neraca; transaksi
perubahannya relatif sangat sedikit namun umumnya menyangkut jumlah rupiah yang
besar. 2. Kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap
mempunyai pengaruh kecil terhadap perhitungan rugi-laba, sedangkan kesalahan
pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar berpengaruh langsung
terhadap perhitungan rugi-laba tahun yang diaudit.
6. 6. 6 3. Aktiva tetap disajikan dineraca pada kosnya dikurangi dengan depresiasi
akumulasian, sedangkan aktiva lancar disajikan dineraca pada nilai bersih yang dapat
direalisasikan pada tanggal neraca. 2.3 Perbedaan Pengujian Substantif Aktiva Tetap
dengan Aktiva Lancar 1. Karena frekuensi transaksi yang menyangkut aktiva tetap
relatif sedikit, maka jumlah waktu yang dikonsumsi untuk pengujian substantif
terhadap aktiva tetap relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan waktu yang
digunakan untuk pengujian substantif terhadap aktiva lancar. 2. Karena ketepatan
pisah bataas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap sedikit pengaruhnya
terhadap perhitungan rugi-laba, maka auditor tidak mengarahkan perhatiannya
terhadap masalah ketelitian pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva
tetap pada akhir tahun. Dengan pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor
memusatkan perhatiannya terhadap ketepatan pisah batas terhadap transaksi yang
bersangkutan dengan aktiva lancar, karena kesalahan atau ketidak telitian penentuan
pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar berdampak langsung
terhadap perhitungan rugi-laba tahun yang diaudit. 3. Pengujian substantif terhadap
aktiva tetap dititik beratkan pada verifikasi mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam
tahun yang diaudit, karena aktiva tetap disajikan pada kosnya, bukan nilai bersih yang
dapat direalisasikan pada tanggal neraca sepertu halnya dengan aktiva lancar. Dilain
pihak, pengujian substantif terhadap aktiva lancar, dititikberatkan pada saldo aktiva
lancar tersebut pada tanggal neraca, karena aktiva lancar harus disajikan didalam
neraca sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal tersebut.
7. 7. 7 2.4 Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Aktiva Tetap Di Neraca
Sebelum membahas pengyajian subtantif terhadap aktiva tetap, perlu diketahui
terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian
aktiva tetap di neraca berikut ini : 1. Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan
didalam neraca 2. Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan 3. Jumlah
depresiasian akumulasian dan biaya depresiasi untuk tahun kini harus ditunjukkan

didalam laporan keuangan 4. Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi


golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan didalam laporan keuangan 5. Aktiva
tetap harus dipecah dalam golongan yang terpisah jikajumlahnya material 6. Aktiva
tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi, jikan
jumlahnya material, harus dijelaskan. 2.5 Tujuan Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva
Tetap 1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan aktiva tetap. 2. Membuktikan keberadaan aktiva tetap dan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.
4. Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan di neraca. 5.
Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca.
8. 8. 8 2.6 Program Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva Tetap Program pengujian
subtantif terhadap aktiva tetap berisi prosedur audit yang dirancang untuk mencapai
tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di atas. Tahap-tahap prosedur audit dimulai
dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat
rinci. 2.6.1 Prosedur audit awal Sebelum membuktikan apakah saldo aktiva tetap yang
dicantumkan oleh klien di dalam neracanya sesuai dengan aktiva tetap yang benarbenar ada pada tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi aktiva
tetap yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya.
Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi
aktiva tetap yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang
dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan enam prosedur audit berikut ini
dalam melakukan rekonsiliasi informasi aktiva tetap di neraca dengan catatan
akuntansi yang bersangkutan: a. Usut saldo aktiva tetap yang tercantum di neraca ke
saldo akun aktiva tetap yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh
keyakinan bahwa saldo aktiva tetap yang tercantum di neraca didukung dengan
catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya, maka
saldo aktiva tetap yang di cantumkan di neraca diusut ke akun buku besar. b. Hitung
kembali saldo akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasian yang bersangkutan di
buku besar. Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian perhitungan saldo akun
aktiva tetap, auditor menghitung kembali saldo akun aktiva tetapdan depresiasi
akumulasian yang bersangkutan dengan menambah saldo awal dengan jumlah
pengkreditan dan menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.
9. 9. 9 c. Usut saldo awal akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasian yang
bersangkutan ke kertas kerja tahun lalu. Sebelum auditor melakukan pengujian
terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun aktiva tetap dan depresiasi
akumulasian yang bersangkutan, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo
awal akun tersebut. d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan
sumber posting dalam akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasiannya. Kecurangan
dalam transaksi pemerolehan, pertukaran, penghentian pemakaian, depresiasi aktiva
dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun
sumber posting dalam akun aktiva tetap, dan depresiasi akumulasian, dan pendapatan
dan rugi luar biasa. e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tetap dan
depresiasi akumulasian yang bersangkutan ke jurnal yang bersangkutan. Untuk
memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan aktiva tetap
berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pendebitan didalam akun aktiva tetap
diusut keregister bukti kas keluar dan jurnal umum sedangkan pengkreditan kedalam
akun tersebut diusut ke jurnal umum. f. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu aktiva

