Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sistematika penulisan skripsi umumnya dapat dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu (1)
bagian awal, (2) bagian inti, dan (3) bagian akhir.
Bagian Awal.
Bagian awal dari skripsi terdiri atas :
1.
Halaman Judul.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
guna laksananya.
Dari pihak peneliti, pengungkapan bagian ini dapat didasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apa yang diketahui, teoritis maupun faktual, dari masalah yang diteliti.
2. Adakah permasalahan pada fenomena yang dilihat itu, apakah ada keraguan yang terdapat
pada permasalahan itu.
3. Bagian mana yang menarik dari permasalahan yang diteliti itu.
4. Apakah secara teknis dapat dilakukan penelitiannya.
1.2. Identifikasi Masalah.
Identifikasi masalah adalah aspek abstraksi dan pemilihan yang tepat terhadap aspek yang akan
diteliti, dengan demikian identifikasi masalah adalah inti fenomena permasalahan yang akan
diteliti. Identifikasi masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
1.3 Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian diarahkan untuk menjawab masalah yang telah diidentifikasikan. Jumlah tujuan
penelitian harus sesuai dengan jumlah identifikasi masalah.
1.4 Kegunaan Penelitian
Paragraf ini menjelaskan tentang manfaat penelitian yang dilakukan, baik manfaat teoritis
maupun manfaat praktis.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti dan kerangka
pemikiran. Kajian pustaka ini dapat pula berisi uraian-uraian tentang informasi empiris dari topik
permasalahan yang diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiah atau hasil-hasil penelitian pihak lain
terdahulu yang dapat dijadikan asumsi-asumsi yang memungkinkan terjadinya penalaran untuk
menjawab masalah yang diajukan peneliti.
Fungsi Kerangka Pemikiran adalah tempat menguraikan tentang pertimbangan-pertimbangan
ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan. Bagian ini sering disebut sebagai tulang punggung
seluruh penelitian, karena di sini diuraikan landasan-landasan ilmiah/teori yang digunakan dalam
pembahasan masalah.
Pada bagian ini diuraikan bagaimana peneliti (mahasiswa) mengalirkan jalan pikiran menurut
cara berpikir yang logis atau menurut logical construct, yaitu cara menetapkan masalah yang
telah diidentifikasi ke dalam kerangka teori yang relevan, sehingga dapat menerangkan bahwa
masalah yang telah diidentifikasi itu perkaranya ada di dalam teori dan hasil penelitian empiris
terdahulu yang dikemukakan dan teori itu diperkirakan tepat untuk memecahkan masalahnya.
Jadi upaya yang dilakukan dalam uraian kerangka pemikiran adalah ditujukan untuk dapat
menjawab atau menyelesaikan masalah yang telah diidentifikasi walaupun jawaban itu masih
bersifat sementara karena belum diuji secara empirik lebih lanjut oleh penyusun skripsi.
Adapun cara berpikirnya adalah dengan cara berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang bertolak
dari hal-hal yang umum (dalam hal ini adalah teori, dalil-dalil, atau hukum-hukum yang telah
berlaku umum) serta hasil-hasil penelitian empiris terdahulu, dan disesuaikan kepada hal-hal
yang lebih khusus, yaitu masalah yang telah diidentifikasikan.
Apabila dengan berbagai asumsi serta hasil empiris terdahulu telah dapat dinyatakan bahwa
masalah yang diidentifikasi itu benar-benar merupakan unsur dari teori yang dikemukakan, maka
mahasiswa penyusun skripsi tinggal mengambil kesimpulannya secara silogistis bahwa, hal-hal
yang berlaku dalam suatu yang bersifat umum, akan berlaku pula pada bagian dari yang berlaku
umum itu. Itulah jawaban sementara yang disebut dengan hipotesis. Jumlah hipotesis
seyogyanya harus sesuai dengan jumlah pemasalahan yang telah diidentifikasikan di Bab I.
