Makalah BLM Fix
Makalah BLM Fix
Disusun oleh :
Ivan Adhitya Darman
230210120009
M. Reza Prasetio
230210120012
Fadlilah Rahman S
230210120018
M. Faadhil Novianto
230210120021
230210120049
Sharifah Leila R
230210120065
Asep Kurniawan
230210120001
Gama Bagjalaksana
230210120005
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas makalah dengan tema
Pengaruh Eksploitasi terhadap Sumberdaya hayati. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Eksplorasi Sumberdaya dan Lingkungan Laut.
Penulis sangat berharap makalah mengenai Pengaruh Eksploitasi
Sumberdaya Hayati ini dapat
dampak dari penggunaan alat tangkap dan pemanfaatan secara berlebihan pada
sektor perikanan terhadap ekosistem. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kebaikan penulisan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Oktober, 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Beberapa jenis dari
Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah tentang pengaruh eksploitasi sumberdaya
hayati laut pada mata kulliah eksplorasi sumberdaya hayati laut ini, adalah:
1. Mengetahui pengaruh dari kegiatan eksploitasi sumberdaya hayati
2. Kegiatan apa saja yang mempengaruhi ekosistem di pesisir dan laut
BAB II
ISI
2.1
3. Perubahan dan degradasi fisik habitat Kerusakan fisik pada habitat ekosistem
pesisir dan laut di Indonesia telah terjadi pada ekosistem terumbu karang,
padang lamun, estuari dan hutan mangrove. Hutan mangrove pada berbagai
daerah di Indonesia telah mengalami penurunnan luas dari tahun ke tahun.
Degradasi tersebut akibat adanya konversi hutan mangrove untuk lahan
tambak, pertanian, pemukiman, pelabuhan, dan industri.
4. Pencemaran Sebagian besar bahan pencemar yang ditemukan di laut berasal
dari kegiatan manusia. Sumber pencemaran terdiri dari industri, limbah cair
pemukiman, limbah cair perkotaan, pertambangan, pelayaran, pertanian, dan
perikanan budidaya.
5. Adanya introduksi spesies-spesies asing ke dalam suatu ekosistem dapat
menjadi ancaman bagi keanekaragaman hayati di daerah pesisir dan laut.
Hasil penelitian yang dilakukan Amerika dan Australia menunjukkan bahwa
di dalam air ballast kapal pada setiap perjalanan kapal ditemukan lebih dari 50
jenis asing yang terdiri dari fitoplanton dan zooplankton. Bila air ballast
tersebut dibuang, bahan pencemar biotik tersebut akan memasuki perairan,
sehingga mengakibatkan struktur komunitas, baik fitoplankton maupun
zooplankton berubah.
6. Konversi kawasan lindung perlindungan laut. Pembangunan wilayah pesisir
dan laut mempunyai ruang lingkup yang luas, meliputi banyak aspek dan
faktor. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah aspek ekologis, sosial,
budaya, ekonomi, politik serta pertahanan dan keamanan. Beberapa sektor
yang terkait secara langsung maupun tidak langsung, dengan kawasan
pemukiman, indutri, rekreasi, dan pariwisata, transportasi, budidaya tambak,
serta kehutanan dan pertanian. Sering kali kegiatan pembangunan tidak
memperhatikan aspek ekologis (kelestarian lingkungan), melainkan hanya
memperhatikan aspek ekonomis.
Beberapa ancaman yang telah diuraikan sebelumnya merupakan faktor utama
penyebab terjadinya degradasi lingkungan di wilayah pesisir dan laut. Terdapat lima
alasan kehidupan di wilayah pesisir dan laut berisiko terhadap keanekaragaman
hayati laut, pertama, tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan kemiskinan; kedua,
tingkat konsumsi yang berlebihan dan penyebaran sumberdaya yang tidak merata;
ketiga, kelembagaan; keempat, kurangnya pemahaman tentang ekosistem alam; dan
kelima, kegagalan system ekonomi dan kebijakan dalam menilai ekosistem alam.
