Anda di halaman 1dari 37

Praktikum I

Amyl Asetat
1.1 Tujuan Percobaan :
Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan amyl asetat dari reaksi antara
alkohol primer dengan asam karboksilat.
1.2 Teori Percobaan :
Ester adalah salah satu dari kelas-kelas senyawa organic yang sangat berguna, dapat
diubah menjadi anekaragam senyawa lain (lihat gambar 13.10). Ester lazim dijumpai
dalam alam. Lemak dan lilin adalah ester. Ester juga digunakan untuk polimer sintetik,
Dacron misalnya adalah suatu polyester, tabel 13.3 mencantumkan beberapa ester yang
representatif.

Asam
karboksilat
Anhidrida
asam

Halida Asam
Ester

Alkohol

Asam
karboksilat
Amida

Ester
Poliester

Gambar 1 hubungan sintetik ester dengan senyawa lain.


Tabel 1 Nama, bau, dan Titik didih ester pilihan
1

Nama Trivial

Struktur

T.d. oC

Bau

Metil asetat

CH3CO2CH3

enak

57,5

Etil Asetat

CH3CO2CH2CH3

enak

77

Propil asetat

CH3CO2CH2CH2CH3

Seperti buah pear

102

Etil butirat

CH3(CH2)2CO2CH2CH3

Seperti nanas

121

Isoamil asetat

CH3CO2(CH2)2CH(CH3)2

Seperti buah pear

142

Isobutyl

CH3CH2CO2CH2CH(CH3)2

Seperti rum

137

Seperti gandapura

220

propionate
Metil salisilat

CO2CH3
OH

(wintergreen)

Tata Nama Ester


Nama suatu ester terdiri dari dua kata. Kata pertama ialah nama gugus alkil yang terikat
pada oksigen ester. Kata kedua berasal dari nama asam karboksilatnya, dengan membuang
kata asam(inggris : -ic acid menjadi ate). Perhatikan kemiripan antara nama ester dan garam
karboksilat.
O
CH3CH2CO

CH3CH2CO Na+

CH3CH2CO

Suatu asam

Suatu Garam

CH3
Suatu ester

IUPAC: Asam Propanoat

natrium Propanoat

metil propanoat

Trivial : asam propionat

natrium propionat

metil propionat

Esterifikasi asam Karboksilat

Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus

CO2R

dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol, suatu reaksi yang disebut reaksi
esterifikasi. Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi reversible.
Umum :
H+ kalor

O
RCOH

ROH

Suatu asam

RCOR + H2O

suatu alkohol

Suatu ester

Karboksilat
O

CH3COH + CH3CH2OH

CH3COCH2CH3 + H2O

Asam asetat

H+ kalor

etanol

Etil asetat

H+, kalor

COH + HO
Asam Benzoat

CO
Sikloheksanol

H2O

Siklohesil benzoat

Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik dalam
alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan peranan
kecil dalam laju pembentukan ester.
Kereaktifan alkohol terhadap esterifikasi :
ROH tersier

ROH sekunder

ROH primer

CH3COH

Kereaktifan asam karboksilat


terhadap esterifikasi
Bertambahnya
kereaktifan:
R3CCO2H

R2CHCO2H

RCH2CO2H
3

Bertambahnya kereaktifan

HCO2H

Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat berlangsung
melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol
nukleofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi air menghasilkan ester yang dimaksud.
1.2 Alat dan Bahan
1. Bahan :
Amyl alkohol
Asam asetat glacial
Asam sulfat pekat 96 - 98%
Natrium bikarbonat jenuh
Kristal Magnesium sulfat
Es
2. Alat :
Beaker glass 150 mL

Labu leher tiga 500 mL

Thermometer

Corong pemisah

Gelas ukur 100 mL

Pengaduk

Lampu spirtus

Erlenmeyer 100 mL

Hot plate

Peralatan destilasi

1.4 Prosedur :
4

1. Masukkan 20 mL amyl alkohol dalam sebuah labu leher tiga yang berukuran 500 mL,
kemudian tambahkan sedikit demi sedikit asam sulfat pekat sebanyak 14 mL.
2. Setelah itu tambahkan pula asam asetat glacial sebanyak 60 mL
3. Siapkan peralatan destilasi, dan lakukan proses destilasi pada suhu 135 160oC selama
3 jam
4. Tampung destilat dalam Erlenmeyer, dan masukkan dalam corong pemisah
5. Tambahkan 60 mL aquadest ke dalam corong pemisah dan kocok. Setelah itu diamkan
beberapa menit maka akan terdapat dua lapisan.
6. Lapisan bagian bawah dikeluarkan dan ditampung, lapisan bagian atas merupakan
senyawa ester biarkan dalam corong
7. Pada lapisan ester tambahkan 50 mL air dan 14 mL Natrium karbonat kemudian
kocok. Setelah itu didiamkan beberapa menit, terdapat dua lapisan larutan.
8. Pisahkan lapisan bagian bawah dan ditampung, pada bagian atas ditambahkan 4 gram
Kristal Magnesium sulfat, kemudian kocok.
9. Saring larutan, dapatkan cairan tak berwarna yang beraroma pisang.
10. Timbang destilat dan tentukan massanya.