tetap dengan akun control aktiva tetap dan depresiasi akumulasian yang bersangkutan
di buku besar. Saldo akun control aktiva tetap dan depresiasi akumulasian yang
bersangkutan di buku besar tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun
pembantu aktiva tetap ke dalam arsip bukti kas keluar yang belum ddibayar untuk
memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan dengan
aktiva tetap dapat dipercaya ketelitiannya.
10. 10. 10 2.6.2 Prosedur analitik Ratio berikut ini seringkali digunakan oleh auditor
dalam pengujian analitik terhadap aktiva tetap: Ratio formula Tingkat perputaran
aktiva tetap Ratio laba bersih dengan aktiva tetap Ratio aktiva tetap dengan modal
saham Ratio biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap 2.6.3 Pengujian
terhadap transaksi rinci 1. Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang
mendukung transaksi pemerolehan aktiva tetap tersebut. Pemeriksaan dokumen yang
mendukung tambahan aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit memberikan
bukti tentang: a. Asersi keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang
menambah aktiva tetap b. Asersi kelengkapan unsur yang membentuk kos aktiva tetap
c. Asersi hak kepemilikan klien atas tambahan aktiva tetap d. Asersi penilaian aktiva
tetap. 2. Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung transaksi
tersebut. Pemeriksaan terhadap dokumen yang mendukung transaksi berkurangnya
aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit memberikan bukti tentang:
11. 11. 11 a. Asersi keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi berkurangnya aktiva
tetap b. Asersi kelengkapan unsur yang mengurangi kos aktiva tetap c. Asersi hak
kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dikurangi d. Asersi penilaian aktiva tetap. 3.
Periksa ketepatan pisah batas transaksi aktiva tetap 4. Lakukan review terhadap akun
biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap 2.6.4 Pengujian terhadap saldo akun
rinci 1. Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit 2.
Periksa dokumen kontrak dan dokumen hak kepemilikan klien atas aktiva tetap.
Pembuktian hak pemilikan atas aktiva tetap klien dilakukan oleh auditor dengan: a.
Memeriksa dokumen yang mendukung pemerolehan dan penghentian pemakaian
aktiva tetap b. Memeriksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran sewa c.
Memeriksa polis asuransi aktiva tetap d. Meminta informasi mengenai aktiva tetap
yang dijaminkan dalam penarikan utang e. Melakukan inspeksi terhadap perjanjian
persewaan. 3. Lakukan review terhadap perhitungan depresiasi dan deplesi aktiva
tetap 4. Lakukan rekonsiliasi aktiva tetap tertentu kedalam buku pembantu aktiva
tetap 5. Hitung kembali jumlah rupiah yang dicatat didalam akun-akun yang terkait
dalam transaksi
12. 12. 12 2.6.5 Verifikasi dan pengungkapan 1. Periksa klasifikasi aktiva tetap di dalam
neraca. Aktiva tetap harus disajikan didalam neraca dalam kelompok aktiva tidak
lancar pada kosnya dikurangi dengan depresiasi akumulasian atau deplesi. Auditor
melakukan pemeriksaan terhadap klasifikasi aktiva tetap didalam neraca berdasarkan
prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tetap di neraca. 2. Periksa
pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap. Menurut prinsip akuntansi
berterima umum dalam dalam penyajian aktiva tetap di neraca, klien berkewajiban
mencantumkan pengungkapan yang memadai mengenai metode depresiasi atau
deplesi yang dipakainya, aktiva tetap yang dijaminkan atau yang digadaikan dalam
penarikan utang, dan aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih
digunakan dalam kegiatan perusahaan.

13. 13. 13 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Aktiva tetap memiliki karateristik yang
berbeda dengan karakteristik aktiva lancar, yang berdampak terhadap pengujian
subtantif terhadap aktiva tetap. Frekuensi transaksi yang menyangkut aktiva tetap
relatif sedikit, maka jumlah waktu yang dikonsumsi untuk pengujian substantif
terhadap aktiva tetaprelatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan waktu yang
digunakan untuk pngujian substantif terhadap aktiva lancar. Karena transaksi yang
bersangkutan dengan aktiva tetap sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan rugi-laba,
maka auditor tidak mengarahkan perhatiannya terhadap masalah ketelitian pisah batas
transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap pada akhir tahun. Pengujian
substantif terhadap aktiva tetap dititikberatkan pada verifikasi mutasi aktiva tetap
yang terjadi dalam tahun yang diaudit. Verifikasi saldo aktiva tetap pada tanggal
neraca tidak mendapat perhatian auditor, karena aktiva tetap disajikan pada kosnya,
bukan nilainya pada tanggal neraca seperti halnya dengan aktiva lancar. Pengujian
subtantif terhadap aktiva tetap di tujukan untuk memperoleh keyakinan tentang
keandalan catatan akuntansi bersangkutan dengan aktiva tetap, membuktikan
keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap
yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang
dicantumkan di neraca, dan membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan
aktiva tetap di neraca. 3.2 Saran 1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk; a.
Menggunakan referensi buku ataupun jurnal-jurnal yang lebih banyak tentang
pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap.

Anda mungkin juga menyukai