2.2
Overfishing
Overfishing atau penangkapan berlebih merupakan kondisi dimana tingkat
sumberdaya, sehingga jika tidak ada upaya untuk menjaga kelestariannya seperti
konservasi dikhawatirkan terjadi scarcity sumberdaya yang mengarah kepada
kepunahan. Keadaan overfishing sendiri dapat dibagi kedalam beberapa kategori
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Growth Overfishing
Growth Overfishing merupakan kegiatan penangkapan Ikan sebelum mereka
sempat tumbuh mencapai ukuran dimana peningkatan lebih lanjut dari pertumbuhan
akan mampu membuat seimbang dengan penyusutan stok yang diakibatkan oleh
mortalitas alami (misalnya pemangsaan). Langkah pencegahan growth overfishing
meliputi pembatasan upaya penangkapan, pengaturan ukuran mata jarring dan
penutupan musim atau daerah penangkapan.
b. Recruitment Overfishing
Merupakan Kegiatan eksploitasi yang berlebih pada penangkapan stok pada
suatu spesies terutama pada indukan sehingga produksi telur akan berkurang sejalan
dengan eksplotasi pada induk . Pencegahan terhadap recruitment overfishing meliputi
proteksi (misalnya Melalui reservasi) terhadap sejumlah stok induk (parental stock,
broodstock) yang memadai.
c. Biological Overfishing
Kombinasi dari growth overvishing dan recruitment overfishing akan terjadi
manakala tingkat upaya penangkapan dalam suatu perikanan tertentu melampaui
tingkat yang diperlukan untuk menghasilkan MSY (Maximum Suistainable yield).
Pencegahan terhadap biological overfishing meliputi pengaturan upaya penangkapan
dan pola penangkapan (fishing pattern).
d. Economic Overfishing
Terjadi bila tingkat upaya penangkapan dalam suatu perikanan melampaui
tingkat yang diperlukan untuk menghadilkan MEY, yang dirumuskan sebagai
perbedaan maksimum antara nilai kotor dari hasil tangkapan dan seluruh biaya dari
penangkapan. empat jenis overfishing tersebut menimpa semua bentuk perikanan
atau sumberdaya ikan didunia.
e. Ecosystem Overfishing
Overfishing jenis ini merupakan kategori yang relevan bagi perairan di dapaerah
tropis. Ecosystem overfishing
komposisi jenis dari suatu stok sebagai akibat dari upaya penangkapan yang
berlebihan, dimana spesies target menghilang dan tidak digantikan secara penuh oleh
jenis pengganti. Biasanya ecosystem overfishing mengakibatkan timbulnya suatu
transisi dari ikan bernilai ekonomi tinggi berukuran besar kepada ikan kurang bernilai
ekonomi berukuran kecil dan akhirnya kepada ikan rucah (trash fish) dan/atau
invertebrata non komersial seperti ubur-ubur.
f. Malthusian Overfishing
Malthusian overfishing merupakan suatu istilah untuk mengungkapkan
masuknya tenaga kerja yang tergusur dari berbagai aktifitas berbasis darat (landbased activities) kedalam perikanan, pantai dalam jumlah yang berlebihan yang
berkompetisi dengan nelayan tradisional yang telah ada dan yang cenderung
menggunakan cara-cara penangkapan yang bersifat merusak, seperti dinamit untuk
ikan ikan pelagis, sianida untuk ikan-ikan di terumbu karang dan/atau insektisida
dibeberapa perikanan laguna dan estuarine. (Widodo, 2008)
Tingkat keanekaragaman hayati di Laut Indonesia merupakan salah satu yang
tertinggi di dunia. Sumberdaya tersebut paling tidak mencakup 37% dari spesies ikan
di dunia. Di wilayah perairan laut Indonesia terdapat beberapa jenis ikan bernilai
ekonomis tinggi antara lain : tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumicumi, ikan-ikan karang (kerapu, baronang, udang barong/lobster), ikan hias dan
kekerangan termasuk rumput laut (Barani, 2004).
