Filsafat Pancasila Yang Tak Lekang Oleh Waktu
Filsafat Pancasila Yang Tak Lekang Oleh Waktu
I.
filsafat yang dikembangkan dan ditegakkan sebagai sistem ideologi. Maknanya nilai
filsafat sebagai jangkauan tertinggi pemikiran untuk menemukan hakekat kebenaran
( kebenaran hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup, pandangan hidup,
(Weltanschauung);
sekaligus
memancarkan
jiwa
bangsa,
jatidiri
bangsa
Eufrat sekitar 5000 1000 sM; daerah Palestina/Israel sebagai doktrine Yahudi
sekitar 4000 1000 SM (Radhakrishnan, et al. 1953: 11; Avey 1961: 3-7). Juga di
India sekitar 3000 1000 SM, sebagaimana juga di Cina sekitar 3000 500 SM.
Nilai filsafat berwujud kebenaran sedalam-dalamnya, bersifat fundamental,
universal dan hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup oleh pemikir dan
penganutnya.
Sedangkan pemikiran filsafat yang dianggap tertua di Eropa (Yunani) baru
berkembang sekitar 650 SM. Jadi, pemikiran filsafat tertua bersumber dari wilayah
Timur Tengah; sinergis dengan ajaran nilai religious. Fenomena demikian merupakan
data sejarah budaya sebagai peradaban monumental, karena Timur Tengah diakui
sebagai pusat berkembangnya ajaran agama supranatural (agama wahyu, revealation
religions). Kita juga maklum, bahwa semua Nabi/Rasul berasal dari wilayah Timur
Tengah (Yahudi, Kristen dan Islam). Berdasarkan data demikian kita percaya bahwa
nilai filsafat sinergis dengan nilai-nilai theisme religious. Karena itu pula, kami
menyatakan bahwa nilai filsafat Timur Tengah dianggap sebagai sumur madu
peradaban umat manusia karena kualitas dan integritas intrinsiknya yang
fundamental-universal theisme religious.
Nilai ajaran filsafat Barat (Eropa, Yunani) adalah nilai filsafat natural dan
rasional (ipteks); karenanya dianggap sebagai sumur susu peradaban. Makna uraian
di atas: manusia atau bangsa yang ingin sehat dan jaya, hendaknya memadukan nilai
theisme religious dengan ipteks; sebagaimana pribadi manusia yang ingin sehat
minumlah susu dengan madu. Artinya, budaya dan peradaban yang luhur dan unggul
akan berkembang berdasarkan nilai-nilai (moral) agama dan ipteks.
Budaya dan peradaban modern mengakui bahwa perkembangan ipteks dan
kebudayaan manusia bersumber dan dilandasi oleh ajaran nilai filsafat. Karena itu
pula, filsafat diakui sebagai induk ipteks (= philosophy as the queen and as the
mother of knowledge as well). Nilai filsafat menjangkau alam metafisika dan misteri
alam semesta; visi-misi penciptaan manusia. Alam semesta dengan hukum alam
memancarkan nilai supranatural dan suprarasional sebagaimana rokhani manusia
dan martabat budinuraninya juga memancarkan integritas suprarasional!
Sistem filsafat dan cabang-cabangnya --- termasuk sistem ideologi--- dalam
kepustakaan
modern
diakui
sebagai
Kultuurwissenschaft,
dan
atau
Sedemikian besar dan dominan pengaruh ajaran sistem filsafat dan atau
ideologi dimaksud terlukis dalam skema 1, dalam makna : lingkaran global
menunjukkan supremasi nilai filsafat religious yang bersumber dari Timur
Tengah yang memberikan martabat moral kepribadian manusia secara
universal!
dan
WAK T U
E R O P A
A S I A
AMERIKA
TIMUR TENGAH
CINA
INDIA
PERADABAN &
MORAL T -- T
JEPANG
INDONESIA
AFRIKA
AUSTRALIA
skema 1
(MNS, 1980)
dan
dominasi
sistem
kenegaraannya:
liberalisme-kapitalisme,
ontologis-axiologis
bangsa
Indonesia
belum
secara
signifikan
II.
dalam makna secara fungsional adalah supremasi sistem kenegaraan masingmasing. Dinamika (baca : perebutan politik supremasi!) bermuara sebagai wujud
neo-imperialisme! (metamorphose : kolonialisme-imperialisme!).
