ARDIANA KARTIKA B.
(Laboratorium PHP Banyumas)
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Iklim Indonesia yang tidak banyak berbeda sepanjang tahun menjadikan
Indonesia diantara negara yang menyimpan keragaman hayati yang sangat berharga dan
perlu dikelola secara benar dan efektif. Salah satu yang perlu menjadi perhatian adalah
mikroorganisme berguna yang dimanfaatkan secara maksimal di dalam sistem PHT.
tanah sekitar akar tumbuhan (rhizosfer), daun, bunga dan buah (Hasanudin, 2003).
Mikroorganisme yang hidup pada daerah rhizosfer sangat sesuai digunakan sebagai agen
pengendali hayati karena rhizosfer merupakan daerah dimana akar tumbuhan terbuka
terhadap serangan pathogen. Menurut Mulyan (1997) dalam Suryadi, Y., (2009), lama
kolonisasi akar oleh bakteri antagonis merupakan salah satu aspek penting dalam
menentukan
aktifitas
melindungi
daerah
perakaran.
Pseudomonas
flourescens
mempunyai kelebihan yaitu dapat menjadi pengkolonisasi primer bagi akar tanaman
sehingga dengan adanya kolonisasi akar oleh Pseudomonas flourescens dalam waktu yang
lama maka patogen seperti Rhizoctonia solani tidak dapat melakukan penetrasi kedalam
tanaman.
perlakuan preventif sebelum penyakit berkembang dan aplikasi lanjutan perlu dilakukan
untuk memperoleh penekanan penyakit yang dapat bertahan lama (Utkhede, 2005 dalam
Suryadi, Y., 2009) namun keefektifan agensia hayati dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, baik biotik maupun abiotik (Someya, et al, 2005).
agens hayati antara lain predator, parasitoid, patogen serangga maupun agens antagonis.
Penentuan suatu agens hayati yang berpotensi dalam mengendalikan patogen tanaman
tidak terjadi dengan sendirinya. Agens hayati yang ada dan sudah terbukti mampu
Menurut Supriadi (2006), diantara kelompok agens hayati, Pseudomonas flourescens dan
Trichoderma spp menempati urutan teratas paling banyak digunakan dan diteliti.
tumbuhan baik jamur maupun bakteri, disamping itu ada juga yang menghasilkan zat
tumbuh atau mengimbas tanaman sehingga tahan terhadap patogen tertentu. Koloni
bakteri yang mudah dikenali dan cepat tumbuh dalam waktu singkat pada media buatan
sederhana menjadikan kelompok bakteri ini banyak diteliti.
B. Tujuan
Kegiatan eksplorasi agens hayati bertujuan untuk mendapatkan bahan
Bakteri ini berbentuk batang lurus atau lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.1 1m x
1.5- 4.0 m, tidak membentuk spora dan bereaksi negatif terhadap pewarnaan Gram,
aerob, menggunakan H2 atau karbon sebagai energinya, kebanyakan tidak dapat tumbuh
dalam kondisi masam (pH 4,5) (Holt et al, 1994 dalam Ratna I, 2007). Adapun taksonomi
Phylum : Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Family
: Pseudomonadaceae
Order
Genus
: Pseudomonadales
: Pseudomonas
(sumber: http://www.bacterio.cict.fr/classifphyla.html)
Pseudomonas flourescens termasuk kedalam bakteri yang dapat ditemukan
dimana saja (ubiquitous), seringkali ditemukan pada bagian tanaman (permukaan daun
dan akar) dan sisa tanaman yang membusuk, tanah dan air (Bradbury, 1986 dalam
Supriadi, 2006). Ciri yang mencolok dan mudah dilihat dari Pseudomonas flourescens
adalah kemampuannya menghasilkan pigmen pyoverdin dan atau fenazin pada medium
Kings B sehingga terlihat berpijar bila terkena sinar UV. Pseudomonas flourescens telah
dimanfaatkan sebagai agens hayati untuk beberapa jamur dan bakteri patogen tanaman.