Praktikum II
Ekstraksi

2.1Tujuan Percobaan :
Mahasiswa dapat mengetahui proses ekstraksi suatu zat dari bahan yang terdapat di alam
2.2 Teori Percobaan :
1. Pengertian ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
5

dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi berdasarkan kemampuan larut yang berbeda
dari komponen-komponen dalam campuran.
Tahapan-tahapan dalam ekstraksi sebagai berikut:
Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak
sehingga terjadi perpindahan perpindahan massa secara difusi pada bidang antar muka
bahan ekstraksi dan pelarut.
Memisahkan larutan ekstrak dari refinat dengan cara penjernihan atau filtrasi.
Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut dengan
menguapkan pelarut
(Bernasconi dkk, 1995)

2. Ekstraksi Dengan Pelarut.


Ekstraksi pelarut dilakukan berdasarkan sifat kelarutan yang komponen didalam
kelarutan yang digunakan. Komponen gas larut dapat berupa padat atau cair. Ekstraksi
padat-cair disebut juga leaching. Dalam ekstraksi komponen yang larut dalam
pelarut, perlu dilakukan pemilihan. Pelarut yang selektif yaitu pelarut yang dapat
melarutkan komponen yang akan diambil atau dipisahkan. Konsentrasi komponen
yang larut dalam pelarut makin besar, akibatnya kecepatan ekstraksi makin turun.
(Khopkar, 1990)

3. Definisi Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda
dari komponen-komponen dalam campuran (Bernasconi, et.all, 1995).
Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan lebih dari dua komponen, dan dalam
beberapa penerapan tertentu, digunakan campuran pelarut, bukan satu pelarut saja (Mc
Cabe, et.all, 1999).
Ekstraksi cairan merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer, karena
pemisahan ini dapat dilakukan dalam tingkat makro/ mikro. Prinsip metode ini

didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut
yang tidak saling bercampur (Khopkar, 1990).

4. Tahap Ekstraksi
Ekstraksi cair selalu terdiri atas dua tahap, yaitu percampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi pemindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut
yang pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi).
Sebagai syarat, ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut. Agar
terjadi perpindahan massa yang baik, haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak
yang seluas mungkin diantara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan
didistribusikan menjadi tetes-tetes kecil (dengan bantuan perkakas pengaduk)
(Bernasconi, et.all, 1995).
5. Teknik Ekstraksi
Tiga metode dasar pada ekstraksi cairan:
a. Ekstraksi Batch
Merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstraksi yang tidak

bercampur dengan pelarut semula kemudian

dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan


diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah lapiran tercapai, didiamkan dan dipisahkan.
Hasil yang baik diperoleh dengan jumlah ekstraksi yang lebih besar dengan jumlah
pelarut yang kecil. Alat yang biasa digunakan pada ekstraksi Batch adalah corong
pemisah.
b. Ekstraksi Kontinyu
Digunakan bila perbandingan distribusi relatif kecil sehingga untuk pemisahan yang
kuantitatif diperlukan beberapa tahap ekstraksi. Efisiensi yang tinggi pada ekstraksi
kontinyu tergantung pada viskositas fase dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kecepatan tercapainya kesetimbangan, volume dari dua fase dan beberapa faktor lainnya.
c. Ekstraksi Kontinyu Counter Current
Fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang berlawanan dengan larutan yang
7

mengandung zat yang akan diekstraksi. Biasanya digunakan untuk pemisahan zat, isolasi
ataupun pemurnian (Khopkar, 1990).

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Pelarut


a. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponenkomponen lain dari bahan ekstraksi.
b. Kelurahan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar.
c. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi.
d. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cairan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan
yang besar antara pelarut

dan

bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase

dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran.


e. Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-kompenen bahan ekstraksi
f. Titik Didih
Titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat. Ditinjau dari segi ekonomi, akan
menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi.
g. Kriteria
Pelarut sebisa mungkin harus:
h. Murah
i. Tersedia dalam jumlah besar
j. Tidak beracun
k. Tidak dapat terbakar
l. Tidak korotif

Beberapa pelarut yang terpenting adalah air, asam-asam organik dan anorganik,
hidrokarbon jenuh, tolven, eter, aseton, isopropanol, etanol, karbon disulfit (Bernasconi,
et.all, 1995).

2.3 Alat dan Bahan


1. Bahan : Kemiri/cengkeh
Petroleum eter/etanol
Kertas saring
Soxklet/kertas
2. Alat :

Alat ekstraksi soxklet

Gelas porselen
Gelas ukur 100 mL
Hot plate
2.4 Prosedur :
1. Timbang 50 g kemiri/cengkeh diiris dan dihaluskan, kemudian dimasukkan ke dalam
soxklet
2. Siapkan alat ekstraksi soxklet dan kemiri/cengkeh yang telah dibungkus lalu
dimasukkan kedalam alat ekstraktor
3. Pada labu leher tiga masukkan petroleum eter /etanol sebanyak 300 mL dan lakukan
ekstraksi selama 3 jam.
4. Destilasi ekstrak yang diperoleh, tampung destilat yang terbentuk
5. Keringkan residu dalam oven, keringkan dalam desikator yang telah diisi kalium
klorida anhidrid
6. Tentukan kandungan lemak yang terbentuk