Fenomena demikian menjadi tantangan nasional (baca : tantangan antar
ideologi) bangsa-bangsa dan negara-negara modern. Artinya, sistem kenegaraan
Pancasila secara niscaya (a priori) terus bersaing demi eksistensi (kemerdekaan dan
kedaulatan) bangsa, negara dan budaya (jatidiri nasional!).
sebagai
pandangan
hidup
bangsa
(filsafat
hidup,
komponen bangsa, bahkan seluruh generasi bangsa untuk setia menegakkan dan
membudayakannya. Asas demikian diakui dan berlaku secara universal sebagai
aktualisasi nilai sosio-budaya dan martabat nasional dapat dilukiskan dengan ringkas
dalam uraian berikut.
B. Identitas dan Integritas Sistem Filsafat dan Sistem Ideologi Nasional
Totalitas sistem filsafat dan sistem ideologi nasional memberikan integritas dan
martabat nasional; selanjutnya ditegakkan dalam integritas sistem kenegaraan --- yang
dinamakan dengan predikat berdasarkan sistem filsafat dan atau sistem ideologi yang
menjiwai dan melandasi sistem kenegaraan dimaksud.
Secara filosofis-ideologis dan konstitusional sistem kenegaraan inilah yang
ditegakkan dalam wujud kemerdekaan dan kedaulatan serta kepribadian (martabat)
nasional bangsa-bangsa modern. Secara ontologis dan axiologis, sistem filsafat dan
atau sistem ideologi ini menjadi asas dan landasan budaya dan moral nasional--- yang
kompetitif antar bangsa dalam rangka merebut supremasi ideologi! ---.
Bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya dijiwai nilai-nilai budaya dan moral
Pancasila, yang dikutip di muka merupakan sari dan puncak nilai sosio budaya
Indonesia. Nilai mendasar ini ialah filsafat hidup (Weltanschauung, Volkgeist)
Indonesia Raya.
Berdasarkan kepercayaan dan cita-cita bangsa Indonesia, maka diakui nilai
filsafat Pancasila mengandung multi - fungsi dalam kehidupan bangsa, negara dan
budaya Indonesia Raya (Asas-asas Wawasan Nusantara).
Kedudukan dan fungsi nilai dasar Pancasila, dapat dilukiskan sebagai berikut:
Nilai Dasar
Filsafat Pancasila
Skema 2
(MNS, 1980)
III.
10
subyek budaya (termasuk subyek hukum) dan subyek moral. (M. Noor Syam 2007:
147-160)
Berdasarkan ajaran suatu sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk
wawasan nasional) atas martabat manusia, menetapkan bagaimana sistem
kenegaraan ditegakkan; sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan NKRI sebagai
negara berkedaulatan rakyat (sistem demokrasi) dan negara hukum (Rechtsstaat).
Asas-asas fundamental ini memancarkan identitas, integritas dan keunggulan
sistem kenegaraan RI (berdasarkan) Pancasila UUD 4, sebagai sistem
kenegaraan Pancasila.
Ajaran luhur filsafat Pancasila memancarkan identitas theisme-religious
sebagai keunggulan sistem filsafat Pancasila dan filsafat Timur umumnya --- karena
sesuai dengan potensi martabat dan integritas kepribadian manusia---.
Jadi, bagaimana sistem kenegaraan bangsa itu, ialah jabaran dan praktek dari
ajaran sistem filsafat dan atau sistem ideologi nasionalnya masing-masing.
Berdasarkan asas demikian, kami dengan mantap menyatakan NKRI sebagai sistem
kenegaraan Pancasila, dan terjabar (pedoman penyelenggaraanya) dalam UUD
Proklamasi 45 --- yang orisinal, bukan menyimpang sebagai terjemahan era
reformasi yang menjadi UUD 2002 --- yang kita rasakan amat sarat kontroversial,
bahkan menjadi budaya neo-liberalisme !
Secara filosofis-ideologis dan konstitusional inilah amanat nasional dalam
visi-misi Pendidikan dan Pembudayaan Filsafat Pancasila dan Ideologi
Nasional! Visi-misi mendasar dan luhur ini menjamin integritas SDM dalam
Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD 45
B. Dasar Negara Pancasila Sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan Sistem Ideologi
Nasional dalam Integritas UUD Proklamasi 45
Secara ontologis-axiologis (filsafat Pancasila) terjabar dalam UUD
Proklamasi 45 bersifat imperatif (filosofis-ideologis dan konstitusional) ontologi
bangsa dan NKRI adalah integral (manunggal) dan bersifat t e t a p (integritas,
jatidiri / Volksgeist) atau kepribadian dan martabat nasional.