dengan kemampuan untuk melindungi akar dari infeksi patogen tanah dengan cara
mengkolonisasi permukaan akar, menghasilkan senyawa kimia seperti antijamur dan
antibiotik serta kompetisi dalam penyerapan kation Fe (Supriadi, 2006). Beberapa hasil
layu fusarium pada tanaman pisang (Djatnika I,2003); penyakit virus kuning pada
tanaman cabai (Yulmira Y, 2009); penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) pada
tanaman kacang tanah (Suryadi, Y, 2009)
berperan sebagai jasad renik pelarut fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat
pengatur tumbuh bagi tanaman (Farvel, 1988 dalam Baharudin, dkk, 2005) sehingga
karena menghasilkan ZPT dan meningkatkan ketersediaan hara melalui produksi asam
organik (Linderman and Paulizt, 1985 dalam Yulmira, 2009).
dan kondisi fisik yang diinginkan oleh setiap mikroorganisme. Khusus untuk bakteri
yaitu media yang terdiri dari: ekstrak daging (beef extract), NaCl, dan aquadest.
(Nursusilawati, 2010).
media sampai batas optimum, umumnya bakteri mempunyai pH optimum 7,5 ; untuk
media cair, larutan dapat langsung disaring sedangkan untuk membuat media padat atau
setengah padat harus ditambah agar sesuai takaran yang diperlukan ; masukkan media
ke dalam tempat yang sesuai dengan keperluan misalnya tabung reaksi atau erlenmeyer
yang kemudian ditutup dengan kapas penyumbat ; kemudian disterilisasi yaitu cara
untuk membebaskan alat-alat atau media dari mikroorganisme. Prinsip sterilisasi adalah
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara mengubah
lingkungan, baik secara fisik maupun secara kimia.
menyukai media dengan kandungan protein tinggi. Menurut Misfit Putrina dan Fardedi
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa air rendaman kedelai yang merupakan limbah
tahu dan air kelapa dapat dijadikan sebagai media perbanyakan bakteri Bacillus
suatu alat yang disebut fermentor yang kemudian menghasilkan bakteri yang siap
dikemas dan dipasarkan.
- Media Kings B
- Timbangan digital
- Daging keongmas
- Kapas
- Lampu Bunsen
- Sendok
- Panci
- Kantong plastik
- Tabung reaksi
- Erlenmeyer
- Centong
- Autoclave
- Jarum ose
- Cawan petri
- Jet sprayer
Banyumas
C. Tahap Pelaksanaan
1. Pengambilan sampel di lapang
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah tanah disekitar perakaran
tanaman putri malu. Tanah sebanyak 100 g dimasukkan kedalam kantong plastik untuk
di bawa ke laboratorium.
: 20 g
- Gliserol
- K2HPO4
: 1,5 g
- Agar
: 15 g
- MgSO4.7H2O
b.
c.
d.
e.
3.
: 10 ml
- Aquades
: 1,5 g
: 1 liter
Setelah homogen, angkat panci dan pindahkan media kedalam erlenmeyer dan
cawan petri
Inkubasi selama 2 hari, jika tidak terkontaminasi maka media siap digunakan
b.
c.
d.
e.
Murnikan koloni bakteri yang tumbuh khususnya koloni yang berpendar yang
amati apakah berpendar atau tidak, bakteri dengan sifat flourescens akan
berpendar hijau kekuningan.
4.
biakan
murni
Pseudomonas
diperoleh,
dapat
dicoba
untuk
Air 1 liter
Terasi 2 g
Cara pembuatannya :
-
mikroorganisme yang hidup pada daerah rhizosfer sangat sesuai digunakan sebagai agen
pengendali hayati karena rhizosfer merupakan daerah dimana akar tumbuhan terbuka
terhadap serangan patogen, dan tanaman putri malu merupakan kelompok tanaman
penyedia unsur hara bagi tanaman khususnya nitrogen. Kelompok mikroba yang biasa
Isolasi sampel
A
B
Gambar 1. Bahan dan alat yang digunakan untuk isolasi sampel di laboratorium
Ket : (A) pipet millimeter, pengaduk, (B) media Kings B dalam cawan petri, (C) tanah
perakaran tanaman putri malu, (D) beaker glass, (E) air steril
C
B
Ket : (A) tanah sebanyak 10 g dilarutkan dalam 90 ml air steril, (B) digojog menggunakan
shaker selama 30 menit, (C) didiamkan 10 menit sebelum dilakukan pengenceran
berseri.