Dengan demikian perlu disadari bahwa hipotesis dilahirkan atas dasar cara berpikir silogistis
yang kebenarannya sangat tergantung pada benar tidaknya premis-premis yang mendukungnya
yang telah diuraikan dalam kerangka pemikiran.
Atas dasar azas koherensi, maka hipotesis yang dideduksi dari premis-premis yang tidak
diragukan kebenarannya, secara rasional adalah konsisten sehingga hipotesis tersebut dapat
dipandang benar pula dalam pengertian koheren logis; artinya belum benar secara keilmuan,
oleh karena itulah masih bersifat sementara atau dugaan, adapun kebenaran secara keilmuan
berarti sah menurut keilmuan, hal ini menuntut agar hipotesis yang secara rasional benar itu
harus diuji secara empiris dan dapat diterima.
Dengan demikian lahirnya sebuah hipotesis merupakan kesimpulan cara berpikir deduksi atas
dasar teori-teori yang telah diuraikan dalam kerangka pemikiran, yang kemudian didukung oleh
hasil-hasil penelitian empiris terdahulu dengan topik permasalahan yang berkaitan serta relevan.
Oleh sebab itu hipotesis tidak dapat dibuat dengan cara mengada-ada.
Pada bab ini dimungkinkan mengajukan lebih dari satu teori atau hasil penelitian empiris
sebelumnya untuk membahas permasalahan yang menjadi topik skripsi, sepanjang teori-teori
atau data sekunder tersebut berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Kerangka pemikiran yang telah tersusun secara logis setidaknya dapat pula digambarkan
mahasiswa penyusun skripsi dengan membuat satu bagan alir atau flowchart yang dapat secara
informatif meringkas semua aliran kajian teoritis dan empiris yang mendasari mahasiswa
penyusun skripsi dalam menjawab hipotesanya secara lebih meyakinkan dan dapat
dipertanggung-jawabkan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dideskripsikan secara lebih rinci dan runtut tentang rancangan tahap penelitian,
prosedur penelitian, alat ukur yang digunakan, teknik penarikan sampel dari populasi yang
ditentukan beserta kriteria, teknik analisis dan pernyataan serta pengujian hipotesis.
Sub bab Obyek Penelitian dalam bab ini memberikan gambaran umum mengenai obyek yang
diteliti, khususnya keadaan obyek penelitian dikaitkan dengan judul skripsi atau permasalahan
yang diindentifikasikan. Patut pula untuk dicatat bahwa metodologi penelitian yang dilakukan
harus bersifat verifikatif.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan serta membahas hasil penelitian yang diperoleh. Dikemukakan pula
analisis data dengan metode statistik tertentu, atau deskripsi hasil studi maupun analisa serta
interpretasinya, yang bisa berupa perkembangan data dan/atau sistem nilai.
Uraian hasil penelitian ini diikuti dengan pembahasan, dan pada akhir bab dapat diberikan
rangkuman hasilnya. Rangkuman ini diperoleh dari data empiris maupun evaluasi sistem nilai.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan merupakan kristalisasi hasil analisis dan interpretasi yang telah dilakukan pada bab
IV. Cara penulisan serta pembahasannya dirumuskan dalam bentuk pernyataan secara singkat
dan padat, sehingga tidak menimbulkan penafsiran lain.
Informasi yang disampaikan dalam kesimpulan bisa berupa pendapat baru, koreksi atas
pendapat lama, dukungan terhadap pendapat lama (justifikasi), atau menentang pendapat lama.
Saran merupakan kelanjutan dari kesimpulan berupa anjuran, yang dapat menyangkut aspek
operasional, kebijakan, maupun konseptual. Saran hendaknya bersifat konkrit, realistik, bernilai
praktis dan terarah.
Daftar Pustaka.
Lampiran-lampiran (berisi tabel data mentah, perhitungan statistik, peraturan-peraturan,
contoh kuesioner atau instrumen penelitian, dan sebagainya)
3.