Praktikum III
Kristalisasi
3.1 Tujuan Percobaan :
Mahasiswa dapat mengetahui proses kemurnian dengan metode kristalisasi untuk
senyawa organic dan anorganik
3.2 Teori Percobaan :
Kristalisasi adalah pemisahan antara padatan dan cairan dimana terjadi transfer massa
solute dari larutan ke padatan dan padatan yang terbentuk dari suatu fase homogen, Selain itu
kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam
suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan
titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan
(Nisa halimah.2009).
Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang dimurnikan
dengan zat pengotornya. Syarat syarat pelarut yang sesuai adalah : pelarut tidak bereaksi
dengan zat yang dilarutkan, pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan
tidak melarutkan zat pencemarnya. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh zat
yang akan dimurnikan agar zat tersebut tidak terurai (kotz,2006:435-436).
Kristal dapat digolongkan berdasarkan sifat ikatan antara atom-atom, ion-ion atau
molekul-molekul yang menyusunnya. Dan penggolongan seperti ini akan sangat berguna.
Pengolongan ini akan sangat berguna. Penggolongan ini akan lebih mendasar menggunakan
jumlah dan jenis unsure semestinya (symmetry element). Bila hasil rotasi, pantulan atau
10

inverse suatu benda dapat dengan tepat disuspensi pada benda asalnya, maka struktur itu
dikatakan mengandung unsure seperti simetri tertentu sumbu rotasi, bidang pantulan
(cermin),atau titik pusat (pusat inverse).operasi simetri ini dapat diterapkan pada bentukbentuk geometris, pada siatu benda fisis atau stuktur molekul (Oxtoby,2001:165).
Titik leleh suatu zat adalah temperatur pada fase padat dan cair ada dalam
kesetimbangan. Jika kesetimbangan semacam ini diganggu dengan menambahkan atau
menarik energy panas, sistemakan berubah bentuk lebih banyak zat cair atau lebih banyak zat
padat. Namun temperatur akan tetap pada titik leleh selama fase itu masih ada perubahan dari
cair menjadi padat disebut pembekuan dan proses kebalikannya disebut pelelehan atau
peleburan. Titik leleh suatu padatan sama dengan titik beku suatu cairan (Chang, 2004:391).
Kristal terbentuk dari larutan lewat jenuh (supersaturated) melalui 2 langkah, yaitu :
1. Nukleasi yaitu pembentukan inti Kristal.
2. Pertumbuhan Kristal.
Jika semula larutan tidak berisi padatan, pembentukan inti terjadi sebelum Kristal tumbuh.
Inti-inti baru secara kontinyu terbentuk, sementara inti-inti yang sudah ada tumbuh menjadi
Kristal.
Driving force kedua langkah di atas adalah supersaturasi, artinya kedua langkah tersebut
tidak dapat terjadi pada larutan jenuh atau undersaturated.
3.3 Alat dan Bahan
1. Bahan :
Asetanilida kotor
Aquadest
Norit
2. Alat :
Beaker glass
Termometer
Gelas ukur 100 mL
Lampu spirtus
Hot plate
Alat tile

Penyaring panas
Pengaduk gelas
Erlenmeyer
Kertas saring

3.4 Prosedur :
1. Tentukan titik lebur asetanilida kotor, ambil 1 gram sampel dimasukkan dalam pipa
kapiler kemudian dipanaskan menggunakan alat tiele sampai melebur.
11

2. Ambil 10 gram asetanilida kotor kemudian masukkan ke dalam beaker glass yang
telah berisi 200 mL aquadest.
3. Panaskan larutan sambil ditambahkan norit sebanyak satu sendok spatula (1 gram)
sambil diaduk. Dengan waktu bersamaan panaskan juga 100 mL aquadest yang akan
digunakan untuk pembilas.
4. Aduk sampai semua zat larut dalam keadaan panas.
5. Saring larutan dalam keadaan panas menggunakan penyaring vacuum yang telah
dilapisi kertas saring. Ambil filtrate dan dinginkan.
6. Saring larutan yang sudah didinginkan
7. Keringkan Kristal yang terbentukdengan lampu pijar dan timbang
8. Tentukan titik lebur Kristal asetanilida murni
9. Jika filtrate yang tersisa masih belum bening ulangi kerja 1-8.
10. Tentukan massa Kristal total asetanilida murni.

Praktikum IV
Kloroform

4.1 Tujuan Percobaan :


Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan kloroform dari senyawa golongan keton.
4.2 Teori Percobaan :
Kloroform merupakan senyawa organik berwujud cair dengan titik didih 61,2 oC, indeks
bias 1,487 dan berbau menyengat serta mudah menguap. Dalam kamus kimia(2002 : Balai
Pusataka) kloroform adalah zat cair tanpa warna dengan bau manis, menyenangkan dan
anestetik. Dalam kehidupan sehari-hari kloroform serfungsi sebagai pembius, pelarut organik.
Menurut Ridwan (1990) kloroform (CHCl3) dapat digunakan untuk pelarut lemak, dry
12

cleaning, obat bius. Untuk penggunaan obat bius dibubuhi etanol, disimpan dalam botol
cokelat, diisi sampai penuh. Kloroform dapat dibuat melalui reaksi substitusi elektrofilik
atom-atom hydrogen alfa semua senyawa karbonil yang bergugus asetil (CH3CO-) dalam
suasana basa. Juga dapat digunakan bahan alkohol yang bila dioksidasi menghasilkan gugus
asetil.
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal karena
sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut
nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun
mudah menguap.
4.3 Alat dan Bahan
1. Bahan

Kaporit
Aseton
CaCl2 atau MgSO4
Larutan KOH dalam alkohol
NaOH 2%
AgNO3 dalam alkohol aquadest
2.Alat