11
Tegaknya suatu bangsa dan negara ialah kemerdekaan dan kedaulatan sebagai
wujud kemandirian, integritas dan martabat nasional. Bagi bangsa Indonesia dapat
dinyatakan sebagai: Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila UUD Proklamasi.
Dalam analisis kajian normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional atas
UUD Proklamasi 45 dalam hukum ketatanegaraan RI, dapat diuraikan asas dan
landasan filosofi-ideologis dan konstitusional berikut :
1. Baik menurut teori umum hukum ketatanegaraan dari Nawiasky, maupun Hans
Kelsen dan Notonagoro diakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang
fundamental yang bersifat tetap; sekaligus sebagai norma tertinggi, sumber dari
segala sumber hukum dalam negara. Karenanya, kaidah ini tidak dapat diubah,
oleh siapapun dan lembaga apapun, karena kaidah ini ditetapkan hanya sekali
oleh pendiri negara (Nawiasky1948: 31 52; Kelsen 1973: 127 135; 155
162; Notonagoro 1984: 57 70; 175 230; Soejadi 1999: 59 81). Sebagai
kaidah negara yang fundamental, sekaligus sebagai asas kerokhanian negara
dan jiwa konstitusi, nilai-nilai dumaksud bersifat imperatif (mengikat, memaksa).
Artinya, semua warga negara, organisasi infrastruktur dan suprastruktur dalam
negara imperatif untuk melaksanakan dan membudayakannya.
Sebaliknya, tiada seorangpun warga negara, maupun organisasi di dalam negara
yang dapat menyimpang dan atau melanggar asas normatif ini; apalagi
merubahnya.
2. Dengan mengakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental, dan
bagi negara Proklamasi 17 Agustus 1945 (baca: NKRI) ialah berwujud:
Pembukaan UUD Proklamasi 45. Maknanya, PPKI sebagai pendiri negara
mengakui dan mengamanatkan bahwa atas nama bangsa Indonesia kita
menegakkan sistem kenegaraan Pancasila UUD 45. Asas demikian terpancar
dalam nilai-niai fundamental yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 45
sebagai kaidah filosofis-ideologis Pancasila seutuhnya. Karenanya dengan jalan
apapun, oleh lembaga apapun tidak dapat diubah. Karena Pembukaan ditetapkan
hanya 1x oleh pendiri negara (the founding fathers, PPKI) yang memiliki
legalitas dan otoritas pertama dan tertinggi (sebagai penyusun yang
mengesahkan UUD negara dan lembaga-lembaga negara). Artinya, mengubah
Pembukaan dan atau dasar negara berarti mengubah negara; berarti pula
mengubah atau membubarkan negara Proklamasi (membentuk negara baru;
mengkhianati negara Proklamasi 17 Agustus 1945). Siapapun dan organisasi
12
UUD
45
(sebagai
asas
kerokhanian
negara
(geistlichen
13
ideologi
Pancasila,
seperti
ideologi
liberalisme-kapitalisme,
14
jatidiri
bangsa.
Karenanya
menjadi
asas
normatif-filosofis-ideologis-
konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi cita budaya dan moral politik
nasional, terjabar secara konstitusional:
1. Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: sila IV= sistem demokrasi
Pancasila).
2. Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan
nusantara: sila III), ditegakkan sebagai NKRI.
15
TAP
MPR
45
P A N C A S I L A
*) =
N-SISTEM NASIONAL
SISTEM HUKUM NASIONAL
SISTEM POLITIK
SISTEM EKONOMI
N E G A R A H U K U M
FILSAFAT HUKUM
FILSAFAT NEGARA
SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP
NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA
skema 4
*) =
MNS, 1988)
17
18
perestroika
yang
atheisme !.
Catatan: Runtuhnya negara adidaya Unie Soviet menjadi negara tidak berdaya,
namun rakyatnya bersyukur dapat kembali memuja Tuhan (Agama, Theisme)
sehingga negara Rusia sekarang amat sangat meningkat kemakmuran dan
kejayaannya.