Riwayat Hidup.
http://iesp.fe.unpad.ac.id/?page_id=90
A. Pengertian Teori
Secara sederhana teori dapat diartikan sebagai dalil atau pendapat mengenai sesuatu
berdasarkan kekuatan akal (ratio)[1]. Para ahli mendefinisikan teori dengan berbagai macam
pandangan, diantaranya Kerlinger (1978)mengemukakan bahwa theory is a set of interrelated
construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena
by specifying relations among variables, with purpose of explaining and predicting the
phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi
untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga
dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. [2]
Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa : a theory is a generalization or series of
generalization by which we attempt to explain some phenomena in a systematic manner. Teori
adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan
berbagai fenomena secara sistematik.
Landasan Teori
Pada penelitian kuantitatif, peran teori sangat penting sebagai dasar atau landasan dalam suatu
riset/penelitian. Karena tanpa landasan teori maka penelitian akan berujung pada kesalahan atau
sering dikenal dengan istilah trial and error. Dengan adanya landasan teori ini, maka memberikan
ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data.
Setiap teori bisa dikatakan sebagai dugaan sementara, karena hal tersebut mesti memerlukan
pembuktian. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sitirahayu Haditono (1999), bahwa suatu teori
akan memperoleh arti penting mana kala ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan
meramalkan gejala-gejala yang ada.[3]
Mark (1963) dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga
teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan
antara lain:
1. Teori yang deduktif, memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran
spekulatif tertentu ke arah data.
2. Teori yang induktif, cara menerangkan adalah dari data ke arah teori.
3. Teori yang fungsional, disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis,
yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi
data.
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai
berikut.
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini
biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara
variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramal sebelumnya.
2.
Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum
yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Disini orang mulai dari data yang
diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis ( induktif).
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Disini
biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu teori
adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh
melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak dia bukan
suatu teori.
B. Kerangka Konseptual
Uma Sekaran dalam bukunya business research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka
berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang
akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan
dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu
dijelaskan, mengapa variabel itu ikut perlu dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel
tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada
setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka konseptual.
Kerangka konseptual dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian
tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel
atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi
teoritis untuk masing- masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang
diteliti (Sapto Haryako, 1999).
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesisi yang
berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis
penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka
konseptual.
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam
menyusun kerangka konseptual yang membuahkan hipotesisi. Kerangka konseptual ini
merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan.
Suriasumantri(1986) kriteria utama agar suatu kerangka konseptual bisa menyakinkan sesama
ilmuan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka konseptual yang
membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi konseptual merupakan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan
teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis, dan sistematis,
sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang
hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Berdasarkan kerangka konseptual tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka
konseptualnya berbunyi jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan
tinggi. Maka hipotesisnya berbunyi ada hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen
kerja dengan produktivitas kerja. Bila kerangka konseptualnya berbunyi karena lembaga A
menggunakan teknologi tinggi, maka produktivitas kerjanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan
lembaga B yang teknologi kerjanya rendah, maka hipotesisnya berbunyi terdapat perbedaan
produktivitas kerja yang signifikan antara lembaga A dan B atau produktivitas kerja lembaga A
lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B.
Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa, kerangka konseptual yang baik
memuat hal-hal sebagai berikut:
Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan
Diskusi dalam kerangka konseptual harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan atau
hubungan antar variabel yang diteliti dan ada teori yang mendasari.
Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu
positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif (timbal balik).
Kerangka konseptual tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma
penelitian) sehingga pihak lain dapat memahami kerangka konseptual yang dikemukakan dalam
penelitian.
http://siafut.blogspot.co.id/
BAGIAN INTI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang. Latar belakang berisi uraian tentang apa yang menjadi masalah penelitian,
yang terkait dengan judul, serta alasan mengapa masalah itu pentingdan perlu diteliti.
Masalah tersebut harus didukung oleh fakta empiris (pemikiran induktif) sehingga jela,
memang ada masalah yang perlu diteliti. Juga harus ditunjukkan letak masalah yang akan
diteliti dalam konteks teori (pemikiran deduktif) dengan permasalahan yang lebih luas, serta
peranan penelitian tersebut dalam pemecahan permasalahan yang lebih luas.