3.
memungkinkan
Pengusahaan yang tinggi, dimana hasil tangkapan sudah mencapai sebesar
potensinya, penambahan upaya penangkapan tidak akan menambah hasil
4.
tangkapan
Pengusahaan yang berlebih (overfishing), dimana terjadi pengurangan dari stok
udang/ikan, karena penangkapan yang tinggi, sehingga hasil tangkapan per
satuan upaya penangkapan akan jauh berkurang.
Permasalahan illegal fishing (pencurian ikan) dan lemahnya penegakkan hukum
yang telah menghilangkan potensi ekspor perikanan Indonesia sebesar 4 miliar dolar
AS. Selain merugikan negara, illegal fishing juga merugikan nelayan tradisional
karena mereka menggunakan alat tangkap jenis trawl yang menyebabkan kerusakan
lingkungan laut yang berujung pada penciptaan rendahnya pendapatan nelayan.
Selain pembagian daerah bagian laut, pengelolaan, status hukum, hak dan
kewajiban, maka disusun pembagian daerah untuk memudahkan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya perikanan, berdasarkan kesepakatan para pakar, peneliti dan
praktisi perikanan maka telah ditetapkan pembagian wilayah yang dikenal dengan
WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) dengan mempertimbangkan aspek biologi dan
lingkungan sumberdaya ikan, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. Pembagian wilayah Pengelolaan : (1) WPP Selat Malaka; (2) WPP Laut
Cina Selatan; (3) WPP Laut Jawa; (4) WPP Selat Makasar dan Laut Flores; (5) WPP
Laut Banda; (6) WPP Laut Arafura; (7) WPP Laut Seram dan Teluk Tomini; (8) WPP
Laut Sulawesi; (9) WPP Samudra Indonesia.
kualitas lingkungan laut sebagai habitat hidup ikan mengalami penurunan atau
kerusakan akibat pencemaran dan terjadinya degradasi fisik ekosistem perairan
sebagai tempat pemijahan, asuhan, dan mencari makan bagi sebagian besar biota laut
tropis. Oleh karena itu, disusunlah aturan untuk menanggulangi dampak dari
overfishing menurut Effendie (1997) antara lain :
1. Penutupan Musim Perikanan
Peraturan penutupan musim penangkapan untuk suatu musim tertentu berarti
tidak diperkenankan mengadakan penangkapan ikan. Penutupan musim tangkapan
dilakukan pada waktu ikan kawin (memijah) atau pada saat pembesaran anak-anak
ikan. Tujuannya adalah agar jumlah induk ikan tidak berkurang dan tingkah laku
pemijahan tidak terganggu. Penutupan juga ditujukan pada lokasi perikanan yang
keadaannya sudah rusak (lebih tangkap/overfishing).
2. Penutupan Daerah Pemijahan
Pelarangan mengadakan penangkapan di daerah pemijahan atau pembesaran
merupakan contoh konsep aturan alternatif penutupan daerah penangkapan. Hal ini
karena ada kalanya induk atau anak ikan pada waktu dan setelah pemijahan hidup
berkelompok dan terpisah dari stok lain. Peraturan ini dapat diberlakukan terhadap
suatu daerah kalau keadaan suatu stok sudah sangat berkurang akibat penangkapan
oleh alat tangkap khusus maka daerah penangkapan tersebut ditutup untuk alat
tangkap tersebut.
3. Cara Penangkapan yang Dilarang
Cara-cara penangkapan yang dapat membahayakan keberadaan perikanan dapat
dikenakan peraturan ini. Misalnya penangkapan ikan dengan bahan peledak (bom
ikan), bahan racun ikan (sianida/pottasium) dan bahan lainnya yang bersifat merusak.