Peralatan destilasi
Beker glass
Thermometer
Gelas ukur
Corong pemisah
13

Pemanas spirtus
Mortir dan stemper

4.4 Prosedur :
1. 100 gram kaporit digerus sambil ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit sebanyak
250 mL
2. Larutan yang terjadi disaring, ambil filtratnya
3. Suspensi kaporit dimasukkan ke dalam labu leher tiga
4. Siapkan corong pemisah yang telah dimasukkan 16 mL aseton yang diencerkan
dengan air yang volumenya sama.
5. Siapkan peralatan destilasi dan lakukan pemanasan dan proses destilasi pada suhu
900C.
6. Aseton dalam corong pemisah diteteskan sebanyak 25 tetes, maka labu akan membuih,
dijaga agar tidak turut bersama destilat, labu dikocok. Jika pembuihan terjadi cepat
matikan pemanas, dan labu didinginkan.
7. Tampung destilat dalam sebuah Erlenmeyer yang sebelumnya telah diisi 5 mL air,
destilat akan terlihat keruh.
8. Teteskan aseton sampai senyawa habis Kemudian corong diisi 2,5-5 mL air dan
campurkan untuk mencegah sisa aseton dalam corong pemisah.

14

Praktikum V
Iso Butyl Aldehid
5.1 Tujuan Percobaan :
mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan aldehid dengan cara oksidasi alkohol
primer
5.2 Teori percobaan :
Aldehid adalah dua dari sekian banyak kelompok senyawa organic yang mengandung
gugus karbonil. Aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hydrogen yang terikat pada
karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehida (R dalam rumus di bawah ini ) dapat
berupa alkil, aril atau H.
O
15

H atau RCHO

Suatu aldehida
Aldehida lazim terdapat dalam system makhluk hidup. Gula ribosa dan hormon betina
progesteron merupakan dua aldehida yang penting secara biologis.

CHO

H C OH

CH3

H C OH

CCH3

H3C

H C OH
CH2OH

Ribosa

Progesteron

Banyak aldehida yang mempunyai bau khas yang membedakannya umumnya adalah
aldehida berbau merangsan, misalnya trans-sinamaldehida adalah komponen utama minyak
kayu manis dan enantiomer- enantiomer yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen.

O
H

CH3

CH

C =C
H

Trans 3 fenilpropenal (trans-sinamaldehida)

H3C

CH3

Selain itu, pengertian aldehid lainnya adalah senyawa organic yang mengandung CHOradikal, dimana sebuah atom karbon membentuk ikatan rangkap dengan atom oksigen dan
16

juga terikat pada atom hydrogen den kelompok lain dikembangkan dengan R, yang bisa
menjadi atom hydrogen kedua.
Sebuah kelompok alkil , yang palin penting dan contoh-contoh sederhana adalah methanol
(formaldehida), HCOH dan etanal (asetal dehida), CH3CHO .
Gugus juga dapat dibuat dari oksidasi alkohol, alkohol primer bisa dioksidasi baik
menjadi aldehid maupun asam karboksilat, tergantung pada kondisi-kondisi reaksi. Untuk
pembentukan asam karboksilat, alkohol pertama-tama dioksidasi menjadi sebuah aldehid
yang selanjutnya dioksidasi lebih lanjut menjadi asam.
Jika dalam butanol sebagai sebuah alkohol primer sederhana, maka akan dihasilkan
aldehid butanal. Persamaan lengkap untuk persamaan ini agak rumit dan kita perlu
memahami tentang persamaan setengah reaksi untuk mereaksikannya :
CH3CH2CH2CH2OH + Cr2O7 -2 + 8H

CH3CH2CH2OH + Cr3+ + 7 H2O

Dalam kimia organik, versi-versi sederhana dari reaksi ini sering digunakan dengan
berfokus pada apa yang terjadi terhadap zat-zat organic yang terbentuk. Untuk melakukan
ini, oksigen dari sebuah agen oksidasi dinyatakan sebagai {O}. persamaan reaksi yang lebih
sederhana :
CH3CH2CH2CH2OH + [O]

CH3CH2CH2COH + H2O

Sifat fisik dan kimia dari butyl aldehid :


a. Cairan jernih
b. Titik leleh -99 oC
c. Titik didih 75 oC
d. Spgr 0,803
e. Tidak larut dalam air
f. Titik nyala -7 oC
17

Pembuatan Aldehida
Dalam laboratorium cara yang paling lazim untuk mengsintesis suatu aldehida atau keton
sederhana adalah dengan oksidasi suatu alkohol . persamaan persamaan umum untuk reaksi
ini dapat dilihat bawah ini .
RCH2OH
Alkohol primer

CrO
3

RCHO

piridina

O
(1) LiAlH[OC(CH ) ]
333

RCCl
Klorida asam

RCHO

(2) H O H
2

Asetaldehida dengan titik didih sekitar temperatur kamar (20 oC), juga lebih mudah
untuk disimpan atau diangkut dalam bentuk trimer atau tetrameter siklik. Asetaldehida
digunakan sebagai zat antara dalam sintesis asam asetat, anhidra asetat dan senyawasenyawa lain dalam industri.
Gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom
oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan-pi. Ikatan sigma gugus karbonil terletak
dalam suatu bidang dengan sudut ikatan kira-kira 120o di sekitar karbon sp2. Ikatan pi yang
menhubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatan-ikatan sigma tersebut.
Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan sigma, dan terutama
elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektromagnetik. Oksigen
gugus karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Semua sifat structural ini ke
dataran ikatan pi, polaritas dan adanya electron menyendiri mempengaruhio sifat dan
kereaktifan gugus karbonil.
Karena senyawa ini polar, dank arena ini melakukan tarik menarik dipole-dipol antara
molekul, aldehida dan keton mendidih pada temperatur yang lebih tinggi daripada senyawa
non polar yang bobot molekulnya bersamaan terbatas, aldehida dan keton dapat mensolvasi
ion (misalnya Na dapat larut dalam aseton).
18