A. Tantangan Nasional : Globalisasi-Liberalisasi dan Postmodernisme
Menyelamatkan bangsa dan NKRI dari tantangan demikian (baca: keruntuhan
sebagaimana
yang
dialami
Unie
Soviet),
maka
bangsa
Indonesia
wajib
19
dengan
ajaran
filsafat
kapitalisme-liberalisme
individualisme-materialisme-sekularisme-pragmatisme
yang
(neo-
Watak setiap ajaran filsafat dan ideologi dengan asas dogmatisme senantiasa
merebut supremasi dan dominasi atas berbagai ajaran filsafat dan ideologi
yang dipandangnya sebagai saingan. Ideologi kapitalisme-liberalisme yang
dianut negara-negara Barat sebenarnya telah merajai kehidupan berbagai
bangsa dan negara: politik kolonialisme-imperialisme. Karena itulah, ketika
perang dunia II berakhir 1945, meskipun mereka meraih kemenangan atas
German dan Jepang, namun mereka kehilangan banyak negara jajahan
memproklamasikan kemerdekaan, termasuk Indonesia. Sejak itulah penganut
ideologi kapitalisme-liberalisme menetapkan strategi politik neo-imperialisme
20
untuk melestarikan penguasaan ekonomi dan sumber daya alam di negaranegara yang telah mereka tinggalkan (disusun strategi rekayasa global, 1947).
2.
Melalui berbagai organisasi dunia, mulai PBB, World Bank dan IMF sampai
APEC dipelopori Amerika Serikat mereka tetap sebagai kesatuan Sekutu dan
Unie Eropa dalam perjuangan merebut supremasi politik dan ekonomi
dunia (neo-imperialisme). Lebih-lebih dengan berakhirnya perang dingin
(1950-1990)
mereka
makin
menunjukkan
supremasi
politik
neoimperialisme!
3.
Hampir semua negara berkembang yang kondisi ipteks, industri dan ekonomi
amat tergantung kepada negara maju (G-8) maka melalui bantuan modal
pembangunan baik bilateral maupun multilateral, seperti melalui IMF dan
World Bank, termasuk IGGI kemudian CGI semuanya mengandung strategi
politik ekonomi negara Sekutu (USA dan UE).
4.
5.
Sesungguhnya sejak dimulai perang dingin (sekitar 1950 1985) Sekutu telah
menampilkan watak untuk merebut dominasi dan supremasi politik
internasional. Kondisi perang dingin yang amat panjang meskipun menguras
dana dan biaya perang (angkatan perang dan persenjataan), namun juga
dijadikan media propaganda bahwa otoritas supremasi politik dan ideologi
dunia tetap dimiliki Blok Barat. Supremasi politik dan ideologi ini juga
didukung oleh supremasi ipteks .......sehingga banyak intelektual negara
berkembang (baca: negara GNB) yang belajar ipteks ke negara-negara blok
Barat. Sebagian intelektual kita itu telah tergoda dan terlanda wawasan
politiknya, sehingga sebagai elite reformasi mempraktekkan demokrasi
liberal, ekonomi liberal, bahkan juga budaya negara federal!
Ternyata kemudian, mereka telah dididik juga sebagai kader pengembang
21
krisis nasional yang makin menghimpit rakyat warga bangsa tercinta. Kondisi buruk
ini dapat menjadi lahan subur bangkinya neo-PKI/KGB yang berpropaganda
menjadi penyelamat kaum miskin dan buruh tani dalam NKRI!
Inilah fenomena dan bukti sebagian elite dalam NKRI tergoda dan terlanda
ideologi neo-liberalisme dan neo-komunisme!
Perhatikan dan hayati skema 5 berikut !
22
NEO-IMPERIALISME
NEO-LIBERALISME
SEKULARISME-PRAGMATISME
DEMOKRASI LIBERAL,
INDIVIDUALISME AN. HAM
KAPITALISME
TAP
MPR
NEO-KOMUNISME,
NEO-PKI,
KGB
KEDAULATAN NEGARA (= ETATISME),
KOLEKTIVISME
INTERNASIONALISME
MARXISME
KOMUNISME ATHEISME,
DIALEKTIKAHISTORIS
MATERIALISME
45
P A N C A S I L A
ERA REFORMASI
POSTMODERNISME
GLOBALISASI LIBERALISASI
7.