Perikanan bagan juga dapat terkena peraturan ini. Bagan dengan ukuran mata jaring
yang kecil akan menangkap anak-anak ikan yang tertarik dengan sinar lampu. Hal ini
sangat merugikan karena anak ikan tidak diberikan kesempatan untuk tumbuh
menjadi besar.
4. Perlindungan Anak Ikan
Larangan penangkapan anak ikan atau ikan yang belum dewasa. Caranya dengan
menggunakan alat penangkapan yang menggunakan alat penangkapan yang
berukuran mata jaring selektif untuk menangkap ukuran ikan dewasa saja.
5.
Sistem Quota
Dalam mempertahankan suatu daerah perikanan yang hampir overfishing dapat
digunakan peraturan ini yaitu bagian hasil perairan yang diambil harus dalam jumlah
tertentu pada satu musim penangkapan. Apabila quota hampir tercapai pada akhir
musim penangkapan maka jumlah hasil tangkapan harus hampir mencapai jumlah
yang ditetapkan tadi. Oleh karena itu dalam menggunakan sistem ini harus disertai
dengan kontrol ketat agar tujuan tercapai.
2.3
organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun
menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang
yang sudah mati.bentos memainkan peran penting dalam aliran alami energi dan
nutrisi. Invertebrata bentos yang sudah mati akan membusuk dan kemudian
meninggalkan nutrisi yang digunakan kembali oleh tanaman air dan hewan lainnya
dalam rantai makanan.
Bentos merupakan grup yang sangat beragam hewan air, dan sejumlah besar
spesies memiliki berbagai tanggapan terhadap stres seperti polutan organik, sedimen,
dan toxicants.
ikan demersal sudah mencapai status eksploitasi lebih (fully exploited) yang salah
satunya disebabkan oleh pukat hela, dan potensi sumber daya udang dalam status
tangkap lebih (overfishing).
2.3 Marine Pollution (Pencemaran Laut)
Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia,
limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme
invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.19/1999, pencemaran laut diartikan dengan masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu
dan/atau fungsinya. Sedangkan Konvensi Hukum Laut III (United Nations
Convention on the Law of the Sea = UNCLOS III) memberikan pengertian bahwa
pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut termasuk muara sungai
(estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat merugikan terhadap
sumber daya laut hayati (marine living resources), bahaya terhadap kesehatan
manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan penggunaan laut
secara wajar, memerosotkan kualitas air laut dan menurunkan mutu kegunaan dan
manfaatnya.
Pencemaran laut (perairan pesisir) merupakan dampak negatif (pengaruh yang
membahayakan) terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan (amenities)
ekosoistem laut serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem laut
yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh pembuangan bahanbahan atau limbah (termasuk energi) ke dalam laut yang berasal dari kegiatan
manusia (GESAMP,1986). Terdapat banyak tipe pencemaran yang sangat penting
sehubungan dengan lingkungan kelautan, beberapa diantaranya adalah:
1. Perubahan kuala, teluk, telaga, pantai serta habitat-habitat pantai karena
pencemaran darat, pengerukan, pengurugan, dan pembangunan.
dipertegas lagi dengan hasil pengukuran pada tahun 2000 (9). Dengan
demikian telah terjadi sedimentasi pada area yang cukup luas di
perairan Teluk Buyat.
Kesuburan Perairan
Anonimus 2000 menyatakan bahwa dampak dari adanya sedimentasi di
Teluk Buyat di mana terjadinya penyebaran lumpur pekat dengan
ketebalan antara 5 dan 10 meter menyebabkan kerusakan karang.