5.3 Alat dan Bahan


1. Bahan

iso butyl alkohol


Oksidator kuat :
Kalium kromat/Kalium dikromat/
Kalium Permanganat
Asam sulfat pekat
Aquadest
Es

2.Alat :
Beaker glass
Peralatan destilasi
Erlenmeyer
Thermometer

Pengaduk
Gelas ukur 100 mL
Corong pemisah
Hot plate

5.4 Prosedur :
1. Masukkan 26 mL isobutyl alkohol dalam sebuah labu leher tiga
2. Siapkan campuran dalam beaker glass yang berisi 16 gram oksidator kuat, 85 mL
aquadest dan 12 mL asam sulfat pekat (terlebih dahulu aquadest, asam sulfat kemudian
oksidator kuat kemudian dinginkan.
19

3. Setelah dingin campurkan larutan tersebut ke dalam labu leher tiga


4. Siapkan peralatan destilasi, kemudian lakukan proses destilasi, suhu uap dijaga 75800C.
5. Destilat yang keluar ditampung dalam Erlenmeyer yang didingikan dengan es.
Tentukan volume dan beratnya.
6. Gas yang timbul ditampung dalam air melewaati selang plastic

Praktikum VI
Pembuatan Metil Ester

6.1 Tujuan percobaan :


Mahasiswa dapat memahami pembuatan metil ester.
6.2 Teori percobaan :
Berdasarkan proses pembuatannya, oleokimia dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yaitu oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak, gliserin, metil ester, alkohol lemak (fatty
alkohol) dan oleokimia turunan merupakan pengolahan lebih lanjut dari oleokimia dasar
seperti metallic soap (stabilizer), alkohol sulfat, alkanolamida dan metil ester sulfonat (MES)
(Libanan,2002).

20

Selanjutnya menurut Matheson (1996), metil ester merupakan produk yang antara lain
dapat digunakan sebagai bahan baku surfaktan yang berasal dari minyak dan lemak selain
asam lemak (fatty acid) dan alkohol lemak (fatty alcohol).
Metil ester dapat dihasilkan dengan dua cara yaitu : 1.esterifikasi asam lemak dan 2.
Transesterifikasi trigliserida. Menurut Hui (1996), esterifikasi adalah reaksi antara asam lemak
dengan alkohol dengan bantuan katalis untuk membentuk ester. Reaksi tersebut adalah:
RCOOH +
Asam lemak

ROH
Alkohol

RCOOR +
Ester

H2O
Air

Proses transesterifikasi minyak nabati dan lemak hewani merupakan proses yang efektif
untuk mentransformasi molekul trigliserida menjadi molekul asam lemak. Transesterifikasi
meliputi reaksi antara alkohol dan molekul trigliserida dengan adanya katalis asam atau basa
(Matheson 1996) .s
Definisi metil ester menurut SNI (1999) adalah ester lemak yang dibuat melalui proses
esterifikasi asam lemak dengan metil alkohol dan produknya berbentuk cairan. Biasanya metil
ester digunakan sebagai biodiesel.Biodiesel merupakan suatu nama dari Alkyl Ester atau
rantai panjang asam lemak yang berasal dari minyak nabati maupun lemak hewan. Biodiesel
dapat digunakan sebagai bahan bakar pada mesin yang menggunakan diesel sebagai bahan
bakarnya tanpa memerlukan modifikasi mesin. Biodiesel tidak mengandung petroleum diesel .
Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester yang diproduksi melalui reaksi
tranesterifikasi antara trigliserida (minyak nabati, seperti minyak sawit, minyak jarak dll)
dengan metanol menjadi metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa. Biodiesel
mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung oksigen. Adanya oksigen
pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya
hanya terdiri dari hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda.

6.3 Alat dan Bahan


21

1. Bahan

Minyak sayur
NaOH
Indikator phenolptalein
2.Alat :
Beaker glass

Hot plate dan stirrer

Buret

Gelas ukur

Piknometer

Stop watch

Labu pemisah

Pipet 10 mL

Pipet tetes

Viskometer

Thermometer

Neraca analitik

Labu erlenmey

6.4 Prosedur :
1. Timbang 1 gram NaOH yang telah dihaluskan dan larutkan dengan 41mL methanol pa.
Aduk dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua. Tempatkan pada gelas piala
250mL
2. Panaskan 200mL sampel minyak di atas hot plate dan aduk dengan stirrer kira-kira 75150 rpm, hingga mencapai suhu 45-55oC.
3. Tambahkan larutan Natrium metoksida yang telah dibuat pada langkah satu ke dalam
minyak yang telah dipanaskan dan pertahankan suhu pengadukan 55oC. Lakukan
penambahan larutan ini sedikit demi sedikit. Hitung waktu pengadukan hingga 45
menit, setelah natrium metoksida bercampur semua.
4. Pindahkan metil ester ke dalam corong pisah dan diamkan hingga terbentuk dua
lapisan selama 10 15 menit, lalu keluarkan lapisan bawahnya.