Ket : (A) tiap beaker glass diisi dengan 90 ml air steril yang akan digunakan dalam
pengenceran berseri, (B) teknik pengenceran dilakukan dengan mengambil 0,1 ml
dari larutan menggunakan pipet millimeter
Ket : (A) larutan pada pengenceran terakhir yaitu pada seri ke-4 dan ke-5 ditumbuhkan
pada media Kings B dalam cawan petri kemudian di inkubasi selama 48 jam dalam
ruang kedap cahaya. (B) contoh massa bakteri yang tumbuh di media kings B setelah
diinkubasi.
mikroskopik untuk mengetahui jenis bakteri yang tumbuh tersebut. Berdasarkan hasil
B
1
(A,A) stadia awal pertumbuhan bakteri secara vegetatif, (B,B) kemudian bakteri
akan tumbuh dan memanjang, jika nutrisi mencukupi dan sesuai maka bakteri akan
terus tumbuh dan membelah sehingga populasi bakteri semakin banyak.
Media alternatif
tinggi, hal ini didasarkan hasil wawancara dengan Prof. Ir. Loekas Soesanto, Msc, Phd
tanaman padi sangat potensial untuk digunakan sebagai kandungan media alternatif
bagi bakteri. Daging keongmas mengandung omega 3, 6 dan 9 serta protein yang
berkisar 16 50%. Tingginya kandungan protein tersebut dapat dipertimbangkan
sebagai bahan baku pembuatan pepton yang merupakan sumber nitrogen utama dalam
media mikrobiologi untuk pertumbuhan bakteri.
perbanyakan bakteri. Terasi dari udang rebon cukup tinggi kandungan proteinnya,
protein pada udang termasuk protein lengkap karena memiliki semua asam amino
esensial sehingga semakin lengkap dan banyak jumlah komposisi asam amino esensial
maka semakin tinggi manfaat protein tersebut (anonim, 2009). Kandungan protein pada
udang rebon sekitar 59,4 g per 100 g sehingga protein mendominasi kandungan gizi
dalam terasi udang rebon (Direktorat Gizi Depkes, 1992)
Ket : (A) keongmas yang masih utuh beserta cangkangnya, (B) daging keongmas
yang sudah dipisahkan dari cangkangnya
Ket : (A) daging keongmas di potong hingga berukuran 2 x 2 cm, (B) masak media
dengan komposisi 1 liter air, 400 g daging keongmas dan 2 g terasi rebon selama 20
menit (insert : terasi rebon)
Ket : (A) Saring media dan dalam keadaan masih panas, masukkan media kedalam
botol tertutup, (B) Setelah dingin, media dalam botol diinokulasi dengan isolate
Pseudomonas flourescens dan dinkubasi dalam ruang kedap cahaya. Kocok botol
setiap hari agar bakteri dapat tumbuh dan berkembang
A. SIMPULAN
-
Media yang digunakan dalam isolasi sampel adalah media Kings B yang
perbanyakan membuat bakteri ini siap pakai dan mudah diaplikasikan serta
dapat disimpan lama sehingga dapat tersedia saat dibutuhkan.
B. SARAN
Setelah bakteri Pseudomonas flourescens diperoleh dari hasil eksplorasi
sebaiknya dilakukan beberapa teknik pengujian lain seperti uji bioassay terhadap
patogen dan uji skala green house, untuk menguatkan sifat dan kemampuan
Pseudomonas flourescens sebagai bakteri antagonis tanaman.
flourescens dalam menekan patogen tanaman, lebih baik bila secara multilokasi
sehingga pada akhirnya Pseudomonas flourescens dapat digunakan secara luas baik
DAFTAR PUSTAKA
Supriadi., 2006. Analisis Resiko Agens Hayati Untuk Pengendalian Patogen Pada
Tanaman. Dalam Jurnal Litbang Pertanian 25 (3), 2006.
Suryadi, Y., 2009. Efektifitas Pseudomonas flourescens Terhadap Layu Bakteri (Ralstonia
solanacearum) Pada Tanaman Kacang Tanah. Dalam Jurnal HPT Tropika. ISSN
1411-7525. Vol. 9 No. 2 ; 174 180, September ,2009.
www.cybermed.cbn.net.id., 2009. Udang Rebon Bikin Tulang Padat. Diakses pada bulan
November 2011.
Yulmira Y., 2009. Aplikasi Agens Hayati Pseudomonas flourescens Sebagai Penginduksi
Ketahanan untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Cabai Terhadap Penyakit
Virus Kuning di Kecamatan Kuraji, Kotamadya Padang. Dalam Warta Pengabdian
Andalas Vol. 15 No. 22, 2009.