6.
5.
4.
3.
2.
1.
*) =
UU No. 27 TAHUN 1999 TENTANG KEAMANAN NEGARA (YANG DIREVISI): TERUTAMA PASAL 107a
107f. SEBAGAI
TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 jo. Tap MPR RI No. I/MPR/2003, Pasal 2 dan 4
UUD Proklamasi 45 SEUTUHNYA . (PEMBUKAAN, PASAL 29 DAN PENJELASAN )
NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA
DASAR NEGARA (IDEOLOGI NEGARA, IDEOLOGI NASIONAL) PANCASILA
FILSAFAT HIDUP (WELTANSCHAUUNG), JATIDIRI INDONESIA : PANCASILA
SOSIO BUDAYA NUSANTARA INDONESIA
UUD 45 Amandemen, dengan kelembagaan negara (tinggi) : = Presiden, MPR, DPR, DPD; MK, MA dan BPK (+ KY)
23
(MNS, 2007)
skema: 5
2.
3.
4.
NKRI sebagai negara hukum, dalam praktek justru menjadi negara yang tidak
menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Pancasila UUD 45. Praktek dan
budaya korupsi makin menggunung, mulai tingkat pusat sampai di berbagai daerah:
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kekayaan negara dan kekayaan PAD bukan dimanfaatkan
demi kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat, melainkan dinikmati oleh elite reformasi.
Demikian pula NKRI sebagai negara hukum, keadilan dan supremasi hukum; termasuk
HAM belum dapat ditegakkan.
5.
Pemujaan demokrasi liberal atas nama kebebasan dan HAM telah mendorong
bangkitnya primordialisme kesukuan dan kedaerahan. Mulai praktek otoda dengan
budaya negara federal sampai semangat separatisme. Fenomena ini membuktikan
degradasi nasional telah makin parah dan mengancam integritas mental ideologi
Pancasila, integritas nasional dan integritas NKRI, dan integritas moral (komponen
pimpinan, manusia, bangsa!)
7.
17
Dunia postmodernisme makin menggoda dan melanda dunia melalui politik supremasi
ideologi. Kita semua senang dan bangga, menikmati kebebasan dan keterbukaan atas nama
demokrasi dan HAM, tanpa menyadari bahwa nilai-nilai neoliberalisme menggoda dan melanda
sehingga terjadi degradasi wawasan nasional, sampai degradasi mental dan moral sebagian
rakyat bahkan elite dalam era reformasi.
Sebagian elite reformasi bangga dengan praktek reformasi yang memuja kebebasan
(=liberalisme) atas nama demokrasi (demokrasi liberal) dan HAM (HAM yang dijiwai
individualisme, materialisme, sekularisme) sehingga rakyat Indonesia masih terhimpit dalam
krisis multi dimensional.
Harapan berbagai pihak dengan alam demokrasi dan keterbukaan, nasib rakyat akan dapat
diperbaiki menjadi lebih sejahtera dan adil sebagaimana amanat Pembukaan UUD 45 : ........
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa .... dapat terlaksana, dalam
makna SDM Indonesia cerdas dan bermoral! Tegasnya, bukan euforia reformasi dengan
budaya
demokrasi
neo-liberal
dalam
praktek
oligarchy,
plutocracy
dan
Demi tegaknya integritas nilai filsafat Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional ---dan tegaknya integritas Sistem Kenegaraan Pancasila--- negara berkewajiban
melaksanakan amanat Pendidikan dan Pembudayaan Filsafat Pancasila dan Ideologi
Nasional.
Demi SDM warganegara NKRI sebagai generasi penerus, penegak dan bhayangkari negara
Pancasila wajarlah semua rakyat warga bangsa Indonesia Raya menghayati dan mengamalkan
filsafat Pancasila (sebagai filsafat hidup, dasar negara, ideologi negara!). Visi-Misi demikian
makin mendesak sebagai kesiapan Ketahanan Nasional menghadapi TANTANGAN
GLOBALISASI-LIBERALISASI DAN POSTMODERNISME sebagai terlukis dalam
skema 5.
Pembudayaan dilaksanakan mulai dan melalui keluarga, media komunikasi (cetak dan
elektronika) dengan program : Mimbar Nasional Filsafat Pancasila.