22

5. Masukkan metil ester ke gelas piala dan lakukan pemurnian dengan memanaskan
aquadest sebanyak 50% volume metil ester hingga suhu 60oC, tuangkan metil ester ke
dalam aquadest, aduk perlahan selama 10 menit.
6. Pindahkan metil ester dan aquadest ke dalam corong pisah dan biarkan hingga
terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnya dikeluarkan.
7. Hitung volume yield yang didapat

6.4.1 Prosedur Analisa


Pengujian Density
1. Timbang labu piknometer yang telah bersih dan kering sebagai a gram
2. Labu piknometer diisi dengan contoh dan diimpitkan pada suhu ToC kemudian
timbang sebagai b gram.
3. Bersihkan labu dengan sabun, kemudian dengan alkohol dan keringkan
4. Lakukan langkah 2 dengan contoh aquadest
5. Hitung harga density metil ester
Hitung harga viskositas dengan viscometer.
Pengujian Asam lemak bebas
1. Timbang 2-5 gram metil ester, tambahkan larutan 50mL methanol 95% netral dan3
tetes indicator fenolptalein
2. Lakukan titrasi dengan NaOH 0,1N sampai warna merah muda
3. Catat banyaknya NaOH yang digunakan.
Kadar FFA = M x V x T
10m
23

Keterangan :
M : Berat molekul asam lemak
T : Normalitas NaOH
m : Berat asam lemak
V : Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi
Pembuatan larutan :
1. NaOH 0,1N 500mL (sebanyak 2 gram NaOH dilarutkan dalam 500mL aquadest)
2. Methanol 95% netral (masukkan methanol 95% sebanyak yang diperlukan ke dalam
Erlenmeyer, tambahkan 3 tetes indicator PP lalu titrasi dengan NaOH 0,1N sampai
terbentuk warna merah muda).
3. Indikator PP (larutkan 0,5 gram fenolptalein dalam 100 mL etanol)
Praktikum VII
Ekstraksi Lemak
7.1. Tujuan
1. Mengisolasi lemak/minyak dari bahan alam dengan metode ekstrsaksi minyak
menggunakan peralatan soklet.
2. Menghitung randemen minyak yang duperoleh (% b/b)
3. Menguji sifat lemak secara kimia dengan menentukan bilangan asam dan bilangan
penyabunan.
7.2 Dasar Teori
Dalam banyak literatur ilmiah dipakai istilah lipid yang berarti lemak, minyak atau
unsur yang menyerupai lemak yang didapat dalam pangan dan digunakan dalam tubuh. Lemak
mengandung lebih banyak karbon dan lebih sedikit oksigen daripada karbohidrat. Oleh karena
itu lebih banyak mempunyai nilai tenaga (Sudarmadji, 1989).
24

Lemak merupakan suatu senyawa ester yang terbentuk dari gliserol asam lemak (asam
karboksilat). secara umum lemak (Fat) dan minyak (oil) merupakan golongan lipida yaitu
senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietileter.
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid.
Satu sifat yang khas mencirikan golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya
larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter, benzen, kloroform) atau sebaliknya ketidaklarutannya dalam pelarut air (Harper, 1980).
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar
dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi
suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam
suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan
minyak dan lemak ini (Sudarmadji, 1989).
Satu molekul gliserol dapat bersenyawa dengan 1-3 molekul asam lemak memebentuk:
Monogliserida dengan 1 asam lemak, digliserida dengan 2 asam lemak, trigliserida dengan 3
asam lemak.
Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu
molekul gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak yang membentuk satu molekul
trigliserida dan tiga molekul air (Sudarmadji, 1989).

Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan
dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter
penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak
25

bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat
pengolahan. Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid
(Agoes, 2008).
Lipid merupakan senyawa yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari gugus
nonpolar. Sebagai akibat sifat-sifatnya, mereka mudah larut dalam pelarut nonpolar dan relatif
tidak larut dalam air (Colby, 1988).
Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi
dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut
relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa
trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut
dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Untuk mendapatkan minyak nabati dari
bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan metoda sokletasi menggunakan pelarut yang
sesuai.
Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil
yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah
selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode
sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa
organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak
diinginkan.
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan
dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup
kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini,
maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga
uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur
pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang
akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang
diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu
campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
26

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut pelarut organik


dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum
eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa senyawa trepenoid dan lipid lipid,
kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa senyawa
yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak menghasilkan pemisahan yang
sempurna dari senyawa senyawa yang diekstraksi.
Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien,
karena:
1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang
kali.
2. Waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
4. Pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.

7.3 Alat dan Bahan


1.

2.

Alat :
Alumunium foil
Batang pengaduk
Benang kasur
Buret 50 mL
Corong tangkai pendek
Dongkrak
Gelas kimia
Kertas saring
Kondensor leibig ( Pendingin Leibig)
Labu dasar bulat
Labu erlenmeyer tutup gelas asah
Lumpang dan alu
Oven
Penangas air
Pipet tetes
Seperangkat peralatan ekstraksi soxhlet
Tabung reaksi
Timbangan analitik
Rotavapor
Eksikator
Bahan:
27

Alkohol 95 %
Aquadest
Asam klorida 0,1 N
Etil asetat
Indikator Phenolptalein
Kacang
Kalium hidroksida 0,5 N
Minyak goreng
Natrium hidroksida 0,1 N

7.4 Prosedur
7.4.1. ekstraksi
1.

Bahan baku (dalam keadaan kering) digerus terlebih dahulu lalu


ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam slongsong atau

2.

dibungkus dengan kertas saring dan diikat dengan benang.