Rumusan Masalah. Rumusan masalah adalah rumusan secara konkrit masalah yang ada,
dalam bentuk pertanyaan penelitian yang dilandasi oleh pemikiran teoritis yang
kebenarannya perlu di buktikan.
Tujuan Penelitian. Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicaai melalui proses
penelitian. Tujuan penelitian harus jelas dapat diamati dan atau diukur. Biasanya merujuk
pada hasil yang akan dicapai atau diperoleh dari maksud penelitian.
Manfaat Penelitian. Bagian ini berisi uraian tentang manfaat hasil penelitian bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (IPTEKS) serta pemerintah maupun
masyarakat.
Ruang Lingkup Penelitian. Bagian ini berisi uraian tentang objek yang diteliti, variabel-variabel
Landasan teoritik. Bagian landasan teoritik memuat tentang teori dasar yang relevan yang
berasal dari pustaka mutakhir yang memuat teori, proposi, konsep atau pendekatan terbaru
yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan untuk mencegah replikasi. Teori
yang digunakan seharusnya diambil dari sumber primer. Mencantumkan nama sumbernya.
Tata cara penulisan kepustakaan harus sesuai dengan ketentuan pada panduan yang
digunakan.
Hasil-hasil penelitian terdahulu/Kajian Empirik. Bagian ini memuat tentang fakta-faktaa atau
hasil kajian empirik yang relevan dengan judul/topik penelitian. Hasil-hasil penelitian
terdahulu sangat berguna bagi calon peneliti, khususnya didalam melihat tentang adanya
celah penelitian atau riset gap yang bersumber dari jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi,
laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan
resmi pmerintah dan lembaga-lembaga lain. Bagian ini berisi tentang : nama peneliti/penulis,
judul/topik, alat/metode analisis dan hasil penelitian tersebut. Perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian yang dilakukan. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan
pada dua kriteria yakni: (1). Prinsip kemutaakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2).
Prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran sangat penting karena ilmu berkembang dengan
cepat. Dengan prisip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasarkan teori-teori
yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah
laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi dipergunakan untuk menghasilkan kajian
pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.
Kerangka Pemikiran. Kerangka berpikir penelitian disintesis, diabstraksi dan diekstrapolasi
dari berbagai teori dan pemikirn ilmiah yang mencerminkan paradigma sekaligus tuntunan
untuk memecahkan masalah penelitian dan merumuskan hipotesis. Kerangka pemikiran
penelitian dapat berbentuk bagan, model matematik atau persamaan fungsional yang
dilengkapi dengan uraian kualitatif. Kerangka pemikiran disusun berdasarkan latar belakang
masalah, ditunjang oleh teori-teori yang ada dan bukti-bukti empiric dari haasil-hasil penelitian
terdahulu, maupun jurnal-jurnal yang relevan dengan masalah yang diteliti, kemudian
dirumuskan dalam suatu kerangka pemikiran. Jika memungkinkan disusun dalam satu model
yang menggambarkan keterkaitan antar variabel, sehingga dapat dirumuskan suatu hipotesis.
Hipotesis Penelitian. Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka
berpikir penelitian dengan penalaran deduksi dan merupakan jawaban sementara secara
teoritis terhadap permasalahan yang dihadapi yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan
berdasarkan fakta empirik. Hipotesis penelitian dirumuskan dengan mengacu pada kajian
pustaka, penelitian terdahulu dan kerangka pemikirtan penelitian. Namun demikian, tidak
semua penelitian memerlukan rumusan hipotesis penelitian. Penelitian yang bersifat
eksploratoris (penjelasan) dan deskriptif (gambaran) tidak membutuhkan hipotesis. Oleh
karena itu, subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi.
http://www.pustakasekolah.com/panduan-penulisan-proposal-penelitian-skripsilengkap.html