Program dimaksud sinergis dengan peningkatan program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN) mulai pendidikan dasar sampai pendidikan menengah! Khusus untuk
Pendidikan Tinggi juga dikembangkan matakuliah : Filsafat Pancasila sebagai Ideologi
Nasional.
Amanat pendidikan dan pembudayaan Filsafat Pancasila sebagai Ideologi Nasional sejiwa
dengan visi-misi yang diamanatkan Pembukaan UUD Proklamasi 45 : ......memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ........ yang dijabarkan sebagai : nation
and character building. Karenanya, menjadi kewajiban moral dan konstitusional (imperative)
untuk kita laksanakan.
Guna melaksanakan visi-misi ini secara memadai, tenaga pembina dan dosen perlu
dipersiapkan; termasuk : kurikulum dan kepustakaannya.
19
PENUTUP
Berdasarkan uraian ringkas makalah Sistem Filsafat Pancasila secara mendasar dapat
dirumuskan pokok-pokok pikiran berikut :
1. Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memancarkan integritas
martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Ajaran filsafat Pancasila yang
dikembangkan sebagai sistem ideologi nasional dikembangkan dan ditegakkan dalam integritas
sistem kenegaraan Pancasila (sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45).
2. Filsafat Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan NKRI memberikan integritas
keunggulan sistem kenegaraan Indonesia Raya.
Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila sebagai
ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri bangsa. Karenanya
menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi cita
budaya dan moral politik nasional, sebagai terjabar dalam asas normatif-filosofis-ideologiskonstitusional:
a. Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan nusantara:
sila III), ditegakkan sebagai NKRI.
b. Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: asas normatif sila IV).
c. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang
adil dan beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan dan kenegaraan RI; ditegakkan
sebagai budaya dan moral (manusia warga negara) politik Indonesia.
d. Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi keadilan dan
keadilan sosial: oleh semua untuk semua (sila I-II-IV-V); sebagai negara hukum Pancasila.
e. Negara berdasarkan asas kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungi seluruh
tumpah darah Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia, negara mengatasi paham golongan
dan paham perseorangan: sila III-IV-V) dijiwai dan dilandasi sila I-II; dan ditegakkan dalam
sistem ekonomi Pancasila, sebagai demokrasi ekonomi dan pemberdayaan rakyat sebagai
SDM subyek penegak integritas NKRI.
3. Dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme bermuara supremasi (ideologi neoliberalisme) sebagai neo-imperialisme, menjadi tantangan nasional yang mengancam integritas
sistem kenegaraan Pancasila; sekaligus integritas mental-moral-SDM Indonesia masa depan!.
Tantangan ini makin mendesak karena sinergis dengan fenomena kebangkitan neo-PKI / KGB
20
dalam NKRI yang cucitangan atas tanggung jawab G 30 S / PKI ---dengan dalih : pelurusan
sejarah--4. Secara ontologis-axiologis era reformasi jauh menyimpang dari kaidah fundamental filsafat
Pancasila dan ideologi Pancasila sebagai diamanatkan UUD Proklamasi 45 --- yang telah diubah
menjadi UUD 2002 ---. Karenanya, pemerintah dan elite reformasi mempraktekkan budaya dan
moral demokrasi liberal, ekonomi liberal
demokrasi liberal (bukan demokrasi berdasarkan moral Pancasila); atas nama HAM (HAM yang
individualistik, yang dipropagandakan oleh USA sementara fenomena sosial politik global
mereka menindas HAM, dengan menjajah beberapa negara Timur Tengah : seperti Irak .... dan
Afghanistan ! ). Fenomena demikian menunjukkan HAM mereka hanyalah propaganda H A M
PA!
5. Dinamika neo-liberalisme dan neo-imperialisme dalam era postmodernisme ---termasuk era
reformasi--- menggoda dan melanda bangsa-bangsa, termasuk Indonesia ! Bilamana kita tidak
tegak-tegar dengan integritas nilai filsafat Pancasila, rakyat kita mengalami degradasi
nasional ...... bahkan degradasi mental dan moral (theisme-religious menjadi sekularisme;
bahkan materialisme-kapitalisme-individualisme dan atheisme!) Fenomena demikian bermuara
sebagai bencana nasional, tragedi moral dan peradaban bangsa-bangsa masa depan!