Timbang labu dasar bulat yang akan digunakan dengan neraca

analitik (A gram)
3.
Masukkan pelarut yang tersedia ke dalam labu tersebut dengan
volume 3-4 kali volume tabung soxhlet.
4.Rangkai labu dengan tabung soxhlet dan kondensor seperti pada gambar,
kemudian cek aliran airnya.
5. Panaskan penangas pada suhu yang sesuai dengan titik didih pelarut.
6. Pamanasan dilakukan terus menerus sampai terjadi sirkulasi campuran minyak
dan pelarut di dalam soxhlet extractor (sampai larutan yang keluar dari tabung
soxhlet bening, atau sirkulasi telah berjalan selama 12-15 kali / min 2 jam)
7. Ekstrak kemudian didestilasi untuk memisahkan pelarut dari minyak atau dapat
dipisahkan menggunakan rotavapor.
8. Minyak yang ada di dalam labu dasar bulat yang masih mengandung sedikit
air/pelarut dikeringkan di dalam oven pada suhu 120o C selama 2 jam lalu
dikeringkan di dalam eksikator dan ditimbang kembali (B gram).
7.4.2

Analisis Lemak
1.

Penentuan bilangan asam

Sebanyak 2,5 gram contoh lemak atau minyak dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
100 mL, tambahkan ke dalamnya 15 ml etanol 95 %san 3 tetes indikator phenolptalein

28

1 %. Lalu titrasi dengan larutan Natrium hidroksida 0,1 N sampai timbul warna merah
muda yang tetap. Ulangi penentuan ini sebanyak 2 kali.
2.
Penentuan bilangan penyabunan
Sebanyak 2,0 gram contoh lemak atau minyak dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
250 ml, tambahkan 25 ml larutan KOH 0,5 N dalam alkohol. Selanjutnya erlenmeyer
tersebut dihubungkan dengan pendingin tegak dan direfluks selama 1 jam.
Setelah itu erlenmeyer diangkat, tambahkan 3 tetes indikator phenolptalein dan larutan
dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N sampai terjadi perubahan warna. Percobaan
dilakukan dua kali. Kerjakan juga penetapan blanko.

Praktikum VIII
PEMBUATAN ESTER DARI ASAM KARBOKSILAT DENGAN SENYAWA
ALKOHOL

29

8.I.TUJUAN
Pembuatan senyawa ester dari asam asetat dan fenol

8.2 .DASAR TEORI


Ester merupakan kelompok senyawa organik yang memiliki rumus umum RCOOR1. Ester
termasuk turunan asam karboksilat yang gugus OH dalam rumus RCOOH diganti oleh
gugus OR1. Dengan demikian rumus umum ester adalah :
O
R C O R1

R dan R1 boleh sama atau berbeda

Fenol yaitu senyawa organik dimana gugus -OH langsung terikat pada cincin benzena.
Reaksi pembuatan ester disebut esterifikasi dan reaksi yang terjadi disebut reaksi
esterifikasi Fischer. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversibel yang sangat lambat,
tetapi bila menggunakan katalis asam mineral seperti asam sulfat (H2SO4) dan asam
klorida (HCl) kesetimbangan akan tercapai dalam waktu yang cepat. Pola umum dalam
pembuatan ini dinyatakan dengan persamaan berikut.
RCOOH + R1OH RCOOR1 + H2O
Dalam reaksi esterifikasi, ion H+ dari H2SO4 berperan dalam pembentukan ester dan juga
berperan dalam reaksi sebaliknya yakni hidrolisis ester. Sesuai dengan hukum aksi massa,
untuk memperoleh rendemen ester yang tinggi maka kesetimbangan harus bergeser ke arah
pembentukkan ester. Untuk mencapai keadaan ini dapat ditempuh dengan cara:
a. Salah satu pereaksi digunakan secara berlebih. Biasanya alkohol dibuat berlebih karena
murah dan mudah diperoleh.
b. Membuang salah satu produk dari dalam campuran reaksi

30

Esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah struktur molekul dari
alkohol, suhu dan konsentrasi reaktan maupun katalis. Kereaktifan alkohol terhadap
esterifikasi: CH3OH > alkohol primer > alkohol sekunder > alkohol tersier.
Kereaktifan asam karboksilat terhadap esterifikasi : HCOOH > CH3COOH > RCH2COOH
> R2CHCOOH > R3CCOOH
Selain dibuart dari asam karboksilat, ester juga dapat diperoleh dengan cara mereaksikan
suatu klorida asam atau suatu anhidrida asam dengan alkohol atau fenol. Reaksi pembuatan
ester dari klorida asam dan anhidrida asam mengikuti pola umum reaksi berikut.
Alkohol dan Fenol yang disebut sebagai alkohol aromatik mempunyai rumus struktur ROH. Dimana pada alkohol (alkohol alifatik) R adalah gugus alkil. Sedangkan perbedaan
nya dengan fenol adalah gugus R nya adalah gugus aril (Benzena yang kehilangan 1 atom
H atau -C6H5)
Fenol
Fenol (fenil alkohol) mempunyai substituen pada kedudukan orto, meta atau para. Fenol
berguna dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa
fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat
yang lain. Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada
cengkeh. Dengan rumus strukturnya:
Reaksi Pada Fenol
1. Fenol
a. Bereaksi dengan asam nitrat membentuk p-nitrofenol
b. Bereaksi dengan gas halogen membentuk 2,4,6 trihalofenol
c. Bereaksi dengan basa kuat seperti NaOH membentuk garam natrium fenoksida