Luasnya bidang yang tertutup sedimen akibat tailing telah menutupi
area produktif perairan Teluk Buyat, dimana area ini adalah area
pemijahan bagi biota laut, area estuaria yang memiliki keanekaragaman
hayati (biodiversity) yang kaya
Keanekaragaman Hayati
Dampak penimbunan oleh sedimen (sedimentasi) yang terjadi
diperairan baik secara langsung maupun tidak berhubungan dengan
keberadaaan keanekaragaman hayati. Penimbunan dasar perairan oleh
sedimen tailing dapat merusak dan memusnahkan komunitas bentik
sehingga dapat menurunkan tingkat keanekaragaman hayati.
b. Dampak Logam Berat
Limbah yang mengandung arsen dan merkuri pada awalnya akan
mengkontaminasi plankton, kemudian limbah beracun ini suatu saat akan masuk
ke dalam biota laut dan akhirnya ke tubuh manusia. Rantai makanan dapat
berfungsi dalam pembesaran logam berat secara biologi (biomaknifikasi) di mana
konsentrasi yang sangat tinggi akan ditemukan pada rantai makanan tertinggi.
Senyawa metil-merkuri adalah bentuk merkuri organik yang umum terdapat di
lingkungan perairan. Senyawa ini sangat beracun dan diperkirakan 4-31 kali lebih
beracun dari bentuk merkuri inorganik. Selain itu, merkuri dalam bentuk organik
yang umumnya berada pada konsentrasi rendah di air dan sedimen adalah bersifat
sangat bioakumulatif (terserap secara biologis). Metil-merkuri dalam jumlah 99%
terdapat di dalam jaringan daging ikan. Sifat logam berat sangat unik, tidak dapat
dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan
melalui proses biomagnifikasi. Pencemaran logam berat ini menimbulkan berbagai
permasalahan diantaranya:
1) Berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air).
2) Berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang.
3) Berbahaya bagi kesehatan manusia.
4) Menyebabkan kerusakan pada ekosistem.
Di dalam tubuh hewan, logam diabsorpsi darah, berikatandengan protein
darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam
yang tertinggi biasanya dalam buangan limbah industri yang mengandung bahan
berbahaya dengan toksisitas yang tinggi ke lingkungan perairan mengakibatkan
bahan pencemar langsung terakumulasi secara fisik dan kimia lalu mengendap di
dasar laut. Melalui rantai makanan terjadi metabolisme bahan berbahaya secara
biologis dan akhirnya akan mempengaruhi kesehatan manusia. Akumulasi melalui
proses biologis inilah yang disebut dengan bioakumulasi. Menurut beberapa
penelitian, jika kandungan merkuri dalam tubuh mencapai tingkat tertentu, maka
dapat mengakibatkankematian bagi manusia tersebut. Beberapa efek lainnya yang
ditimbulkan oleh merkuri terhadap tubuh antara lain:
1) Semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh, apabila berada dalam
jumlah yang cukup.
2) Senyawa-senyawa merkuri yang berbeda, menunjukkan karakteristik yang
berbeda pula dalam daya racun yang dimilikinya, penyebarannya, akumulasi
dan waktu retensinya di dalam tubuh.
3) Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata lingkungan dan atau
dalam tubuh organisme hidup yang telah tercemar merkuri disebabkan oleh
perubahan bentuk atas senyawa-senyawa merkuri itu, dari satu tipe ke tipe
lainnya.
tidak bisa terurai. Lebih bahayanya lagi jika ikan yang memakan racun
di laut itulah ikan yang kita makan juga.
Tumpukan sampah mencemari kejernihan air laut
Jenis sampah yang dibuang di laut sangat beragam. Ada yang
merupakan sampah plastik, botol, bahkan sisa makanan manusia serta
pembuangan dari kapal yang melaut. Semua jenis sampah itu dapat
mencemari air laut. Plastik dan botol minuman bekas, yang dalam
pembuatannya mengandung bahan kimia, dapat menyebarkan racunnya
ke air laut. Sisa makanan manusia dan pembuangan dari kapal juga
merncemari air laut karena pembusukan sisa makanan tersebut. Air laut
yang harum wanginya, bisa menjadi bau busuk. Rasa air laut yang
asinpun dapat menjadi rasa lain karena tercampur makanan sisa yang
membusuk di laut.