6. Multikrisis dimensional nasional dalam NKRI belum teratasi, kita dihimpit dengan global crisis
financial dari negara adidaya (USA dan UE) yang dapat memacu politik supremasi neoimperialisme dari ideologi neo-liberalisme !
7. Adalah kewajiban nasional, bahkan kewajiban moral kita semua --- terutama elite reformasi dan
Pemerintah --- untuk merenung dan mawasdiri sebagai audit nasional, khususnya sebagai audit
reformasi! Maknanya, apakah kita sudah sungguh-sungguh setia dan bangga dengan sistem
kenegaraan Pancasila sebagai diamanatkan PPKI dalam UUD Proklamasi 45; ataukah kita telah
tergoda dan terlanda oleh kejayaan negara liberalisme-kapitalisme --- sehingga kita ikut
membudayakan demokrasi liberal dan ekonomi liberal (mungkin juga mental dan moral liberal).
Demikian sebagai bahan pertimbangan dan renungan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mengayomi dan memberkati bangsa Indonesia dalam
integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Malang, 20 Mei 2009
Laboratorium Pancasila
Universitas Negeri Malang (UM)
Ketua,
Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH
(Guru Besar Emiritus UM)
21
Kepustakaan:
Al-Ahwani, Ahmad Fuad 1995: Filsafat Islam, (cetakan 7), Jakarta, Pustaka Firdaus (terjemahan
pustaka firdaus).
Ary Ginanjar Agustian, 2003: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
ESQ, Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (edisi XIII), Jakarta, Penerbit Arga
Wijaya Persada.
_________________ 2003: ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al Ihsan, (Jilid II),
Jakarta, Penerbit ArgaWijaya Persada.
Avey, Albert E. 1961: Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas & Noble, Inc.
Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and Government,
Calabasas, California, U.S Departement of Education.
Huston Smith, 1985: The Religions of Man, (Agama-Agama Manusia, terjemah oleh : Saafroedin
Bahar), Jakarta, PT. Midas Surya Grafindo.
Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4, Bandung,
Penerbit Alumni.
Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell
McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell &
Bain Ltd.
Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai
Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang,
Laboratorium Pancasila.
------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural,
Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.
Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law An Introduction to
Jurisprudence, San Francisco, Westview Press.
Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe,
Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.
Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6.
22
Radhakrishnan, Sarpavalli, et. al 1953: History of Philosophy Eastern and Western, London,
George Allen and Unwind Ltd.
UNO 1988: HUMAN RIGHTS, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO
UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS MPR RI dan UU yang berlaku. (1966; 2001,
2003) dan PP RI No. 6 tahun 2005.
Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New York,
Harvard College, University Press.
23
LAMPIRAN :
Untuk lebih memahami HAM berdasarkan ajaran Filsafat Pancasila, dilengkapi dengan studi
perbandingan dengan ajaran HAM berdasarkan Teori Natural Law (teori hukum alam) yang
dianut ideologi Liberalisme-Kapitalisme dan dengan ajaran HAM berdasarkan Filsafat
Idealisme Murni (Hegel) yang dianut ideologi marxisme-komunisme-atheisme; perhatikan
skema terlampir;
HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA
(Asas Keseimbangan HAM dan KAM)
Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM)
1. Hak Hidup
= Life
2. Hak Kemerdekaan = Liberty
3. Hak Milik
= Property
+
1. Hak Pribadi (Personal rights) = hak
hidup, beragama, berkeluarga (cinta).
2. Hak Ekonomi (Economical rights) = hak
memiliki, bekerja dan usaha, hidupsejahtera, kontrak kerja.
3. Hak Hukum (Legal rights) = hak
mendapat kewarganegaraan, hak
mendapat keadilan, hak membela diri,
praduga tak bersalah.
4. Hak Politik (Political rights) = hak
berserikat-berkumpul, menyatakan
pendapat lisan & tertulis, hak memilih &
dipilih, hak suaka politik.
5. Hak Sosial-budaya (Social-cultural
rights) = hak mendapat & memilih
pendidikan, hak menikmati seni, hak
cipta (HAKI), hak menikmati mode.
24
25
NATURAL LAW
Sumber HAM = Alam Semesta
Life
Liberty
Property
For Men as Individuality
Ditegakkan dalam sistem
demokrasi liberal kapitalisme:
Individualisme, Secularisme,
Pragmatisme
27