8.3 . ALAT DAN BAHAN


31

1. Alat
Nama Alat
Ukuran
Jumlah
Gelas kimia
Tabung berlengan
Gelas ukur
Pipet tetes
Penangas
Termometer
Penjepit
Statif

2. Bahan
Nama Bahan
Ukuran
Jumlah
Aquades
CH3COOH
H2SO4
Fenol
32

Steroform

8.4 . PROSEDUR KERJA


1. Diambil air sebanyak 200 mL dan dimasukkan ke dalam gelas kimia. Kemudian
dipanaskan dengan penangas sampai suhu 70oC.
2. Diambil asam cuka pekat dan fenol masing-masing 3 mL dan dimasukkan ke dalam
tabung pipa samping (tabung berlengan), kemudian ditambahkan H2SO4 pekat
sebanyak 20 tetes (setara dengan 1 mL). Diamati campuran larutan tersebut dan dicium
aromanya, dicatat pada hasil pengamatan.
3. Semua lubang pada tabung berlengan ditutup menggunakan steroform, agar pada saat
pemanasan udara dalam tabung tidak keluar.
4. Kemudian tabung berlengan tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air
yang sudah dipanaskan tadi.
5. Pemanasan diatur agar tidak lebih dari 80oC dalam waktu 10 15 menit. Kemudian
diamati larutan tersebut dan dicium kembali aromanya.

Praktikum IX
Syntesis n Butyl Asetat
9.1Tujuan
a.

Mahir menggunakan peralatan refluks, corong pisah dan distilasi


33

b.

Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa dapat mensisntesis senyawa

c.

ester (n-butil asetat) dengan hasil optimal


Mengukur kemurnian dari hasil ester yang direpoleh

9.2 Dasar Teori


Esterifikasi adalah salah satu jenis reaksi dimana reaksi tersebut untuk menghasilkan
ester. Ester merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah
asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini
digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Ester dapat dihasilkan dengan
cara mereaksikan antara sebuah alcohol dengan asam karboksilat yang dapat dituliskan
sebagai berikut
Aplikasi pembentukan ester sangatlah banyak di industri. Misalkan dalam proses dasar
saat pembuatan plastic, senyawa aroamatik dan lain-lain. Oleh karena itu ita perlu untuk
mempelajari reaksi esterifikasi dalam skala laboratorium dan mengetahui aplikasinya di
Industri.
Esterifikasi
Macam-macam reaksi esterifikasi yaitu antara lain
1.

Reaksi antara asam karboksilat dengan suatu alcohol

2.

Reaksi antara asil klorida dengan alcohol atau fenol

3.

Reaksi antara suatu anhidrida asam dengan fenol


Yang nantinya akan kita pelajari adalah reaksi antara asam karboksilat dengan alcohol.

Dengan mekanisme reaksi sebagai berikut


1.

Oksigen karbonik diprotonisasi

2.

Alkohol nukleofilik menyerang karbon positif

3.

Eliminasi air menghasilkan ester


34

Variabel yang berpengaruh adalah


1. Suhu
Hal ini dikarenakan sifat dari reaksi yang eksotermis dan suhu dapat mempengaruhi harga
konstanta kecepatan reaksi
2. Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya reversible maka salah satu pereaktan harus dibuat berlebih agar optimal
dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan
3. Pencampuran
Dengan adanya pengadukan saat pencampuran maka molekul-molekul pereaktan dapat
mengalami tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi dapat berjalan lebih optimal
4. Katalis
Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalis agar berjalan lebih cepat, katalis
yang digunakan adalah Asam sulfat pekat.

9.3 Alat dan Bahan


1. Alat :
Alat Refluks
Batu didih
Botol semprot
Corong pisah
Filler
Gelas Kimia 100 mL, 250 mL
Gelas Ukur 50 mL, 100 mL
Labu Erlenmeyer
Neraca Analitik
Penangas air
Pengungkit
Pipet Tetes
35

Pipet Ukur 1 mL
Refraktometer
Ring corong pisah
Seperangkat alat destilasi
Statif dan Klem
Termometer

2. Bahan :
Aquadest
Asam asetat glasial
Asam sulfat pekat
Natrium karbonat jenuh
Natrium sulfat anhidrat
n-Butanol teknis
13,75 mL n-butanol

9.4 Prosedur
Menyiapkan
Peralatan
Refluks

Reaktor

Memanaskan
T = 91oC

20 mL as. Asetat
glacial
2 butir Batu didih
1 mL H2SO4 pekat

Mendinginka
Cuci dengan
50 mL
mengocok
dan diamkan
Memisahkan ester
dari pengotornya
membilas
kembali dengan

2,5 g Na2SO4
Erlenmeyer
Mengaduk

membilas
dengan 25 mL
Na2CO3
membilas
dengan 25 mL
Na2CO3
membilas
kembali dengan

Menyaring
Hitung
Volume dan
berat

36

Kocok, diamkan,
lalu
memisahkan
Kocok,lagi
diamkan,
lalu
memisahkan
Kocok,
diamkan,
lalu
memisahkan
Kocok, diamkan,
lalu
memisahkan
lagi

37

Anda mungkin juga menyukai