Sampah menganggu kegiatan olahraga selancar dan menyelam
Para peselancar terganggu kegiatannya akibat semakin banyaknya laut
yang tercemar sampah sehingga semakin sulit mencari pantai yang
ombaknya tinggi serta bersih dari sampah. Penyelam pun mengeluh
mengenai sampah yang menutupi keindahan bawah laut. Cantiknya
terumbu karang terganggu oleh sampah yang berada disekitarnya
bahkan tersangkut di terumbu karang.
Sampah menghambat dan merusak kapal laut
Sampah yang ada di laut dapat menghambat bekerja baling-baling
kapal yang ada di bawah laut. Terhambatnya kerja baling-baling kapal
juga dapat merusak sistem dan membahayakan tangkai kemudi.
Sampah-sampah yang tersangkut dapat pula menyebabkan proses
pengambilan air laut ke kapal dan evaporator kapal menjadi terhambat.
2.4
a. Mineral
Penambangan mineral mineral, telah berkembang di kawasan pesisir.
Penambangan dalam ekosistem mangrove mengakibatkan kerusakan total,
sedangkan penambangan di daerah sekitarnya dapat menimbulkan berbagai
macam efek yang merusak. Efek yang paling mencolok adalah pengendapan
bahan-bahan yang dibawa air permukaan kedalam mangrove.
Pengendapan yang berlebihan akan merusak mangrove karena terjadinya
penghambatan pertukaran air, hara dan udara dalam substrat dan air diatasnya.
Bila proses pertukaran ini tidak berlangsung, kematian mangrove akan terjadi
dalam waktu singkat.
Terhentinya sebagian proses pertukaran menimbulkan tekanan pada
mangrove, yang terlihat pada penurunan produktifitas dan kemampuan.
Selanjutnya jaringan makanan yang berlandaskan pada adanya detritus di
mangrove terganggu pula dan secara keseluruhan dapat menurunkan pula
produktivitas ikan.
b. Aliran Air Tawar
Suatu sumber mengatakan bahwa perkembangan mangrove yang baik
terjadi di daerah yang mempunyai masukan air tawar yang cukup. Di daerah
beriklim musiman masukan air tawar ke mangrove juga musiman. Tetapi
justru di daerah seperti ini keperluan akan air tawar bagi manusia pun besar
sekali. Sehingga manusia banyak memanfaatkan air tawar yang seharusnya
masuk ke daerah laut.
Air tawar digunakan oleh mangrove untuk menjadikan salinitas sekitarnya
menjadi optimal (10 30 ppt). Sumber : Blackwell Science. 2000 Saenger, P.
E.J, Hegerl, and J.P.S. Davie. Global Status of Mangrove Ecosystems).
Sedangkan air laut memiliki salinitas berkisar 35 ppt.
a. Eksploitasi Hutan
Eksploitasi hutan mangrove secara besar- besaran dilakukan untuk
keperluan kayu, dan bubur kayu. Biasanya eksplotasi seperti itu dilakukan
dengan tebang habis. Di daerah tebang habis permudaan alam umumnya
tidak berjalan dengan baik sehingga mengakibatkan penurunan nilai hutan
karena pohon-pohon untuk panen berikutnya berupa pohon-pohon dengan
kualitas rendah. Kegiatan eksploitasi perlu dilakukan secara hati- hati
guna memperkecil kerusakan yang mungkin terjadi, khususnya untuk
menjamin kelangsungan mata rantai ekologi adalah ekosistem mangrove
sehingga fungsinya sebagai sumber keanekaragaman hayati dan stabilisasi
lingkungan dapat dipertahankan.
Sumber : http://www.sridianti.com/pengertian-dan-pengaruh-salinitas.html.